Anda di halaman 1dari 29

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
Nama : Tn. R
Usia : 41 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Pernikahan : Menikah
Pekerjaan : Kontraktor
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : S1
Alamat : Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Rujukan/ Datang sendiri/ Keluarga : Datang sendiri
Pembiayaan : BPJS

II. Riwayat Psikiatri


Riwayat psikiatri melalui autonamnesis terhadap pasien pada 27 November 2019
pukul 09.00 WIB
a. Keluhan Utama
Merasa cemas dan gelisah
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan merasa cemas dan gelisah dirasakan selama
kurang lebih 1 bulan. Keluhan cemas timbul kurang lebih 3-4 kali dalam seminggu,
setiap keluhan timbul terjadi selama kurang lebih 5 menit. Selain itu pasien juga
merasakan nafasnya menjadi pendek dan cepat, dada terasa ada yang mengganjal,
panas dan berdebar, gemetar dan terkadang disertai dengan keringat dingin. Jika
keluhan muncul pasien menjadi tidak bisa konsentrasi dengan pekerjaanya dan
kemudian pasien mencoba mengatasinya dengan berjalan kaki kurang lebih 20 menit,
degan tindakan tersebut biasanya keluhan menjadi membaik.

1
Pasien mengaku rasa cemas dan gelisah dirasakan setiap hari sebelum pasien
mendapatkan pengobatan dari dokter psikiatri di RSUD Pasar Minggu yang dirasakan
sejak tahun 2004 dan mulai pengobatan pada tahun 2016, pasien tidak mengerti secara
pasti apa yang membuat pasien merasa cemas namun khususnya pikiran akan masa
depan keluarganya terkadang memberatkan keluhan cemas pasien. Pasien juga
mengaku terkadang agak takut jika akan menjadi pusat perhatian contohnya jika harus
melakukan persentasi pekerjaan, namun pasien tidak menghindar dan tetap melakukan
kegiatan tersebut. Ketakutan dan tidak nyaman di keramaian dan tempat umum
disangkal. Saat ini pasien tidak mengalami kesulitan tidur dengan rutin konsumsi obat
dari dokter psikiatri. Pasien menyangkal adanya suara bisikan-bisikan yang terdengar
tanpa wudjud atau melihat penampakan tertentu yang tidak dilihat oleh orang lain serta
pasien juga menyangkal prasangka buruk bahwa ada orang yang ingin mencoba
menyakiti atau mencelakai diri dan keluarga pasien, perasaan dirinya diguna-guna dan
perasaan bahwa pikiran pasien dapat diketahui orang lain. Kadang pasien merasakan
sedih dan putus asa namun tidak ada keinginan untuk mengakhiri hidup dan pasien
masih semangat untuk menjalani aktivitas. Suatu periode-periode tertentu dimana
perasaan pasien sangat baik disangkal. Adanya pikiran yang memaksa untuk harus
melakukan hal-hal tertentu disangkal.

c. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat Gangguan Psikiatrik
 Keluhan pertama kali timbul pada tahun 2004, saat itu pasien tinggal
berlokasi di Aceh bersama istri yang sedang mengandung anak
pertamanya. Pada tahun 2004 terjadi bencana Tsunami besar di Aceh.
Pasien yang saat itu bekerja sebagai kontraktor di salah satu perusahaan
jepang sempat mengungsi bersama keluarga dan akhirnya selamat dari
kejadian itu. Semenjak kejadian itu pasien kerap merasakan keluhan
gelisah dan cemas setiap harinya tanpa pasien ketahui pencetus yang
jelas, namun pemikiran terkait masa depan keluarga pasien
memberatkan keluhan cemas. Pasien masih dapat mengatasi keluhan-

2
keluhan tersebut dengan mengalihkan pikiran dan berolahraga.
Keluhan cemas dan ketakutan menjadi pusat perhatian tidak pernah
dirasakan seumur hidup pasien sebelum kejadian Tsunami Aceh pada
tahun 2004.
 Keluhan tersebut bertahan selama kurang lebih 10-11 tahun dengan
intensitas yang sama setiap harinya dan pasien masih dapat mengatasi
gangguan-gangguan tersebut tanpa mencari bantuan ke instalasi medis.
 Pada tahun 2013 pasien memutuskan untuk pindah ke Jakarta, ketika
pindah ke Jakarta banyak sekali konflik yang terjadi seperti konflik
keluarga dimana istri keberatan untuk ke Jakarta, pasien memulai
segalanya dari awal lagi khususnya dalam bidang pekerjaan yang
mempengaruhi finansial, penyakit kronik anak pertamanya dengan
prognosis yang buruk. Konflik-konflik tersebut membuat keluhan
cemas pasien semakin memberat dengan berjalanya waktu, cemas
timbul setiap hari dan selalu disertai dengan keluhan berdebar, rasa
tidak enak di dadam, gemetar, keringar dingin, nyeri kepala dan rasa
tidak nyaman di perut bagian atas. Hingga pada tahun 2016 pasien
sudah tidak bisa mengatasi keluhan-keluhan cemas dengan tindakan
yang biasa dilakukan dan pasien sangat terganggu untuk menjalani
aktivitas harian dan social.
 Pada tahun 2016 pasien berobat ke RSUD Pasar Minggu dengan
inisiatif sendiri di antar istri, tidak menggunakan asuransi kesehatan.
Pasien bertanya ke administrasi dan menjelaskan mengenai keluhanya
dan diarahkan ke poliklinik psikiatri. Kemudian pasien didiagnosis
dengan gangguan cemas dan mendapat pengobatan. Dengan
pengobatan pasien mengaku sanngat membantu mengatasi keluhanya.
Frekuensi dan intensitas keluhan pasien sangat berkurang, keluhan
tidak lagi timbul setiap hari dan pasien sudah bisa tidur. Keluhan juga
sudah tidak terlalu mengganggu aktivias keseharian dan pekerjaan
pasien walaupun kadang keluhan masih timbul.

3
 Sampai saat ini 27 November 2019 pasien masih rutin control setiap
bulanya ke poli psikiatri RSUD Pasar minggu dan mengaku keluhan
cemas sudah tidak timbul setiap hari seperti dulu sebelum mendapat
pengobatan.
2. Riwayat Gangguan Medik
Pasien tidak pernah mengalami kecelakaan atau trauma kepala selama ini.
Riwayat mengalami kejang juga disangkal. Pasien tidak pernah dirawat di RS.
Terkait keluhan berdebar-debar, sesak, keringat dingin dan gemetar pasien
sudah pernah berobat ke dokter penyakit dalam, dilakukan pemeriksaan rontgen
dada dan EKG, namun hasil dalam batas normal. Gejala badan mengurus, nafsu
makan meningkat, tidak tahan di tempat panas disangkal pasien.
3. Riwayat Penggunaan Obat
Pasien hanya mengonsumsi obat-obatan dari dokter psikiatri yaitu fluoxetine
20 mg 1x1, clozapine 25 mg 1x1 dan alprazolam 0.5 mg kalau perlu.
4. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan atupun zat psikotropika
sebelumnya. Pasien mengaku adalah perokok namun bukan perokok aktif,
hanya jika sedang berkumpul dengan teman-teman dan merokok kurang lebih
2-3 batang.
d. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pasien lahir
prematur secara spontan di RS dengan pertolongan bidan. Proses kelahiran
berlangsung normal tanpa adanya masalah. BBL pasien 2.9 kg.
2. Riwayat Perkembangan Kepribadian
 Masa Kanak Awal (0–3 tahun)
Berdasarkan autoanamnesis pasien, pasien merasa proses tumbuh kembang
pasien berlangsung normal seperti anak-anak seusianya. Pasien tidak
mengalami keterlambatan apapun baik itu berbicara, jalan, dan dapat
melakukan beberapa hal seperti bisa makan sendiri.

4
 Masa Kanak Pertengahan (3–11 tahun)
Tidak ada keterlambatan tumbuh kembang pada pasien. Saat sekolah dasar
pasien dapat mengikuti pelajaran dikelas, tidak ada gangguan konsenterasi
maupun perilaku. Pasien merupakan anak yang periang, punya banyak
teman di sekolah maupun dengan teman-teman di dekat rumahnya.
 Masa Kanak Akhir (Pubertas dan Remaja)
Pasien mampu bergaul dan bersosialisasi dengan teman-temannya sewaktu
pasien masih sekolah mulai dari SD, SMP, SMA dan Kuliah. Pasien tidak
pernah mengalami kesulitan dalam pendidikan. Cemas, takut di tempat
keramaian dan takut menjadi pusat perhatian tidak pernah dirasakan saat
masa pendidikan. Perasaan cemas jika memikirkan sesuatu juga disangkal
oleh pasien.
3. Riwayat Pendidikan
Pasien menjalani pendidikan formal sampai dengan S1 jurusan Teknik Sipil di
Universitas Indonesia.
4. Riwayat Pekerjaan
Pasien pernah bekerja sebagai kontraktur di suatu perusahaan dan mempunyai
usaha swasta steam mobil dan motor.
5. Kehidupan Beragama
Pasien beragama Islam. Pasien rajin solat dan beribadah di rumah. Pasien tidak
percaya adanya ilmu hitam dan sebagainya.
6. Kehidupan Perkawinan/ Psikoseksual
Pasien sudah menikah dengan seorang wanita kelahiran medan dan mempunyai
3 anak, anak pertama laki-laki usia 16 tahun, anak kedua laki-laki usia 12 tahun
dan anak ketiga laki-laki usia 6 tahun. Anak pertama pasien mempunyai
penyakit kronik dengan diagnosis Glycgen Storage Disease rutin control ke
RSCM setiap minggu.
7. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah punya riwayat masalah dengan aparat penegak hukum, dan
tidak pernah terlibat dalam proses peradilan yang terkait dengan hukum.

5
8. Riwayat Sosial
Pasien tidak pernah mempunyai masalah dalam kehidupan social pasien
seumur hidup pasien.
e. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak pertama dari pasangan suami istri asli Padang. Pasien lahir
dan dibesarkan di Jakarta sejak lahir hingga lulus sarjana. Pasien adalah anak
pertama dari tiga bersaudara kedua adiknya perempuan, masing-masing sudah
menikah dan tinggal bersama suami dan keluarganya. Pasien sudah menikah
dengan wanita kelahiran medan dan mempunyai 3 anak, anak pertama laki-laki usia
14 tahun, anak kedua laki-laki usia 12 tahun, anak ketiga laki-laki usia 6 tahun.
Pasien tidak mempunyai masalah dalam keluarga yang signifikan, namun ibu
pasien juga mempunyai keluhan serupa yaitu cemas dan rutin berobat di RS
Hermina. Anak pertama pasien didiagnosis penyakit Glycogen Storage Disease dan
rutin berobat ke RSCM, pasien mengaku hal tersebut terkadang membuat keluhan
cemas pasien muncul jika memikirkan tentang anaknya. Pasien mengaku pernah
mengalami masa-masa krisis dalam keluarga pada tahun 2013 ketika pindah ke
Jakarta, pada masa itu pasien sering mengalami pertikaian rumah tangga yang
membuat keluhan cemas pasien semakin memberat. Namun saat ini hal-hal tersebut
sudah membaik.
Genogram

Sumber: Tn.R (Pasien), Tanggal 27 November 2019, pukul 09.00 WIB

6
Keterangan :
Laki-laki Perempuan
Pasien Perempuan sudah meninggal
Laki-laki sudah meninggal
Tinggal 1 rumah

III. Status Mental


a. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien laki-laki, usia 41 tahun, tampak sesuai dengan usianya, berpenampilan
rapih, mengenakan kemeja lengan pendek bermotif kotak-kotak, celana
panjang jeans. Badan kurus, tinggi sekitar 165 cm. Pasien tampak bersih,
perawatan diri cukup.
2. Kesadaran
b. Kesadaran neurologik: compos mentis
c. Kesadaran psikiatrik: pada saat ini pasien ekspresi wajah sesuai dengan apa
yang diceritakan
3. Perilaku dan Aktivitas Motorik
a. Sebelum wawancara: pasien tampak berjalan menghampiri pemeriksa dan
menyapa pemeriksa.
b. Selama wawancara : pasien tampak dalam keadaan normoaktif, kontak mata
antara pasien dengan pemeriksa baik. Pasien dalam menjawab pertanyaan
spontan dan antusias, dijawab sesuai dengan yang ditanyakan. Pasien juga
bercerita banyak hal tanpa ditanya pemeriksa terlebih dahulu.
c. Sesudah wawancara: saat selesai, pasien menyalami pemeriksa.
Mengucapkan salam sebelum berpisah dengan pemeriksa.
4. Sikap Terhadap Pemeriksa
Pasien bersikap kooperatif terhadap pemeriksa.

7
5. Pembicaraan
Pasien berbicara spontan,cepat, volume suara cukup, intonasi dan artikulasi
baik.

b. Alam Perasaan (Emosi)


 Mood : Eutimia
 Afek : Luas
 Keserasian : Serasi

c. Proses Pikir
1. Arus Pikir
 Produktivitas : Baik
 Kontuinitas : Koheren
 Hendaya bahasa : Tidak ada

2. Isi Pikir
 Preokupasi : Tidak ada
 Waham : Tidak ada
 Obsesi : Tidak ada
 Fobia : Tidak ada

d. Gangguan Persepsi
 Halusinasi : Tidak ada
 Ilusi : Tidak ada
 Depersonalisasi : Tidak ada
 Derealisasi : Tidak ada

8
e. Fungsi Intelektual dan Kognitif
Taraf pendidikan S1 jurusan Teknik Sipil Universitas Indonesia
Pengetahuan umum Baik
(pasien tahu nama-nama menteri Negara Republik
Indonesia Saat ini)
Kecerdasan Baik
(pasien tidak pernah tinggal kelas, tes IQ tidak dilakukan)
Konsentrasi dan Konsentrasi baik
perhatian (pasien diajukan beberapa pertanyaan hitung-hitungan.
Pasien diminta menjawab pertanyaan 100 dikurangi 7,
pasien dapat menjawab 93. Kemudian, ditanya kembali 93
dikurangi 7, pasien dapat menajawab 86.
Perhatian baik
(ketika diajak berbicara pasien fokus kepada lawan bicara)
Orientasi
- Waktu Baik
(pasien ditanyakan saat ini tanggal berapa pasien mampu
menjawab “tanggal 27 November 2019” dengan cepat)
- Tempat Baik
(pasien secara tidak langsung ditanya “sekarang kita
sedang berada dimana?”. Pasien dapat menjawab bahwa
saat ini kita sedang berada di RSUD Pasar Minggu)
- Orang Baik
(pasien diajukan pertanyaan “sekarang sedang apa?”
pasien menjawab “sekarang sedang tanya jawab”. Lalu
pasien
diberkan pertanyaan “sekarang sedang berbicara dengan
siapa?” pasien menjawab “sekarang sedang berbicara
dengan dokter”)

9
Daya ingat
- Jangka Panjang Baik
(pasien ditanya mengenai riwayat hidup pasien dan pasien
mampu menjawab dengan baik dan cepat seperti riwayat
pendidikan pasien mulai dari SD hingga perguruan tinggi.)
- Jangka Pendek Baik
(Diajukan pertanyaan mengenai transportasi yang
digunakan pasien menuju ke rumah sakit saat itu. Pasien
menjawab bahwa pasien menuju rumah sakit dengan
menggunakan motor. Hal ini menunjukkan bahwa memori
jangka pendek pasien dalam keadaan baik)
- Segera Baik
(pasien diminta untuk mengingat nama 3 buah benda yang
disebutkan oleh pemeriksa yaitu kertas, pulpen, tas
kemudian pasien diajak berbincang kembali mengenai hal
lain. Saat ditanya kembali nama 3 benda yang tadi
disebutkan, pasien dapat menjawab pertanyaan tersebut
dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi memori
segera pasien masih dalam keadaan baik)
Kemampuan membaca Baik
dan menulis (pasien diminta untuk membaca kalimat “pejamkan mata
anda” dan melakukan perintah pejamkan mata tersebut)
Pikiran Abstrak Baik
(pasien dapat menjawab pertanyaan mengenai persamaan
mobil dan motor serta perbedaannya)
Visuospasial Baik
(pasien dapat menggambar dua buah segilima yang saling
bertumpuk sesuai instruksi pemeriksa)

10
Kemampuan Baik
Menolong Diri (pasien bisa makan, minum, mandi serta merawat diri
sendiri)

f. Pengendalian Impuls
Pengendalian implus tidak terganggu
g. Daya Nilai
 Daya nilai sosial
Baik (pada saat pasein mempunyai uang lebih dan seorang teman ingin
meminjam uang pasien dengan alasan yang jelas maka pasien akan
meminjamkan).

 Uji daya nilai


Baik (saat pasien diberikan pertanyaan apa yang dilakukannya saat ada anak
kecil ingin menyebrang jalan, pasien menjawab membantu menyebrangkan
jalan anak kecil tersebut).

 Daya nilai realita


Tidak terganggu (pasien menyatakan tidak pernah mendengar suara yang tidak
didengar orang lain, tidak pernah melihat bayangan yang tidak dapat dilihat
orang lain, tidak pernah mencium bau-bauan yang tidak ada sumbernya, tidak
pernah ada perasaan yang menyetuh pasien, hal ini menunjukkan bahwa pasien
tidak memiliki halusinasi. Pasien juga menyatakan bahwa dirinya tidak pernah
ada perasaan diguna-guna ataupun perasaan bahwa orang lain
membicarakannya, ingin mencelakainya, ataupun mengetahui isi pikiran pasien.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat gangguan dalam menilai realitas pada
pasien ini, baik waham ataupun halusinasi).

h. Tilikan (Insight)
Pasien diberikan pertanyaan “apakah bapak merasa ada gangguan dalam diri mas”,

11
pasien menjawab bahwa dirinya paham sepenuhnya akan dirinya sendiri merasa
ada gangguan dalam dirinya yang berhubungan dengan penyesuaian aktivitas
social sehari-hari dan membutuhkan bantuan. Hal ini menandakan bahwa tilikan
pasien derajat 6.
i. Realibilitas
Pemeriksa memperoleh kesan secara menyeluruh bahwa jawaban pasien dapat
dipercaya karena pasien menjawab dengan konsisten terhadap pertanyaan yang
diberikan.
III. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum : Baik, tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis (E4V5M6)
Tanda Vital
 Tekanan darah :-
 Laju nadi : 82x/menit, isi cukup, reguler
 Laju pernapasan : 20x/menit, reguler
 Suhu :-
Kepala : Normocephal, rambut hitam, distribusi merata
Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, refleks pupil (+/+), pupil
bulat isokor
Telinga : Normotia, membran timpani intak, nyeri tekan tragus-/-
Hidung : Bentuk normal, deviasi septum -/-, sekret -/-
Mulut : Mukosa bibir lembab, tidak ada gusi berdarah, tidak ada karies gigi
Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar KGB dan tiroid
Paru : Bentuk dada normal, simetris, retraksi (-)
Suara napas vesicular, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung : BJ I-II murni regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Datar, supel, NT (-), BU (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada edema, CRT <2 detik

12
Status Neurologis
 Saraf kranial : kesan dalam batas normal
 Refleks fisiologis : kesan dalam batas normal
 Refleks patologis : tidak ada
 Motorik : kesan dalam batas normal
 Sensibilitas : kesan dalam batas normal
 Fungsi Luhur : tidak ada kelainan
IV. Resume
Pasien datang dengan keluhan merasa cemas dan gelisah dirasakan selama
kurang lebih 1 bulan. Keluhan cemas timbul kurang lebih 3-4 kali dalam seminggu,
setiap keluhan timbul terjadi selama kurang lebih 5 menit. Selain itu pasien juga
merasakan nafasnya menjadi pendek dan cepat, dada terasa ada yang mengganjal,
panas dan berdebar, gemetar dan terkadang disertai dengan keringat dingin.
Pasien mengaku rasa cemas dan gelisah dirasakan setiap hari sebelum pasien
mendapatkan pengobatan dari dokter psikiatri di RSUD Pasar Minggu yang dirasakan
sejak tahun 2004 dan mulai pengobatan pada tahun 2016, pasien tidak mengerti secara
pasti apa yang membuat pasien merasa cemas namun khususnya pikiran akan masa
depan keluarganya terkadang memberatkan keluhan cemas pasien. Pasien juga
mengaku terkadang agak takut jika akan menjadi pusat perhatian contohnya jika harus
melakukan persentasi pekerjaan, namun pasien tidak menghindar dan tetap melakukan
kegiatan tersebut. Ketakutan dan tidak nyaman di keramaian dan tempat umum
disangkal. Saat ini pasien tidak mengalami kesulitan tidur dengan rutin konsumsi obat
dari dokter psikiatri. Pasien menyangkal adanya suara bisikan-bisikan yang terdengar
tanpa wudjud atau melihat penampakan tertentu yang tidak dilihat oleh orang lain serta
pasien juga menyangkal prasangka buruk bahwa ada orang yang ingin mencoba
menyakiti atau mencelakai diri dan keluarga pasien, perasaan dirinya diguna-guna dan
perasaan bahwa pikiran pasien dapat diketahui orang lain. Kadang pasien merasakan
sedih dan putus asa namun tidak ada keinginan untuk mengakhiri hidup dan pasien
masih semangat untuk menjalani aktivitas. Suatu periode-periode tertentu dimana
perasaan pasien sangat baik disangkal. Adanya pikiran yang memaksa untuk harus

13
melakukan hal-hal tertentu disangkal. Riwayat trauma kepala, kejang, penurunan
kesadaran dan penggunaan obat-obatan terlarang disangkal.
Pasien laki-laki, usia 41 tahun, tampak sesuai dengan usianya, berpenampilan
rapih, mengenakan kemeja lengan pendek bermotif kotak-kotak, celana panjang jeans.
Badan kurus, tinggi sekitar 165 cm. Pasien tampak bersih, perawatan diri cukup. Pasien
kooperatif terhadap pemeriksa dan pembicaraan pasien tidak ada gangguan. Mood dan
afek serasi, tidak ada gangguan presepsi, proses piker dan isi piker. Sensorium dan
kognisi pasien baik. Tidak ada masalah dalam pengendalian impuls dan daya nilai.
Realibilitas pasien baik dan pasien dapat dipercaya, tilikan pasien saat ini ada di derajat
6.

V. Diagnosis Multiaksial
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan yang telah dilakukan pada pasien
ini terdapat gejala atau perilaku yang secara klinis menimbulkan penderitaan (distress)
dan yang berkaitan dengan terganggunya fungsi (disfungsi). Berdasarkan hasil
tersebut, pasien dikatakan menderita Gangguan Jiwa.

Diagnosis Aksis I
 Berdasarkan anamnesis yang telah dilakukan, pasien tidak pernah memiliki riwayat
cedera kepala, kejang, dan riwayat penyakit fisik lainnya yang dapat
mempengaruhi Sistem Saraf Pusat. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, secara
keseluruhan dalam batas normal, pada pasien tidak ditemukan adanya penurunan
kesadaran secara biologi. Hal ini dapat dinilai dari tingkat kesadaran, fungsi
kognitif, daya ingat, dan orientasi yang tergolong baik, sehingga pasien ini bukan
penderita Gangguan Mental Organik (F.0).
 Dari hasil anamnesis pasien menyatakan tidak pernah mengonsumsi NAPZA.
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa pasien ini bukan penderita Gangguan
Mental dan Perilaku Akibat Zat Psikoaktif atau Alkohol (F.1).
 Dari hasil anamnesis pasien tidak memiliki gangguan dalam menilai realitas, baik
halusinasi maupun waham, sehingga pasien bukan penderita gangguan psikotik

14
(F.2). Pada pasien ini tidak ditemukan adanya afek depresi atau kesedihan,
kehilangan minat, mudah merasa lelah, ataupun memiliki ide–ide bunuh diri
sehingga pasien ini bukan penderita gangguan depresi. Pada pasien ini juga tidak
ditemukan peningkatan afek, aktivitas mental, dan psikomotorik yang berlebihan
sehingga dapat disimpulkan pasien ini bukan penderitaan gangguan manik, karena
pada pasien ini tidak ditemukan adanya gangguan manik atau depresi maka pasien
ini bukan penderitaan gangguan mood (F.3)
 Pasien mengeluhkan adanya cemas dan gelisah yang dulunya dirasakan setiap
harinya tanpa pasien mengetahui penyebab yang jelas sebelum pasien mendapat
pengobatan keluhan disertai dengan rasa berdebar, leher seperti tercekik, gemetar,
dan keringat dingin. Rasa ketakutan dan ketidak nyamanan di tempat umum dan
menjadi psuat perhatian disangkal pasien. sehingga pasien ini merupakan penderita
gangguan cemas menyeluruh (F.41.1).
Diagnosis Aksis II
Pasien mempunyai hubungan yang baik dengan teman-teman dan mempunyai banyak
teman sehingga pasien tidak menderita gangguan kepribadian. Pasien
menyelesaikan pendidikannya hingga tamat perguruan tinggi, sehingga pada pasien
tidak terdapat gangguan retardasi mental. Karena tidak terdapat gangguan
kepribadian dan tidak terdapat gangguan retardasi mental, maka diagnosis pada Aksis
II adalah tidak ada diagnosis.
Diagnosis Aksis III
Pasien sudah pernah berobat ke penyakit dalam memastikan keluhanya terkait dengan
berdebar, berkeringat dan gemetar. Dilakukan pemeriksaan rontgen dan EKG dalam
batas normal. Aksis III Tidak ada diagnosis.
Diagnosis Aksis IV
 Masalah dengan keluarga :
Pasien merasa pertikaian rumah tangga dan pemikiran pasien atas masa depan anak-
anaknya khususnya anak pertama, dapat menyebabkan tercetusnya gangguan cemas
pasien.
 Masalah pendidikan : Tidak ada

15
 Masalah pekerjaan : Tidak ada
 Masalah akses ke pelayanan kesehatan : Tidak ada
Diagnosis Aksis V
Pada pasien ini didapatkan beberapa gejala ringan dan menetap, fungsi secara umum
baik. Maka pada aksis V didapatkan GAF scale 90-81.

VI. Evaluasi Multiaksial


Aksis I : F41.1 Gangguan cemas menyeluruh
Aksis II : Tidak ada
Aksis III : Tidak ada
Aksis IV : Masalah keluarga.
Aksis V : GAF Scale 90-81

VII. Penatalaksanaan
a) Farmakoterapi
 Fluoxetine 20 mg 1x1 PC, pagi
 Clozapin 25 mg 1x1 PC, Malam
 Alprazolam 0.5mg 2x1, Kalau Perlu
b) Non Farmakoterapi
Psikoterapi suportif
Terapi relaksasi

VIII. Prognosis
 Quo ad vitam : ad bonam
 Quo ad functionam : dubia ad bonam
 Quo ad sanationam : dubia ad bonam

16
17
Follow UP

Tanggal Keluhan

12/11/19 -pasien mengeluhkan rasa cemas terkadang muncul


Via WA khususnya di siang hari
-pasien kurang dapat memahami penyebab cemas, namun
mengaku terkadang memikirkan kesehatan anaknya
-obat rutin diminum
14/11/19 -keluhan cemas masih muncul namun frekuensi berkurang
Via WA -biasanya pasien jalan kaki selama 20 menitdan
meninggalkan pekerjaanya sejenak untuk mengalihkan
cemas
-obat rutin diminum
15/11/19 -keluhan cemas muncul cukup berat dibandingkan
Via WA sebelumnya karena ada masalah pekerjaan namun dapat
diatasi dengan obat dan berjalan kaki

18/11/19 -keluhan cemas tidak muncul dalam 3 hari


Via WA -obat rutin diminum

22/11/19 -Keluhan tidak ada


Via telepon -obat rutin diminum
(mengatur jadwal untuk kunjungan langsung)

27/11/19 -keluhan saat ini tidak ada


Kunjungan -pasien meneragnkan kronologi penyakit pasien dari awal
langsung di RSUD -obat rutin diminum
Pasar Minggu -jadwal control tanggal 2 Desember 2019
29/11/19 -keluhan tidak ada
Via WA -obat rutin diminum, habis tanggal 2 Desember 2019 sesuai
dengan jadwal kontrol

18
Grafik Perjalanan Penyakit

Sebelum pengobatan Sesudah pengobatan

Tahun 2004 Tahun 2005- Tahun 2013-2016 Tahun 2016 Tahun 2016-2019 27 November 2019
Post bencana 2013 Pasien memutukan Keluhan cemas sangat Pasien mendapat Keluhan sangat
Tsunami Keluhan cemas pindah ke Jakarta, berat, keluhan penyerta pengobatan dari poli berkurang, cemas
Aceh, pasien tetap ada setiap mengalami krisis. Cemas berdebar, sesak, psikiatri RSUD Pasar sudah jarang timbul
mulai harinya Pasien bertambah berat disertai gemetar dan keringet minggu, keluhan konsentrasi pasien
mengalami biasanya sesak, gemetar, keringat dingin sangat berat. berangsur membaik, sudah membaik
keluhan cemas mengatasinya dingin dan napas terasa Pasien mudah marah aktivitas social dan
setiap hari dengan jalan kaki cepat. Keluhan dirasakan dan sama sekali tidak pekerjaan sudah
tanpa untuk setiap hari sepanjang bisa konsentrasi dan menjadi lebih ringan.
diketauhi mengalihkan tahun. Pasien mulai sulit menjalani aktivitas Pasien rutin control
pencetus yang cemas konsentrasi dan menjalani harian. Memutuskan tiap bulan. Keluhan
jelas aktivitas harian. untuk berobat tidak muncul setiap
hari

19
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi
Gangguan cemas menyeluruh (Generalyzed Anxiety Disorder, GAD)
merupakan kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang
berlebihan dan tidak rasional bahkan terkadang tidak realistik terhadap berbagai
peristiwa kehidupan sehari-hari.1

II.2 Epidemiologi
Angka prevalensi untuk gangguan cemas menyeluruh 3-8% , dengan prevalensi
pada wanita > 40 tahun sekitar 10%. Rasio antara perempuan dan lakilaki sekitar 2:1.
Onset penyakit biasanya muncul pada usia pertengahan hingga dewasa akhir, dengan
insidens yang cukup tinggi pada usia 35-45 tahun. GAD merupakan gangguan
kecemasan yang paling sering ditemukan pada usia tua.

II.3 Etiologi
Penyebab gangguan cemas menyeluruh ini belum diketahui secara pasti. Hanya
saja disebutkan bahwa faktor biologi dan psikologi memiliki peran terhadap terjadinya
gangguan cemas menyeluruh.
 Faktor Biologi
Efikasi terapi obat benzodiazepin dan azaspiron (buspiron) terfokus pada
sistem neurotransmitter GABA dan serotonin. Benzodiazepin diketahui dapat
mengurangi kecemasan, sebaliknya flumazenil (reseptor antagonis benzodiazepin)
dapat memicu kecemasan. Walaupun tudak ada data yang mebuktikan bahwa reseptor
benzodiazepin pada pasien gangguan cemas menyeluruh adalah abnormal, beberapa
peneliti mengatakan bahwa konsentrasi reseptor benzodiazepin tertinggi terdapat pada
lobus occipitalis. Area otak lain yang dicurigai berperan dalam terjadinya gangguan
cemas menyeluruh adalah basal ganglia, sistem limbik, dan korteks lobus frontalis.

20
Dikarenakan buspiron merupakan agonis terhadap reseptor serotonin, sehingga
ada hipotesis yang menyebutkan bahwa terjadi gangguan regulasi dari sistem
serotonergik pada pasien dengan gangguan cemas menyeluruh. 2
 Faktor Genetik
Sebuah studi hubungan genetik pasien GAD dgn gangguan Depresi Mayor pada
pasien wanita, 25% keluarga tingkat pertama penderita GAD juga menderita gangguan
yang sama. Berdasarkan penelitian 50% pada kembar monozigotik dan 15% pada
kembar dizigotik.2
 Faktor Psikososial
Faktor psikososial yang mengarah pada perkembangan gangguan cemas
menyeluruh adalah cognitive-behaviourdan psikoanalitik. Berdasarkan pada cognitive-
behaviour, pasien dengan gangguan cemas menyeluruh merespon suatu ancaman
secara kurang tepat dan benar. Ketidaktepatan ini dihasilkan dari perhatian yang
selektif terhadap suatu hal negatif di lingkungannya dengan cara mendistorsi
pemrosesan informasi dan dengan cara memandang terlalu negatif terhadap
kemampuan dirinya dalam hal mengatasi suatu masalah. Hipotesis psikoanalitik
menyebutkan bahwa kecemasan merupakan gejala dari konflik bawah sadar yang tidak
terselesaikan.

II.4 Tanda dan Gejala


Gambaran klinis bervariasi, diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh ditegakkan
apabila dijumpai gejala-gejala antara lain keluhan cemas, khawatir, was-was, ragu
untuk bertindak, perasaan takut yang berlebihan, gelisah pada hal-hal yang sepele dan
tidak utama yang mana perasaan tersebut mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya,
sehingga pertimbangan akal sehat, perasaan dan perilaku terpengaruh. Selain itu
spesifik untuk Gangguan Kecemasan Menyeluruh adalah kecemasanya terjadi kronis
secara terus-menerus mencakup situasi hidup (cemas akan terjadi kecelakaan,
kesulitan finansial), cemas akan terjadinya bahaya, cemas kehilangan kontrol, cemas
akan`mendapatkan serangan jantung. Sering penderita tidak sabar, mudah marah, sulit
2
tidur.

21
Untuk lebih jelasnya gejala-gejala umum ansietas dapat dilihat pada tabel di
bawah:
Tabel 1. Gejala-gejala Gangguan Cemas Menyeluruh:
Ketegangan Motorik 1. Kedutan otot/ rasa gemetar
2. Otot tegang/kaku/pegal
3. Tidak bisa diam
4. Mudah menjadi lelah
Hiperaktivitas Otonomik 5. Nafas pendek/terasa berat
6. Jantung berdebar-debar
7. Telapak tangan basah/dingin
8. Mulut kering
9. Kepala pusing/rasa melayang
10. Mual, mencret, perut tak enak
11. Muka panas/ badan menggigil
12. Buang air kecil lebih sering
Kewaspadaan berlebihan dan 13. Perasaan jadi peka/mudah ngilu
Penangkapan berkurang 14. Mudah terkejut/kaget
15. Sulit konsentrasi pikiran
16. Sukar tidur
17. Mudah tersinggung

II.5 Diagnosis
Diagnosis gangguan cemas menyeluruh menurut PPDGJ-III ditegakkan
berdasarkan :2
 Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang
berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa
bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus
tertentu saja (sifatnya “free floating” atau “mengambang”).
 Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:

22
1. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk,
sulit berkonsentrasi, dsb)
2. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai);
dan
3. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut
kering, dsb)
 Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari),
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan Anxietas
Menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode
depresif (F.32.-), gangguan anxietas fobik (F.40.-), gangguan panik (F42.0),
atau gangguan obsesif-kompulsif (F.42.-) 2

II.6 Penatalaksanaan
Medikasi atau psikoterapi merupakan terapi inisial pilihan dalam
penatalaksanaan GAD. Beberapa penelitian menyatakan kombinasi keduanya akan
meningkatkan efektivitas terapi pada pasien dengan gejala sedang dan berat.
Farmakoterapi
SSRI merupakan terapi pilihan utama dalam pengobatan GAD, TCAs
juga terbukti efektif dalam penatalaksanaan GAD. Azapirone seeperti
Busiprone (Buspar), mempunyai efek lebih baik pada GAD. Medikasi harus
dititrasi perlahan dari dosis inisial. Karena onset of action yang lambat,
medikasi tidak dapat dikatakan tidak efektif sampai dosis dititrasi mencapai
dosis tinggi setidaknya dalam 1 bulan. Ketika gejala sudah membaik maka dosis
tersebut dipertahankan selam 12 bulan sebelum dilakukan tapering off.
Beberapa pasien mungkin membutuhkan lama pengobatan yang lebih lama
Obat golongan benzodiazepines terbukti efektif untuk mengurangi
gejala cemas, namun banyak pasien yang mengalami tolerasni obat, efek sedasi
dan berhubugan dengan meningkatnya mortalitas. Ketika dikombinasikan
dengan obat antidepressant keduanya mempunyai efektivitas yang sangat baik

23
dalam terapi gangguan cemas jangka pendek, namun tidak direkomendasikan
untuk terapi jangka panjang. Hal ini disebabkan tingginya resiko
ketergantungan terhadap penggunaan benzodiazepine. NICE guidelines
merekomendasikan penggunaanya hanya diperuntukan untuk jangka pendek.
Benzodiazepine dengan intermediet atau kerja panjang seperti clonazepam
mungkin mempunyai resiko yang lebih rendah terhadap rebound ansietas dan
penyalahgunaan obat
 Benzodiazepin
Merupakan pilihan obat pertama. Dimulai dengan pemberian dosis terendah
dan ditingkatkan sampai mencapai respon terapi. Lama pengobatan rata-rata 2-
6minggu dilanjutkan dengan masa tapering off selama 1-2 minggu.2
 Buspiron
Lebih efektif dalam memperbaiki gejala kognitif dibanding gejala somatik pada
gangguan cemas menyeluruh, tidak menyebabkan withdrawal. Kekurangannya
efek klinik terasa setelah 2-3 minggu kemudian. Dapat dilakukan penggunaan
bersama benzodiazepin dengan buspiron. Dilakukan tapering off benzodiazepin
setelah 2-3minggu disaat efek buspiron mencapai maksimal.2
 SSRI(SELECTIVE SEROTONIN RE-UPTAKE INHIBITOR)
Sertralin dan paroxetin lebih baik daripada fluoksetin. Pemberian fluoksetin
dapat meningkatkan anxietas sesaat. SSRI efektif terutama terhadap pasien
gangguan cemas menyeluruh dengan riwayat depresi.2

Antipsikotik
Atipikal antipsikotik terbukti membantu pengobatan gangguan cemas
menyeluruh. Beberapa penelitian menganjurkan penggunaan antipsikotik
sebagai terapi adjuvant untuk pasien yang tidak respon dengan terapi lini
pertama yaitu dengan penggunaan kombinasi obat golongan SSRI dan
Benzodiazepam. Dengan dosis modifikasi, tambahan obat antipsikotik terbukti
mengatasi gangguan cemas. Penggunaan obat antipsikotik tunggal tidak
dianjurkan sebagai pengobatan gangguan cemas menyeluruh.

24
II.7 Prognosis
Gangguan cemas menyeluruh merupakan suatu keadaan kronis yang
mungkin berlangsung seumur hidup. Sebanyak 25 % penderita GAD akhirnya
mengalami gangguan panik, juga dapat mengalami gangguan depresi mayor. 2

25
BAB III
PEMBAHASAN

Gangguan cemas menyeluruh (Generalyzed Anxiety Disorder, GAD) merupakan


kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan
dan tidak rasional bahkan terkadang tidak realistik terhadap berbagai peristiwa
kehidupan sehari-hari. Berdasarkan dengan gejala pasien yaitu pasien mengeluhkan
cemas dan gelisah yang ditandai oleh rasa berdebar-debar, sesak napas dan merasa
leher seperti tercekik, disertai berkeringat, dan nyeri perut. Ia juga kesulitan tidur dan
sering terbangun saat tengah malam. Pasien tidak mengetahui secara pasti apa yang
memicu terjadinya rasa cemas tersebut.
Adapun Kriteria PPDGJ III untuk gangguan cemas menyeluruh adalah :
 Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang
berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa
bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus
tertentu saja (sifatnya “free floating” atau “mengambang”).
 Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
1. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk,
sulit berkonsentrasi, dsb)
2. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat
santai); dan
3. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut
kering, dsb)
 Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari),
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan Anxietas
Menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode
depresif (F.32.-), gangguan anxietas fobik (F.40.-), gangguan panik (F42.0),
atau gangguan obsesif-kompulsif (F.42.-) 3,4

26
Dari kriteria yang disebutkan diatas, gejala pasien ini masuk dalam kriteria
diagnosis gangguan cemas menyeluruh, sehingga diagnosis pasien adalah F41.1
Gangguan cemas menyeluruh . Beberapa diagnosis banding telah disingkirkan antara
lain :

1. Cemas akibat gangguan mental organik: disingkirkan karena dari hasil wawancara
pasien tidak memiliki riwayat sakit parah atau dirawat di RS.
2. Penyalahgunaan obat, putus obat atau zat : disingkirkan karena pasien tidak
memiliki riwayat penggunaan NAPZA
3. Gangguan panik : Disingkirkan karena rasa cemas yang dialami pasien
berlangsung hampir setiap hari dan terjadi sepanjang hari, sedangkan pada
gangguan panik puncak rasa cemas datang tiba-tiba dan puncaknya bertahan 10-
20 menit.
4. Gangguan fobik : disingkirkan karena pasien tidak memiliki ketakutan pada suatu
tempat seperti tempat terbuka, tempat ramai ataupun keramaian.
5. Obsesif kompulsif : disingkirkan karena pada pasien tidak ditemukan adanya ide-
ide tertentu yang mengharuskan pasien untuk melakukan suatu tindakan.

Terapi pada pasien ini dapat diberikan terapi farmakologis maupun non
farmakologis. Untuk terapi farmakologisnya diberikan Fluoxetine golongan Selective
Serotonin Reuptake Inhibitors yang cenderung segera membuat pasien tenang. Pada
pasien ini fluoxetine awal diberikan sebanyak 10 mg/hari dan pada minggu kedua
fluoxetine dinaikkan menjadi 20 mg/hari, hal ini sesuai dengan rekomendasi yang ada
bahwa dosis awal fluoxetine adalah 10 mg/hari selama 7 hari dan kemudian pada
minggu kedua dosis fluoxetine dinaikkan menjadi 20 mg/hari. Fluoxetine (SSRI) ini
merupakan salah satu obat antidepresan yang bekerja secara selektif menghambat
ambilan kembali neurotransmitter serotonin (5HT2) yang dilepaskan oleh neuron
prasinaps ke celah sinaps, hal ini bertujuan untuk mengatasi penurunan kadar serotonin
yang merupakan salah satu penyebab terjadinya kecemasan. Selain itu diberikan
clobazam golongan benzodiazepin. Alprazolam merupakan kelompok obat

27
antiansietas yang bekerja dengan cara pengikatan spesifik terhadap reseptor GABA
yang menghasilkan efek inhibisi sehingga mengurangi pelepasan neurotransmitter
seperti noradrenalin yang merupakan salah satu penyebab terjadinya kecemasan.
Alprazolam dapat diberikan dengan dosis awal 2x1 mg kemudian diturnkan dengan
perlahan. Diberikan obat golongan antipsikotik generasi II yaitu clozapine 25mg.
Clozapine dengan dosis rendah mempunyai efek antidepresi dan memperbaiki gejala
anxietas dengan mempengaruhi reseptor serotonin yaitu 5-ht2, dengan mekanisme
kerja tersebut akan memberikan efek sedative pada pasien. obat antipsikotik dapat
diberikan sebagai terapi kombinasi tambahan untk anxietas dengan
mempertimbangkan gejala pasien. Sedangkan untuk terapi non farmakologisnya
pasien diberikan psikoterapi suportif yang bertujuan untuk mendukung atau
memperkuat mekanisme defense dan memperluas mekanisme pengendalian yang
dimiliki dengan yang baru dan lebih baik. Selain psikoterapi suportif pasien juga
disarankan untuk melakukan relaksasi minimal 2 kali/hari yang bertujuan untuk
membantu pasien mengendalikan emosinya. Setalah dilakukan terapi farmakologi,
psikoterapi suportif dan terapi relaksasi pasien kontrol kembali ke poli psikiatri RSUD
Pasar Minggu dengan perbaikan gejala (rasa cemas berkurang dan tidak lagi
merasakan putus asa), Perjalanan penyakit mulai dari awal keluhan muncul, mulainya
pengobatan dan perbaikan gejala yang terjadi dapat dilihat dengan jelas pada grafik
perjalanan penyakit. Pengobatan yang telah berespon baik pada pasien ini akan
dilanjutkan dengan tujuan untuk menjaga kadarnya stabil dalam darah sehingga akan
mencegah kekambuhan.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock ,Benjamin james dan Sadock, Virginia Alcott. 2010. Gangguan ansietas.
Dalam : Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2. EGC : Jakarta. Hal
230−233

2. Elvira, SD, Hadisukanto, Gitayanti, 2017. Buku Ajar Psikiatri Edisi ke-3 cetakan
ke-1. Badan Penerbit FK UI. Jakarta.Hal 289−295

3. Hershenberg, R. Gros, D,F. Brwaman-Mintzer, O. 2014. Role of Atypical


Antipsychotic in Treatment of Generalized Anxiety Disorder, ADIS Journal

4. Locke, A,B. et al. 2016. Diagnosis and Management of Generalized Anxiety


Disorder and Panic Disorder in Adults, AAFP Journal

29

Anda mungkin juga menyukai