Disusun Oleh :
Sofia Nurfadilla
1810221048
Penguji:
dr. Yaniar Mulyantini, SpKJ
NASKAH UJIAN
SKIZOFRENIA PARANOID EPISODIK BERULANG
Oleh :
Sofia Nurfadilla
1810221048
1. Status Pasien
Nama : Tn, S
Umur : 26 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 2 Oktober 1992
Alamat : Gandaria
Pendidikan terakhir : SMA
Status Pernikahan : Belum menikah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Pembiayaan : BPJS
2. Riwayat Psikiatri
Riwayat psikiatri melalui autoanamnesis dan alloanamnesis terhadap diri
pasien dan kakak pasien tanggal 14 November 2019
Keluhan Utama
Pasien sering mendengar bisikan sejak dirawat di RSUD Pasar Minggu 1 bulan
yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan masih mendengar bisikan-bisikan di telinganya, bisikan
tidak jelas namun masih terdengar dari telinga pasien. Bisikan tidak memerintahkan
pasien untuk melakukan sesuatu. Selain itu, pasien juga mengeluhkan melihat
bayangan, bentuk bayangan tidak jelas. Menurut pasien bayangan tersebut tidak bisa
dilihat orang lain, pasien hanya merasa diperhatikan oleh bayangan tersebut, bayangan
tidak memberi perintah apapun dan tidak mengajaknya berbicara. Pasien tidak
mengenali suara maupun bayangan tersebut. Pasien juga merasa bahwa orang yang
berada di dalam foto bisa berbicara dan mengajak pasien mengobrol. Saat ini, pasien
tidak ada rasa curiga ataupun merasa orang sekitar ingin menjahati dirinya. Sering
mencium bau aneh disangkal. Merasakan ada sesuatu yang berjalan di badan yang
tidak nyata disangkal. Kegiatan pasien saat ini hanya dirumah, bermain dengan kedua
keponakan pasien, tidur tidak ada keluhan.
Kurang lebih 1 bulan yang lalu pasien masuk ke IGD RSUD Pasar Minggu
karena sesak dan mengalami penurunan kesadaran ketika di RS, dirawat di ICCU
selama 9 hari memakai ventilator dan dirawat di ruang biasa 7 hari. Dirawat oleh DPJP
dokter jantung dengan diagnosis HHD, gagal jantung dan bronkopneumonia.
Sebelumnya pasien mengaku tidak pernah mengalami keluhan tersebut, tidak pernah
dirawat di rumah sakit dan tidak memiliki riwayat penyakit lain seperti jantung, paru,
saraf, tumor kepala, penyakit epilepsi, dll.
c. Riwayat Penggunaan Obat
Pasien tidak konsumsi obat jangka panjang selain obat psikiatri Olanzapine 1 x
20 mg/hari dan Triheksiphenidyl 2 x 2 mg/hari. Saat ini pemberian obat dikelola oleh
ibu pasien.
d. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Tidak Pernah
e. Follow Up
18/11/2019 Pasien rutin mengonsumsi obat, dapat tidur saat malam hari.
Keluhan melihat bayangan masih ada. Suara-suara masih ada
namun tidak jelas. Keluhan tidak mengganggu pasien.
20/11/2019 Pasien kontrol ke Poli Jantung post rawat inap. Sesak tidak ada.
23/11/2019 Bayangan dan suara sudah tidak jelas. Pasien sudah lebih
nyaman dari hari sebelumnya. Kegiatan di rumah saat ini
bermain dengan kedua keponakannya.
Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016- Tahun 2019
2018
Pasien Keluhan Keluhan Pasien dirawat
mengaku sudah terkontrol, dan kembali lagi, Kontrol obat RSUD Pasar
mulai ada bekurang pasien sering diambil alih Minggu.
keluhan muncul melamun, oleh ibu Pasien tidak
pikiran dan menyendiri, pasien. Rutin minum obat 9
perasaan seperti sering minum obat hari karena
rasa ingin menangis. dan mengaku dirawat di
dicabut nyawa Kakak pasien sudah tidak ICCU.
oleh malaikat mengaku obat mendengar Keluhan
izrail, melihat dipegang oleh bisikan muncul
cahaya, pasien ataupun kembali,
mendengar langsung melihat pasien
suara terompet, sehingga tidak bayangan. mengaku
sering terkontrol mendengar
melamun, bisikan dan
menangis di melihat
pojokan dan bayangan.
terkadang
teriak gelisah.
Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Pasien lahir
spontan di bidan. Proeses kelahiran normal tanpa adanya penyulit.
Riwayat komplikasi kelahiran dan trauma lahir tidak ada. Cacat bawaan
disangkal.
2. Riwayat Perkembangan Kepribadian
Masa Kanak Awal (0–3 tahun)
Berdasarkan autoanamnesa dengan diri pasien, proses tumbuh kembang
pasien berlangsung normal seperti anak-anak seusianya. Pasien tidak
mengalami keterlambatan apapun baik itu berbicara maupun berjalan.
Masa Kanak Pertengahan (3–11 tahun)
Tidak ada keterlambatan tumbuh kembang pada pasien. Saat sekolah
dasar pasien dapat mengikuti pelajaran dikelas, tidak ada gangguan
konsenterasi maupun perilaku.
Masa Kanak Akhir (Pubertas dan Remaja)
Pasien mampu bergaul dan bersosialisasi dengan teman-teman
seusianya di lingkungan rumah maupun sekolahnya,
Riwayat Pendidikan
Pasien bersekolah SD, SMP dan SMA dan dapat mengikuti pelajaran
dengan baik, tidak pernah tinggal kelas dan rajin dalam mengerjakan
tugasnya.
3. Riwayat Pekerjaan
Pasien saat ini tidak bekerja. Sebelum pasien sakit, pekerjaan pasien
tidak ada masalah.
4. Kehidupan Beragama
Pasien beragama Islam.
5. Kehidupan Perkawinan/ Psikoseksual
Pasien belum menikah
6. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah punya riwayat masalah dengan aparat penegak
hukum, dan tidak pernah terlibat dalam proses peradilan yang terkait
dengan hukum.
7. Riwayat Sosial
Pasien sebelumnya merupakan seseorang yang dapat bergaul dan
memiliki banyak teman. Namun sekarang, pasien hanya bersosialisasi
dengan keluarganya saja.
8. Riwayat Keluarga
Pasien beragama Islam sejak lahir. Pasien merupakan anak ketiga dari
empat bersaudara. Tinggal dengan ibu, kakak pertama, suami kakak,
kedua anaknya, dan adik pasien. Kakak kedua pasien sudah menikah
dan tinggal bersama istrinya. Di keluarga tidak ada yang memiliki
riwayat keluhan serupa dengan pasien. Pasien diperlakukan baik oleh
keluarganya. Pasien dirawat oleh ibu dan kakak pertamanya.
Genogram
Sumber : Pasien
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
Meninggal
Cerai
3. Status Mental
a. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien laki-laki, usia 30 tahun, tampak lebih tua dengan usianya,
perawakan berlebih dari berat badan normal dengan tinggi di bawah
rata-rata, berpakaian rapih, tampak bersih, berambut tidak panjang,
perawatan diri baik.
2. Kesadaran
a. Kesadaran neurologik: compos mentis
b. Kesadaran psikiatrik: pada saat ini ekspresi wajah pasien sesuai
dengan apa yang diceritakan.
3. Perilaku dan Aktivitas Motorik
a. Sebelum wawancara: pasien mempersilakan pemeriksa duduk di
sampingnya
b. Selama wawancara: pasien tampak dalam keadaan normoaktif.
Pasien dapat menjawab pertanyaan spontan dan antusias. Pasien
menjawab pertanyaan yang diberikan dan banyak bercerita
walaupun terkadang saat menjawab pertanyaan pasien menjawab
dengan berpindah-pindah dengan jawaban yang tidak
berhubungan dengan pertanyaan. Pasien sempat berbicara tentang
perasaan yang dirasakan saat itu dengan afek sesuai dengan emosi.
c. Sesudah wawancara: saat selesai wawancara, pasien menyalami
pemeriksa.
d. Bentuk kelainan psikomotor : Tidak ada
4. Sikap Terhadap Pemeriksa
Pasien bersikap kooperatif terhadap pemeriksa.
5. Pembicaraan
Pasien berbicara spontan, lancar, volume suara cukup, intonasi dan
artikulasi baik.
c. Gangguan Pikiran
1. Arus Pikir
Produktivitas : Baik
Kontuinitas : Asosiasi Longgar
Hendaya bahasa : Tidak ada
2. Isi Pikir
Preokupasi : Tidak ada
Waham : Ada, waham kejar dan waham nihilistik
Obsesi : Tidak ada
Fobia : Tidak ada
d. Gangguan Persepsi
Halusinasi : Ada, halusinasi auditorik dan visual
Ilusi : Tidak ada
Depersonalisasi : Tidak ada
Derealisasi : Tidak ada
Kecerdasan Baik
tidak dilakukan)
Orientasi
Waktu Baik
(pasien diajukan pertanyaan kembali “saat ini pagi, siang,
Baik
(pasien ditanya “sekarang kita sedang berada dimana?”.
Orang
Pasien dapat menjawab bahwa saat ini kita sedang berada di
rumah sakit)
Baik
(pasien diajukan pertanyaan “sekarang sedang apa?” pasien
menjawab “sekarang sedang tanya jawab”. Lalu pasien
diberikan pertanyaan “sekarang sedang berbicara dengan
siapa?” pasien menjawab “sekarang sedang berbicara dengan
dokter muda”)
Daya ingat
Baik
Segera (pasien diminta untuk mengingat nama 3 buah benda yang
disebutkan oleh pemeriksa yaitu buku, pensil, penghapus,
kemudian pasien diajak berbincang kembali mengenai hal lain.
Saat ditanya kembali nama 3 benda yang tadi disebutkan,
pasien dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan baik. Hal
ini menunjukkan bahwa fungsi memori segera pasien masih
dalam keadaan baik)
Visuospasial Baik
instruksi pemeriksa)
sendiri)
f. Pengendalian Impuls
Baik
g. Daya Nilai
Daya nilai sosial
Cukup, pasien berinteraksi dengan baik ketika diwawancara oleh pemeriksa
4. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
- Kesadaran : Tampak baik
- Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6)
- Tanda Vital :
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,7 C
- Kepala : normocephal
- Mata : isokor, reflek cahaya (+), reflek kornea (+), konjungtiva anemis
(-/-)
- Hidung : sekret (-), darah (-), deviasi (-)
- Mulut : Mukosa bibir lembab, tidak ada gusi berdarah
- Leher : tidak terabanya pembesaran KGB
- Paru : Bentuk dada normal, simetris, retraksi (-), Suara napas
vesicular, rhonki -/-, wheezing -/-
- Jantung : BJ I-II murni regular, murmur (-), gallop (-)
- Abdomen : Datar, supel, NT (-), BU (+) normal
- Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada edema, CRT <= 2 detik
Status Neurologis
- Saraf kranial : kesan dalam batas normal
- Refleks fisiologis : kesan dalam batas normal
- Refleks patologis : tidak ada
- Motorik : kesan dalam batas normal
- Sensibilitas : kesan dalam batas normal
- Fungsi Luhur : tidak ada kelainan
5. Resume
Pasien laki-laki, usia 30 tahun, tampak lebih tua dengan usianya, perawakan
berlebih dari berat badan normal dengan tinggi di bawah rata-rata, berpakaian rapih,
tampak bersih, berambut tidak panjang, perawatan diri baik.
Pasien mengatakan masih mendengar bisikan-bisikan di telinganya, bisikan tidak
jelas namun masih terdengar dari telinga pasien. Bisikan tidak memerintahkan pasien
untuk melakukan sesuatu. Selain itu, pasien juga mengeluhkan melihat bayangan,
bentuk bayangan tidak jelas. Bayangan tidak memberi perintah apapun dan tidak
mengajaknya berbicara. Pasien tidak mengenali suara maupun bayangan tersebut. Saat
ini pasien cukup dapat mengontrol bisikan dan bayangan tersebut sehingga tidak
mempengaruhi kegiatan sehari-hari di rumah. Selain itu, pasien juga merasa gambar di
foto bisa bicara. Dari pemeriksaan psikiatri didapatkan kesadaran neurologis compos
mentis, perilaku dan aktivitas motorik normoaktif, suasana perasaan (mood) eutim,
afek luas, keserasian serasi, masih terdapat gangguan arus pikir seperti asosiasi longgar
dan isi pikir yaitu waham kejar dan waham nihilistik, lalu terdapat gangguan persepsi
seperti halusinasi auditorik dan visual, fungsi intelektual baik, produktivitas
pembicaraan baik, pengendalian impuls baik, daya nilai sosial cukup, daya nilai realitas
terganggu, tilikan pada pasien derajat 4. Pemeriksaan status generalis dan neurologis
dalam batas normal.
6. Diagnosis Multiaksial
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan yang telah dilakukan pada pasien
ini terdapat gangguan persepsi (halusinasi auditorik dan visual) dan gangguan isi pikir
(waham kejar dan nihilistik), dan gejala tersebut masih kerap kali muncul.
Diagnosis Aksis I
Berdasarkan anamnesis yang telah dilakukan, pasien tidak pernah memiliki
riwayat cedera kepala, kejang atau tindakan operasi. Berdasarkan hasil
pemeriksaan fisik, secara keseluruhan dalam batas normal, pada pasien tidak
ditemukan adanya penurunan kesadaran secara biologis, tanda-tanda peningkatan
tekanan intrakranial tidak ditemukan, dan tanda rangsang meningeal negatif. Hal
ini dapat dinilai dari tingkat kesadaran, fungsi kognitif, daya ingat, dan orientasi
yang tergolong baik, sehingga pasien ini bukan penderita Gangguan Mental
Organik (F.0). Dari hasil anamnesis, pasien juga tidak pernah mengonsumsi
NAPZA maka dari itu dapat disimpulkan bahwa pasien ini bukan penderita
Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Zat Psikoaktif atau Alkohol (F.1).
Dari hasil anamnesis pasien, pasien memiliki riwayat gangguan dalam menilai
realitas, baik halusinasi maupun waham, pasien cenderung melamun, menangis
sendiri, dan kadang-kadang mengamuk. Pasien sudah dua kali mengalami
kekambuhan hingga saat ini dan berdasarkan PPDGJ-III saat ini pasien dinyatakan
memiliki gangguan psikotik (F.20) yaitu Skizofrenia Paranoid. Gejala yang
dialami pasien yang dirasakan sejak 6 tahun yang lalu saat ini masih sering muncul
karena putus obat sehingga pasien dikatakan menderita Skizofrenia Paranoid
Episodik Berulang (F20.03)
Diagnosis Aksis II
Dari hasil anamnesis pasien, pasien dapat bergaul dengan baik, tidak terdapat
keterlambatan dalam berbahasa, dapat merawat diri dan membantu pekerjaan
rumah walaupun tidak sepenuhnya, tidak memiliki gangguan dalam hal akademik.
Tidak terdapat gangguan kepribadian dan tidak terdapat gangguan retardasi
mental. Aksis II adalah tidak ada diagnosis.
Diagnosis Aksis III
Dari hasil anamnesis pasien dan pemeriksaan fisik, ditemukan kondisi medik
lainnya ketika dirawat di RSUD Pasar Minggu dengan penyakit system
sirkulasi dan pernapasan. Semenjak pasien tidak sadar, pasien tidak dapat
meneruskan obat dari psikiatri. Aksis III I00-I99 dan J00-J99.
Diagnosis Aksis IV
Dari hasil anamnesis pasien, selama ini keluarga pasien merawat pasien oleh
ibu dan kakak pasien dengan baik.
Masalah pekerjaan : pasien sampai saat ini belum bekerja lagi.
Diagnosis Aksis V
Pada pasien ini didapatkan beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita
dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi. Maka pada aksis V
didapatkan GAF scale 40-31.
7. Evaluasi Multiaksial
Aksis I : (F.20.03) Skizofrenia Paranoid Episodik Berulang
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : J00-J99 dan I00-I99
Aksis IV : Masalah pekerjaan
Aksis V : GAF scale 40-31
8. Penatalaksanaan
a) Farmakologi
o Olanzapine 1 x 20 mg/hari
o Triheksiphenidyl 2 x 2 mg/hari
b) Non Farmakologi
- Psikoterapi suportif
9. Prognosis
Quo Ad Vitam : dubia
Quo Ad Functionam : dubia ad bonam
Quo Ad Sanationam : dubia ad malam
PEMBAHASAN
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa dimana penderitanya mengalami
disorientasi dalam membedakan hal yang nyata dan tidak mampu memahami
dirinya dengan baik. Pada pasien ini ditemukan adanya kesulitan dalam
menilai kenyataan yaitu terdapat gangguan persepsi seperti halusinasi
auditorik dan visual seperti bisikan dan bayangan. Pada pasien ini juga
terdapat gangguan isi pikiran berupa waham kejar dimana pasien merasa
malaikat izroil mengambil nyawa pasien. Gangguan arus pikir dengan adanya
asosiasi longgar. Keluhan tersebut masih kerap muncul terutama halusinasi
auditorik dan visual. Berdasarkan hasil wawancara, pemeriksaan status mental
dan status generalis, tanda dan gejala yang terdapat pada pasien mengarah
kepada diagnosis (F.20.0) Skizofrenia Paranoid. Menurut PPDGJ III,
diagnosis skizofrenia dapat ditegakan dengan adanya paling sedikit satu atau
lebih gejala-gejala tersebut (mengacu pada PPDGJ III) selama kurung waktu
satu bulan atau lebih. Pada pasien ini diketahui bahwa pasien telah memiliki
tanda dan gejala seperti di atas sejak 6 tahun yang lalu. Pasien memiliki
keteraturan minum obat yang cukup baik, sehingga pasien pernah mencapai
keadaan remisi, namun keluhan muncul kembali karena pasien putus obat
sehingga timbul episode baru yaitu kategori episodik berulang (F20.03).
Terapi pada pasien ini menggunakan olanzapine (APG II) dengan dosis
1x20 mg/hari. Penggunaan olanzapine pada pasien ini mengikuti lini pertama
pada algoritma penatalaksanaan skizofrenia. Terdapat 3 fase terapi
skizofrenia, pertama fase akut yang berlangsung selama 4-8 minggu
menggunakan lini pertama APG II dengan dosis awal 10 mg yang akan
dinaikkan perminggunya sampai dengan dosis efektif setelah 4-8 minggu,
dilanjutkan ke fase stabilisasi dengan menggunakan obat yang sama dosisnya
lalu dipertahankan selama 6 bulan. Fase ketiga adalah fase rumatan. Pasien ini
masih dalam fase stabilisasi sehingga dosis yang digunakan saat ini adalah
1x20mg/hari dosis lanjutan dari fase akut dan pada fase ini dapat dilakukan
terapi non farmakologi berupa psikoterapi suportif. Pada pasien juga
diberikan trihexyphenidyl 2 x 2 mg/hari karena pasien memiliki gejala
ekstrapiramidal.