Ilmu Tanaman - Fisiologi - Perkecambahan PDF
Ilmu Tanaman - Fisiologi - Perkecambahan PDF
FISIOLOGI TUMBUHAN :
PERKECAMBAHAN DAN DORMANSI
DISUSUN OLEH:
VONITA AMELIA SUKMADINI
(11140920000012)
KELAS:
AGRIBISNIS 2A
DOSEN:
Dr. IWAN AMINUDIN, M.Si
Puji dan syukur kehadirat Allah swt., karena berkat limpahan Rahmat serta
Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum 8 Ilmu Tanaman
tentang Fisiologi Tumbuhan: Perkecambahan dan Dormansi. Laporan Praktikum
ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan nilai tugas Ilmu Tanaman.
Kritik dan saran membangun tentang Laporan Praktikum Ilmu Tanaman ini
sangat penulis harapkan. Sebagai pembelajaran untuk penyusunan laporan
praktikum yang lebih baik di masa yang akan datang. Semoga Laporan Praktikum
ini dapat bermanfaat dan menjadi media pembelajaran ilmu pegetahuan bagi kita
semua.
Penulis
TABEL
Tabel 1.2 Hasil Pengamatan Percobaan Kedua (Biji Saga atau Trembesi). 20
GAMBAR
LAMPIRAN
Lampiran 1 ………………………………………………………..…….. 26
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
1. Penyerapan air
(1) Masuk air secara imbibisi dan osmosis
(2) Kulit biji
(3) Pengembangan embrio dan endosperm
(4) Kulit biji pecah, radikal keluar
Makanan cadangan utama pada biji yaitu pati, hemiselulosa, lemak, protein:
• Tidak larut dalam air atau berupa senyawa koloid
• Terdapat dalam jumlah besar pada endosperm dan kotiledon
• Merupakan senyawa kompleks bermolekul besar
• Tidak dapat diangkut (immobile) ke daerah yang memerlukan
embrionikaksis
Proses pencenaan dibantu oleh enzim:
• Senyawa organik yang diproduksi oleh sel hidup
• Berupa protein
• Merupakan katalisator organik
• Memiliki fungsi pokok:
* Enzim Amilase merubah pati dan hemiselulosa menjadi gula
* Enzim Protease merubah protein menjadi asam amino
* Enzim Lipase merubah lemak menjadi asam lemak dan gliserin
• Aktivasi enzim dilakukan oleh air setelah terjadinya imbibisi
• Enzim yang telah diaktivasi masuk ke dalam endosperm atau kotiledon
untuk mencerna cadangan makanan
5. Pernafasan (Respirasi)
Merupakan proses perombakan makanan (karbohidrat) menjadi senyawa
lebih sederhana dengan membebaskan sejumlah tenaga. Pertama kali terjadi
pada embrionik axis setelah cadangan habis baru beralih ke endosperm atau
kotiledon. Aktivasi respirasi tertinggi adalah pada saat radicle menembus
kulit.
6. Pertumbuhan
Ada dua bentuk pertumbuhan embrionik axis:
Pembesaran sel-sel yang sudah ada
Pembentukan sel-sel yang baru pada titik-titik tumbuh
2.2 Dormansi
Definisi Dormansi
Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda
perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan
memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat
terjadi pada kulit biji maupun pada embrio. Biji yang telah masak dan
siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat
tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai
proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk
mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk
mengatasi dormansi embrio.
1. Dormansi Fisik
Pada tipe dormansi ini yang menyebabkan pembatas structural terhadap
perkecambahan adalah kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi
penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas pada berbagai jenis
tanaman. Yang termasuk dormansi fisik adalah:
a. Impermeabilitas kulit biji terhadap air
Benih-benih yang menunjukkan tipe dormansi ini disebut benih
keras contohnya seperti pada famili Leguminoceae, disini pengambilan
air terhalang kulit biji yang mempunyai struktur terdiri dari lapisan sel-
sel berupa palisade yang berdinding tebal, terutama dipermukaan paling
luar dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin. Di alam selain
pergantian suhu tinggi dan rendah dapat menyebabkan benih retak akibat
pengembangan dan pengkerutan, juga kegiatan dari bakteri dan
cendawan dapat membantu memperpendek masa dormansi benih.
b. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio
Pada tipe dormansi ini, beberapa jenis benih tetap berada dalam
keadaan dorman disebabkan kulit biji yang cukup kuat untuk
menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit ini dihilangkan maka
embrio akan tumbuh dengan segera. Tipe dormansi ini juga umumnya
dijumpai pada beberapa genera tropis seperti Pterocarpus, Terminalia,
Eucalyptus, dll. (Doran, 1997).
Pada tipe dormansi ini juga didapati tipe kulit biji yang biasa
dilalui oleh air dan oksigen, tetapi perkembangan embrio terhalang oleh
kekuatan mekanis dari kulit biji tersebut. Hambatan mekanis terhadap
pertumbuhan embrio dapat diatasi dengan dua cara mengekstrasi benih
dari pericarp atau kulit biji.
c. Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas.
c. Dormansi Sekunder
Dormansi sekunder disini adalah benih-benih yang pada keadaan
normal maupun berkecambah, tetapi apabila dikenakan pada suatu
keadaan yang tidak menguntungkan selama beberapa waktu dapat
menjadi kehilangan kemampuannya untuk berkecambah. Kadang-kadang
dormansi sekunder ditimbulkan bila benih diberi semua kondisi yang
dibutuhkan untuk berkecambah kecuali satu. Misalnya kegagalan
memberikan cahaya pada benih yang membutuhkan cahaya.
Diduga dormansi sekunder tersebut disebabkan oleh perubahan
fisik yang terjadi pada kulit biji yang diakibatkan oleh pengeringan yang
berlebihan sehingga pertukaran gas-gas pada saat imbibisi menjadi lebih
terbatas.
d. Dormansi yang disebabkan oleh hambatan metabolis pada embrio
Dormansi ini dapat disebabkan oleh hadirnya zat penghambat
perkecambahan dalam embrio. Zat-zat penghambat perkecambahan yang
diketahui terdapat pada tanaman antara lain : Ammonia, Abcisic acid,
Benzoic acid, Ethylene, Alkaloid, Alkaloids Lactone (Counamin) dll.
Counamin diketahui menghambat kerja enzim-enzim penting dalam
perkecambahan seperti Alfa dan Beta amilase.
Tipe dormansi lain selain dormansi fisik dan fisiologis adalah
kombinasi dari beberapa tipe dormansi. Tipe dormansi ini disebabkan
oleh lebih dari satu mekanisme. Sebagai contoh adalah dormansi yang
disebabkan oleh kombinasi dari immaturity embrio, kulit biji indebiscent
yang membatasi masuknya O2 dan keperluan akan perlakuan chilling.
Tipe dormansi lain selain dormansi fisik dan fisiologis adalah kombinasi
dari beberapa tipe dormansi. Tipe dormansi ini disebabkan oleh lebih dari
satu mekanisme. Sebagai contoh adalah dormansi yang disebabkan oleh
Di bawah ini adalah tabel tipe-tipe dari dormansi beserta metode pematahan
dormansi.
2.3 Imbibisi
Definisi Imbibisi
Imbibisi adalah penyerapan air (absorpsi) oleh benda-benda yang padat
(solid) atau agak padat (semi solid) karena benda-benda itu mempunyai zat
penyusun dari bahan yang berupa koloid.
Banyak benda-benda kering atau benda setengah padat dapat menyerap air
(absorpsi) karena benda-benda tersebut mengandung materi koloid yang
hidrofil. Hidrofil artinya menarik air. Contoh pada tumbuhan misalnya biji
yang kering. Penyerapan air dipengaruhi oleh faktor dalam (disebut pula
faktor tumbuhan) dan faktor luar atau faktor lingkungan.
METODE PRAKTIKUM
Bahan:
1. Biji kacang Hijau (Phaseolus radiates) sebanyak 60 biji
2. Biji Trembesi atau Saga sebanyak 100 biji
3. Aquades
4. Minyak sayur
5. 𝐻2 S𝑂4 pekat
6. Komarin 50 ppm
3.8 Cara Kerja Percobaan 2: Biji dengan Kulit Biji yang Relatif Keras
1. Menyediakan 50 biji saga sebanyak 50 biji bagi dalam 5 kelompok
2. Meyediakan pula 5 pasang cawan petri beralaskan kertas saring atau
kapas.
3. Cawan 1-4 dibasahi dengan aquades sebanyak 15 ml.
4. Pada cawan pertama dimasukkan 10 biji, pada cawan kedua dimasukkan
10 biji yang diasah menggunakan amplas sebagian kulit bijinya sampai
tampak kotiledonnya.
5. Pada cawan ketiga dimasukkan 10 biji yang telah direndam ke dalam air
mendidih dan biarkan tetap terendam hingga air mencapai suhu kamar.
6. Pada cawan keempat dimasukkan 10 biji yang sebelumnya direndam ke
dalam 𝐻2 S𝑂4 pekat 1-2 menit kemudian cuci di bawah air mengalir.
7. Membasahi cawan ke 5 dahulu secukupnya dengan komarin 50 ppm
kemudian dimasukkan 10 biji
8. Menyimpan semua cawan petri di dalam ruang gelap. Melakukan
pengamatan presentase perkecambahan dalam setiap cawan petri.
9. Menjaga kelembaban jangan sampai cawan petri kering.
10. Menuliskan hasil pengamatan pada tabel pengamatan praktikum.
Tabel 1.2 Hasil Pengamatan Percobaan Kedua (Biji Saga atau Trembesi)
4.2 Pembahasan
(1) Pada perlakuan pertama menggunakan Biji utuh, tanpa aquades di dalam
suhu kamar didapatkan hasil tidak ada satupun biji yang berkecambah
dengan presentase keberhasilan perkecambahan 0%. Biji yang disimpan
dalam keadaan kering tidak dapat tumbuh karena enzim-enzim
pertumbuhannya belum aktif.
(2) Pada perlakuan kedua menggunakan Biji utuh, aquades, di dalam suhu
kamar didapatkan hasil 6 biji yang berkecambah dengan presentase
keberhasilan perkecambahan 60%. Aquades merupakan salah satu faktor
yang mampu mengaktifkan enzim-enzim pertumbuhan pada biji.
(3) Pada perlakuan ketiga menggunakan Biji utuh, aquades yang dididihkan,
di dalam suhu kamar didapatkan hasil 8 biji yang berkecambah dengan
presentase keberhasilan perkecambahan 80%. Tujuan direndam dalam air
yang mendidih hingga mencapai suhu kamar (semula) yaitu untuk
mempermudah proses imbibisi dan melunakkan permukaan biji,
Berdasarkan praktikum pengujian pengaruh faktor kulit biji yang relatif keras
dengan masa dormansi yang telah dilakukan, didapatkan hasil pengamatan
sebagai berikut:
Pada praktikum kali ini terdapat beberapa penyimpangan dari teori. Ada
beberapa faktor yang dapat berpengaruh. Contohnya adanya gangguan jamur yang
menghambat proses perkecambahan (benih menjadi busuk dan rusak sebelum
berkembang lebih lanjut). Selain itu kelembaban ruangan dan media tidak selalu
terjaga secara konstan.
KESIMPULAN
Benih-benih berkulit keras seperti biji saga atau trembesi menunjukkan tipe
dormansi. Mereka termasuk dalam famili Leguminoceae. Pada biji
leguminoceae ini, air tidak dapat masuk karena terhalang kulit biji yang
mempunyai struktur terdiri dari lapisan sel-sel berupa palisade yang
berdinding tebal. Terutama di permukaan paling luar dan bagian dalamnya
mempunyai lapisan lilin. Di alam selain pergantian suhu tinggi dan rendah
dapat menyebabkan biji tersebut retak akibat pengembangan dan
pengkerutan, juga kegiatan dari bakteri dan cendawan dapat membantu
memperpendek masa dormansi biji.
Referensi Buku:
Harjadi, M.M Sri Setyati. 1996. Pengantar Agronomi. Cetakan ke-12. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Salisbury, F & Ross, C.W. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Penerbit ITB,
Bandung.
Sutopo, Lita. 1993. Teknologi Benih. Fakultas Pertanian UNBRAW, Jakarta Utara.
Situs Internet :
Abdi. 2008. Dormansi Pada Benih Tanaman Pangan Dan Cara Praktis
Membangkitkannya. Diakses dari http://www.tanindo.com/abdi5/hal0401.htm.
pada tanggal 14 Mei 2015.