Penggunaan Peralatan Tata Cahaya
Penggunaan Peralatan Tata Cahaya
Salah satu unsur penting dalam pementasan teater adalah tata cahaya atau lighting.
Pencahayaan (Lighting) adalah penataan peralatan pencahayaan, dalam hal ini adalah untuk
menerangi suatu obyek / panggung untuk mendukung sebuah pementasan. Sebab, tanpa adanya
cahaya, maka pementasan tidak akan terlihat. Secara umum itulah fungsi dari tata cahaya.
Dalam teater, lighting terbagi menjadi dua yaitu :
1. Lighting sebagai Penerangan, yaitu fungsi lighting yang hanya sebatas menerangi tempat
beserta unsur-unsurnya serta agar pementasan dapat terlihat dengan jelas.
2. Lighting sebagai Pencahayaan, yaitu fungsi lighting sebagai unsur artisitik pementasan. Yang
satu ini bermanfaat untuk membentuk dan mendukung suasana sesuai dengan tuntutan
naskah. Bisa menentukan peran dan suasana, wajah tokoh-tokoh yang sedang berperan.
Dalam tata cahaya ada beberapa unsur penting yang harus diperhatikan, antara lain :
1. Tersedianya peralatan dan perlengkapan. Yaitu tersedianya cukup lampu, kabel, holder dan
beberapa peralatan yang berhubungan dengan lighting dan listrik. Tidak ada standard yang
pasti seberapa banyak perlengkapan tersebut, semuanya bergantung dari kebutuhan naskah
yang akan dipentaskan.
2. Tata letak dan titik fokus. Tata letak adalah penempatan lampu sedangkan titik fokus adalah
daerah jatuhnya cahaya. Pada umumnya, penempatan lampu dalam pementasan adalah di
atas dan dari arah depan panggung, sehingga titik fokus tepat berada di daerah panggung.
Namun semuanya itu sekali lagi bergantung dari kebutuhan naskah. Teori lain mengatakan
idealnya, lighiting dalam sebuah pementasan (apapun jenis pementasan itu) tata cahaya harus
menerangi setiap bagian dari panggung, yaitu dari arah depan, dan belakang, atas dan
bawah, kiri dan kanan, serta bagian tengah.
3. Keseimbangan warna. Maksudnya adalah keserasian penggunaan warna cahaya yang
dibutuhkan. Hal ini berarti, lightingman harus memiliki pengetahuan tentang warna.
4. Penguasaan alat dan perlengkapan. Artinya lightingman harus memiliki pemahaman mengenai
sifat karakter cahaya dari perlengkapan tata cahaya. Tata cahaya sangat berhubungan dengan
listrik, maka anda harus berhati-hati jika sedang bertugas menjadi light setter atau penata
cahaya.
5. Pemahaman naskah. Artinya lightingman harus paham mengenai naskah yang akan
dipentaskan. Selain itu, juga harus memahami maksud dan jalan pikiran sutradara sebagai
‘penguasa tertinggi’ dalam pementasan.
Dalam sebuah pementasan, semua orang memiliki peran yang sama pentingnya antara
satu dengan lainnya. Jika salah satu bagian terganggu, maka akan mengganggu jalannya proses
produksi secara keseluruhan. Begitu pula dengan “tukang tata cahaya’. Dia juga menjadi bagian
penting selain sutradara dan aktor, disamping make up, stage manager, dan unsur lainnya.
Dengan kata lain, lightingman juga harus memiliki disiplin yang sama dengan semua pendukung
pementasan.
Dari paparan di atas, semuanya dapat dicapai dengan belajar mengenai tata cahaya dan
unsur pendukung lainnya.
3. Filter Cahaya
Perlu diperhatikan bahwa warna benda transparan (misalnya filter cahaya), sangat
bergantung pada warna cahaya yang diteruskan. Sedangkan pada warna benda tidak transparan
(seperti batu, daun dan lainnya) tergantung pada warna yang dipantulkan. Jadi filter cahaya juga
berfungsi sebagai penerus warna-warna tertentu.
4. Teknik Pencahayaan
a. Fungsi Pencahayaan
Dalam kehidupan sehari-hari cahaya berfungsi membantu identifikasi objek oleh indra
penglihatan / mata. Di bidang sinematografi pencahayaan memiliki fungsi-fungsi berikut :
- menyinari obyek yang akan berhadapan dengan camera,
- menciptakan gambar yang artistik,
- membuat efek khusus,
- menghilangkan bayangan yang tidak perlu / mengganggu.
b. Jenis Cahaya
Penjeniasan cahaya pada sinematografi dan fotografi didasarkan pada fungsi
pencahayaan tersebut. Berdasarkan fungsinya jenis cahaya terdiri atas (1) cahaya kunci /
cahaya utama (key light), (2) cahaya pengisi (fill light), dan (3) cahaya belakang (back light).
Key light adalah cahaya yang lengsung mengenai objek dan bersifat dominan.
Kebanyakan key light searah dengan kamera. Untuk tujuan menciptakan efek tertentu key
light dapat ditempatkan di samping kamera sehingga cahaya mengenai sebagian objek.
Fill light adalah cahaya yang berfungsi mengisi. Key light yang mengenai salah satu sisi
menimbulkan bayangan di sisi lain. Fill light berfungsi menimpa/menghilangkan bayangan
key light. Fill Light juga berfungsi meratakan intensitas sinar pada ruangan. Jumlah fill light
biasanya lebih dari satu disesuaikan dengan kebutuhan penghilangan bayangan.
Back Light adalah cahaya yang berasal dari belakang obyek, dan biasanya digunakan
sebagai pembentuk gambar artistik dan memperkuat kesan (siluet, angker, misterius).
c. Jenis Pencahayaan
Ada 4 model pencahayaan yaitu :
1. Ambient lighting, yaitu pencahayaan seluruh ruang. Secara teknis ambient lighting
artinya total sinar yang datang dari semua arah, untuk seluruh ruang. Sebuah lampu
diletakkan di tengah-tengah ruang hanya salah satu bagian dari ambient lighting. Tetapi
bila ada sinar yang datang dari semua tepi plafon, misalnya, terciptalah ambient lighting.
Dalam membuat ambient lighting, sinar haruslah cukup fleksibel untuk berbagai situasi /
peristiwa yang mungkin terjadi diruangan. Tidak mungkin ruang makan selalu romatis.
2. Local lighting, atau pencahayaan lokal. Pencahayaan jenis ini ditujukan untuk aktivitas
sehari-hari. Misalnya: membaca, belajar, memasak, berdandan dan sebagainya.
Pencahayaan dimaksud untuk membuat mata tidak cepat lelah.
3. Accent lighting, atau pencahayaan yang berfungsi sebagai aksen. Selain contoh di atas,
pencahayaan jenis ini bisa dipakai sudut tertentu, barang tertentu menjadi menonjol.
Pencahayaan seperti ini dapat membimbing pengunjung untuk melihat suatu barang
atau koleksi tertentu.
4. Natural lighting, alias sinar matahari bahkan cahaya bulan. Bila di desain sejak awal,
pemanfaatan cahay matahari juga dapat membuat ruangan menjadi terang.
Berikut ini macam - macam peralatan tata cahaya untuk studio foto, maupun panggung :
3. Fresnel
Berisi bohlam fresnel dengan kapasitas 1000 Watt
atau 2000 Watt
Penggunaan lampu jenis ini sebagai lampu netral
dan biasanya dipakai untuk keperluan studio TV, yang
membutuhkan kejernihan hasil gambar yang dihasilkan
oleh kamera video
4. Effect Lights
6. Moving Lights
Gerakan vertikal : ± 540°
Gerakan horisontal : ± 267°
Lampu jenis ini terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu moving
light wash dan moving light profile / spot. Perbedaan
kedua jenis ini terletak pada gobo
Memiliki beberapa fasilitas yang lebih lengkap
daripada scanner, misal pada fungsi iris, zoom atau frost.
Gerakan alat ini relatif lebih lambat daripada
scanner tetapi memiliki jangkauan area yang lebih luas
7. Follow spot
Alat ini dipergunakan untuk menyorot penampil
yang ada dipanggung yang menjadi sorotan utama,
seperti MC, bintang tamu atau seseorang yang spesial
dalam acara tersebut
Kapasitas bohlam beragam, mulai dari 575 Watt
hingga 5000 Watt. Demikian juga dengan jenis bohlam.
Dikendalikan secara manual.
a. Lampu : sumber cahaya, ada bermacam, macam tipe, seperti par 38, halogen, spot, follow
light, focus light, dll.
b. Holder : dudukan lampu.
c. Kabel : penghantar listrik.
d. Dimmer : piranti untuk mengatur intensitas cahaya.
e. Main Light : cahaya yang berfungsi untuk menerangi panggung secara keseluruhan.
f. Foot Light : lampu untuk menerangi bagian bawah panggung.
g. Wing Light : lampu untuk menerangi bagian sisi panggung.
h. Front Light : lampu untuk menerangi panggung dari arah depan.
i. Back Light : lampu untuk menerangi bagian belakang panggung, biasanya ditempatkan di
panggung bagian belakang.
j. Silouet Light : lampu untuk membentuk siluet pada backdrop.
k. Upper Light : lampu untuk menerang bagian tengah panggung, biasanya ditempatkan
tepat di atas panggung.
l. Tools: peralatan pendukung tata cahaya, misalnya circuit breaker (sekring), tang, gunting,
isolator, solder, palu, tespen, cutter, avometer, saklar, stopcontact, jumper, dll.
m. Seri Light : lampu yang diinstalasi secara seri atau sendiri-sendiri. (1 channel 1 lampu)
n. Paralel Light : lampu yang diinstalasi secara paralel (1 channel beberapa lampu).
Secara sederhana hal-hal tersebut adalah yang pada umumnya harus diketahui oleh
lightingman, selanjutnya baik tidaknya tatacahaya bergantung pada pemahaman, pengalaman
dan kreatifitas dari lightingman. Intinya, jika ingin menjadi ‘lightingman sejati’, Anda harus
banyak belajar dan mencoba (trial and error).
D. FUNGSI TATA CAHAYA
Secara umum, tata cahaya berfungsi untuk membentuk situasi, menyinari gerak pelaku,
dan mempertajam ekspresi demi penciptaan karakter pelaku. Dengan demikian, imajinasi publik
ke situasi tertentu, yang tragis, yang sublim, yang lepas dari dunia keseharian atau spesifik
iluminasi.
2. Mengungkapkan Bentuk
Jika sebuah pementasan lakon disoroti dengan cahaya lampu biasa, maka para pemeran,
dan peralatan (properti), dan semua bagian dari skeneri akan nampak datar atau flat, tidak
menarik. Di sini tidak nampak sinar tajam (high-light), tidak ada bayangan, dan monoton.
Agar objek yang terkena cahaya nampak dengan bentuk yang wajar, maka penyebaran
sinar harus memiliki tinggi-rendah derajat pencahayaan yang memberikan
keanekaragaman hasil perbedaan tinggi-rendahnya derajat pencahayaan itu.
Pengungkapan bentuk pada hakikatnya disempurnakan oleh pencahayaan. Sudut datang
cahaya dan arah cahaya lampu khusus, harus diramu bersama dengan hati-hati sehingga
menghasilkan pencahayaan yang seimbang hingga ada pembeda antara keremangan dan
bayangan. Kontras dan keanekaragaman warna juga merupakan bagian-bagian yang
harus dapat dibedakan sehingga dapat memikiat perhatian penonton.
4. Membuat Komposisi
Membuat komposisi dengan cahaya adalah sama dengan menggunakan cahaya sebagai
elemen rancangan. Hal ini terkait dengan kebutuhan skeneri, objek mana yang harus
disorot dengan intensitas yang rendah/tinggi hingga berkomposisi bagus, pola-pola
bayangan juga harus diperhatikan.
Di bawah ini beberapa peralatan dan perlengkapan studio foto atau video, diantaranya :
1. Ruang Studio
Luas ukuran minimal dari studio foto tergantung dari jenis foto apa yang akan dihasilkan,
jika hanya Pas foto tentu saja tidak memerlukan ruang studio yang luas seperti pada foo
keluarga aau grup yang memerlukan ruangan yang besar. Jadi tidak ada ukuran maksimal
atau minimal dari studio tersebut.
Pada tahap awal studio dapat berukuran 3 x 4 m atau 4 x 6 m pertimbangannya
menyangkut perlengkapan yang harus disimpan seperti kamera, lampu background dan
lain-lain.
2. Kamera dan Lensa
Ada tiga jenis kamera saat melakukan pemotretan di studio, yaitu kamera format kecil yg
biasa disebut kamera 35mm, kamera medium format dan kamera format besar. Setiap
kamera memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk pemotretan portrait, biasanya
digunakan kamera format medium, sedangkan pemotretan still life memakai kamera format
besar. Akan tetapi bukan berarti kamera format kecil atau kamera 35mm tidak dapat
digunakan untuk pemotretan studio. Saat ini sudah banyak studio foto yang memakai
kamera dengan format 35mm untuk pemotretan portrait di studio.
3. Cable Release
Fungsi dari alat ini adalah sebagai pengganti tombol pelepas rana. Alat ini akan
memudahkan fotografer ketika menekan tombol pelepas rana sehingga mengurangi risiko
bergoyangnya kamera (shake) terutama pade pemotretan dengan kecepatan rana rendah
atau bulb.
5. Kabel Sinkronisasi
Kabel ini berfungsi sebagai pemicu agar lampu studio menyala yang mana kabel ini
menghubungkan kamera dengan lampu studio.
9. Standar Reflektor
Biasanya setiap pembelian lampu flash studio dillengkapi dengan standar reflector yang
menghasilkan cahaya yang langsung dan keras.
10. Reflektor
Reflektor digunakan untuk memberikan cahaya tambahan yang merupakan pantulan dari
cahaya utama, reflector dipasaran terdiri dari 3 warna yaitu putih, perak dan emas dimana
masing-masing warna mempunyai karakter dari pentulannya tersebut.
14. Snoot
Snoot digunakan untuk mengarahkan pencahayaan ke bagian tertentu saja agar
mendapatkan efek spot. Alat ini biasanya digunakan diatas dan dibelakang objek untuk
menyinari rambut sehingga objek terpisah dengan latar belakang, misalnya untuk Hairlight.
F. MACAM-MACAM LAMPU
Lampu tidak dapat berdiri sendiri dalam tata cahaya, melainkan wajib hukumnya untuk
berpadu dengan listrik, kabel sebagai penghantar listrik, holder sebagai rumah lampu, dan dimmer
sebagai pengontrol lampu.
Secara umum, terdapat tiga macam lampu, yaitu :
1. Lampu cahaya umum: jenis-jenis lampu biasa, lampu kerja, dan lampu flood.
2. Lampu cahaya khusus: jenis-jenis lampu spot, seperti ellipsoidal, lekolites, spherical, dan
mirror.
3. Lampu cahaya campuran: jenis-jenis lampu strip, seperti lampu border, lampu kaki, lampu
backing, lampu siklorama
Tiga macam lampu itu memiliki sifatnya masing-masing. Lampu cahaya memiliki sifat
cahaya yang memencar, disebabkan oleh cahaya yang keluar dari lampu hanya dipantulkan
melalui reflektor menembus cahaya pada kaca lampu. Sedangkan pada jenis lampu khusus,
cahaya yang keluar dari lampu setelah dipantulkan melalui reflektor kemudian dibiaskan melalui
lensa. Pembiasan melalui lensa tersebut menyebabkan sorotan cahayanya terpadu dan keluar
dengan tajam. Pada lampu campuran sifatnya seperti lampu umum, hanya setelah cahaya
terpantul melalui reflektor kemudian dibiaskan melalui kaca lampu yang berwarna-warni, satu
lampu satu warna, biasanya merah, hijau, putih atau amber.
Beberapa jenis-jenis lampu secara khusus dijelaskan di bawah ini.
1. Lampu cahaya umum
2. Lampu cahaya campuran (strip)
3. Lampu cahaya khusus(fresnellites)
4. Lampu cahaya khusus (lekolites) (lihat lampiran 1)
Tipe-tipe lampu menurut petunjuk ukurannya, terdapat tiga tipe lensa yang berbeda seperti :
a. Lampu spot lensa konveks
1. lensa 20 cm 1000-2000 watt
2. lensa 9 cm 500-1000 watt
3. lensa 7,5 cm 250-400 watt
b. Lampu spot lensa step (fresnell)
1. lensa 21/24 cm 5000 watt
2. lensa 12,5/18 cm 2000 watt
3. lensa 12 cm 1000-2000 watt
4. lensa 9 cm 250-750 watt
5. 4,5 cm 100 watt
c. 1. 18 cm 300-5000 watt 10-120 beam
2. 12 cm 1000-2000 watt 20-240 beam
3. 12 cm 250-750 watt 15-180 beam
4. 18 cm 250-750 watt 26-340 beam
5. 18 cm 300-5000 watt 10-450 beam (lihat lampiran)
Sarana Pengendali Lampu
Sarana pengendali lampu pada dasarnya terdapat empat hal penting, yaitu :
1. Intensitas
Untuk mengendalikan cahaya lampu dari terang ke gelap atau gelap ke terang biasanya
dipergunakan alat yang disebut dimmer. Dengan alat ini, masing-masing satuan lampu yang
diapsang di atas pentas dapat dikendalikan mulai dari pencahayaan penuh, perlahan-lahan
surut, sampai mati sama sekali, dan sebaliknya. Yang menentukan intensitas cahaya lampu
pentas selain dimmmer juga kekuatan lampunya (watt-nya) dan dimensi dari perumahan
lampu itu.
Seorang penata cahaya dapat mengatur intensitas paling tinggi yang diperlukan bagi
masing-masing daerah panggung yang dikehendaki pencahayaannya. Tiap-tipa saluran
dimmer dapat digunakan untuk memberi keseimbangan intensitas cahay tersebut dari setiap
sumbernya. Secara ideal diharapkan bahwa skeneri (suasana gerak-gerik di atas pentas)
setiap adegan dapat dihasilkan dari pencahayaan masing-masing sumbernya. Adegan
berikutnya mungkin akan terdiri dari hasil pencahayaan yang berbeda susunan intensitasnya
meskipun sering dipergunakan dalam asluran dimmer yang sama.
2. Warna
Warna juga penting peranannya sebagai alat pengendali intensitas cahaya. Di negara
teklnologi maju yang telah lama menggunakan intensitas cahaya listrik sebagai alat utama
cahaya panggung, pada abad XV tidak saja membedakan intensitas cahaya lampu antara
komedi dan tragedi, akan tetapi juga membedakan tata wana cahayanya. Warna-warna
hangat dipergunakan untuk cahaya komdei, sedangkan warna dingin dipergunakan untuk
cahaya tragedi. Konsepsi warna demikian itu masih secara umum dan masih banyak
dipergunakan hingga pada saat ini, namun juga banyak sekali kejutan-kejutan warna cahaya
yang diciptakan secara cerdik yang menjadi tantangan.
Penggunaan warna cahaya di panggung sangat menarik oleh karena sifat-sifatnya yang
unik. Di satu pihak ia memiliki sifat objektif oleh karena takarannya sudah pasti, misalnya,
sumber cahayanya, kekuatan lampunya, perumahan lampunya, media atau filter (saringan)
warnanya, semuanya sudah pasti. Namun, sorotan warna cahaya lampu itu ketika memantul
dari benda atau pemeran yang kena sorot, pantulan warnanya yang sampai mata penonton
bisa berubah.
Di lain pihak, warna memiliki sifat subjektif atau memiliki faktor psikologis karena kemauan
sang sutradara yang lebih tertarik kepada pantulan warna-warna para pemeran di mata
penonton. Dengan demikian, diperlukan kemahiran tersendiri bagi seorang penata cahaya
untuk mengolah faktor-faktor objketif dan subjektif. Tidak saja diperlukan pengetahuan yang
mendalam, akan tetapi juga pengalaman yang matang untuk mendapatkan hasil yang sebaik-
baiknya.
3. Distribusi
Distribusi adalah kepekatan, penyebaran, dan arah cahaya lampu. Hal ini akan
berhubungan pula dengan banyak sedikitnya jumlah lampu, banyak sedikitnya jummla tipe-tipe
peralatan lampu, dan penempatan kedudukan lampu itu. Kualitas distribusi cahaya lampu
teristimewa diberikan oleh masing-masing tipe peralatannya (lampu cahaya khusus atau
lampu cahaya umum), besar kecilnya cahaya ditentukan oleh penggunaan dimmer, tajam atau
lembutnya garis cahaya tergantung dari sudut datangnya cahaya ke sasaran, dan lain
sebagainya. Masing-masing peralatan bergantung dari tipenya membentuk berbagai efek
pencahayaan. Tempat kedudukan lampu-lampu itu terarah menurut kemamuan penata cahaya
berdasarkan atas plot cahaya (light plot). Cahaya cerah diarahkan ke sana, cahaya redup di
arahkan kemari, dan seterusnya yang semuanya diarahkan dan disusun menuju sasaran platis
dan komposisi yang berefek visual.
Ada tiga perangkat pengendali distribusi cahaya lampu yang saling berhubungan, yaitu
1. perangkat pengendali lampu umum yang menghasilkan cahaya yang memencar
2. perangkat pengendali lampu khusus yang memiliki cahaya mengempal, dan
3. perangkat pengendali yang berada pada berbagai warna cahaya yang tersorot ke
permukaan objek yang sama.
Fakta membuktikan bahwa skenerio, kostum, peralatan, dan bahkan tata rias para pemeran
memiliki berbagai kemampuan menyerap danm memantulkan cahaya lampu yang perlu
dipertimbangkan. Hal ini sangat penting untuk diperhitungkan dalam distribusi cahaya dalam
sebuah peemntasan. Bahkan seorang pemeran yang bergerak di atas pentas dapat merubahj
distribusi cahaya apabila tidak diperhitungkan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh segenap
tubuh, kostum, dan peralatan yang dibawanya aadalah pemantul cahaya seperti halnya bagian
set yang lain.
4. Gerakan
Sarana pengendali lampu yang terakhir adalah gerakan, yaitu perubahan satu atau lebih
kualitas cahaya. Gerakan cahaya lampu ini bisa terjadi oleh karena beberapa hal. Gerakan
cahaya lampu ini bisa terjadi oleh karena beberapa hal. Gerakan cahaya lampu yang sengaja
digerakkan oleh awak panggung (manual) untuk mengikuti gerakan pemeran (biasanya
disebut follow spot). Kemudian ada gerakan cahaya lampu yang diatur secara mekanis
(banyak digunakan lampu disko). Di samping itu, ada pula gerakan cahaya lampu meremang
(dim turun) dan emnerang (dim naik), yaitu kecenderungan pengaturan gerakan cahaya lampu
melalui alat dimmer yang penanganannya hanya dapat dimungkinkan melalui induk mekanis
atau alat elektris. Hanya dengan alat elektronis modern, hal ini bisa dilaksanakan dengan baik.
Satu orang operator pengendali lampu (manual) dapat menangani tidak lebih dari tiga atau
empat bilah tahanan (resistensi) atau autotransformer yang terdapat pada tangan-tangan
(handle) dimmer dan itupun terletak dalam kelompok yang berdekatan. Gerakan cahaya pada
saat pertunjukan sedang berjalan harus dikerjakan dengan cermat. Apabila tidak,
dikhawatirkan akan menyesatkan dan luput dari nilai-nilai dramatik yang akan dicapai.
Selain itu, ruang operator lampu dengan orang yang mengendalikan lampu harus memiliki
pandnagan penuh ke atas panggung. Dengan demikia, ia dapat mengoordinasikan gerakan-
gerakan cahaya atau perubahan cahaya dengan gerak-geriknya. Gerakan cahaya lampu akan
memberikan kualitas dinamis cahaya berbagai lakon apabila ia mengikuti pola-pola komposisi
yang bagus yang dibuat berdasarkan nilai rasa puisi, musik, visual, serta kadar pertunjukkan
(rasa teater).
Unsur dekor juga memanfaatkan cahaya untuk membantu suasana tertentu. Misalnya,
cahaya terang menyiratkan siang hari, atau cahaya berwarna biru menyiratkan suasana malam
hari. Cahaya berwarna juga digunakan untuk memberi aksentuasi pada adegan atau tokoh
tertentu.
High Key Lighting adalah pencahayaan yang terang, merata dan menghindari adanya bayangan
pada sebuah obyek.Biasanya lighting high key ini diterapkan pada pemotretan yang menginginkan
agar detail pada sebuah obyek dapat terekam dengan jelas, memberikan mood yang cerah dan
atmosfir yang gembira.
Teknik pencahayaan yang menghasilkan warna sangat kontras yang di dominasi oleh warna terang,
biasanya warna putih. Kesan yang dihasilkan adalah bersih, putih, suci, lembut. Paling sesuai
biasanya untuk fotografi produk, kosmetik, dan jenis foto yang memerlukan penguatan pada produk
Diantaranya pada pemotretan foto produk, fashion, baby atau anak-anak.Set up penerapan lighting
high key ini bisa bermacam-macam, diantaranya :
Lighting satu lampu.Satu lampu sebagai mainlight menggunakan softbox minimal berukuran
120×60, agar cahaya dapat jatuh lebih merata dan mengeliminir adanya bayangan. Disetel
overexpose antara 1/2 sampai 1 stop tergantung efek yang dikehendaki.
Lighting dua lampu.Dua lampu sebagai mainlight menggunakan softbox minimal 60×60 serta
diposisikan equivalen terhadap obyek sebagai sumbu. Jadi tidak ada lampu yang berfungsi sebagai
fill-in.
Jika masih timbul bayangan atau gradasi terang gelap pada obyek, bisa dihindari dengan
memaksimalkan fungsi dari reflektor.
Low Key Lighting
Low Key lighting sebenarnya mirip dengan teknik hi-key, sama-sama menonjolkan kontras dari
sebuah objek foto. Bedanya terletak pada eksekusi serta hasil akhir. Pada foto low key pencahayaan
sangat minim, hanya ditekankan pada bagian-bagian tertentu objek foto. Foto ini sangat cocok
untuk menampilkan kesan sedih, dalam, eksotis, mistis, dan sebagainya.
Setting lampu biasanya sangat minim. Bisa menggunakan satu jenis lampu atau dua untuk
menghasilkan detail dan kedalaman foto.
Candle Light
Hasil dari teknik pencahayaan ini mirip dengan Low Key. Bedanya terletak pada sumber cahaya
yang digunakan, biasanya dari lilin atau sumber cahaya lain yang mirip lilin. Foto yang dihasilkan
memberi kesan dalam, kuat, damai, dan teduh.Teknik ini kebanyakan digunakan untuk foto-foto
religius, produk, dan jenis foto lain yang ingin memberikan kesan damai dan teduh seperti karakter
lilin. Karena sumber cahaya terbatas, teknik foto dengan kecepatan rendah.
Split Lighting
Split lightingteknik pencahayaan dengan
menggunakan lighting dari salah satu sisi objek foto. Hasilnya objek terlihat separo dari
keseluruhan objek foto. Banyak diimplementasikan pada jenis foto portrait atau objek simetris.
Kesan yang ditimbulkan bermacam-macam, tergantung dari keperluan foto dibuat. Bisa misterius,
penekanan karakter objek dan sebagainya.
Horror Lighting
Butterfly Lighting
Teknik lighting ini menempatkan lampu utama di atas objek
foto. Sehingga dihasilkan foto dengan bayangan di bawah hidung menyerupai atau mirip bentuk
kupu-kupu. Lighting jenis ini sangat cocok untuk foto kosmetik yang menonjolkan kecantikan
objek foto seperti gambar di samping sangat cantik .
Rembrandt Lighting
TUGAS :
Tugas : Sebutkan macam-macam peralatan tata cahaya (lighting),yang digunakan
dalam pementasan,min5 Memahami cara penggunaan peralatan tata cahaya
SOAL :
1. Sebut dan jelaskan contoh-contoh peralatan tata cahaya!
2. Apa yang dimaksud dengan effect light, dan berikan contohnya!
3. Sebut dan jelaskan minimal 10 istilah dalam tata cahaya?
4. Apa fungsi dari tata cahaya?
TUGAS :
1. Cari dan temukan gambar-gambar berikut
a. Cable Release
b. Lampu Flash Studio
c. Kabel Syncro
d. Triger dan Receiver
e. Flash Meter
f. Color Meter
g. Standar Reflector
h. Reflektor
i. Payung Studio
j. Softbox
k. Octodome
l. Snoot
2. Kumpulkan dalam bentuk soft copy (fomat dokumen, contoh doc, docx, rtf, pdf dll).
Kirim ke alamat e-mail : aji_jmc@yahoo.co.id
3. Print out tugas tersebut dan jadikan sebagai bagian dari materi semester ini.