Anda di halaman 1dari 23

TEKNIK PENCAHAYAAN FOTOGRAFI

Makalah ini di susun untuk memenuhi Tugas mata kuliah Bahasa


Indonesia Semester 1 Tahun Akademik 2019/2020

oleh

Aisyah Umu Muthmainah 092001900002

Shania Cantika 092001900003

Andry Suryana Kusuma 092001900006

Program Studi Fotografi

Fakultas Seni Rupa dan Desain

UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan
rahmat-Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul
“Teknik Studio Foto” ini dengan baik tepat pada waktunya.

Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing
yang telah memberikan banyak bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam
proses penyusunan karya ilmiah ini. Rasa terima kasih juga hendak kami ucapkan
kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya baik secara
langsung maupun tidak langsung sehingga karya ilmiah ini bisa selesai pada waktu
yang telah ditentukan.

Kami menyadari bahwa di dalam makalah yang telah kami susun ini masih
terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga kami mengharapkan saran
serta masukan dari para pembaca demi tersusunnya makalah lain yang lebih baik lagi.
Akhir kata, kami berharap agar makalah ini bisa memberikan banyak manfaat.

Jakarta , November 2019

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………….. ii

Daftar Isi……………………………………………………………. iii

BAB I Pendahuluan………………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang……………………………………………….. 1

1.2 Rumusun Masalah………………………………………......... 2

1.3 Tujuan Masalah…………………………………………......... 2

BAB II Pembahasan…………………………………………………. 3

2.1 Pemanfaatan Cahaya di Outdoor………………………………. 3

2.2 Pemanfaatan cahaya pada pemotretan pada malam hari…….. 8


2.3 Teknik dan peralatan pemotretan pada malam hari…………. 9
2.4 Peralatan Pemotretan Pada Malam Hari……………………… 13

BAB III Penutup ……………………………………………………. 19

3.1 Simpulan…………………………………………………………. 19

3.2 Saran……………………………………………………………... 19

Daftar Pustaka………………………………………………………. 20
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kualitas cahaya merupakan bagian terpenting dalam dunia fotografi sehingga
sifat-sifat cahaya tersebut harus dipahami agar dapat menangkap momen di saat
cahaya berbeda dalam kondisi terindah di alam memilki keterbatasan, baik dalam hal
kualitasnya maupun timing atau waktu yang sangat tidak dapat diprediksi. Oleh
karena cahaya alam akan tersebut sangat sulit diperkirakan kualitasnya,
dikembangkan cahaya buatan agar mampu memberikan kepastian kepada fotografer
dalam mengekspresikan keindahan cahaya.
Kecanggihan teknologi telah banyak membantu para fotografer untuk menangkap
momen-momen dalam keadaan yang minim cahaya sekalipun. Teknologi digital saat
ini semakin meningktkan kemampuan dasar kamera dalam menangkap cahaya serta
memudahkan penggunanya. Namun demikian, pemahaman akan kualitas cahaya
beserta sifat-sifatnya tentunya akan semakin meningkatkan kualitas hasil fotgrafi
anda. Jika anda selalu mengandalkan pencahayaan dari alam , maka pemahaman
timing godel moment akan cahaya alam yang tepat merupakan modal utama untuk
menghasilkan kualitas gambar yang baik. Pencahayaan alam mencapai puncak
optimal justru saat matahari terbit dan menjelang tenggelam. Waktu tersebut sangat
terbatas untuk menentukan momen pengambilan gambar yang tepat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemanfaatan cahaya di outdoor ?

2. Bagaimana pemanfaatan cahaya di malam hari ?

3. Bagaimana teknik pemotretan pada malam hari ?

4. Apa saja alat yang digunakan dalam pemotretan di malam hari ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pemanfaatan cahaya di outdoor ?

2. Mengetahui pemanfaatan cahaya di malam hari ?

3. Mengetahui teknik pemotretan pada malam hari ?

4. Mengetahui apa saja alat yang digunakan dalam pemotretan di malam hari
?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pemanfaatan Cahaya di Outdoor
Outdoor fotografi banyak disebut sebuah seni foto. Outdoor fotografi yang
bagus menggunakan kekuatan dari alam, yaitu cahaya. Banyak orang salah persepsi
tentang cahaya yang bagus. Banyak fotografer yang menghindari cahaya dari jam
9.00 - 16.00 karena dianggap cahayanya terlalu kuat sehingga hasil foto tidak lagi
berseni. Anggapan itu sebenarnya salah, justru cahaya yang baik adalah saat 2 jam
sesudah matahari terbit sampai 2 jam sebelum matahari terbenam. Pada saat-saat itu,
objek/model akan terlihat seutuhnya.. Cahaya siluet memang bagus karena siluet pasti
memunculkan kesan sexy atau misterius. Tapi siluet tidak akan menunjukkan
kemampuan fotografer sebenarnya.

Penggunaan cahaya dari alam menjadi kunci foto outdoor terlihat mempunyai
seni namun banyak juga kendala yang mungkin dihadapi oleh fotografer. Dua
kendala pokok datang dari skill fotografinya dan satu kenyataan bahwa kamera
adalah terbatas, bukan maha tahu situasi. Sebagai fotografer hendaknya kita tahu
seberapa kemampuan kamera kita. Bukan berarti seberapa mahal atau canggih
kamera kita, tapi memahami kemampuan dan kekuatan kamera kita. Untuk
menghasilkan foto yang bagus, tidak harus kamera kita berharga puluhan juta.
Dengan kamera standar 50 mm pun kita mampu mengahsilkan foto yang bagus.
Khusus untuk foto modeling memang sebaiknya menggunakan kamera dengan lensa
diatas 50 mm untuk kenyamanan model maupun fotografernya.

Fotografer juga perlu menyiapkan trik - trik cahaya dari alam untuk
menimbulkan kesan - kesan tertentu. Misalnya cahaya kuat dan kontras untuk
menimbulkan efek macho atau keras pada model, sedangkan cahaya yang teduh dan
lembut untuk menonjolkan sisi feminin dan kelembutan.
Penggunakan cahaya rata biasanya digunakan untuk menampilkan ekspresi
orang yang sedang gembira karena bisa lebih menguatkan ekspresinya. Penggunaan
cahaya kuat mampu menampilkan objek dengan bagus karena semua teksture pada
objek itu bisa terlihat. Biasanya cahaya kontras digunakan pada model laki - laki dan
cahaya lembut untuk model perempuan.
Saat memotret jangan menggunakan bantuan lampu flash jika kita belum ahli
trik - triknya. Karena pengguanaan lampu flash yang tidak tepat secara otomatis akan
mematikan seni dalam foto kita dan menjadikannya sebagai foto dokumentasi biasa.
Untuk memotret seorang model juga ada jarak amannya yang disebut jarak intim.
Jarak intim seorang model adalah 5 meter. Dalam radius itu, model akan merasa
nyaman jika hanya ada orang-orang yang dikenalnya atau tidak ada orang lain lagi.
Untuk itulah kenapa sebaiknya menggunakan lensa diatas 50mm agar model merasa
nyaman dan mampu menunjukkan ekspresinya senatural mungkin.
Berbicara tentang cahaya alam (outdoor lighting) tidak akan terlepas dari tiga hal,
yaitu:
(1) warna cahaya, (2) intensitas cahaya, dan (3) arah cahaya. Tetapi sebelum kita
melangkah lebih jauh, saya mau membatasi tulisan ini, kepada pengaruh ketiga hal itu
untuk pemotretan orang (portraiture) tanpa menggunakan bantuan alat tambahan,
seperti reflector, screen atau flash lighting. Tulisan ini juga tidak ditujukan untuk
pemotretan landscape, human interest ataupun genre fotografi lainnya, meskipun
prinsip-prinsip yang dipakai mempunyai kesamaan.

Pembatasan ini kami fikir penting agar kita bisa fokus pada pemahaman, pengaruh
apa yang dihasilkan olehnya dan bagaimana memanfaatkannya. ‘Memanfaatkannya’
berarti bagaimana kita memposisikan orang sebagi subject utama foto kita pada posisi
yang tepat relatif kepada matahari sebagai sumber cahaya utama, sehingga apa yang
kita inginkan atau yang kita imajinasikan dari pemotretan ini bisa didapat secara
memuaskan.
(1) Warna cahaya adalah spetrum warna yang melekat bersama gelombang cahaya
sehingga memantulkan warna tertentu pada subject yang terkena cahaya tersebut.
Pada pagi dan sore hari pantulan cahaya matahari pada subject akan meninggalkan
warna kemerahan ketika tertangkap oleh kamera. Sedangkan, pada siang hari, cahaya
matahari yang terpantul pada subject akan meninggalkan warna abu-abu. Kondisi ini
bisa digambarkan pada skema 1.

Dari skema 1 jelas terlihat perubahan warna cahaya dalam rentang satu hari, Fajar
berwarna merah didapatkan ketika matahari berada di batas horizon, antara jam 5
sampai jam 6, warna pagi cenderung orange berkisar antara jam 6 sampai jam 8,
warna menjelang siang agak kekuningan berkisar antara jam 8 sampai jam 10 dan
warna siang cenderung abu-abu antara jam 10 sampai jam 14. Lalu warna kembali
berubah seperti semua dalam rentang waktu yang kira-kira sama ke arah malam hari
lagi. Beberapa contoh foto berikut mungkin bisa memperkuat perbedaan warna
cahaya yang terjadi pada rentang waktu tersebut. namun karena keterbatasan foto
yang saya miliki, tidak semua bagian dalam rentang waktu tersebut yang bisa
diberikan contohnya.
Gambar 1, foto diambil pagi hari, sekitar jam 7, bisa kita lihat dari bayangan yang
tercipta bahwa cahaya matahari langsung mengenai subject dan meninggalkan warna
agak oranye.

Gambar 2 diambil siang hari, warna yang tercipta terlihat agak abu-abu dan sedikit
pucat.

Gambar 3 diambil pada sore hari sekitar jam 5 sore hari, cahaya matahari tidak
langsung mengenai subjek tetapi warna yang ditinggal tetap agak kemerahan.

Dalam fotografi, warna yang agak kemerahan dikenal dengan warna hangat (Warm)
sedangkan warna yang agak kebiruan dikenal dengan warna dingin (Cool). Warna
yang tertinggal tersebut sejatinya bisa dinetralisir dengan penggunan filter atau White
Balance, tetapi ada sebagian fotografer yang lebih senang terlihat apa adanya karena
cast warna tersebut memberikan mood tersendiri bagi fotonya.

(2) Intensitas cahaya berhubungan dengan keras atau lembutnya cahaya. Semakin
tinggi matahari bersinar maka akan semakin keras cahayanya dan kondisi ini akan
membuat perbandingan antara cahaya langsung yang memantul pada subject yang
menghasilkan bidang terang (Hightlight) dengan bayangan yang dihasilkan (Shadow)
akan semakin tinggi rasionya. Atau dengan kata lain semakin keras bayangan yang
dihasilkannya. Sebaliknya semakin rendah matahari bersinar maka akan semakin
lembut cahayanya dan dengan sendirinya rasio highlight dengan shadow akan
semakin kecil. Semakin tinggi rasio antara shadow dan hightlight maka akan semakin
riskan foto kita, karena salah satu di antaranya, entah itu highlight atau shadow harus
kehilangan detailnya dan ini sangat tergantung dengan dynamic range camera yang
kita gunakan. Saat matahari rendah kita bisa langsung memotret orang dengan
langsung terkena sinar matahari tetapi pada saat matahari tinggi kita tidak akan bisa
menghasilkan foto yang bagus tanpa menggunakan peralatan tambahan, atau dengan
menempatkan subject berada dibalik sesuatu seperti pohon atau atap sehingga cahaya
matahari tidak langsung mengenai subject atau bisa dengan menunggu datangnya
awan. Awan bisa berfungsi sebagai softbox besar yang membuat cahaya menjadi
sangat lembut yang merata namun foto akan terasa datar/flat.

(3) Arah cahaya berhubungan dengan datangnya sumber cahaya mengenai subjek
foto, berhubungan dengan penempatan subject pada datangnya sinar matahari. Arah
cahaya sangat berhubungan dengan intensitas cahaya karena pada cahaya yang terlalu
keras kita tidak bisa menempatkan subject secara langsung terhadap sinar matahari
karena kontrasnya terlalu tinggi, artinya harus ada bagian entah itu shadow atau
highlight yang dikorbankan.

Jenis-Jenis Pencahayaan Menurut Arahnya :


1. Short lighting
Posisi objek menghadap ke tiga perempat sisi, misalnya menghadap kekiri.
Kemudian, lampu utama berada pada sisi utama kiri objek sehingga bagian
objek dengan porsi terbesar akan terkena bayangan atau intensitas cahaya
yang lebih lemah. Posisi lighting seperti itu akan memberikan efek potrait
yang menonjolkan kontur wajah.
2. Broad lighting
Pengaturan lighting merupakan kebalikan dari pengaturan short lighting
karena posisi sinar utama justru mengenai bagian yang terbesar dari objek.
3. Paramount – butterfly lighting
Tipe pengaturan cahaya seperti itu menghasilkan efek yang berkesan glamour.
Posisi cahaya utama berada disisi depan objek diatas posisi mata untuk
menghasilkan bayangan lembut disisi hidung.
4. Rembrant lighting
Merupakan kombinasi dari butterfly dan short lighting. Posisi cahaya utama
berada dibagian yang jauh dari kamera sehingga mengahsilkan efek kontur
wajah yang terlihat sangat jelas.
5. Side lighting
Posisi sinar utama secara langsung diletakkan disisi tertentu dari objek.
6. Backlighting
Posisi sinar diletakkan di sisi belakang objek untuk memberikan efek
penegasan pada bentuk objek. Model lighting seperti itu hanya dibantu dengan
lampu disisi depan untuk memperlihatkan detail objek dari sisi depan.
Backlighting menghasilkan efek yang dramatis dalam pemotretan jenis
portrait. Oleh karena sinar berada di bel;akang objek, anda harus behati-hati
terhadap kemungkinan lense flare. Gunakan reflector untuk membantu cahaya
pengisi. Jika tidak menggunakan reflector, maka yang anda daptkan adalah
efek siluet.
2.2 Pemanfaatan cahaya pada pemotretan pada malam hari
Pemanfaatan cahaya pada malam hari sebenarnya memanfaatkan cahaya yang
dihasilkan oleh lampu sebagai cahaya luar. Jangan terlalu mengandalkan flash karena
hasilnya nanti akan tidak alami. Untuk menyiasatinya, pemotret bisa menggunakan
shutter speed rendah tanpa tambahan lampu flash. Sayangnya, shutter speed yang
rendah akan membuat foto menjadi tidak maksimal, maka dari itu, untuk
mengatasinya pemotret bisa dibantu dengan penggunaan tripod. Disarankan untuk
memotret pagi hari pada jam 06.00 – 09.00 dan sore hari pada pukul 16.00 – 18.00.
Pasalnya, dalam waktu-waktu tersebut terdapat pencahayaan yang paling baik.

2.3 Teknik dan peralatan pemotretan pada malam hari

Memotret malam memang bukan berarti memotret gelapnya malam,


melainkan memotret keadaan malam yang indah dengan gemerlapnya lampu- lampu.
Jika kita berpikir seperti seorang pemula, memang akan membuat kita ragu
melakukan pemotretan di malam hari tanpa menggunakan lampu-kilat. Akan tetapi
menyadari perkembangan zaman, di mana fotografi juga telah berkembang demikian
pesatnya, rasanya malam hari tak akan lagi menjadikan seseorang takut memotret dan
membuat gagalnya suatu pemotretan karena hasilnya sgelap. Pendapat tersebut
rasanya akan diiyakan oleh kaum pemotret amatir atau pemula terlebih setelah
munculnya era fotografi digital.

2.3.1 Teknik memotret pada malam hari


1. TIMING. Jika Anda harus memotret di luar ruangan di malam hari, pilihlah waktu
sesaat setelah matahari terbenam, karena pada saat ini, langit masih menyimpan
pendaran cahaya yang bagus. Apalagi jika ingin menambah tekstur cahaya pada foto.
Pertimbangkan pula saat ketika bulan purnama atau bulan tinggi. Dengan pengaturan
speed shutter yang tepat, Anda akan menghasilkan kualitas gambar bernuansa malam
yang indah

2. PERALATAN. Gunakan properti Tripod. Jika Anda tidak memiliki pertimbangkan


alat bantu yang lain seperti obyek yang kokoh. Contohnya meja, pagar tembok.
Semuanya untuk menahan kestabilan kamera Anda. Akan lebih baik jika Anda
gunakan remote shutter atau kabel shutter. Karena bagaimana pun juga Kamera
dengan kecepatan shutter yang rendah diperlukan untuk mengambil gambar di malam
hari, untuk mendapatkan pasokan cahaya sebanyak mungkin. Untuk itu, kamera kita
sangat rentan terhadap goyangan

3. CUACA. Akan lebih bijaksana bagi Anda untuk memeriksa ramalan cuaca, supaya
Anda tidak mendapatkan hujan pada saat mengambil gambar. Meskipun badai petir
dan awan yang cerah akan membuat subjek yang spektakuler. Set shutter speed pada
B-shutter speed atau shutter held open. Artinya shutter akan dipertahankan membuka
selamat waktu exposure hingga 1 detik. Disarankan juga agar Anda membawa fixed-
local lens, dengan kisaran dari 28mm ke 135mm minimum. Dengan posisi SLR
terpasang ke tripod, setting juga pada ISO rendah (100 atau 200). Masih berhubungan
dengan cuaca, perhatikan pula kondisi sekeliling. Hindari di bawah pohon yang
berpotensi roboh atau air hujan yang tiba-tiba datang serta angin.

4. FLASH. Hindari penggunaan Flash. Anda dapat melakukannya dengan mudah


dengan membawa tripod, atau jika Anda memiliki cahaya yang cukup untuk
menembak tanpa Flash. Cahaya Flash ini membuat subjek Anda terlihat palsu, dan
flash memantul dari jendela dan cermin, yang masih dapat dilihat bahkan jika mereka
jauh di belakang.
5. Exposure dan Aperture. Gunakan kecepatan shutter lamban untuk memungkinkan
lebih banyak cahaya untuk foto Anda. Secara umum, Anda ingin eksposur baik dari
setengah detik atau lebih, tapi sebenarnya dengan dua atau tiga detik akan jauh lebih
baik. Sedangkan aperture, sebuah situs Dasar Fotografi Digital yang memuat tips-tips
memilih kamera digital merekomendasikan bahwa dengan lebih lamanya eksposur,
kita harus menggunakan aperture yang lebih kecil untuk menghindari setiap over-
exposing dari lampu stasioner. dalam gambar. Sebaliknya, jika menembak dengan
shutter-speed yang lebih singkat, gunakan aperture yang lebih besar untuk
menghindari noise gerak foto

6. ISO. Secara umum, kita ingin kamera menggunakan nomor ISO yang lebih tinggi
untuk mengimbangi kekurangan cahaya. Tetapi harus diingat, cek terus menerus hasil
foto Anda, apakah tidak ada tekstur kasar atau grainy di sana.

2.3.2. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemotretan malam hari
antara lain :
1. Gunakan Tripod
Tripod adalah peralatan penting jika kita ingin mendapatkan ketajaman gambar yang
maksimal, sangat banyak berguna dalam mengurangi getaran pada kamera , terutama
yang berasal dari getaran tangan, memang tidak selamanya kita bisa menggunakan
tripod, tapi saat bisa kita gunakan, pergunakanlah..
2. Pemilihan Lensa.
Sebagai perlengkapan utama sebaiknya gunakan lensa yang dapat mencakup sudut
pandang yang luas, misalnya lensa sudut lebar 24 mm, mungkin juga yang bersudut
20 mm. Meskipun kadang-kadang lensa sudut lebar tak terlalu diperlukan, tetapi
sebaiknya lensa tersebut selalu dibawa menyertai lensa jenis tele-zoom menengah
seperti 70-210 mm.

3. Gunakan self timer atau Cable Release ( jika ada )


Mengatur self timer untuk mengambil gambar bisa mengurangi getaran pada saat
menekan tombol shutter, sehalus apapun kita menakan tombol shutter, selalu ada
resiko gerakan kecil yang mengurangi ketajaman gambar. Pada Alpha 550 self timer
bisa dipilih dengan waktu jeda selama 10 detik.
Cara lain mengurangi transfer getaran tangan adalah penggunaan Cable release,
sebuah alat yang sambungkan pada kamera yang berfungsi mirip remote control
untuk melakukan aksi shutter secara eksternal, dengan ini shutter akan bekerja tanpa
harus menekan langsung tombol shutter pada kamera. Untuk yang satu ini saya belum
pernah mencobanya karena masih belum punya alatnya.
4. Shutter Speed
Gunakan shutter speed sesingkat mungkin jika bisa, sebagai gambaran bisa
menggunakan rumus : 1/focal length. Contoh pada lensa kit 18-55mm, yang di set
pada focal length 55mm, shutter speed bisa diatur selama 1/55 sekon atau 1/60 sekon
juga bisa dijadikan pilihan.
5. ISO Speed
Set ISO Speed seminimal mungkin, (ISO 200 pada Alpha 550). Ubah nilai ISO hanya
jika terpaksa, atau saat seting Aperture dan Shutter speed tidak bisa menolong lagi.
2.4 Peralatan Pemotretan Pada Malam Hari

Trippod Flash (lampu kilat)

Lensa kamera ukuran 15, 18, 20 mm (dissesuaikan)


2.4.1 Penggunaan Blitz/Built-In Pada Saat Memotret

Kebanyakan kamera Digital SLR dilengkapi dengan lampu kilat apada badan
kameranya. Lampu kilat built in dapat dapat digunakan tidak hanya pada saat
penerangan alami sangat lemah tetapi juga dapat digunakan untuk mengisi
bayangan dan menampilkan objek saat terkena sinar dari belakang atau
menambahkan sinar mata dari objek.

Untuk menggunakan lampu kilat built in, ikutillah langkah berikut :


1. Tekanlah tombol flash, lalu putar tombol mode dial untuk memilih pengaturan
pengambilan gambar
2. Pilihlah mode dialnya, dengan pilihan seperti <P>, <Tv>, <Av>, <M>, <A-
DEP>
Tabel dibawah adalah jarak ideal rentang yang dapat dipergunakan dengan lampu
kilat built in pada kamera digital SLR.

Built-in Flash Range


(using EF-S18-55mm f/3,5-5,6 lens)
ISO Speed Wide-angle : 18 mm Telephoto : 55 mm
100 Approx, 0.7-3.7 m (2.3-12.1 ft) Approx, 0.7-2.3 m (2.3-7.5 ft)
200 Approx, 0.7-5.3 m (2.3-17.4 ft) Approx, 0.7-3.3 m (2.3-10.6 ft)
400 Approx, 0.7-7.4 m (2.3-24.3 ft) Approx, 0.7-4.6 m (2.3-15.1 ft)
800 Approx, 0.7-10.5 m (2.3-34.5 ft) Approx, 0.7-6.6 m (2.3-21.6 ft)
1600 Approx, 0.7-14.9 m (2.3-48.9 ft) Approx, 0.7-9.2 m (2.3-30.2 ft)
Tabel lampu kilat dan lensa
Table di atas merupakan jarak yang efektif dengan penyesuaian pengaturan ISO,
jarak, dan lensa saat menggunakan lampu kilat built in. Jarak tersebut di atas
adalah jarak standar di mana lampu kilat dapat efektif.
Flash Sync Speed and Apeture Setting
Mode Shutter Speed Setting Aperture Setting
P Auto (1/60 to 1/200 sec) Auto
Tv Manual (30 to 1/200 sec) Auto
Av Auto (30 to 1/200 sec) Manual
M Manual (Bulb to 1/200 sec) Manual
A-DEP Auto (1/60 to 1/200 sec) Auto
Tabel Mode-kecepatan dan lampu kilat
Sedangkan tabel di atas menunjukan korelasi antara mode pemotretan kreatif dan
pengaturan shutter dengan pengaturan aperture. Disini sinkronisasi lampu kilat akan
berlangsung secara otomatis menurut mode dial yang digunakan.
Gunakan lampu kilat built in bila jarak tidak kurang dari 1 m/3.3 feet dari objek.
Jarak yang terlalu dekat akan mengakibatkan lampu kilat menjadi terhalang dan tidak
maksimal.
Ketika menggunakan lampu kilat built in, lepaskan pelindung lensa yang terpasang
pada lensa. Pelindung lensa dapat mengakibatkan daya jangkau lampu kilat menjadi
berkurang.
Lampu kilat built in tidak cocok untuk digunakan dengan lensa tele karena
jangkauannya pendek. Akan lebih efektif apabila digunakan dengan lensa yang
berukuran lebih kecil dari 18 m

Flash (Lampu Kilat)


Flash terdiri dari flash unit tersendiri serta menyatu dengan kamera yang memiliki
fungsi dasar yang sama, yaitu memberikan buatan pada objek. Tegangan dari baterai
akan disimpan dalam kapasitor, dan akan dilepaskan saat pengambilan gambar terjadi
melalui tabung lampu yang berisi gas tertentu yang menghasilkan cahaya kilat. Sinar
itu seolah-olah meledak dan menghasilkan sinar dengan kecepatan antara 1/500 detik
hingga 1/10000 detik tergantung jenisnya.
Terdapat tiga tipe lampu kamera, yaitu manual, otomatis, dan terdedikasi. Pada flash
manual cahaya lampu memiliki intensitas 100% yang dapat diatur melalui kamera.
Secara otomatis, sinar akan memnyesuaikan denggan bukaan yang sedang digunakan
serta dapat diatur pula dengan kamera. Flash yang terdedikasi memiliki sitem
komunikasi tersendiri antara lamu kilat dengan kamera serta dapt diatur secara
mandiri antara flash dengan kameranya.

2.4.2 Memanfaatkan Lampu Kilat


Lampu kilat elektronnik merupakan sumber cahaya yang ideal untuk pemotrettan.
Anda dapat membawanya kemana saja dan menempatkan sesuka anda, tidak
tergantung cuaca atau waktu, durasinya yang singkat mampu meminimalkan efek dari
kamera dan objek yang bergerak, tidak membuat model kepanasan, dan memiliki
banyak kemungkinan untuk membuat foto dengan efek khusus.

2.4.3 Jenis-Jenis Lampu Kilat (Flash):


1. Makro Flash
Untuk pemotretan close-up, ruang tajamnya amat sempit. Jadi anda harus
memotret dengan bukaan kecil jika keinginan ruang tajam yang lebih luas dan
tentu akan menimbulkan efek blur jika kamera goyang atau objek bergerak
sehingga anda harus menggunakan kecepatan tinggi. Lampu kilat elektronik
adalah sumber cahaya yang ideal untuk pemotretan makro karena dapat
memecahkan dua masalah yaitu : cukup terang untuk pemotretan close-up dengan
bukaan kecil, dan durasinya yang sangat singkat dapat mengatasi gambar yang
kabur akibat goncangan kamera atau gerakan objek.

2. Flash Meter
Pengukuran cahaya kilat TTL yang ada pada kemera-kamera Digital SLR
keluaran baru sangat canggih, membuat situasi pemotretan dengan lampu kilat
sesulit apapun jadi mudah dilakukan. Tapi tidak demikian halnya dengan lampu
studio. Beberapa kamera tidak memiliki fasilitas pengukuran TTL pada lampu
kilatnya untuk melakukan bounce atau pemotretan dengan lebih dari satu lampu
kilat menjadi sulit untuk dilakukan. Solusi yang paling tepat adalah menggunakan
flash meter. Gambar flash meter didepan subjek, arahman sensornya pada lensa
kamera tekan tombolnya sehingga akan terbaca beberapa diagfragma yang
dibutuhkan. Biasanya flash meter juga dapat digunakan untuk pengukuran cahaya
selain lampu kilat.
3. Fill Flash
Lampu kilat yang menempel pada bagan kamera baik untuk digunakan sebagai
cahaya pengisi. Kenyataanya mungkin penggunaan lampu kilat diluar ruang
adalah untuk mengisi bagian bayangan yang tidak terkaena cahaya yang
ditimbulkan oleh sinar matahari yang keras. Kebanyakan kamera yang memiliki
lampoon kilat bawaan sudah dilengkapi fasilitas otomatis, dan beberapa
diantaranya dapat mengukur pencahayaan lampu kilat pada objek serta latar
belakang secara otomatis.
4. Off Kamera Flash
Lampu kilat yang menempel pada kamera lebih nyaman tetapi menghasilkan
cahaya yang datar dan tidak menarik. Anda dapat membuatnya lebih menarik
dengan menggunakan lampu kilat yang terpisah dari badan kamera. Untk dapat
mengaktifkan fungsi TTL dibutuhkan kabel TTL extension. Hampir semua
kamera memiliki aksesoris. Beberapa kamera Digital SLR luaran terbaru dapt
menggunakan lampu kilat secara terpisah dari badan kamera tanpa perlu kabel
dengan fungsi TTL.

5. Menggunakan Payung
Cahaya langsung kurang begitu baik untuk objek manusia. Karakter cahaya yang
keras menimbulkan bayangan yang keras dan memunculkan salah satu cara
pemecahan yang mudah adalah dengan menggunakan reflector paying. Paying
membuat cahaya menjadi lebih lembut jika menerangi bagian bayangan. Semakin
besar ukuran paying (dan semakin dekat ke subjek), semakin lembut cahayanya.
Payung ada yang berwarna putih lembut, silver (keras), dan emas (hangat), juga
yang tembus cahaya, sehingga anda dapat lebih dekat ke objek dan dapat
menggunakan cahaya dengan lebih efisien.
6. Membekukan Gerak
Lampu kilat yang menyala dengan cepat apabila digunakan dalam jarak
pemotretan dekat pada mode auto dapat membekukan gerak karena lampu kilat
yang memiliki durasi 1/20000 atau lebih singkat. Untuk melakukan hal itu, atur
lampu kilat pada mode otomatis atau manual dengan bukaan lensa atau
diagfragma 1/16 atau lebih kecil.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Cahaya merupakan unsur utama dalam fotografi sehingga tidaklah berlebihan
bila seni fotografi dianggap sebagai teknik yang menghasilkan oleh para pelukis
cahaya. Cahaya dapat berupa cahaya alami, cahaya dari lampu pijar, maupun cahaya
buatan lainnya, seperti lampu kilat (flash).

3.2 Saran
Untuk menghasilkan foto yang baik didalam maupun diruangan kita harus
mengetahui Teknik dari pencahayaan dalam fotografi. Karena jika kita sudah
menguasai Teknik pencahayaannya, foto yang kita hasilkan akan terlihat bagus.

DAFTAR PUSTAKA
http://techno.okezone.com/read/2009/05/08/92/217859/92/tips-dan-ragam-
pencahayaan-dalam-fotografi

http://alvgallery.blogspot.com/2010/11/pemotretan-malam-hari-night-shooting.html

http://blog.poetrafoto.com/wp-content/uploads/2011/01/Lighting-Outdoor-
Photography-Mengenal-Karakter-Cahaya-Portraiture-Modeling.pdf

http://dean81.wordpress.com/2011/02/16/tips-dan-ragam-pencahayaan-dalam-
fotografi/

Anda mungkin juga menyukai