Anda di halaman 1dari 18

PENCAHAYAAN DALAM FOTOGRAFI

DISUSUN OLEH: 1. Ayu Setyamurti 2. Dede Rohendi 3. Eka Galih .P 4. Eka Prasetya 5. Ferry Agriawan

JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2011
KATA PENGANTAR

Puji yukur kehadirat Allah SWT , karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Dasar-dasar Fotografi dengan judul Pencahayaan Dalam Fotografi dengan baik dan sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Dasar-dasar Fotografi yang telah membimbing kami dalam penyelesaian makalah ini . Makalah Pencahayaan Dalam Fotografi disusun dalam upaya menunjang serta meningkatkan proses belajar mengajar , sehingga diharapkan mencapai hasil yang maksimal . Demikian makalah Pencahayaan Dalam Fotografi kami susun dengan sebaik mungkin. Semoga bermanfaat untuk kita semua . Mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini , untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam upaya meningkatkan mutu makalah kami selanjutnya .

Jakarta, Mei 2011

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Cahaya merupakan unsur utama dalam fotografi sehingga tidaklah berlebihan bila seni fotografi dianggap sebagai teknik yang menghasilkan oleh para pelukis cahaya. Cahaya dapat berupa cahaya alami, cahaya dari lampu pijar, maupun cahaya buatan lainnya, seperti lampu kilat (flash).

Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemanfaatan cahaya di outdoor ? 2. Bagaimana pemanfaatan cahaya di malam hari ? 3. Bagaimana teknik pemotretan pada malam hari ? 4. Apa saja alat yang digunakan dalam pemotretan di malam hari ?

Tujuan
1. Mengetahui pemanfaatan cahaya di outdoor ? 2. Mengetahui pemanfaatan cahaya di malam hari ?
3. Mengetahui teknik pemotretan pada malam hari ? 4. Mengetahui apa saja alat yang digunakan dalam pemotretan di malam hari ?

PEMBAHASAN

Kualitas cahaya merupakan bagian terpenting dalam dunia fotografi sehingga sifat-sifat cahaya tersebut harus dipahami agar dapat menangkap momen di saat cahaya berbeda dalam kondisi terindah di alam memilki keterbatasan, baik dalam hal kualitasnya maupun timing atau waktu yang sangat tidak dapat diprediksi. Oleh karena cahaya alam akan tersebut sangat sulit diperkirakan kualitasnya, dikembangkan cahaya buatan agar mampu memberikan kepastian kepada fotografer dalam mengekspresikan keindahan cahaya. Kecanggihan teknologi telah banyak membantu para fotografer untuk menangkap momenmomen dalam keadaan yang minim cahaya sekalipun. Teknologi digital saat ini semakin meningktkan kemampuan dasar kamera dalam menangkap cahaya serta memudahkan penggunanya. Namun demikian, pemahaman akan kualitas cahaya beserta sifat-sifatnya tentunya akan semakin meningkatkan kualitas hasil fotgrafi anda. Jika anda selalu mengandalkan pencahayaan dari alam , maka pemahaman timing godel moment akan cahaya alam yang tepat merupakan modal utama untuk menghasilkan kualitas gambar yang baik. Pencahayaan alam mencapai puncak optimal justru saat matahari terbit dan menjelang tenggelam. Waktu tersebut sangat terbatas untuk menentukan momen pengambilan gambar yang tepat.
1. Pemanfaatan Cahaya di Outdoor

Outdoor fotografi banyak disebut sebuah seni foto. Outdoor fotografi yang bagus menggunakan kekuatan dari alam, yaitu cahaya. Banyak orang salah persepsi tentang cahaya yang bagus. Banyak fotografer yang menghindari cahaya dari jam 9.00 - 16.00 karena dianggap cahayanya terlalu kuat sehingga hasil foto tidak lagi berseni. Anggapan itu sebenarnya salah, justru cahaya yang baik adalah saat 2 jam sesudah matahari terbit sampai 2 jam sebelum matahari terbenam. Pada saat-saat itu, objek/model akan terlihat seutuhnya.. Cahaya siluet memang bagus karena siluet pasti memunculkan kesan sexy atau misterius. Tapi siluet tidak akan menunjukkan kemampuan fotografer sebenarnya. Penggunaan cahaya dari alam menjadi kunci foto outdoor terlihat mempunyai seni namun banyak juga kendala yang mungkin dihadapi oleh fotografer. Dua kendala pokok datang dari skill fotografernya dan satu kenyataan bahwa kamera adalah terbatas, bukan maha tahu situasi. Sebagai fotografer hendaknya kita tahu seberapa kemampuan kamera kita. Bukan berarti seberapa mahal atau canggih kamera kita, tapi memahami kemampuan dan kekuatan kamera

kita. Untuk menghasilkan foto yang bagus, tidak harus kamera kita berharga puluhan juta. Dengan kamera standar 50 mm pun kita mampu mengahsilkan foto yang bagus. Khusus untuk foto modeling memang sebaiknya menggunakan kamera dengan lensa diatas 50 mm untuk kenyamanan model maupun fotografernya. Fotografer juga perlu menyiapkan trik - trik cahaya dari alam untuk menimbulkan kesan kesan tertentu. Misalnya cahaya kuat dan kontras untuk menimbulkan efek macho atau keras pada model, sedangkan cahaya yang teduh dan lembut untuk menonjolkan sisi feminin dan kelembutan. Penggunakan cahaya rata biasanya digunakan untuk menampilkan ekspresi orang yang sedang gembira karena bisa lebih menguatkan ekspresinya. Penggunaan cahaya kuat mampu menampilkan objek dengan bagus karena semua teksture pada objek itu bisa terlihat. Biasanya cahaya kontras digunakan pada model laki - laki dan cahaya lembut untuk model perempuan. Saat memotret jangan menggunakan bantuan lampu flash jika kita belum ahli trik triknya. Karena pengguanaan lampu flash yang tidak tepat secara otomatis akan mematikan seni dalam foto kita dan menjadikannya sebagai foto dokumentasi biasa. Untuk memotret seorang model juga ada jarak amannya yang disebut jarak intim. Jarak intim seorang model adalah 5 meter. Dalam radius itu, model akan merasa nyaman jika hanya ada orang-orang yang dikenalnya atau tidak ada orang lain lagi. Untuk itulah kenapa sebaiknya menggunakan lensa diatas 50mm agar model merasa nyaman dan mampu menunjukkan ekspresinya senatural mungkin. Berbicara tentang cahaya alam (outdoor lighting) tidak akan terlepas dari tiga hal, yaitu: (1) warna cahaya, (2) intensitas cahaya, dan (3) arah cahaya. Tetapi sebelum kita melangkah lebih jauh, saya mau membatasi tulisan ini, kepada pengaruh ketiga hal itu untuk pemotretan orang (portraiture) tanpa menggunakan bantuan alat tambahan, seperti reflector, screen atau flash lighting. Tulisan ini juga tidak ditujukan untuk pemotretan landscape, human interest ataupun genre fotografi lainnya, meskipun prinsip-prinsip yang dipakai mempunyai kesamaan. Pembatasan ini saya fikir penting agar kita bisa fokus pada pemahaman, pengaruh apa yang dihasilkan olehnya dan bagaimana memanfaatkannya. Memanfaatkannya berarti bagaimana kita memposisikan orang sebagi subject utama foto kita pada posisi yang tepat relatif kepada

matahari sebagai sumber cahaya utama, sehingga apa yang kita inginkan atau yang kita imajinasikan dari pemotretan ini bisa didapat secara memuaskan. (1) Warna cahaya adalah spetrum warna yang melekat bersama gelombang cahaya sehingga memantulkan warna tertentu pada subject yang terkena cahaya tersebut. Pada pagi dan sore hari pantulan cahaya matahari pada subject akan meninggalkan warna kemerahan ketika tertangkap oleh kamera. Sedangkan, pada siang hari, cahaya matahari yang terpantul pada subject akan meninggalkan warna abu-abu. Kondisi ini bisa digambarkan pada skema 1.

Dari skema 1 jelas terlihat perubahan warna cahaya dalam rentang satu hari, Fajar berwarna merah didapatkan ketika matahari berada di batas horizon, antara jam 5 sampai jam 6, warna pagi cenderung orange berkisar antara jam 6 sampai jam 8, warna menjelang siang agak kekuningan berkisar antara jam 8 sampai jam 10 dan warna siang cenderung abu-abu antara jam 10 sampai jam 14. Lalu warna kembali berubah seperti semua dalam rentang waktu yang kirakira sama ke arah malam hari lagi. Beberapa contoh foto berikut mungkin bisa memperkuat perbedaan warna cahaya yang terjadi pada rentang waktu tersebut. namun karena keterbatasan foto yang saya miliki, tidak semua bagian dalam rentang waktu tersebut yang bisa diberikan contohnya.

Gambar 1, foto diambil pagi hari, sekitar jam 7, bisa kita lihat dari bayangan yang tercipta bahwa cahaya matahari langsung mengenai subject dan meninggalkan warna agak oranye. Gambar 2 diambil siang hari, warna yang tercipta terlihat agak abu-abu dan sedikit pucat. Gambar 3 diambil pada sore hari sekitar jam 5 sore hari, cahaya matahari tidak langsung mengenai subjek tetapi warna yang ditinggal tetap agak kemerahan. Dalam fotografi, warna yang agak kemerahan dikenal dengan warna hangat (Warm) sedangkan warna yang agak kebiruan dikenal dengan warna dingin (Cool). Warna yang tertinggal tersebut sejatinya bisa dinetralisir dengan penggunan filter atau White Balance, tetapi ada sebagian fotografer yang lebih senang terlihat apa adanya karena cast warna tersebut memberikan mood tersendiri bagi fotonya. (2) Intensitas cahaya berhubungan dengan keras atau lembutnya cahaya. Semakin tinggi matahari bersinar maka akan semakin keras cahayanya dan kondisi ini akan membuat perbandingan antara cahaya langsung yang memantul pada subject yang menghasilkan bidang terang (Hightlight) dengan bayangan yang dihasilkan (Shadow) akan semakin tinggi rasionya. Atau dengan kata lain semakin keras bayangan yang dihasilkannya. Sebaliknya semakin rendah matahari bersinar maka akan semakin lembut cahayanya dan dengan sendirinya rasio highlight dengan shadow akan semakin kecil. Semakin tinggi rasio antara shadow dan hightlight maka akan semakin riskan foto kita, karena salah satu di antaranya, entah itu highlight atau shadow harus kehilangan detailnya dan ini sangat tergantung dengan dynamic range camera yang kita gunakan. Saat matahari rendah kita bisa langsung memotret orang dengan langsung terkena sinar matahari tetapi pada saat matahari tinggi kita tidak akan bisa menghasilkan foto yang bagus tanpa menggunakan peralatan tambahan, atau dengan menempatkan subject berada dibalik sesuatu seperti pohon atau atap sehingga cahaya matahari tidak langsung mengenai subject atau bisa dengan menunggu datangnya awan. Awan bisa berfungsi sebagai softbox besar yang membuat cahaya menjadi sangat lembut yang merata namun foto akan terasa datar/flat. (3) Arah cahaya berhubungan dengan datangnya sumber cahaya mengenai subjek foto, berhubungan dengan penempatan subject pada datangnya sinar matahari. Arah cahaya sangat berhubungan dengan intensitas cahaya karena pada cahaya yang terlalu keras kita tidak bisa

menempatkan subject secara langsung terhadap sinar matahari karena kontrasnya terlalu tinggi, artinya harus ada bagian entah itu shadow atau highlight yang dikorbankan. Jenis-Jenis Pencahayaan Menurut Arahnya : 1. Short lighting Posisi objek menghadap ke tiga perempat sisi, misalnya menghadap kekiri. Kemudian, lampu utama berada pada sisi utama kiri objek sehingga bagian objek dengan porsi terbesar akan terkena bayangan atau intensitas cahaya yang lebih lemah. Posisi lighting seperti itu akan memberikan efek potrait yang menonjolkan kontur wajah. 2. Broad lighting Pengaturan lighting merupakan kebalikan dari pengaturan short lighting karena posisi sinar utama justru mengenai bagian yang terbesar dari objek. 3. Paramount butterfly lighting Tipe pengaturan cahaya seperti itu menghasilkan efek yang berkesan glamour. Posisi cahaya utama berada disisi depan objek diatas posisi mata untuk menghasilkan bayangan lembut disisi hidung. 4. Rembrant lighting Merupakan kombinasi dari butterfly dan short lighting. Posisi cahaya utama berada dibagian yang jauh dari kamera sehingga mengahsilkan efek kontur wajah yang terlihat sangat jelas. 5. Side lighting Posisi sinar utama secara langsung diletakkan disisi tertentu dari objek. 6. Backlighting Posisi sinar diletakkan di sisi belakang objek untuk memberikan efek penegasan pada bentuk objek. Model lighting seperti itu hanya dibantu dengan lampu disisi depan untuk memperlihatkan detail objek dari sisi depan. Backlighting menghasilkan efek yang dramatis dalam pemotretan jenis portrait. Oleh karena sinar berada di bel;akang objek, anda harus behati-hati terhadap kemungkinan lense flare. Gunakan reflector untuk membantu cahaya pengisi. Jika tidak menggunakan reflector, maka yang anda daptkan adalah efek siluet.

2. Pemanfaatan cahaya pada pemotretan pada malam hari Pemanfaatan cahaya pada malam hari sebenarnya memanfaatkan cahaya yang dihasilkan oleh lampu sebagai cahaya luar. Jangan terlalu mengandalkan flash karena hasilnya nanti akan tidak alami. Untuk menyiasatinya, pemotret bisa menggunakan shutter speed rendah tanpa tambahan lampu flash. Sayangnya, shutter speed yang rendah akan membuat foto menjadi tidak maksimal, maka dari itu, untuk mengatasinya pemotret bisa dibantu dengan penggunaan tripod. Disarankan untuk memotret pagi hari pada jam 06.00 09.00 dan sore hari pada pukul 16.00 18.00. Pasalnya, dalam waktu-waktu tersebut terdapat pencahayaan yang paling baik.

3. Teknik dan peralatan pemotretan pada malam hari Memotret malam memang bukan berarti memotret gelapnya malam, melainkan memotret keadaan malam yang indah dengan gemerlapnya lampu- lampu. Jika kita berpikir seperti seorang pemula, memang akan membuat kita ragu melakukan pemotretan di malam hari tanpa menggunakan lampu-kilat. Akan tetapi menyadari perkembangan zaman, di mana fotografi juga telah berkembang demikian pesatnya, rasanya malam hari tak akan lagi menjadikan seseorang takut memotret dan membuat gagalnya suatu pemotretan karena hasilnya sgelap. Pendapat tersebut rasanya akan diiyakan oleh kaum pemotret amatir atau pemula terlebih setelah munculnya era fotografi digital.

A. Teknik memotret pada malam hari 1. TIMING. Jika Anda harus memotret di luar ruangan di malam hari, pilihlah waktu sesaat setelah matahari terbenam, karena pada saat ini, langit masih menyimpan pendaran cahaya yang bagus. Apalagi jika ingin menambah tekstur cahaya di foto Anda. Pertimbangkan pula saat ketika bulan purnama atau bulan tinggi. Dengan pengaturan speed shutter yang tepat, Anda akan menghasilkan kualitas gambar bernuansa malam yang indah

2. PERALATAN. Gunakan properti Tripod. Jika Anda tidak memiliki pertimbangkan alat bantu yang lain seperti obyek yang kokoh. Contohnya meja, pagar tembok. Semuanya untuk menahan kestabilan kamera Anda. Akan lebih baik jika Anda gunakan remote shutter atau kabel shutter. Karena bagaimana pun juga Kamera dengan kecepatan shutter yang rendah diperlukan untuk mengambil gambar di malam hari, untuk mendapatkan pasokan cahaya sebanyak mungkin. Untuk itu, kamera kita sangat rentan terhadap goyangan 3. CUACA. Akan lebih bijaksana bagi Anda untuk memeriksa ramalan cuaca, supaya Anda tidak mendapatkan hujan pada saat mengambil gambar. Meskipun badai petir dan awan yang cerah akan membuat subjek yang spektakuler. Set shutter speed pada B-shutter speed atau shutter held open. Artinya shutter akan dipertahankan membuka selamat waktu exposure hingga 1 detik. Disarankan juga agar Anda membawa fixed-local lens, dengan kisaran dari 28mm ke 135mm minimum. Dengan posisi SLR terpasang ke tripod, setting juga pada ISO rendah (100 atau 200). Masih berhubungan dengan cuaca, perhatikan pula kondisi sekeliling. Hindari di bawah pohon yang berpotensi roboh atau air hujan yang tiba-tiba datang serta angin. 4. FLASH. Hindari penggunaan Flash. Anda dapat melakukannya dengan mudah dengan membawa tripod, atau jika Anda memiliki cahaya yang cukup untuk menembak tanpa Flash. Cahaya Flash ini membuat subjek Anda terlihat palsu, dan flash memantul dari jendela dan cermin, yang masih dapat dilihat bahkan jika mereka jauh di belakang 5. Exposure dan Aperture. Gunakan kecepatan shutter lamban untuk memungkinkan lebih banyak cahaya untuk foto Anda. Secara umum, Anda ingin eksposur baik dari setengah detik atau lebih, tapi sebenarnya dengan dua atau tiga detik akan jauh lebih baik. Sedangkan aperture, sebuah situs Dasar Fotografi Digital yang memuat tips-tips memilih kamera digital merekomendasikan bahwa dengan lebih lamanya eksposur, Anda harus menggunakan aperture yang lebih kecil untuk menghindari setiap over-exposing dari lampu stasioner. dalam gambar. Sebaliknya, jika Anda menembak dengan shutter-speed yang lebih singkat, gunakan aperture yang lebih besar untuk menghindari noise gerak foto Anda

6. ISO. Secara umum, Anda ingin kamera anda menggunakan nomor ISO yang lebih tinggi untuk mengimbangi kekurangan cahaya. Tetapi harus diingat, cek terus menerus hasil foto Anda, apakah tidak ada tekstur kasar atau grainy di sana. 7. Matikan fitur Anti-Shake. Karena sebelumnya kita sudah sarankan memakai Tripod, maka sebisa mungkin fungsi Anti-Goyang dinon-aktifkan. Karenajika kamera stabil, fungsi-fungsi ini dapat memberikan efek goyang yang otomatis ketika fungsi Anti-shake ini berusaha untuk melawan sesuatu yang sebenarnya tidak ada. 8. Perhatikan Keamanan. Dalam arti keseluruhan. Memotret di luar ruangan pada malam hari, tentu lebih tidak aman dari pada di siang hari atau di dalam ruangan. Anda harus pertimbangkan ketika ada barang-barang perlengkapan yang jatuh atau lebih jauh amankan dari tangan-tangan jahil. Apalagi kamera Anda adalah kamera yang berkualitas yang kadang bernilai mahal. Membawa senter atau lampu penerang pembantu dan asisten mungkin lebih bijaksana. Anda akan lebih berkonsentrasi dengan kegiatan fotografi Anda B. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemotretan malam hari antara lain : 1. Gunakan Tripod Tripod adalah peralatan penting jika kita ingin mendapatkan ketajaman gambar yang maksimal, sangat banyak berguna dalam mengurangi getaran pada kamera , terutama yang berasal dari getaran tangan, memang tidak selamanya kita bisa menggunakan tripod, tapi saat bisa kita gunakan, pergunakanlah.. 2. Pemilihan Lensa. Sebagai perlengkapan utama sebaiknya gunakan lensa yang dapat mencakup sudut pandang yang luas, misalnya lensa sudut lebar 24 mm, mungkin juga yang bersudut 20 mm. Meskipun kadangkadang lensa sudut lebar tak terlalu diperlukan, tetapi sebaiknya lensa tersebut selalu dibawa menyertai lensa jenis tele-zoom menengah seperti 70-210 mm. 3. Gunakan self timer atau Cable Release ( jika ada )

Mengatur self timer untuk mengambil gambar bisa mengurangi getaran pada saat menekan tombol shutter, sehalus apapun kita menakan tombol shutter, selalu ada resiko gerakan kecil yang mengurangi ketajaman gambar. Pada Alpha 550 self timer bisa dipilih dengan waktu jeda selama 10 detik. Cara lain mengurangi transfer getaran tangan adalah penggunaan Cable release, sebuah alat yang sambungkan pada kamera yang berfungsi mirip remote control untuk melakukan aksi shutter secara eksternal, dengan ini shutter akan bekerja tanpa harus menekan langsung tombol shutter pada kamera. Untuk yang satu ini saya belum pernah mencobanya karena masih belum punya alatnya. 4. Shutter Speed Gunakan shutter speed sesingkat mungkin jika bisa, sebagai gambaran bisa menggunakan rumus : 1/focal length. Contoh pada lensa kit 18-55mm, yang di set pada focal length 55mm, shutter speed bisa diatur selama 1/55 sekon atau 1/60 sekon juga bisa dijadikan pilihan. 5. ISO Speed Set ISO Speed seminimal mungkin, (ISO 200 pada Alpha 550). Ubah nilai ISO hanya jika terpaksa, atau saat seting Aperture dan Shutter speed tidak bisa menolong lagi.

C. Peralatan Pemotretan Pada Malam Hari

Trippod

Flash (lampu kilat)

Lensa kamera ukuran 15, 18, 20 mm (dissesuaikan)

4. Penggunaan Blitz/Built-In Pada Saat Memotret

Kebanyakan kamera Digital SLR dilengkapi dengan lampu kilat apada badan kameranya. Lampu kilat built in dapat dapat digunakan tidak hanya pada saat penerangan alami sangat lemah tetapi juga dapat digunakan untuk mengisi bayangan dan menampilkan objek saat terkena sinar dari belakang atau menambahkan sinar mata dari objek. Untuk menggunakan lampu kilat built in, ikutillah langkah berikut : 1. Tekanlah tombol flash, lalu putar tombol mode dial untuk memilih pengaturan pengambilan gambar 2. Pilihlah mode dialnya, dengan pilihan seperti <P>, <Tv>, <Av>, <M>, <A-DEP> Tabel dibawah adalah jarak ideal rentang yang dapat dipergunakan dengan lampu kilat built in pada kamera digital SLR.

Built-in Flash Range


(using EF-S18-55mm f/3,5-5,6 lens)

ISO Speed 100 200 400 800 1600

Wide-angle : 18 mm Approx, 0.7-3.7 m (2.3-12.1 ft) Approx, 0.7-5.3 m (2.3-17.4 ft) Approx, 0.7-7.4 m (2.3-24.3 ft) Approx, 0.7-10.5 m (2.3-34.5 ft) Approx, 0.7-14.9 m (2.3-48.9 ft)

Telephoto : 55 mm Approx, 0.7-2.3 m (2.3-7.5 ft) Approx, 0.7-3.3 m (2.3-10.6 ft) Approx, 0.7-4.6 m (2.3-15.1 ft) Approx, 0.7-6.6 m (2.3-21.6 ft) Approx, 0.7-9.2 m (2.3-30.2 ft)

Tabel lampu kilat dan lensa

Table di atas merupakan jarak yang efektif dengan penyesuaian pengaturan ISO, jarak, dan lensa saat menggunakan lampu kilat built in. Jarak tersebut di atas adalah jarak standar di mana lampu kilat dapat efektif. Flash Sync Speed and Apeture Setting Mode P Tv Av M A-DEP Shutter Speed Setting Auto (1/60 to 1/200 sec) Manual (30 to 1/200 sec) Auto (30 to 1/200 sec) Manual (Bulb to 1/200 sec) Auto (1/60 to 1/200 sec)
Tabel Mode-kecepatan dan lampu kilat

Aperture Setting Auto Auto Manual Manual Auto

Sedangkan tabel di atas menunjukan korelasi antara mode pemotretan kreatif dan pengaturan shutter dengan pengaturan aperture. Disini sinkronisasi lampu kilat akan berlangsung secara otomatis menurut mode dial yang digunakan. Gunakan lampu kilat built in bila jarak tidak kurang dari 1 m/3.3 feet dari objek. Jarak yang terlalu dekat akan mengakibatkan lampu kilat menjadi terhalang dan tidak maksimal. Ketika menggunakan lampu kilat built in, lepaskan pelindung lensa yang terpasang pada lensa. Pelindung lensa dapat mengakibatkan daya jangkau lampu kilat menjadi berkurang. Lampu kilat built in tidak cocok untuk digunakan dengan lensa tele karena jangkauannya pendek. Akan lebih efektif apabila digunakan dengan lensa yang berukuran lebih kecil dari 18 m

Flash (Lampu Kilat)


Flash terdiri dari flash unit tersendiri serta menyatu dengan kamera yang memiliki fungsi dasar yang sama, yaitu memberikan buatan pada objek. Tegangan dari baterai akan disimpan dalam kapasitor, dan akan dilepaskan saat pengambilan gambar terjadi melalui tabung lampu yang

berisi gas tertentu yang menghasilkan cahaya kilat. Sinar itu seolah-olah meledak dan menghasilkan sinar dengan kecepatan antara 1/500 detik hingga 1/10000 detik tergantung jenisnya. Terdapat tiga tipe lampu kamera, yaitu manual, otomatis, dan terdedikasi. Pada flash manual cahaya lampu memiliki intensitas 100% yang dapat diatur melalui kamera. Secara otomatis, sinar akan memnyesuaikan denggan bukaan yang sedang digunakan serta dapat diatur pula dengan kamera. Flash yang terdedikasi memiliki sitem komunikasi tersendiri antara lamu kilat dengan kamera serta dapt diatur secara mandiri antara flash dengan kameranya.

Memanfaatkan Lampu Kilat


Lampu kilat elektronnik merupakan sumber cahaya yang ideal untuk pemotrettan. Anda dapat membawanya kemana saja dan menempatkan sesuka anda, tidak tergantung cuaca atau waktu, durasinya yang singkat mampu meminimalkan efek dari kamera dan objek yang bergerak, tidak membuat model kepanasan, dan memiliki banyak kemungkinan untuk membuat foto dengan efek khusus.

Jenis-Jenis Lampu Kilat (Flash) 1. Makro Flash Untuk pemotretan close-up, ruang tajamnya amat sempit. Jadi anda harus memotret dengan bukaan kecil jika keinginan ruang tajam yang lebih luas dan tentu akan menimbulkan efek blur jika kamera goyang atau objek bergerak sehingga anda harus menggunakan kecepatan tinggi. Lampu kilat elektronik adalah sumber cahaya yang ideal untuk pemotretan makro karena dapat memecahkan dua masalah yaitu : cukup terang untuk pemotretan close-up dengan bukaan kecil, dan durasinya yang sangat singkat dapat mengatasi gambar yang kabur akibat goncangan kamera atau gerakan objek. 2. Flash Meter Pengukuran cahaya kilat TTL yang ada pada kemera-kamera Digital SLR keluaran baru sangat canggih, membuat situasi pemotretan dengan lampu kilat sesulit apapun jadi mudah

dilakukan. Tapi tidak demikian halnya dengan lampu studio. Beberapa kamera tidak memiliki fasilitas pengukuran TTL pada lampu kilatnya untuk melakukan bounce atau pemotretan dengan lebih dari satu lampu kilat menjadi sulit untuk dilakukan. Solusi yang paling tepat adalah menggunakan flash meter. Gambar flash meter didepan subjek, arahman sensornya pada lensa kamera tekan tombolnya sehingga akan terbaca beberapa diagfragma yang dibutuhkan. Biasanya flash meter juga dapat digunakan untuk pengukuran cahaya selain lampu kilat. 3. Fill Flash Lampu kilat yang menempel pada bagan kamera baik untuk digunakan sebagai cahaya pengisi. Kenyataanya mungkin penggunaan lampu kilat diluar ruang adalah untuk mengisi bagian bayangan yang tidak terkaena cahaya yang ditimbulkan oleh sinar matahari yang keras. Kebanyakan kamera yang memiliki lampoon kilat bawaan sudah dilengkapi fasilitas otomatis, dan beberapa diantaranya dapat mengukur pencahayaan lampu kilat pada objek serta latar belakang secara otomatis.

4. Off Kamera Flash Lampu kilat yang menempel pada kamera lebih nyaman tetapi menghasilkan cahaya yang datar dan tidak menarik. Anda dapat membuatnya lebih menarik dengan menggunakan lampu kilat yang terpisah dari badan kamera. Untk dapat mengaktifkan fungsi TTL dibutuhkan kabel TTL extension. Hampir semua kamera memiliki aksesoris. Beberapa kamera Digital SLR luaran terbaru dapt menggunakan lampu kilat secara terpisah dari badan kamera tanpa perlu kabel dengan fungsi TTL.

5. Menggunakan Payung Cahaya langsung kurang begitu baik untuk objek manusia. Karakter cahaya yang keras menimbulkan bayangan yang keras dan memunculkan salah satu cara pemecahan yang mudah adalah dengan menggunakan reflector paying. Paying membuat cahaya menjadi lebih

lembut jika menerangi bagian bayangan. Semakin besar ukuran paying (dan semakin dekat ke subjek), semakin lembut cahayanya. Payung ada yang berwarna putih lembut, silver (keras), dan emas (hangat), juga yang tembus cahaya, sehingga anda dapat lebih dekat ke objek dan dapat menggunakan cahaya dengan lebih efisien. 6. Membekukan Gerak Lampu kilat yang menyala dengan cepat apabila digunakan dalam jarak pemotretan dekat pada mode auto dapat membekukan gerak karena lampu kilat yang memiliki durasi 1/20000 atau lebih singkat. Untuk melakukan hal itu, atur lampu kilat pada mode otomatis atau manual dengan bukaan lensa atau diagfragma 1/16 atau lebih kecil.

DAFTAR PUSTAKA
Wahana computer. 2005. Pemanfaatan Kamera Digital dan Pengolahan Imagenya. Semarang: Andi.

Edi S. Mulyanta. 2007. Teknik Footografi Digital. Yogyakarta: C. V Andi Offset. http://techno.okezone.com/read/2009/05/08/92/217859/92/tips-dan-ragam-pencahayaan-dalamfotografi http://alvgallery.blogspot.com/2010/11/pemotretan-malam-hari-night-shooting.html

http://blog.poetrafoto.com/wp-content/uploads/2011/01/Lighting-Outdoor-PhotographyMengenal-Karakter-Cahaya-Portraiture-Modeling.pdf http://dean81.wordpress.com/2011/02/16/tips-dan-ragam-pencahayaan-dalam-fotografi/

Anda mungkin juga menyukai