Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HUBUNGAN JEJAK TELAPAK KAKI DENGAN


PERKIRAAN TINGGI BADAN GUNA
IDENTIFIKASI FORENSIK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah antropologi forensik

dosen pengampu : Dra.toetik koesbardiati.,Ph.D.

Disusunoleh :

Nama : Pudji hardanto


NIM :091614653003

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEDOKTERAN FORENSIK


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2017

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kejahatan merupakan suatu Universal Phenomena, tidak hanya jumlahnya saja


yang meningkat tetapi juga kualitasnya dipandang serius dibanding masa lalu
(Moh.Hatta, 2009). Salah satu jenis kejahatan yaitu kejahatan terhadap nyawa
(misddrijven tegen het leven) berupa penyerangan terhadap nyawa orang lain.
Kepentingan hukum yang dilindungi dan yang merupakan objek kejahatan ini
adalah nyawa (leven) manusia (Adami Chazami, 2000). Akibat dari tindak pidana
terhadap nyawa di sini adalah hilangnya nyawa dan orang atau matinya orang lain
dan tindak pidana ini disebut sebagai pembuhan serta akibat yang timbul
merupakan syarat mutlak (Ismu Gunadi dan Jonaedi Efendi, 2014). Perkembangan
dewasa ini, kejahatan terhadap nyawa bukan suatu hal yang sulit ditemui.
Fenomena sosial lainnya adalah banyak sekali kasus tindak pidana pembunuhan
yang melibatkan anggota keluarga sendiri, bahkan marak sekali orangtua yang tega
membunuh anak kandungnya sendiri (Maidin Gultom, 2013).
Contoh kasus pembunuhan mutilasi yang dilakukan anak terhadap ibu
kandungnnya tahun 2013 tepatnya di daerah bangkingan madura, Jawa Timur.
“Seperti diberitakan sebelumnya, warga Karangploso dikejutkan dengan
penemuan mayat korban pembunuhan di rumah Muntalib, warga Bangkingan II
nomor 6 Surabaya, Setelah tahu kalau yang menjadi korban adalah Akhiyah (60)
istri Muntalib. Dari hasil olah tempat kejadian perkara, polisi mengamankan
beberapa barang bukti, diantaranya kapak berpalu, pisau, dan palu, yang diduga
digunakan pelaku untuk menghabisi nyawa ibunya, dengan memenggal kepala dan
membelah dada korban (Jawa Pos, 2013).”
Dari hasil paparan kasus yang telah diuraikan diatas, dalam olah TKP diketahui
bahwa saat peristiwa pembuhun kondisi sekitar baru saja hujan sehingga tanah
menjadi sedikit becek. Sehingga memudahkan tim penyidik dalam menemukan
jejak kaki yang mengarah keluar dari TKP (Hardjanto, 2015). Jejak kaki yang

2
ditemukan di TKP dapat membantu tim penyidik dalam menyelesaikan suatu tindak
pidana.
Identifikasi merupakan pemeriksaan penting untuk menentukan kejelasan identitas
seseorang, baik pada orang hidup maupun pada orang mati. Tinggi badan merupakan
parameter penting untuk proses identifikasi baik dalam menentukan jenis kelamin
maupun usia (Niken, 2012). Jika barang bukti yang diperiksa hanya tinggal kerangka,
maka tinggi badan dapat diperkirakan dengan menggunakan formula perkiraan tinggi
badan berdasar tulang-tulang panjang. Jika dalam suatu penyidikan yang ditemukan
hanya jejak telapak kaki, sehingga perlu diketahui apakah terdapat hubungan antara
tinggi badan seseorang dengan panjang jejak telapak kakinya, untuk hal tersebut,
diperlukan suatu formula untuk memperkirakan tinggi badan berdasarkan ukuran
telapak kaki (Wilianto W, Algozi AM. 2010).
Beberapa penelitian tentang perkiraan tinggi badan berdasar panjang telapak
kaki mendapat hasil yang bermakna. Ratishauser (1968) pertama kali melakukan
penelitian perkiraan tinggi badan berdasar ukuran telapak kaki pada populasi anak
usia di bawah 6 tahun di Afrika. Davis (1990) meneliti perbandingan panjang kaki
dengan tinggi badan pada ras Afrika-Amerika dan ras Kaukasia-Amerika. Ozden
(2005) meneliti pada pupulasi berUsia di atas 19 tahun di Turki. Rohren (2006)
meneliti pada populasi berUsia di atas 18 tahun di Nebraska, Patel (2007)
melakukan penelitian pada populasi mahasiswa kedokteran berusia 20 – 23 tahun
di Bhavnagar India, Bhavna, (2007) melakukan penelitian pada populasi berUsia
20 – 40 tahun di New Dehli India, Ilayperuma (2008) melakukan penelitian pada
populasi mahasiswa kedokteran berUsia 17 – 22 tahun di Srilangka.
Hasil penelitian membuktikan adanya hubungan yang bermakna antara
panjang telapak kaki dangan tinggi badan. Formula yang dihasilkan dari penelitian-
penelitian tersebut bervariasi padahal metode penelitian dan cara penghitungan
statistik yang dilakukan sama, sehingga sampai saat ini belum ada formula yang
dapat digunakan secara universal. Namun jika hanya ditemukan jejak telapak kaki
dalam suatu tempat kejadian perkara dan bukan tulang telapak kaki masih
membutuhkan kajian lebih lanjut guna mengetahui metode pengukuran yang lebih
tepat sehingga dapat membantu penyelesaian suatu tindak pidana.

3
Dari latar belakang yang sudah dijelaskan, dalam makalah ini penulis akan
membahas mengenai hubungan antara jejak telapak kaki dengan estimasi tinggi
badan guna membantu proses identifikasi suatu tindak pidana.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan didapatkan beberapa masalah yang
timbul antara lain :
a. Apakah identifikasi dapat dilakukan jika hanya di dapatkan barang bukti
jejak telapak kaki pada TKP?
b. Bagaimankah hubungan antara perkiraan tinggi badan dengan jejak
telapak kaki?
1.3. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, adapun tujuan yang ingin dicapai antara lain :
a. Untuk mengetahui cara identifikasi jika yang ditemukan hanya jejak telapak
kaki.
b. Untuk mengetahi hubungan antara perkiraan tinggi badan dengan jejak
telapak kaki.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

4
2.1. IDENTIFIKASI ANTROPOLOGI FORENSIK

2.1.1. ANTROPOLOGI FORENSIK


Menurut American Board of Forensic Anthropology, forensik antropologi
adalah aplikasi ilmu pengetahuan dari antropologi fisik untuk proses hukum.
Antropologi forensik membantu mengidentifikasi orang yang meninggal dalam
bencana massal, perang, atau karena pembunuhan, bunuh diri, atau kematian karena
kecelakaan. (Wibowo, 2009).
2.1.2. Antropometri
Penggunaan antropometri dalam bidang ilmu kedokteran forensik pada
tahun 1883 ketika Alphonse Bertillon, pakar polisi Perancis menciptakan sistem
identifikasi pidana berdasarkan antropometri. Antropometri forensik adalah
spesialisasi ilmiah yang berasal dari disiplin ilmu antropologi forensik dengan
identifikasi manusia dengan bantuan teknik metrik. Tujuannya untuk
memperkirakan saat kematian, jenis kelamin, tinggi badan, ras, dan berat badan.
Antropometri dibagi menjadi somatometri dan osteometri : (Krishan, 2007)
1) Somatometri
Somatometri adalah pengukuran manusia hidup dan mayat termasuk kepala
dan wajah. Somatometri berguna dalam perkiraan usia dari segmen tubuh yang
berbeda dalam individu. (Krishan, 2007)
2) Osteometri
Osteometri mencakup kerangka dan bagian-bagiannya yaitu pengukuran
tulang, termasuk tengkorak. Teknik ini telah berhasil digunakan dalam
memperkirakan tinggi badan, usia, jenis kelamin, dan ras dalam ilmu forensik dan
hukum. (Krishan, 2007)
a) Penentuan Tinggi Badan
Pada masa yang lalu, para ilmuwan telah menggunakan setiap tulang
kerangka manusia dari femur sampai metakarpal dalam menentukan tinggi badan.
Para ilmuwan telah mendapat kesimpulan bahwa tinggi badan dapat ditentukan
bahkan dengan tulang yang kecil, meskipun mereka mendapati sebuah kesalahan

5
kecil dari perkiraan dalam penelitian mereka. (Krishan, 2007)
Berbagai penelitian yang dilakukan pada penentuan tinggi badan
menunjukkan bahwa setiap bagian kerangka telah digunakan sebagai estimasi.
Salah satu penelitian yang dikenal adalah penentuan tinggi badan yang dilakukan
Trotter & Gleser. Selain itu juga masih terdapat beberapa penelitian mengenai
penentuan tinggi badan dengan pengukuran tulang (Krishan, 2007).
b) Penentuan Jenis Kelamin
Penentuan jenis kelamin merupakan salah satu penentuan termudah dari
kerangka jika kerangka masih dalam kondisi baik. Tulang yang sering digunakan
adalah tulang pelvis dan tengkorak. (Krishan, 2007)
c) Penentuan Ras
Penentuan ras lebih rumit dibanding yang lain, meskipun beberapa studi
statistik multivariat pengukuran spesifik tulang tengkorak dan beberapa tulang
panjang sudah dilakukan. (Krishan, 2007)
2.2.. Identifikasi Kerangka
Upaya identifikasi pada kerangka bertujuan untuk membuktikan bahwa
kerangka tersebut adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur dan
tinggi badan, ciri-ciri khusus dan deformitas serta bila memungkinkan dilakukan
rekonstruksi wajah. (Andrianto, 2010; Budiyanto, 1997)
Jika terdapat seluruh kerangka secara lengkap, maka pengukuran tinggi
badan dapat dilakukan dengan pengukuran langsung. Bila hanya terdapat sebagian
tulang, perkiraan tinggi badan dapat dilakukan dengan mengukur panjang tulang
femur, tibia, fibula dengan menggunakan rumus tertentu. Panjang femur merupakan
dasar penentuan tinggi badan yang paling baik. (Brogdon, 1998; Sheperd, 2003)
Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan formula regresi untuk estimasi
tinggi badan maksimal semasa hidup (dengan standar kesalahan) dari panjang
maksimal tulang panjang. Beberapa formula/rumus yang diajukan oleh peneliti-
peneliti Barat / Indonesia, antara lain :
Tabel 2.1 Rumus Penentuan Tinggi Badan

Rumus Laki-Laki Perempuan

6
Pearson TB = 81.306 + 1.88 (Panj. TB = 1091.76 + 1.201
Femur) (Panj. Femur)
TB = 78.664 + 2.376 (Panj. TB = 80.807 + 2.018
Tibia) (Panj. Tibia)

Rumus Trotter & TB = 72.57 + 2.15 P.FEMUR


Glesser +/- 3.27
-
TB = 81.45 + 2.39 P.TIBIA +/-
3.80
Rumus Djaja CS TB = 75.98 + 2.3922 (Femur) TB = 77.471 + 2.188
= 80.807 + 2.278 (Tibia) (Femur)
= 76.227 + 2.252
(Tibia)

Sumber : Budiyanto, A., et al. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran
Forensik FK-UI. Pp. 197-202. ; Glinka, J. 1990. Antropometri &
Antroposkopi. Surabaya : FISIP-UNAIR.
Selain rumus-rumus diatas, terdapat pula rumus dengan menggunakan pengukuran
panjang telapak kaki, yaitu :
Tabel 2.2. Persamaan Penentuan Tinggi Badan dengan Pengukuran Panjang
Telapak Kaki
Peneliti Laki – Laki Perempuan
Handayani TB = 71.221 + 3.750 (TKKA) TB = 71.221 + 3.750 (TKKA)
Dwi Utami + 1.676 + 1.676
TB = 67.972 + 3.892 (TKKI) TB = 67.972 + 3.892 (TKKI)
± 1.635 ± 1.635
Tanuj TB = 88.116 + 3.007 (Telapak TB = 106.709 + 2.219
Kanchan Kaki Kanan) (Telapak Kaki Kanan)
TB = 95.202 + 2.737 (Telapak TB = 104.302 + 2.324

7
Kaki Kiri) (Telapak Kaki Kiri)

Sumber : Tanuj, K., et al. 2009. Stature Estimation from Foot Length Using
Universal Regression Formula in a North Indian Population. Journal of
Forensic Sciences. Volume 55. Hal. 163-166. ; Utami, H.D. 2008.
Perbandingan Korelasi Penentuan Tinggi Badan antara Metode
Pengukuran Panjang Telapak kaki dan Panjang Telapak Tangan Pada
Populasi Ras Mongoloid di Indonesia. Lampung: UNILA.
2.3. ANATOMI KAKI
Kaki manusia merupakan gabungan bentuk dan fungsi yang sempurna. Kaki
manusia terdiri dari 26 tulang, 2 tulang sesamoid, 33 sendi, 19 otot dan 107 ligamen.
Kaki dibagi menjadi 3 bagian yaitu : forefoot (kaki depan), midfoot (kaki tengah),
hindfoot (kaki belakang) ( http : // www. Footmaxx.com / uploaded / product-
category – pdf- 19 pdf, 2017).
1. Forefoot
Forefoot terdiri dari 5 metatarsal dimulai dari metarsal I sampai metatarsal
V, dan 5 jari kaki yang masing – masing terdiri dari 3 tulang (kecuali jempol kaki
terdiri dari 2 tulang). Tulang dari masing – masing jari terdiri dari phalang
proksimal, middle phalang distal (kecuali jempol kaki hanya memiliki bagian
proksimal dan distal).
Sendi yang menghubungkan antara metatarsal dan phalang proksimal jari
kaki disebut sendi MTP (sendi metatarsal phalang). Sendi PIP (sendi proksimal
interphalang) antara phalang proksimal dan phalang tengah masing – masing jari
kaki disebut sendi PIP (sendi proksimal interphalang). Sendi DIP (sendi distal
interphalang) antara phalang tengah dan phalang distal pada masing – masing jari
kaki disebut sendi distal interphalang. Jari jempol hanya mempunyai 1 sendi antara
2 phalang dan oleh karena itu sendi ini disebut sendi interphalang yang besar.
Kepala metatarsal merupakan ujung metatarsal yang bersambungan dengan sendi
pada tulang yang berdekatan (secara umum digunakan untuk menjelskan kepala

8
metatarsal distal, merupakan bagian yang bersambungan dengan phalang proksimal
jari yang berdekatan.
2. Midfoot
Midfoot terdiri dari 5 tulang dengan permukaan artikular yang banyak
(permukaan yang dihubungkan dengan sendi – sendi dan tulang lain) yaitu :
navicular, cuboid, 3 tulang cuneiform : medial, middle dan lateral. Di ujung distal,
metatarsal IV dan V bersambungan dengan tulang cuboid. Metatarsal I, II, III
berhubungan dengan tulang cuneiform secara berturut – turut. Masing – masing
dari tulang ini mempunyai kapsul sendi individual tetapi semuanya dibungkus
dalam 1 kapsul yang besar sehingga membentuk sendi tarso – metatarsal (sendi Lis
Franc). Di bagian proksimal, sendi talonavicular dan calcaneocuboid bersama –
sama membentuk persambungan sendi midtarsal yang terkombinasi (Chopart).(
http : // www. Footmaxx.com / uploaded / product- category – pdf- 19 pdf,2017).

3. Hindfoot
Tibia bersambungan dengan kubah talus dan dengan demikian
mengantarkan tekanan dari kaki ke tumit. Umumnya disebut sendi tibialtalar atau
secara sederhana disebut sendi pergelangan kaki. Kemudian talus bersambungan
dengan calcaneus. Tulang kaki yang menyokong berat badan (dan yang terbesar)
yang dihubungkan dengan sendi subtalar. Sendi subtalar dikenal sebagai ”sendi
ketangkasan”, merupakan sendi kunci pada pergelangan kaki. Sendi ini mempunyai
3 permukaan dari persambungan dengan sendi facet yang terpisah.

9
Pergerakan yang besar pada pergelangan kaki terjadi pada sendi ini – sisa
gerakan lain terjadi pada sendi tibialtalar. Fascia pada telapak kaki merupakan
pengatur keseimbangan yang penting pada kaki. Dimana kelainan kaki banyak
terjadi. Fascia telapak kaki berasal dari permukaan calcaneus telapak kaki dan
melekat kepermukaaan plantar dari kelima kepala metatarsal dan phalang proksimal
jari kaki. Fascia plantar membantu mempertahankan bagiian dari kaki dan sebagai
anti pronasi. Dalam fungsinya mempertahankan kesesuaian hubungan antara
calcaneus dan kepala metatarsal. Fascia plantar menhan pergerakan torsi dari
tempat yang berhubungan dengan Hind foot selama pronasi. Kebanyakan eversi
dari pronasi terjadi pada midfoot dan fore foot dimana calcaneus tetap stabil pada
hindfoot.( http : // www. Footmaxx.com / uploaded / product- category – pdf- 19
pdf,2017).

BAB III

PEMBAHASAN

10
3.1. IDENTIFIKASI BUKTI PETUNJUK JEJAK TELAPAK KAKI

“Tiada suatu kejahatan tanpa meninggalkan bekas", istilah itulah yang menjadi
salah satu pedoman atau dasar penyidik dalam melakukan penyidikan. Apabila TKP
hanya ditemukan jejak telapak kaki yang diduga diduga milik pelaku. Jejak telapak
kaki inilah yang dapat dijadikan sebagai bukti petunjuk yang akan mengarahkan
pada penyelesaian suatu tindak pidana. Jejak telapak kaki adalah jenis bukti
identifikasi yang banyak dijumpai dalam suatu kasus kejahatan (Tang et al., 2010).

Jejak telapak kaki dihasilkan oleh langkah kaki manusia. Penelitian langkah
manusia biasanya dilakukan dalam studi medis untuk mengetahui kelainan dalam
cara berjalan (Bodziak, 2000). Dalam kasus seperti ini perlu formula antara untuk
melakukan konversi dari ukuran jejak telapak kaki menjadi ukuran telapak kaki.

3.2. ESTIMASI TINGGI BADAN DARI JEJAK TELAPAK KAKI

Untuk menentukan tinggi badan, tidak perlu melalui pengukuran badan


secara utuh. Pengukuran dari bagian tubuh masih dapat menentukan tinggi
seseorang secara kasar dengan:

Panjang telapak kaki diukur dengan osteometrik board dengan ketelitian


hingga 0,1 sentimeter. Panjang telapak kaki diukur dari ujung belakang tumit
hingga ujung ibu jari kaki. Jika jari kaki kedua lebih panjang dari ibu jari kaki maka
panjang telapak kaki diukur dari ujung belakang tumit hingga ujung jari kaki kedua.

11
Panjang telapak kaki diukur pada posisi tubuh duduk dan meletakkan telapak kaki
pada osteometrik board dengan jari menghadap pembatas osteometrik, pembatas
osteometrik digeser hingga menyentuh ujung ibu jari kaki atau ujung jari kaki kedua
jika jari kaki kedua lebih panjang dari ibu jari kaki.

Tabel 2.2. Persamaan Penentuan Tinggi Badan dengan Pengukuran Panjang


Telapak Kaki
Peneliti Laki – Laki Perempuan
Handayani TB = 71.221 + 3.750 (TKKA) TB = 71.221 + 3.750 (TKKA)
Dwi Utami + 1.676 + 1.676
TB = 67.972 + 3.892 (TKKI) TB = 67.972 + 3.892 (TKKI)
± 1.635 ± 1.635
Tanuj TB = 88.116 + 3.007 (Telapak TB = 106.709 + 2.219
Kanchan Kaki Kanan) (Telapak Kaki Kanan)
TB = 95.202 + 2.737 (Telapak TB = 104.302 + 2.324
Kaki Kiri) (Telapak Kaki Kiri)

Sumber : Tanuj, K., et al. 2009. Stature Estimation from Foot Length Using
Universal Regression Formula in a North Indian Population. Journal of
Forensic Sciences. Volume 55. Hal. 163-166. ; Utami, H.D. 2008.
Perbandingan Korelasi Penentuan Tinggi Badan antara Metode
Pengukuran Panjang Telapak kaki dan Panjang Telapak Tangan Pada
Populasi Ras Mongoloid di Indonesia. Lampung: UNILA.

BAB IV

PENUTUP

12
4.1. KESIMPULAN

Untuk menentukan tinggi badan, tidak perlu melalui pengukuran badan secara
utuh. Dari hasil penelitian oleh peneliti sebelumnya didapatkan hubungan sangat
kuat antara panjang telapak kaki dengan tinggi badan. Jadi jejek kaki yang
ditemukan di TKP dapat menjadi bukti petunjuk dalam mengungkap identifikasi
korban maupun tersangka.

DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S. dkk. Identifikasi Forensik. Dalam

13
Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Bagian Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta : 1997. Hal.197 –
202.
Bodziak, W. J., (2000). Footwear Impression Evidence: Detection, Recovery and
Examination, 2nd ed., CRC Press, Boca Raton.
Etty Indriati . 2004. Identifikasi Rangka Manusia Aplikasi Antropologi. In :
Konteks Hukum.Gajah Mada Universitas Press. Hal 59-80
Glinka, J. 1990. Antropometri & Antroposkopi. Surabaya : FISIP-UNAIR.
Idries AM. Tjiptomartono AL. Pemeriksaan Tulang. Penerapan Ilmu Kedokteran
Forensk dalam Proses Penyidikan. Edisi Revisi. CV Sagung Seto.
Jakarta : 2002, Hal. 177 – 190.
Indriati E. 2004 ; Antropologi forensik, identifikasi rangka manusia, aplikasi
antropologis biologis dalam konteks hukum .Gadjah Mada University
Press; Yogyakarta .
Ismu Gunadi dan Jonaedi Efendi, Hukum Pidana, Kencana Prenadamedia Group,
Jakarta : 2014, hal 106 5Maidin Gultom, Perlindungan Hukum
Terhadap Anak dan Perempuan, Refika Aditama, Bandung: 2013, hal
2
Krishan K. Estimation of stature from footprint and foot outline dimensions in
Gujjars of North India. Forensic Science International [serial on the
internet]. 2008 [cited 2013 Jan 4];175:93-101. Available from:
http://forensic.sc.su. ac. th/seminar/seminari53/ref/52312332.pdf.
Moh.Hatta, Beberapa Masalah Penegakan Hukum Pidana Umum & Pidana
Khusus, Yogyakarta. Liberty Yogyakarta: 2009, hal 33 3 Adami
Chazami, Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa, Raja Grafindo
Persada. Medan:2000, hal 55
Niken. Penentuan tinggi badan berdasarkan pengukuran panjang telapak kaki pada
mahasiswa/i FK UPN “Veteran” Jakarta angkatan 2007 [cited: 2012
sept 8]. Jakarta. Hal. xviii. Available from:
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1kedokteran/207311142/Abstrak
.pdf.

14
Tang, Y., Srihari, S. N., & Kasiviswanathan, H., (2010).‘Similarity and clustering
of footwear prints’, In Granular Computing (GrC), 2010 IEEE
International Conference on (pp. 459-464), IEEE.
Wilianto W, Algozi AM. Perkiraan tinggi badan berdasarkan panjang telapak kaki
pada populasi mongoloid dewasa di Indonesia. Majalah Kedokteran
Forensik Indonesia. 2010;12:42.
http : // www. Footmaxx.com / uploaded / product- category – pdf- 19 pdf /Accessed
24 april 2017/ Pukul 20.05 WIB
https://www. Jawa Pos.com /2013 / 06 / 29 / diakses pada hari sabtu, 29 april 2017.

15

Anda mungkin juga menyukai