Anda di halaman 1dari 197

Mengenal Jenis Pencahayaan

1. Ambient lighting, yaitu pencahayaan seluruh ruang.


Secara teknis ambient lighting artinya total sinar yang
datang dari semua arah, untuk seluruh ruang. Sebuah
lampu diletakkan di tengah-tengah ruang hanya salah
satu bagian dari ambient lighting. Tetapi bila ada
sinar yang datang dari semua tepi plafon, misalnya,
terciptalah ambient lighting. Dalam membuat
ambient lighting, sinar haruslah cukup fleksibel
untuk berbagai situasi atau peristiwa yang mungkin
terjadi di ruangan. Tidak mungkin ruang makan
selalu romatis.
2. Local lighting, atau pencahayaan lokal.
Pencahayaan jenis ini ditujukan untuk aktivitas
sehari-hari. Misalnya: membaca, belajar, memasak,
berdandan dan sebagainya. Pencahayaan dimaksud
untuk membuat mata tidak cepat lelah.
3. Accent lighting, atau pencahayaan yang berfungsi
sebagai aksen. Selain contoh di atas, pencahayaan
jenis ini bisa dipakai sudut tertentu, barang tertentu
menjadi menonjol. Pencahayaan seperti ini dapat
membimbing pengunjung untuk melihat suatu barang
atau koleksi tertentu.
4. Natural lighting,  alias sinar matahari bahkan cahaya
bulan. Bila di desain sejak awal, pemanfaatan cahay
matahari juga dapat membuat ruangan menjadi
terang.
Filter Cahaya

Perlu diperhatikan bahwa warna benda transparan


(misalnya filter cahaya), sangat bergantung pada warna
cahaya yang diteruskan. Sedangkan pada warna benda
tidak transparan (seperti batu, daun dan lainnya)
tergantung pada warna yang dipantulkan. Jadi filter
cahaya juga berfungsi sebagai penerus warna-warna
tertentu.

Diposkan oleh Multimedia Documentary di 22.51 0


komentar
Teknik Pencahayaan
Teknik Pencahayaan

1. Fungsi Pencahayaan
Dalam kehidupan sehari-hari cahaya berfungsi membantu
identifikasi objek oleh indra penglihatan/mata. Di bidang
sinematografi pencahayaan memiliki fungsi fungsi
berikut:
- menyinari obyek yang akan berhadapan dengan camera,
- menciptakan gambar yang artistik,
- membuat efek khusus,
- menghilangkan bayangan yang tidak perlu /
mengganggu.

2. Jenis Cahaya
Penjeniasan cahaya pada sinematografi dan fotografi
didasarkan pada fungsi pencahayaan tersebut.
Berdasarkan fungsinya jenis cahaya terdiri atas (1) cahaya
kunci/cahaya utama (key light), (2) cahaya pengisi (fill
light), dan (3) cahaya belakang (back light).

Key light adalah cahaya yang lengsung mengenai objek


dan bersifat dominan. Kebanyakan key light searah
dengan kamera. Untuk tujuan menciptakan efek tertentu
key light dapat ditempatkan di samping kamera sehingga
cahaya mengenai sebagian objek.

Fill light adalah cahaya yang berfungsi mengisi. Key light


yang mengenai salah satu sisi menimbulkan bayangan di
sisi lain. Fill light berfungsi menimpa/menghilangkan
bayangan key light. Fill Light juga berfungsi meratakan
intensitas sinar pada ruangan. Jumlah fill light biasanya
lebih dari satu disesuaikan dengan kebutuhan
penghilangan bayangan. Back Light berasal dari belakang
obyek, dan biasanya digunakan sebagai pembentuk
gambar artistik dan memperkuat kesan (siluet, angker,
misterius).
Diposkan oleh Multimedia Documentary di 22.36 0
komentar
TATA CAHAYA
Dalam seni pertunjukan, tata cahaya berada dalam disiplin
teknik produksi bersama dengan tata pentas, kriya
panggung (stage craft) dan hal hal lain yang bersifat
sebagai pendukung visual suatu pergelarlan.dalam
perkembangan seni pertunjukan di Indonesia teknik
produksi belum mendapat perhatian yang cukup bahkan
dalam pendidikan kesenianpun tidakada jurusan yang
membuka peminatan teknik produksi tersebut.

Dengan semakin banyaknya festival-festival seni


pertunjukan diberbagai kota maka kebutuhan untuk
mengemas pertunjukan menjadi sesuatu yang menarik dan
lain dari penyajian kelompok lain, maka kebutuhan
pemahaman teknik produksi tumbuh. Namun seringkali
tumbuh kembangnya seni pertunjukan tidak seiring
dengan berkembangnya gedung pertunjukan. Akustik
ruangan, penataan cahaya dan tata teknik pentasnya
seringkali tak memenuhi persyaratan minimal untuk suatu
pertunjukan.

Dalam situasi seperti itulah para pekerja dibelakang


panggung merekayasa agar pertunjukan menjadi sesuau
yang berarti dan punya sumbangan dalam perkebangan
seni pertunjukun.

Studi-studi yang dilakukan oleh para pekerja belakang


panggung pada umumnya dilakukan sendiri oleh para
pelaku itu sendiri atau bersama-sama dengan
kelompoknya atau kalau beruntung bisa mengikuti
lokakarya-lokakarya yang diadakan oleh lembaga-
lembaga kesenian yang punya pehatiandan keprihatinan
terhadap perkembangan dunia seni pertunjukan.

Seorang penata cahaya disamping harus studi tentang


teks, koreografi dan seni visual yang lain harus
memahami tentang aspek teknik dari peralatan-peralatan
yang akan menjadi media ekspresinya dan memahami
karakter dari bentuk panggung dan auditoriumnya.
Pemahaman teks bisa dipahami dengan mempelajari
sejarah dan genre dari gaya pertunjukkannya. (buku-buku
Yacob Sumarjo, Asrul Sani, Rendra, PW, NR, KA, dll).
Pemahaman tentang tata teknik pentas dan teknik
menggambar dapat dibantu dengan penguasaan komputer
(Beamlight, Write Light, Daslight, Corel, CAD, Vector
Work, wyswyg).

STUDI TEKSTUAL

Mempelajari naskah naskah drama, puisi, cerpen dan


prosa. Sasarannya adalah melatih kepekaan untuk melihat
yang tersirat dalam teks itu, tangkas menyusun plot dan
menemukan berbagai perubahan susasana, ruang, pikiran-
pikiran para tokohnya dan menjalin struktur dramatiknya.

Dengan mempelajari latar belakang penulisnya maka akan


ditemukan visi dari penulisnya yang bersangkutan.
Karena inti dari penataan cahaya adalah membangun
atmosfere bagi para tokoh yang sedang menghidupkan
pentas. Tentu saja dalam hal ini diskusi dengan sutradara
dan para pekerja artistik yang lain seperti penata set, dll
menjadi suatu keharusan. Keputusan terahkir adalah pada
sutradara.

STUDI PENTAS DAN AUDITORIUM

Karakter dari pentas amat bergantung pada auditoriumnya


dan masing masing pentas mempunyai aura yang amat
spesifik. Secara umum dapat dibagi menjadi 3 bentuk
yang berbeda, yaitu:

1. Pentas Proscenium

Bentuk pentas dimana penonton dengan pentasnya


dipisahkan oleh orkestra pit dan penonton melihat dari
satu arah saja. Pentasnya diberi frame seperti kamar yang
dinding keempatnya dibuka. (Wayang Orang, Kethoprak)
1. Pentas Arena.

Bentuk pentas dimana pentas dan penontonnya berada


dalam satu atap. Penonton melihat pentas dari berbagai
sisi yang pada umumnya 3 sisi. Variasinya amat banyak
seperti tapal kuda, lingkaran (theatre in round) dll.

1. Trust

Gabungan antara pentas proscenium dengan teater arena. (


Sasono Langen Budoyo).

Dari sekian banyak variasi pentas, prosceniumlah yang


palik banyak memerlukan peralatan pendukung untuk
membuat para penyaji betul-betul menjadi pusat perhatian
para penontonnya.

STUDI TATA CAHAYA.

Studi utama dari penataan cahaya adalah alam beserta


seluruh isinya. Karena penataan cahaya diatas pentas
adalah peniruan dari apa yang terjadi di alam semesta
raya ini. Dari sumber cahayanyadapatlah dibedakan
menjadi dua, yaitu:

1. Cahaya Langsung

Cahaya yang berasal dari matahari dengan segala


pantulannya.

1. Cahaya Tak Langsung

Cahaya yang berasal dari bulan dengan segala macam


pantulannya.

Aplikasi dari sumber pencahayaan alam tersebut diatas


pentas menjadi sebagai berikut:

- Key Light

Cahaya utama yang berasal dari lampu-lampu type


profile, lekolite maupun ellipsoidale. Karakter cahayanya
tajam dengan pendaran cahaya yang dapat dibuat amat
tajam maupun menyebar karena adanya lensa planno
convex yang dapat diatur jaraknya dengan sumber cahaya.
Biasanya digunakan untuk mencahayai wilayah yang
khusus dan pemakaian yang spesial.

- Fill Light

Cahaya pengisi yang berasal dari lampu-lampu fresnell


dan flood. Karakter cahayanya lembut dan merata dari
pusat hingga pinggir, karena sumber cahayanya dipecah
oleh lensa sperikel, namun cahayanya dapat dipusatkan
maupun disebar dengan mengatur jarak lensanya dengan
sumber cahayanya. Biasanya digunakan untuk
mendapatkan suasana dengan menyiram panggung
dengan warna- warna hangat maupun dingin.

Untuk mencapai hasil yang maksimal tentang system tata


cahaya, penata cahaya harus mempunyai pengetahuan
yang cukup mengenai sistem jaringan listrik dan sgala
aturan keselamatan pemasangan listrik.

Distribusi cahaya menjadi bagian yang penting dalam


perencanaan tata cahaya agar seluruh wilayah permainan
dapat tercahayai, sehingga perubahan gerak dan ekspresi
wajah dapat diamati oleh penonton dengan baik. Melihat
posisinya terhadap pentas, maka pencahayaan dapat
dibagi menjadi:

- Front Light

Cahaya yang berasal dari depan pentas yang bertujuan


untuk membuat wajah dapat terlihat dari penonton. Jarak
sumber cahaya dan objek cukup jauh maka diperlukan
profile, lekollite, ellipsoidale agar cahaya dapat
dikendalikan, karena dengan menggunakan shutter cahaya
yang menerpa dinding proscenium dapat dihilangkan

- Over Head

Cahaya berasal dari atas kepala pemain dengan tujuan


mencahayai area panggung dari atas. Area khusus bagi
pemain dengan menjatuhkan cahaya tegak lurus diatas
kepala pemain (downlight) meskipun beresiko bohlam
menjadi lebih mudah putus oleh panas yang tidak tersalur
akibat posisi tersebut. Karena jarak yang tidak terlalu
jauh,type Fresnell dan Plano Convex (PC) menjadi
pilihan. Namun karena pertimbangan ekonomis PAR
CAN Medium menjadi alternatif.

Down Light

Area khusus bagi pemain dengan menjatuhkan cahay


tegak lurus diatas kepala pemain, meskipun beresiko
bohlam menjadi lebih mudah putus oleh panas yang tak
tersalur akibat posisi tersebut. PC, Fresnell dan Lekolite
menjadi pilihan, namun PAR CAN Very Nerrow dapat
menjadi alternatifnya.

- Back Light

Cahaya yang berasal dari belakang pemain yang membuat


bagian atas pemain menjadi lebih terang dibanding bagian
lain, dengan demikian pemain seakan-akan tidak
menempel dengan backdrop. Fresnell dan PAR Can
Medium menjadi pilihannya.

- Side Light
Cahaya berasal dari damping yang berguna mencahayai
sisi kiri atau kanan pemain. Cahaya ini amat dibutuhkan
untuk karya tari utamanya balet karena banyak gerakan
angkat kaki dan lompat.

- Cyclorama

Cahaya yang lembut dari atas (upper horizone) dan dari


lantai panggung ( lower horizone) yang berfungsi
memberikan cakrawala dan perubahan-perubahan
suasana. Flood dan Striplight dengan berbagai variasinya
menjadi pilihan.

Setelah melakukan riset atas kebutuhan artistik yang


dikehendaki sutradara dan melakukan pendataan atas
pentas yang akan digunakan untuk pertunjukan,
mengamati latihan, mengukur lamanya perubahan dari
satu adegan yang lain maka mulailah pekerjaan
mendesain light plot. ( Denah panggung, lighting
template, Vector Work, CorelDraw, CAD, Daslight dll)

Hasil Kerja penata cahaya (paper work) berupa:

Light Plot:

Berupa gambar penempatan posisi lampu, type, no


channel/dimmer, warna dan arah lampu, jarak.
Hook Up Channel:

Berupa list yang memberi informasi no channel.

Instrument Schedule:

Berupa list yang memuat informasi penempatan dan type


lampu.

Magic Sheet:

Berupa List yang memberi informasi kelompok warna,


area dan no channel guna memudahkan ketika membuat
Cue Sheet.

Cue Sheet:

Berupa list yang memuat daftar no channel, intensitas dan


lamanya perubahan tiap tiap cue.

Pelaksanaan persiapan pementasan biasanya diatur


jadwalnya ole Stage Manager (SM), biasanya urutannya
adalah pemasangan set, penataan lampu dan penataan
suara. Seringkali nyaris dilakukan bersamaan karena masa
persiapan yang amat singkat. Tangan dingin dan
keceriaan serta ketegasan SM akan membuat situasi ini
menjadi mudah.
Tahapan pekerjaan yang dilakukan oleh team tata cahaya
setelah berkoordinasi dengan SM grup maupun SM dari
gedung yng bersangkutan adalah sebagai berikut:

Instalasi:

Pekerjaan menggantung lampu sesuai type dan posisinya,


memasang instalasi sesuai no chanell yang dikehendaki.

Trim:

Menempatkan posisi lampu (batten) pada ketinggian yang


dikehendaki.

Channel List:

Mencek no channel apakah sudah sesuai dengan hook up.

Focusing:

Mengarahkan cahaya ke area yang dikehendaki sekaligus


memasang filter lampu.

Plotting:

Menyusun lighting cue bersama dengan para pemain dan


sutradara agar area, suasana, intesitas sesuai dengan
kehendak sutradara. Pada proses ini seringkali terjadi
proses diskusi yang amat seru sehingga memakan waktu
yang lama.

Dry Rehearsal:

Latihan seluruh aspek teknik yang diperlukan dalam


pertunjukan, pergantian set, perubahan lampu dan efek-
efek suara dipandu oleh SM namun tanpa pemain.
Seringkali disebut juga Technical Rehearsal.

Dress Rehearsal

Latihan lengkap seluruh aspek pemanggungan, pemain


dengan make up dan busana lengkap dari awal hingga
ahkir. Seringkali gladi ini dijual kepada publik dengan
harga yang lebih murah dari hari pertunjukannya, juga
untuk keluarga para pemain dan wartawan untuk melihat
bagaimana respon penonton. Komando dilakukan oleh
SM beserta para crew yang sudah terbagi sesuai tanggung
jawab yang diberikan.
Diposkan oleh Multimedia Documentary di 22.03 0
komentar
Dasar-dasar Tehnik Pencahayaan Studio
Dasar-dasar Tehnik Pencahayaan Studio

Teknik Pencahayaan Studio


Penerapan teknis pencahayaan di studio memiliki
beberapa keterbatasan. meskipun demikian, anda harus
dapat membuat lighting pada subjek foto seolah2 sumber
cahaya y di pakai merupakan yang alami. Tetapi walau
bagaimana pun teknis lighting yg dipakai tetap harus
mengikuti teori cahaya dan pencahayaan. Pada dasarnya,
pencahayaan di studio dapat memanfaatkan sinar jendela
(Window Lighting) dan menggunakan cahaya buatan, saat
ini yang akan di bahas adalah pencahayaan Window
Lighting.
Tehnik Window lighting termasuk tehnik yg paling
digemari karena lebih alami, Rembrandt van Ryn salah
seorang pelukis asal Belanda adalah salah seorang yg
sangat cermat memperhatikan arah datangnya cahaya dan
banyak melukis dengan sudut datang cahaya sekitar 45
derajat dari belakang atau 90 derajat dari samping.
Dalam fotografi untuk menghasilkan efek cahaya
rembrandt dengan memanfaatkan sinar dari jendela, untuk
membatasi cahaya yg masuk digunakan tirai sebagai
pemotong cahaya.

Kelebihan dan kekurangan window lighting

Teknik pencahayaan window lighting adalah teknik


pencahayaan yang praktis dan mudah di banding
penggunaan lighting lainnya, namun demikian ada
kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan teknik
window lighting.
berikut kelebihan dari pencahayaan window lighting:
Foto yang dihasilkan menghasilkan/menampilkan cahaya
yg lebih natural
Lokasi pemotretan dapat dilakukan dimana saja selama
ruangan memiliki jendela dan matahari masih bersinar
Pemotretan yang dilakukan di dalam ruangan memberikan
rasa nyaman. Model tidak merasa terganggu dengan
peralatan lampu dan cahaya lampu flash, sehingga foto
terlihat dinamis dan tidak kaku.
Peralatan yang di butuhkan relatif sedikit.

namun demikian ada beberapa kekurangan dari tehnik ini


antara lain:
Fotografer harus mengantisipasi keadaan cuaca yg
berubah2, matahari yg bersinar tiba2 tertutup mendung
atau tiba2 turun hujan.
Waktu pemotretan terbatas karena tergantung kondisi
cahaya matahari
Jumlah model yang dipotret terbatas karena menghindari
cahaya yg tidak merata dan detail foto yg tidak sempurna,
semakin banyak jumlah model membutuhkan jendela yg
cukup besar.

Ada beberapa hal yg perlu diperhatikan ketika melakukan


tehnik window lighting,
Tinggi kamera letak kamera sebaiknya setinggi mata
model atau paling tinggi setinggi dahi model karena jika
terlalu rendah maka lubang hidung dan hidung akan
terlihat kurang mancung. Demikian juga jika kamera
terlalu tinggi maka dahi akan tampak lebar dan dagu
mengecil. namun pada prinsipnya posisi kamera lebih
rendah ato tinggi akan menghasilkan distorsi, distorsi
akan berkurang jika menggunakan lensa dengan panjang
focal 80-135mm.
Pengukuran Cahaya untuk menghindari bagian2 yang
under dan over exposure, pengukuran cahaya dilakukan
pada bagian yang terkena cahaya, terutama bagian wajah
model, ada baiknya metering pencahayaan dinaikan 1/3
sampai 1/2 stop dari pengukuran cahaya sebenarnya agar
ekposure yang di inginkan bisa diperoleh, namun hal ini
tidak menjadi patokan tergantung ISO yg digunakan.
Arah Cahaya Cahaya matahari yang datang dari Utara
(northlight) merupakan cahaya yg paling tepat untuk
tehnik ini dibandingkan cahaya yg datang dari arah lain.
Cahaya yg datang dari arah ini menghasilkan efek
pencahayaan yg konsisten, soft, dan dapat digunakan
sepanjang hari.
Posisi Model dan Background Jauh dekatnya objek
dengan jendela dapat mempengaruhi tampilan pada
background. jika model lebih dekat dengan jendela maka
akan dihasilkan bayangan pada wajah yg lembut dengan
background yang terlihat gelap, jika model jauh dari
jendela maka efek pada model akan terlihat lebih keras
dengan background yg terlihat terang. Disini pengaturan
pose model harus diperhatikan untuk bisa menonjolkan
karakter dari model tersebut.

Pencahayaan dengan menggunakan Peralatan Studio

Sebelumnya telah dibahas tehnik pencahayaan dengan


menggunakan pencahayaan alami yaitu sinar matahari,
saat ini yang akan di bahas adalah pencahayaan dengan
cahaya buatan yaitu dengan menggunakan lampu studio.
Dasar dari dari pencahayaan studio sbenarnya mengacu
pada sifat cahaya matahari, yaitu arah cahaya yang
ditimbulkan harus searah sehingga bayangan yang timbul
hanya satu, seperti sifat cahaya dari matahari.

1. Pencahayaan dengan menggunakan satu sumber


cahaya.

Seorang fotografer hendaknya tidak terkendala oleh


keterbatasan alat untuk berkreasi, Seorang fotografer
sebaiknya memiliki konsep sebelum memulai pemotretan
di studio agar ia dapat memanfaatkan satu sumber cahaya.
Pengetahuannya mengenai cahaya dan karakteristiknya
dari sumber cahaya yang digunakan sangat penting dalam
membantu fotografer dalam menghasilkan karya yang di
inginkan. Metode penggunaan satu sumber cahaya
umumnya digunakan untuk membuat foto portrait dengan
maksud untuk menampilkan karakter atau profil yang
baik.
Pemanfaatan satu sumber cahaya secara maksimal dapat
dilakukan dengan menggunakan aksesori yang terdapat di
sekitar, seperti kertas kalkir atau dengan mengubah posisi
sumber cahaya terhadap terhadap objek, Dibutuhkan
kecermatan untuk menentukan posisi pencahayaan terbaik
yang dapat menampilkan objek secara tepat dan menarik.

a. Paramount/Hollywood/Butterfly

Pencahayaan jenis ini sering dipakai di Hollywood pada


era tahun 1940-1950an, efek yang ditimbulkan oleh
tehnik ini adalah bayangan yang mengikuti garis bawah
lubang hidung dan jika diamati akan memiliki bentuk
seperti bentuk kupu-kupu.

Tehnik pencahayaan untuk mendapatkan bayangan tadi


diambil dengan menggunakan lampu yang di arahkan
tepat di depan model pada posisi yang lebih tinggi. Efek
ini akan terlihat jelas pada sesorang yang memiliki
struktur wajah yang bagus atau sempurna, Umumnya
pemotretan jenis Fashion/Beauty lebih cocok dengan
pencahayaan jenis ini.

b. Loop

Efek yang didapat dari teknik pencahayaan ini adalah


timbul bayangan di salah satu sisi samping lubang hidung.
Bisa berada di sisi sebelah kiri atau sisi sebelah kanan
sesuai dengan letak lampu yang di arahkan ke model.
Pencahayaan ini mudah diunakan untuk pemotretan
keluarga besar atau perorangan.

c. Rembrandt

Seperti pada pembahasan pencahayaan Rembrandt


dengan Window Lighting, selanjutnya ide ini diikuti oleh
para fotografer dengan meletakan posisi lampu agak
tinggi dari objeknya ( dapat disebelah kiri atau kanan
objek). Efek yang didapat adalah bayangan segitiga yang
terdapat pada bagian wajah mata disalah satu sisi wajah.
Pencahayaan ini biasanya digunakan fotografer yang
ingin menampilkan sebuah potret yang menonjolkan nilai
artistik.

d. Split

Tehnik ini menonjolkan sebuah foto yang lebih tertuju


pada nilai artistiknya. Efek yang dihasilkan berupa
bayangan pada wajah yang terlihat setengah gelap dan
setengah terang. Posisi lampu diarahkan tepat disamping
kiri atau kanan dan searah dengan model. Biasanya
kesempurnaan Split ini akan terlihat pada karakter wajah
yang memiliki kulit putih dan struktur hidung yang bagus.
Diposkan oleh Multimedia Documentary di 06.08 0
komentar
Peralatan tata cahaya untuk foto dan video
Mengenal Peralatan dan perlengkapan Studio Foto

Mengenal Peralatan dan perlengkapan Studio Foto

1. Ruang Studio

Luas ukuran minimal dari studio foto tergantung dari jenis


foto apa yang akan dihasilkan, jika hanya Pas foto tentu
saja tidak memerlukan ruang studio yang luas seperti pada
foo keluarga aau grup yang memerlukan ruangan yang
besar. Jadi tidak ada ukuran maksimal atau minimal dari
studio tersebut.

Pada tahap awal studio dapat berukuran 3 x 4 m atau 4 x 6


m pertimbangannya menyangkut perlengkapan yang
harus disimpan seperti kamera, lampu background dan
lain-lain.
2. Kamera dan Lensa

Ada tiga jenis kamera saat melakukan pemotretan di


studio, yaitu kamera format kecil yg biasa disebut kamera
35mm, kamera medium format dan kamera format besar.
Setiap kamera memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk
pemotretan portrait, biasanya digunakan kamera format
medium, sedangkan pemotretan still life memakai kamera
format besar. Akan tetapi bukan berarti kamera format
kecil atau kamera 35mm tidak dapat digunakan untuk
pemotretan studio. Saat ini sudah banyak studio foto yang
memakai kamera dengan format 35mm untuk pemotretan
portrait di studio.

Digital kamera format 35mm

Digital Medium Format

Digital Large format 200 mega pixel


3. Cable Release

Fungsi dari alat ini adalah sebagai pengganti tombol


pelepas rana. Alat ini akan memudahkan fotografer ketika
menekan tombol pelepas rana sehingga mengurangi risiko
bergoyangnya kamera (shake) terutama pade pemotretan
dengan kecepatan rana rendah atau bulb.

Cable Release

4. Electronic Flash Head

Electronic Flash Head atau lampu flash studio adalah


lampu yang menyalurkan gas seketika dan memproduksi
cahaya berdurasi singkat.

Lampu Flash Studio

5. Kabel Sinkronisasi

Kabel ini berfungsi sebagai pemicu agar lampu studio


menyala yang mana kabel ini menghubungkan kamera
dengan lampu studio.

Kabel Syncro

6. Triger dan receiver

Alat ini dipasang di kamera dan lampu studio agar lampu


studio bias menyala saat tombol rana kamera ditekan,
pemasangan alat ini dimaksudkan agar fotografer dapat
leluasa bergerak tanpa direpotkan oleh kabel sinkronisasi
yang terpasang dikamera.

Triger dan Receiver

7. Alat Pengukur Cahaya/Flash Meter / Light meter

Alat ini mengukur cahaya yang dikeluarkan oleh lampu


studio dan digunakan untuk menentukan bukaan
diafragma yang seharusnya di pakai dikamera, Sebelum
menggunakan alat ini dilakukan penyetelan kecepatan
rana dan iso yang digunakan

Flash Meter

8. Alat pengukur Suhu warna / Color Meter


Untuk mengetahui suhu warna/white balance yang tepat
dari sumber cahaya yang digunakan pada saat pemotretan
berlangsung digunakan alat pengukur suhu warna atau
color meter. Alat ini menginformasikan mengenai tinggi
rendahnya suhu warna sehingga bias didapat nilai dari
white balance yang akan disetting di kamera atau
penggunaan filter warna yang tepat untuk kamera.

Suhu warna atau white balance dari lampu studio yang


masih baru biasanya berkisar 5500 Kelvin atau lebih
sehingga hasil yang didapat menjadi kebiru-biruan dan
seiring dengan pemakaian dari lampu flash studio tersebut
suhu warna berangsur-angsur turun hingga bisa mencapai
4300 Kelvin dan menjadi kekuning-kuningan. Dengan
alat pengukur suhu warna tersebut maka akan bisa didapat
suhu warna yang tepat.

Color Meter

9. Standar Reflektor

Biasanya setiap pembelian lampu flash studio dillengkapi


dengan standar reflector yang menghasilkan cahaya yang
langsung dan keras.

Standar Reflektor
10. Reflektor

Reflektor digunakan untuk memberikan cahaya tambahan


yang merupakan pantulan dari cahaya utama, reflector
dipasaran terdiri dari 3 warna yaitu putih, perak dan emas
dimana masing-masing warna mempunyai karakter dari
pentulannya tersebut.

Reflektor

11. Payung Studio

Payung Studio digunakan untuk menghasilkan efek


bayangan yang lebih halus serta pancaran cahaya yang
lebih luas di bandingkan dengan standar reflector. Alat ini
sangat efektif digunakan pada pemotretan yang
membutuhkan cakupan area cahaya yang luas, namun
dibanding dengan standar reflector pancaran cahaya dari
payung ini lebih sulit di arahkan.

White Convertible Umbrella

Shoot Throught Umbrella/Transparance Umbrella

Silver Umbrella
12. Softbox

Softbox digunakan untuk menghasilkan efek cahaya yang


lebih halus lagi dibandingkan dengan payung, cahaya
yang dihasilkan lebih terarah karena cakupan cahaya yang
dihasilkan softbox lebih terbatas, ukuran softbox juga
mempengaruhi hasil yang didapat, semakin besar ukuran
softbox akan semakin lembut cahaya yang dihasilkan.
Softbox dapat menghasilkan efek bayangan persegi pada
mata model.

Softbox

13. Octo Dome

Octo Dome sama seperti Softbox menghasilkan efek


cahaya yang lebih halus dan cahaya yang terarah, selain
itu octodome menghasilkan efek bayangan segi delapan
pada pupil mata model.

Octodome

14. Snoot

Snoot digunakan untuk mengarahkan pencahayaan ke


bagian tertentu saja agar mendapatkan efek spot, Alat ini
biasanya digunakan di diatas dan dibelakang objek untuk
menyinari rambut sehingga objek terpisah dengan latar
belakang. misalnya untuk H

Rabu, 01 April 2009

Pengenalan Dasar Pencahayaan Dalam Fotografi


Cahaya dalam fotografi adalah unsur yang paling penting
dan utama untuk menciptakan sebuah gambar, image atau
foto. Fotografi sendiri berarti: menggambar dengan
cahaya Tanpa adanya cahaya kita bagai berada di ruang
yang gelap gulita tanpa dapat melihat apapun juga. Kita
dapat melihat obyek, memfokuskan lensa kamera dan
menekan rana merekam gambar kedalam film semata-
mata karena adanya cahaya. Cahaya memberikan
informasi tentang struktur bentuk object yang akan difoto.
Apa yang kita lihat pada benda adalah akibat dari
pantulan cahaya ke benda tersebut yang kita tangkap
dengan mata. Pencahayaan yang diatur dengan baik akan
mampu memperlihatkan hasil yang berbentuk dua
dimensi (foto) menjadi seakan tiga dimensi. Cahaya dapat
menambahkan mood atau rasa dalam sebuah karya foto
sebagai contoh dalam semua film horor atau
thriller..mahluk yang menyeramkan selalu diberi
penyinaran dari bawah..sehingga penonton me 'rasa'
seram.
Kemampuan seorang fotografer dalam mengatur dan
menghitung pencahayaan akan menentukan kualitas
gambar yang dihasilkan.

SIFAT DASAR CAHAYA


1. Cahaya dapat menembus
Cahaya dapat menembus bahan-bahan yang tidak padat
seperti kain, kertas kalkir dan kaca sehingga kualitas
kerasnya cahaya dapat dibuat lunak atau soft.
2. Cahaya dapat difokuskan
Cahaya dapat kita salurkan kearah mana kita kehendaki,
dia dapat dikumpulkan dan difokuskan agar kuantitasnya
lebih besar lagi. Sebagai contoh adalah sinar Matahari
yang difokuskan oleh surya kanta atau kaca pembesar.
3. Cahaya dapat dipantulkan
Cahaya itu dapat pula kita belokan atau kita pantulkan
dengan benda yang mempunya daya pantul yang tinggi
seperti cermin, styrofoam, kertas perak dll yang lazim kita
sebut dengan reflektor untuk menyinari bagian-bagian
yang gelap.
4. Cahaya mempunyai warna
Semua sumber cahaya mempunyai warna atau umumnya
kita sebut dengan suhu warna dalam hitungan derajat
Kelvin dan dapat diukur dengan Kelvin Meter / Color
Meter.
Walaupun tidak secara fisik memberikan efek yang sama
dengan suhu panasnya api atau dinginnya es, secara
psikologi warna dapat juga dikelompokan seperti contoh
warna yang hangat (merah & kuning) dan dingin (biru &
hijau). Cahaya dari sang Suryapun mempunyai warna
yang berbeda disepanjang hari
Pada pagi dan sore hari akan memberikan warm tone
color atau warna yang hangat kekuning kuningan, maka
dari itu pemotretan model di outdoor dianjurkan pada saat
seperti ini.

Derajat Kelvin rata-rata pada siang hari adalah 5500K


Lilin 1800K
Bohlam 100watt 2850K
Bohlam 500watt 3200K
Fotoflood 3400K
Flash 5500- 5700K
Langit biru 10000-12000K

Mata manusia kurang peka akan perubahan warna cahaya


tetapi film sangatlah peka oleh sebab itu film dibagi
menjadi 2 macam atau jenis yaitu :

1. Film untuk Daylight


2. Film Type A dan Type B untuk Tungsten

Apabila pemakaian film tidak sesuai dengan


peruntukannya, sebagai contoh film Type A untuk
pemotretan dengan tungsten maka dibutuhkan filter
koreksi untuk menormalkan kembali warna yang terekam.

STUDIO FOTO
Fotografi studio dimulai pada abad 19. Kurangnya
pencahayaan membuat fotografer berpikir keras untuk
merekayasa pencahayaan di dalam ruangan, seperti
memantulkan cahaya matahari dengan pemantul besar
dari jalan ke jendela. Namun penemuan pelat basah pada
awal abad 20 membuat film menjadi lebih sensitif
terhadap cahaya. Sehingga rekayasa cahaya tidak lagi
berkutat di usaha untuk mendapatkan cahaya yang cukup
untuk membakar film, tetapi juga mengolah cahaya
tersebut agar menghasilkan suasana dan emosi tertentu.
Teater Broadway juga menyumbangkan banyak peran
besar dalam perkembangan fotografi studio dengan
memperkenalkan penggunaan setting dan penggunaan
lampu studio. Hasilnya foto menjadi lebih dramatis dan
artistik. Pencahayaan memainkan peranan penting di
dalam dunia fotografi studio, selain tentunya setting yang
baik.
Variasi sudut, jarak, dan intensitas pencahayaan
memperkuat suasana sebuah foto. Seperti misalnya
pencahayaan dari depan kiri atas subjek dengan sudut 45
derajat akan memberikan suasana artistik, mirip lukisan
still life pada masa lalu. Atau sinar dari belakang tepat di
belakang kepala subjek fotografi potret akan memberikan
kesan seseorang yang suci. Fotografi studio banyak
memberikan peran di dalam dunia seni. Di antarnya
memberi referensi sangat detail mengenai subjek yang
dipotret. Termasuk dengan memperlihatkan dengan
mudah informasi mengenai pencahayaan. Informasi ini
sangat berharga bagi seniman sebagai salah satu bahan
studi dalam membuat karya. Karya fotografi studio juga
sangat dihargai dalam dunia desain, terutama promosi dan
penerbitan. Misalnya fotografi makanan sebagai salah
satu bagian spesialisasi fotografi still life yang
mendominasi penerbitan buku. Keinginan dan kebutuhan
manusia yang tidak pernah berhenti untuk mendapatkan
makanan yang lezat menjadikan fotografi makanan bisnis
yang sangat besar.
Pada umumnya studio terbagi dalam beberapa jenis
menurut kegunaan dan kategorinya.
Jenis foto studio yang paling banyak dimiliki oleh
fotografer profesional adalah jenis studio untuk memotret
benda atau dikenal sebagai still-life foto studio dan untuk
memotret manusia atau kerennya disebut portrait studio.
Jenis studio lainnya yang khusus dibuat menurut subjek
yang difotonya adalah studio untuk memotret mobil, food
fotografi, fashion fotografi yang lebih luas ukurannya dari
portrait fotografi dll.
Fungsi utama dari studio adalah untuk memberikan
kemudahan dalam pengaturan cahaya serta subjek. Satu-
satunya cara adalah memisahkan subject kedalam ruang
dengan penggunaan cahaya yang dapat dikontrol sesuai
dengan kemauan kita Hal ini adalah kebalikan dari pada
apabila kita melakukan pemotretan diluar ruang dengan
mengandalkan cahaya dan apa yang telah disediakan oleh
Tuhan YME, kita tidak dapat mengontrol sang Matahari
dan mengatur atau merubah keadaan alam sekitar sesuai
dengan kehendak kita, melainkan kita harus melakukan
kompromi dan menyesuaikan keinginan dengan keadaan.
Tetapi ada juga yang disebut daylight studio atau studio
yang menggunakan Matahari sebagai sumber
pencahayaannya. Walaupun kita tetap harus berkompromi
dengan keadaan cahaya yang disediakan sang surya, kita
masih tetap dapat melakukan pengontrolan terhadap
cahaya dengan menggunakan reflektor dan penyaring
sinar yang masuk dengan tetap menyediakan kemudahan
dalam mengontrolan subjek yang hendak kita foto.

SUMBER PENCAHAYAAN DALAM STUDIO


Sumber pencahayaan Studio ada 3 macam

1. Sinar Matahari yang masuk melalui jendela atau lazim


disebut Window Lighting

Cahaya Matahari ini sebaiknya tidak langsung mengenai


objek karena akan susah sekali mengontrol kontrasnya
2. Lampu Tungsten atau Fotoflood

Lampu tipe ini biasanya kita sebut dengan Continous


Lighting atau cahaya yang bersinar secara terus-menerus.
Keuntungannya akan lebih mudah pengaturannnya, apa
yang kita lihat itu yang terekam kedalam film.
Kerugiannya adalah : silau, panas dan berkecepatan
lambat
3. Flash

Berbagai macam jenis flash banyak ditawarkan pasaran


saat ini dari yang paling sederhana seperti elektronik flash
(Canon speedlight, SB Nikon ,Metz, Nissin dll) hingga
yang canggih seperti Broncolor, Visatec, Bowens, Hensel,
Proflash, Electra, Multiblitz, Elinchrom dll

Bentuknya Flash juga beraneka ragam..


a. Camera Flash

Built-in flash, Flash yang ditaruh diatas kamera pada


hotshoe dan/atau pada bracket seperti Metz CT 45,CT60
dll yang dihubungkan dengan kabel syncro ke terminal x
sync kamera
b. Monoflash atau dikenal juga dengan Monoblok /
Monolight

Jenis lampu ini adalah jenis yang paling sering digunakan


dimana instrumen pengaturannya berada dalam satu body
dan pemakaiannya tinggal dicolok ke stop kontak,
biasanya lampu jenis ini dilengkapi dengan built in slave
yaitu mata yang menangkap sinar flash dari lampu lain
sehingga menyalakan flashnya

c. Flashhead dengan Powerpack / Generator

Alternative lain dari monoblok adalah Powerpack.

Lampu jenis ini terdiri dari dua bagian yaitu :


a. Flash Head sebagai sumber cahaya
b. Powerpack / Generator sebagai sumber daya
Flashhead hanya sebagai sumber cahaya sedangkan
sumber daya terletak terpisah dan dihubungkan oleh
kabel. Karena itu bentuknya lebih kecil dari monoblok
menjadikan lampu jenis ini lebih fleksibel serta mudah
dalam pengaturan karena instrumen pengaturannya tidak
terletak pada flashhead melainkan pada sumber dayanya
yang dapat diletakan didekat fotografer .
Satu Powerpack dapat menyediakan daya untuk dua
hingga empat flash head, tergantung pada jenisnya dan
besarnya daya yang dimiliki yaitu Joule atau Watt per-
Second (WS). Monoblok dan Flashhead ini mempunyai
kelebihan dibandingkan saudara kecilnya Elektronik flash
yaitu memiliki apa yang disebut dengan modelling light
atau lampu penuntun yang fungsinya menuntun kita untuk
dapat mengatur arah lampu dengan sebaik-baiknya.

Flash Jenis lainnya adalah :


d. Light Brush

Powerpack dengan ujung yang dapat diganti-ganti


sehingga menghasilkan cahaya yang kecil dan
digunakannya seperti kita menggunakan alat cat airbrush
e. Ringflash

Ditaruh seperti filterdidepan lensa efeknya bila diatur


sedemikian rupa dapat memberi bayangan tipis
disekeliling obyek. Biasanya flash ini dipakai untuk
pemotretan mikro fotografi
f. Linear Flashtube

Flashtube yang berbentuk macam neon...panjang sering


digunakan untuk mencahayai background

PENCAHAYAAN DI STUDIO

Standard pencahayaan dalam studio yang umum dipakai


saat ini adalah elektronik flash menggantikan lampu
continuous atau tungsten lighting. Keuntungan yang
didapat dari Elektronik Flash adalah :
Dingin tidak mengeluarkan panas dan cahaya silau secara
terus menerus yang mengganggu Kecepatan Tinggi
sekitar 1/100 hingga 1/500 second sehingga dapat
membekukan gerak Karena suhu warna flash yang
berkisar antara 5500K s/d 5700K maka sesuai dengan
suhu warna Film Daylight yaitu 5500K
Hal diatas menggantikan kerugian Lampu Tungsten yang
antara lain:
Panas dan silau Slow atau harus menggunakan kecepatan
yang lebih lambat untuk mendapatkan diafragma yang
ideal atau DOF yang diinginkan
Kebanyakan lampu ini mempunyai suhu sekitar 3200K-
3400K dan untuk mendapatkan hasil warna yang normal
dapat digunakan Type B Tungsten Film atau Type A film
yang sedikit diatas suhu warna tungsten yaitu 3400K atau
menggunakan filter koreksi didepan lensa atau sumber
cahaya Tungsten itu sendiri . Keuntungan lain dari pada
Elektronik Flash adalah karena bentuknya yang mungil
serta suhu yang dingin tidak panas maka dapat dimasukan
kedalam softbox atau aksesori tambahan lainnya yang
beraneka ragam. Tetapi lampu tungsten juga memiliki
kelebihan khusus dibandingkan dengan Elektronik Flash,
kelebihan lain itu adalah :
Lampu Tungsten dapat merekam Motion Bur atau
merekam gambar gerak yang blur atau istilah kerennya
Streak Photography yang dapat digabungkan dengan flash
untuk mendapatkan gambar yang tajam diakhir blur
akibat gerakan tersebut.
Mengumpulkan Quantitas jumlah cahaya yang ideal untuk
mendapatkan DOF yang ideal pada pemotretan tertentu
seperti Industrial Fotografi, dengan Tungsten kita dapat
merekam ruang tajam gambar sesuai dengan diafragma
yang kita butuhkan dengan cara mengatur atau
menyesuaikan kecepatan rana.
Elektronik Flash dapat melakukan hal yang sama dengan
cara Multiple Flashes atau dengan melepaskan Flash
secara berulang kali dengan catatan

1 x flash = normal eksposure contoh f/number 4


2 x flashes = +1 stop f/5.6
3 x flashes = +1½ stop f/6.7
4 x flashes = +2 stop f/8
6 x flashes = +2½ stop f/9.6
8 x flashes = +3 stop f/11
10x flashes = +31/3 stop f/12.5
12x flashes = +3½ stop f/13.2
14x flashes = +32/3 stop f/14.2
16x flashes = +4 stop f/16
tetapi tetap saja akan mudah bila menggunakan Tungsten,
tinggal menggunakan fasilitas AV, mengatur diafragma
yang diinginkan dan speed akan otomatis menyesuaikan .
Menentukan besarnya kekuatan Studio Flash (kecuali
kamera flash) tidak dengan GN atau Guide Numbernya
melainkan dengan Elektrikal Inputnya yaitu dengan Joule
atau Watt per-Second (WS). Maksudnya adalah kekuatan
energi mentah yang dapat ditampung dalam unit,
tergantung pada besarnya kapasitor dan voltase yang
akhirnya akan dilepaskan menjadi energi cahaya dengan
catatan tidak semuanya dapat dilepaskan menjadi cahaya
karena adanya variable flashtube dan juga kebocoran. Hal
ini juga ada sangkut pautnya dengan aksesori yang dapat
ditambahkan pada sumber cahaya ini seperti Softbox,
Reflektor dan Payung Pantul

MENGUKUR PENCAHAYAAN STUDIO FLASH

Alat untuk mengukur kekuatan sinar atau menetukan


bukaan diafragma yang dikeluarkan oleh lampu studio
dengan berbagai macam aksesorinya hanya ada tiga
macam yaitu dengan :

1. Flash Meter yaitu alat untuk mengukur diafragma yang


dibutuhkan atau EV (Eksposure Value) dari Flash.

Ada 2 (dua) cara dalam membaca atau mengukur


pencahayaan flash yaitu :

a. Incident Light Reading


Mengukur besarnya cahaya yang jatuh pada subjek
dengan menggunakan kubah putih kecil yang terdapat
pada flash meter dengan cara mengarahkannya kekamera
dibagian yang ingin diukur

b. Reflected Light Reading


Mengukur besarnya cahaya yang direfleksikan oleh
bagian tertentu pada subjek.
Alatnya bernama spot meter cara kerjanya hampir sama
dengan lightmeter yang berada alam kamera hanya saja
alat pada kamera tidak dapat mengukur kilatan cahaya.

2. Polaroid Film
Merupakan alat pengukur yang paling akurat
dibandingkan Flash Meter tetapi masih menggunakan
metode lama yaitu trial and error, semakin lama jam
terbang seorang fotografer studio dia akan semakin dapat
mengira eksposure yang pas dan semakin akrab sang
fotografer dengan peralatan lightingnya semakin mudah
dalam mengukur pencahayaan dengan tepat.

3. Dengan adanya kemajuan tehnologi digital, maka


kamera digital pun bisa menjadi cara yang akurat untuk
membaca pencahayaan flash, sama halnya seperti film
Polaroid.

Berdasarkan sifat dasar cahaya, sumber cahaya studio


seperti sinar Mentari, tungsten dan flash dapat kita

1. Lembutkan atau disaring agar sumber cahaya menjadi


lebih lembut dan lebih melebar

Contohnya adalah SoftBox dengan ciri-ciri terbuat dari


semacam kain campuran plastik dengan warna perak
bagian dalamnya berfungsi untuk
memantulkan/mengumpulkan cahaya dan hitam dibagian
luarnya dan terdapat lapisan transparan didepannya yang
berfungsi untuk melunakan cahaya yang keluar.
Rangkanya terbuat dari aluminium dan mudah dibongkar
pasang dalam waktu singkat

Jenis-jenis Soft Box menurut bentuknya:


a. Striplight dengan ukuran perbandingan panjang dan
lebar berkisar antara 3 :15 dengan fungsi untuk
memperoleh refleksi garis yang sempit tetapi memanjang
pada pemotretan benda-benda yang mengkilat
b. Persegi panjang / rectangle lite
c. Bujur sangkar
d. Oktalite persegi delapan

2. Konsentrasikan atau diarahkan agar sumber cahaya


dapat bertambah intensitas, kontras, mudah diarahkan dan
tajam
Contohnya antara lain
a. Standard reflektor yang berbentuk semacam panci
dengan dasar yang bolong dan biasanya adalah
perlengkapan standard studio flash
b. Barndoor yang berfungsi untuk menyekat /
menghalangi arah cahaya lampu agar tidak jatuh kebidang
yang tidak diinginkan, bentuknya lembaran hitam
dipasang fleksibel seperti daun pintu kandang (barndoor)
di kiri dan kanan atau juga atas dan bawah standard
reflektor
c. Cone / Snot
3. Pantulkan keberbagai bidang yang memantul, ini
adalah alternatif lain untuk mendapatkan cahaya yang
lebih besar dan lebih lembut tetapi dengan intensitas
kekuatan yang lebih kecil dibandingkan dengan disaring
Contohnya adalah :
a. Styrofoam
b. Langit-langit / plafon rumah
c. Payung pantul dengan bermacam-macam warna dasar
(emas, perak dan putih)
d. Bahan yang dibuat khusus untuk reflektor seperti
Photoflex Lite Disc dll
Untuk menambahkan dan mengurangi Intensitas atau
kekuatan cahaya ada 3 (tiga) cara yang dapat dilakukan,
yaitu :
Menaikan atau menurunkan kekuatan atau output power
dari sumber cahaya
Menggeser, mendekatkan atau menjauhkan sumber
cahaya dengan obyek
Menambahkan lensa pada sumber cahaya untuk
memfokuskan kekuatan cahaya (optical snoot) atau
filter/gel ND (netral Density) peredam sinar didepan
sumber cahaya . Hal dibawah ini akan mempengaruhi
bukaan diafragma dan kontras cahaya . Semakin besar
luas sumber cahaya terhadap obyek maka semakin rendah
kontras cahaya yang dihasilkan, bayangan akan menjadi
lembut.
Semakin dekat sumber cahaya ke obyek semakin besar
kontras permukaan obyek yang terdekat dengan yang
terjauh dari sumber cahaya dan semakin jauh jarak
sumber cahaya ke obyek semakin rendah kontras
perbedaan obyek yang tercahayai khususnya pada obyek
yang mempunyai kedalaman dimensi

Kesimpulannya:
Membuat Studio bagi pemula tidaklah membutuhkan
biaya yang mahal.Kita dapat membuat studio dengan
modal yang udah ada seperti ruangan yang mempunyai
jendela dirumah ditambah alat untuk memantulkan cahaya
dan BG (background) yang bisa dari kain atau sprei Atau
dengan bohlam lampu 250 watt dengan kombinasi
penutup, pengarah atau pemantul sinar seperti diatas Atau
dengan elektronik flash yang dipantulkan keatas atau
tembok samping maupun belakang dengan catatan
tembok harus berwarna putih dan memperhitungkan GN
flashnya.
bangun sebayu
Selasa, 23 Oktober 2012

perlengkapan jalur kerja studio

PERLENGKAPAN DAN JALUR KERJA STUDIO

Makalah ini Disusun dan Ditujukan Untuk Memenuhi

Tugas Mata Kuliah Pengantar Dunia Penyiaran


Program D3 Broadcasting
Nama Dosen : Aryadillah

Disusun Oleh Kelompok 4:


Amirulsyah Bangun Sebayu                   42120013
Samsudin                                              42120817
Hari Basarah                                         42120025
Beni Purwanto                                      42120103
Eka Kartika                                          42120393

JURUSAN PENYIARAN
AKADEMI KOMUNIKASI BINA SARANA
INFORMATIKA
JAKARTA
2012
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG
Dunia penyiaran televisi dan radio, saat ini
berkembang pesat seiring dengan tingkat peradaban
manusia dan  kemajuan  teknologi komunikasi. Sejak
Indonesia memasuki era reformasi, dunia penyiaran
menjadi medium  informasi tercepat, interaktif langsung
dengan masyarakat.
Ciptono Setyobudi mengatakan bahwa keberadaan
perkembangan arus informasi, sebenarnya berjalan secara
alamiah sesuai dengan perkembangan peradaban manusia
itu sendiri. Alfin Tofler dalam  bukunya “The Third
Wave”, menjabarkan siklus peradaban manusia dalam tiga
kategori utama, yaitu pertama ditandai dengan penemuan-
penemuan di bidang pertanian, kedua dengan revolusi
industri, dan ketiga dikembangkannya revolusi Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi[i].
Pada peradaban  ketiga inilah yang sekarang menjadi
sorotan seluruh dunia maupun bangsa Indonesia agar
tidak tertinggal dengan negara-negara lain. Sebelum tahun
1990-an, tepatnya pada 24 Agustus 1962, relative
penonton mengenal tontonan siaran baik hiburan maupun
berita dari Televisi Republik Indonesia (TVRI).
Kemudian pada tahun 1989, Pemerintah akhirnya
mengizinkan didirikannya stasiun televisi swasta di
Indonesia. Mulai dari Rajawali Citra Televisi (RCTI), lalu
disusul lagi oleh beberapa stasiun televisi swasta lainnya,
yakni Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan
Indonesia (TPI), Andalas Televisi (ANTV), dan Indosiar
Visual Mandiri (INDOSIAR),  yang kini sudah
mengudara secara nasional. Dan belakangan, banyak
sekali bermunculan stasiun-stasiun televisi lokal (daerah).
       Menurut Undang-undang penyiaran No. 32 tahun
2003, stasiun penyiaran
swasta merupakan stasiun yang berbentuk badan hukum,
bersifat komersil dan

memiliki bidang usaha menyelenggarakan jasa penyiaran


radio atau televisi. Sumber pembiayaan stasiun penyiaran
swasta berasal dari iklan dan usaha lain yang sah yang
terkait penyelenggaraan penyiaran. Stasiun penyiaran
swasta hanya dapat menyelenggarakan satu siaran dengan
satu saluran pada satu cakupan wilayah.
Televisi dan radio dapat dikelompokkan sebagai media
yang menguasai ruang tetapi tidak menguasai waktu,
menguasai waktu, tetapi tidak menguasai ruang. Artinya,
siaran dari suatu media televisi atau radio dapat diterima
dimana saja dalam jangkauan pancarannya (menguasai
ruang), tetapi siarannya tidak dapat dilihat kembali (tidak
menguasai waktu)[ii].
Kelebihan televisi dibandingkan dengan media massa
lainnya adalah adalah karena media televisi merupakan 
media yang menyampaikan  informasi dengan
menggunakan audio (suara) dan visual (gambar). Dan
untuk menghasilkan kualitas prima agar gambar dan suara
bisa diterima baik di masing-masing pesawat televisi
(audien), maka diperlukan komunikasi dan juga teknologi
yang baik.
Berdasarkan  pemahaman umum mengenai televisi,
tentu saja televisi tak akan berarti apa-apa tanpa adanya
program acara. Program dihasilkan melalui gagasan dan
konsep (pra produksi). Kemudian gagasan diwujudkan 
melalui proses syuting (produksi) dan penyuntingan serta
evaluasi (pasca produksi).
Seluruh proses tersebut, tentunya memiliki standar atau
tata cara pelaksanaan kerja yang baku atau tata laksana
kerja. Tata laksana kerja ini disebut dengan SOP
(Standard Operation System).Fred Wibowo mengatakan,
SOP merupakan langkah atau tahapan-tahapan yang
secara konseptual dirancang dalam perencanaan[iii].
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam 
memproduksi program acaraadalah, pertama materi
produksi, kedua sarana produksi, ketigabiaya produksi,
keempat organisasi pelaksanaan produksi, dan kelima
adalah tahap

pelaksanaan. Kelima hal ini yang menjadi acuan atau


standar dalam pembuatan program acara televisi.
Salah satu yang juga berperan penting dalam penyajian
suatu program acara adalah sebuah studio. Ciptono
Setyabudi juga mengatakan, studio merupakan sistem
yang cukup berperan dalam sebuah stasiun televisi.
Sebagai sub-sistem yang terintegrasi secara total, bagian
studio memberikan andil untuk penyedia program-
program  regular baik yang bersifat live event atau
recording program. Kadang studio juga merupakan
barometer prestis sebuah stasiun televisi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.  KEBUTUHAN DASAR PRODUKSI

Dalam merumuskan sistem peralatan teknik stasiun


penyiaran perlu dipertimbangkan hal-hal yang mencakup
aspek produksi, aspek penyiaran dan aspek pendukung
siaran lainnya[iv]. Pertimbangan teknik yang harus
diperhatikan antara lain sebagai berikut:
2.1.1.      Aspek produksi
Aspek Produksi dengan pertimbanganya antara lain:

1.      Jenis dan ukuran program, misalnya : news, talk show,


music (besar, sedang, kecil)  atau  drama (besar, sedang,
kecil) dan lain-lain,
2.      Ukuran (luas lantai) studio misalnya : ukuran kecil
(50m2-300m2), menengah (350 m2-500m2), dan besar
(600m2-1000m2) ,
3.      Tipe produksi, misalnya: rekaman saja (taping) atau
termasuk siaran langsung (live),
4.      Hasil produksi apakah full kompetitif (target
komersial) atau tidak, ini merupakan kaitanya dengan
mutu dan pengadaan peralatan yang menghasilkan effek,
daya tarik, audio/visual dan peningkatan mutu seperti
vision mixer, sound mixer, lighting stytem dan peralatan
pasca produksi (editing, dubbing, mixing dan lain-lain),
5.      Perkiraan volume produksi dan lokasi produksi ( di
studio saja atau termasuk luar studio), bagaimanakah
tingkat  mobilitas yang diinginkan (tinggi, sedang,
rendah) dan anggaran (budget) yang akan dialokasikan
untuk pengadaan peralatan[v]

2.1.2.      Aspek penyiaran


Aspek penyiaran dengan pertimbanganya antara lain :
1.      Apakah  kegiatanya  menyiarkan  saja atau dengan
kegiatan produksi terbatas.
2.      Menyiarakan saja artinya menerima bahan siap siar
dari luar (program provider,production house).
3.      Apakah ada kemungkinan pengolahan kembali
(readiting atau pasca produksi) bahan siaran yang
diterima dari pihak luar (production house).
4.      Berapa besar kegiatan atau volume pasca produksi
yang akan dilakukan.
5.      Produksi terbatas bisa berarti bahwa hanya
memproduksi program tertentu dengan volume kecil,
misalnya : berita  atau talk show.
6.      Tipe siaran ( hasil rekaman atau live).
7.      Siaran dari studio saja atau termasuk dari luar.
8.      Perkiraan waktu siaran dan durasi jam siaran.
2.1.3.       Aspek pendukung,

     Dalam melaksanakan kegiatan produksi dan penyiaran


dibutuhkan peralatan teknik lainya sebagai pendukung,
biasanya disebut teknik umum antara lain : pembangkit
daya listrik dan diesel, alatdekorasi dan konstruksi, alat
transportasi, dan lain-lain. Pertimbangan utama dalam
pengadaan peralatan

teknik umum terutama adalah harus mampu mendukung


kegiatan produksi dan penyiaran secara efektif dan
efesien.

2.2. MERANCANG SISTEM PERALATAN


Terdapat sejumlah  hal yang harus dipertimbangkan
dalam merancang system peralatan  pada stasiun
penyiaran yang mencakup: persyaratan umum,
konfigurasi peralatan, tim perencana/konsultan dan
spesifikasi teknik peralatan.

2.2.1.      Persyaratan Umun


Persyaratan umum yang perlu diperhatikan dalam
merancang sistem peralatan, baik peralatan produksi,
penyiaran maupun teknik umum, yang diantaranya adalah
:
a.       Memenuhi persyaratan internasional dan nasional;
b.      Adanya jaminan kontinuitas dukungan suku cadang
(biasanya sekitar 10 tahun ) dan layanan purnajual;
c.       Mempunyai daya tahan ( Realiability ) yang tinggi;
d.      Kemudahan memperoleh suku cadang;
e.       Praktis dalam pengoperasian dan pemeliharan;
f.       Pengalaman pengguna sebelumnya;
g.      Peralatan yang digunakan kompetitor;
h.      Kemudahan pengembangan sistem peralatan
dikemudian hari ( upgrading) sejalan dengan peningkatan
kebutuhan.

2.2.2.      Konfigurasi Peralatan


Berdasarkan  kebutuhan yang telah  ditetapkan
sebelumnya, disusun daftar kebutuhan peralatan dengan
disertai gambar secara block diagram ( garis besar ),
mencakup :

a.       Peralatan produksi antara lain terdiri atas : Camera


system ( studio kamera dan ENG/EFP  kamera ), video
system, audio system, editing ( and dubbing)  system,VCR
system, lighting system, master control,  production
control, communication control, communication system,
mobile production unit, maintenance equipment, dan lain-
lain.
b.      Peralatan penyiaran antara lain meliputi : sending VCR
system, continuity studio equipment, camera system,
audio system, video system, lighting system, master
control  ( bersama dengan bagian produksi ) dan peralatan
transmisi seperti pemancar, microwave link, up and down
link.
c.       Peralatan pendukung meliputi : pembangkit daya
listrik stationary ( PLN, generator sets ), pembangkit daya
listrik mobile/portable ( Mobile generator sets ) sebagai
kelengkapan mobile production unit atau small silent
generator set, alat pendingin ( AC ) untuk studio dan
ruang peralatan, alat komunikasi stationary atau portable:
handy talky, mobile phone, computer untuk computer
grafis.

2.2.3.      Tim Perencana/Konsultan


Untuk menghasilkan rencana, pembangunan studio dan
sistem peralatan yang optimal biasanya dibentuk tim
perencana. Tim perencana setidaknya berasal dari tiga
bidang utama yaitu: 1) Tenaga ahli di bidang perencanaan
gedung studio; 2) Tenaga ahli di bidang peralatan televisi 
(peralatan produksi dan penyiaran/transmisi ); dan 3)
Tenaga ahli di bidang program  televisi. Di samping itu,
dapat pula dilibatkan ahli di bidang lain sebagai
narasumber atau  pada tahap sesuai kebutuhan (kemajuan
proses perencanaan ).        

2.2.4.      Spesifikasi Teknik Peralatan


Secara garis besar spesifikasi teknik peralatan
mencakup antara lain : frekuensi dan tegangan listrik yang
dibutuhkan, peralatan serta toleransi yang diizinkan
(PLN : 220volt/50hz); kondisi lingkungan : temperatur
dan  kelembaban lingkungan di mana peralatan dapat
berfungsi secara normal; ukuran fisik peralatan  ( volume
dan berat );  karakteristik ( parameter ) video dan audio
secara lengkap yang mencerminkan mutu atau klasifikasi
peralatan.
2.3.PUSAT PRODUKSI TELEVISI
Stasiun televisi setidaknya memiliki tiga pusat produksi
televisi utama ditambah dengan satu unit pendukung[vi].
Ketiga pusat produksi televisi itu antara lain :
1.      Studio televisi: Yaitu ruang yang menjadi lokasi
dimana pertunjukan ( show) televisi berlangsung.
2.      Ruang kontrol studio ( studio control room ): Yaitu
ruangan dimana program director ( PD ), produser, staf
produksi, dan personalia teknis lainnya membuat
keputusan terbaik terhadap berbagai pilihan sumber
gambar dan suara.
3.      Ruang master kontrol: Yaitu ruangan yang menjadi
pusat syaraf teknis stasiun televisi yang berfungsi untuk :
a.       Masukan program ( program input ).
b.      Penyimpanan program ( program storage ).
c.       Penemuan program ( program retrieval ).

2.3.1.      Studio Set


     Menurut Morissan, M.A. : Studio TV yang
dirancang dan         dibangun dengan baik akan
memberikan kenyamanan bagi

orang-orang yang bekerja di dalamnya, sekaligus


mendukung koordinasi semua elemen produksi yang
terlibat, seperti kamera, tata cahaya, tata suara, latar
belakang, dan pemain[vii]. Terdapat dua hal penting
dalam  membangun studio TV yaitu : Layout fisik studio
dan instalasi peralatan.

2.3.1.1.Layout Fisik Studio

Kebanyakan studio memiliki bentuk persegi panjang


dengan ukuran luas yang beragam. Kemajuan teknologi
lensa zoom kamera telah sangat membantu pergerakan
kamera studio. Namun demikian, ukuran luas studio tetap
memberikan pengaruh pada tingkat kerumitan dan
fleksibilitas produksi. Semakin besar ukuran studio,
semakin besar tingkat kompleksitas produksi yang dapat
dilakukan dan juga semakin  fleksibel. Studio yang hanya
digunakan untuk program berita dengan menampilkan
satu atau dua presenter dan  sekali-kali Interview dengan
narasumber,  membutuhkan ukuran ruangan yang relative
kecil atau bahkan sangat kecil.

Lantai studio harus memungkinkan kamera bergerak


secara mulus dan bebas.Lantai juga harus kuat untuk
menerima beban berat seperti peralatan dan properti
studio.Langit-langit studio harus memiliki ketinggian
yang cukup, minimal 12 kaki dari lantai. Ketinggian
kurang dari 12 kaki akan menimbulakan hal-hal yang
tidak menguntungkan, seperti :

                                    Sumber cahaya menjadi terlalu dekat dengan


objek,               sehingga pengaturan cahaya menjadi sulit
dilakukan dan ruangan menjadi cepat panas. Selain itu
peralatan studio seperti lampu dan mikrofon akan mudah
tertangkap kamera; Langit-langit dan dinding studio harus
dilapisi materi akustik yang berfungsi mencegah suara
memantul. Pendingin udara (AC) berperan sangat penting
untuk menjaga kenyamanan karena sinar lampu studio
menghasilkan panas dalam jumlah yang cukup besar;
Pintu studio yang baik adalah yang berat dan tidak tembus
suara, namun cukup lebar untuk dilalui berbagai macam
peralatan ukuran besar.

2.3.1.2.Instalasi Peralatan

Studio televisi membutuhkan instalasi peralatan untuk


mendukung proses produksi. Beberapa peralatan itu
antara lain :intercom, studio monitor, program speaker,
sumber listrik, dan pengatur cahaya.
a.       Intercom atau intercommunication sistem adalah alat
yang memungkinkan seluruh personel produksi dan
personel teknik untuk saling berkomunikasi satu sama
lainnya. Pengarah program yang berada terpisah diruang
kontrol, mengandalkan intercom untuk memberi aba-aba
dan instruksi.

b.      Studio monitors yang berfungsi menunjukan gambar


video dari switcher, berperan penting sebagai panduan
para kru dan pengisi acara.

c.         Program speaker berfungsi untuk fungsi audio bagi


studio monitor dan untuk memperdengarkan suara-suara
lainnya (misalnya: suara telepon,
musik) guna mendukung program yang tengah berjalan.

d.      Sumber listrik . Setiap dinding studio hendaknya


memiliki sumber listrik. Sumber listrik bagi kamera,
mikrofon, intercom, dan peralatan elektronik pendukung
produksi lainnya harus disebar merata pada setiap
dinding. Hal ini dimaksudkan agar kabel-kabel peralatan
tidak menjadi terlalu panjang sehingga lebih mudah
diatur.

e.       Pengatur cahaya. Studio harus dilengkapi alat


pengontrol cahaya yang berfungsi mengatur besar
kecilnya intensitas cahaya yang dibutuhkan bagi setiap
program.

                                                                                           

2.3.1.3.Peralatan Studio TV dan Fungsinya

Pada ruang studio siaran terdapat beberapa peralatan


sebagai berikut:

2.3.1.3.1.       Kamera

Dilihat dari penggunaannya, kamera video dibagi


menjadi tiga, yakni kamera studio, kamera portable (ENG
camera) dan kamera EFP (Electronics Field Production)
[viii].

2.3.1.3.1.1.  Kamera Studio


  Adalah kamera yang biasanya digunakan dalam studio
(in door) untuk memproduksi sebuah program acara
televisi. Biasanya satu set kamera studio terdiri atas:

a.                Kamera:           - lensa (box lens),  kamera


head, view finder,  kamera mounting,
b.               Kabel kamera,
c.                Camera Control Unit / Base Station,
d.               Remote Control Panel / Operation Control
Panel,
e.                System Monitoring : wavefrom monitor dan
video monitor,
f.                Power Supply.
2.3.1.3.1.2.  Kamera ENG (Electronics News Gathering) atau
Portable Camera

           Pada awalnya, penemuan kamera jenis ini untuk


hunting berita. Hal ini diabadikan dalam nama ENG yang
melekat untuk jenis kamera ini.Dalam praktiknya,
biasanya kamera ENG ini terbagi menjadi dua, yakni:
a.                Kamer Built in VTR (camrecorder)
b.               Kamera Separate VTR

Biasanya 1 (satu) set kamera ENG terdiri


atas :

a.                Lensa (portable lens)


b.               Kamera head
c.                View finder (VF)
d.               Video Cassette Recorder (VCR)
e.                Microphone (mic)
f.                 Batterry and housing
g.               Ultra Light Lamp / Eye Lamp
h.               Camera mounting : tripod dan spreader
i.                 Carryng Case  : kamera (camcorder) dan 
tripod
2.3.1.3.1.3.  Kamera EFP (Electronics Field Production)
Kamera jenis ini biasanya dipakai untuk produksi
dalam ruangan (in door), hampir sama dengan jenis
pertama.   

1 (kamera) set kamera EFP biasanya terdiri atas :

a.       Kamera: lensa (portable / box lens), kamera head,


view finder (VF), camera mounting, rolling tripod, hand
crane.
b.      Kabel  kamera
c.       Camera Control Unit / Base Station,
d.      Remote Control Panel / Operation Control Panel,
e.       System Monitoring : wavefrom monitor dan video
monitor,
f.       Power Supply
2.3.1.3.2.       Lampu Studio

   Lampu studio yang dipasang tetap dan lampu


portable yang dilengkapi dengan stand lampu. Lampu
berfungsi untuk penerangan agar cahaya yang mengenai
obyek mencukupi untuk memenuhi kebutuhan kamera,
sehingga dapat diperoleh gambar yang
berkualitas/jelas.Lampu studio yang di pasang tetap pada
plafon diatas arena shoting jumlahnya lebih dari 10 lampu
dan arahnya diatur sehingga mengarah pada obyek.
Pengaturan lampu dilakukan oleh seorang operator penata
cahaya.Sedangkan lampu  portabel yang dilengkapi
tripot/stand digunakan bila dirasa intensitas cahayanya
masih kurang. Setiap lampu biasanya memiliki daya 1000
-1500 watt. Semua lampu dihubungkan ke sumber listrik
melalui switcher box dan switcher utama dengan
menggunakan kabel listrik dan pengaman. Switcher box
lampu. Terdiri dari kumpulan switch (skakelar) lampu
yang masing-masing berfungsi untuk menyalakan dan
mematikan lampu studio. Switcher box dihubungkan ke
sumber listrik melalui panel sekering pengaman
otomatis/MCB ke switcher utama jenis handle.

2.3.1.3.3.      Talkback
Untuk sarana komunikasi antar kru yang terlibat dalam
sebuah produksi televisi dengan multikamera diperlukan
alat komunikasi. Alat vital ini dinamakan talkback. Tidak
seperti pada kamera ENG, dalam kamera EFP dan kamera
studio, talkback bisa diintegrasikan langsung dikamera
tersebut. Talkback terdiri atas microphone serta headset.

2.3.1.3.4.       Teleprompter

Tidak semua produksi multikamera memerlukan alat


ini, sangat tergantung dari jenis acara yang diproduksi. Ini
merupakan alat bantu bagi anchor atau pembawa acara
untuk menyampaikan informasi tertentu. Satu set alat ini
terdiri dari monitor yang diintegrasikan pada kamera serta
satu unit komputer di MCR.Teleprompter sebetulnya
”bukan” alat komunikasi dan tidak di desain untuk
keperluan itu.Teleprompter di “tempelkan” pada lensa
kamera, sehingga ketika anchor membaca pandangan
mata masih ke arah kamera. Untuk beberapa hal,
teleprompter  ini bisa juga digunakan director atau
producer untuk memberikan “isyarat” tertentu pada
pembawa acara tadi.

2.3.2.      Sub Control ( Ruang Kendali )


Sub control (ruang kendali ) merupakan tempat untuk
melakukan seluruh kegiatan produksi[ix]. Di tempat ini,
pengarah program, produser, dan asisten produser
membuat keputusan mengenai gambar dan suara terbaik
yang akan disiarkan secara langsung atau direkam. Ruang
kontrol studio menjalankan empat fungsi kontrol produksi
yaitu: kontrol program ( program control ), kontrol
gambar ( image control ), kontrol suara ( audio control ),
dan kontrol cahaya ( lighting control ).

Peralatan  –peralatan penting di ruang kontrol studio


antara lain:

2.3.2.1.Video Mixer / Vision Mixer


Peralatan ini berguna untuk memilih gambar atau video
yang berasal dari kamera, VT, maupun komputer dan
sekaligus sebagai alat kombinasi gambar. Digunakan
untuk menerima masukan dari setiap kamera yang
digunakan untuk shoting dan meneruskan ke VTR untuk
direkam.
Alat ini juga berfungsi untuk memilih gambar dari
kamera mana yang akan direkam ke VTR. Dan efek-efek
apa yang akan dipilih dan digunakan sebagai transisi
perpindahan gambar dari kamera yang satu ke kamera
yang lain oleh switcherman atas perintah sutradara.

2.3.2.2.Audio Mixer
Peralatan ini berguna untuk mengontrol atau mengatur
sumber – sumber audio dari studio set maupun sumber
lain yang akan masuk dalam siaran.
2.3.2.3.TV Monitor
TV monitor. Berfungsi sebagai display kamera untuk
memonitor hasil pengambilan gambar setiap kamera
sehingga bisa diketahui kualitasnya agar dipilih sutradara
untuk direkam di master VTR. Oleh karena itu Setiap
kamera dipasang satu monitor.  Master VTR juga
membutuhkan dipasang satu monitor untuk mengetahui
gambar dari kamera mana yang sedang direkam di VTR.
Pemilihan gambar dilaksanakan oleh switcherman dengan
memilih menggunakan mixer Video yang telah dilengkapi
dengan fasilitas switcer.
Perpindahan gambar dari kamera satu ke kamera yang
lain menggunakan mode wiper sehingga perpindahan atau
transisi dari gambar tidak jumping dan halus. Transisi ada
beberapa mode seperti super inpose, wip horizontal,
vertikal, diagonal dan sebagainya.
     
2.3.2.4.Sound System
Sound sistem yang terdiri dari mic, mixer audio,
equalizer, amplifier, speaker, headpone, tape
recorder/cassette recorder, piringan hitam, CD/DVD
player dan sebagainya. Sound sistem digunakan untuk
keperluan talk back komunikasi antara kamerawan
dengan sutradara/pengarah dalam rangka koordinasi,
pemberian instruksi oleh pengarah kepada kamerawan.
Talkback juga disalurkan ke ruang-ruang lain seperti
ruang telecine untuk koordinasi pemutaran film, slide dan
sebagainya.
Sound sistem juga berfungsi sebagai sumber suara
utama dan pendukung program. Suara utama adalah suara
obyek shoting dan suara pendukung adalah sebagai
sumber suara untuk backsound musik, sound efex dan
sebagainya. Microphone untuk menangkap suara dan
diubah menjadi elektris dan disalurkan ke mixer
audio.dari mixer disalurkan ke qualizer.Pada mixer dan
equalizer suara bisa diolah nadanya sehingga kualitas
suaranya baik. Selanjutnya keluarannya disalurkan ke
amplifier untuk diperkuat dan keluaranya disalurkan ke
tape recorder untuk direkam atau langsung ke Video Tape
Recorder (VTR).

2.3.2.5.Lighting Control
Peralatan ini berfungsi seperti mixer yang berguna
untuk pengesetan dan pengaturan cahaya yang ada dalam
studio set. Instrumen  pengatur cahaya biasanya terletak
pada ruang kontrol studio atau pada salah satu sudut di
studio. Posisi pengatur cahaya yang berada di ruang
kontrol akan memberikan banyak keuntungan, karna
penata cahaya dapat langsung berkomunikasi orang-orang
di ruang kontrol. Studio televisi dilengkapi dengan sistem
pencahayaan yang terdiri atas sejumlah sumber cahaya
yang diagntungkan pada langit-langit studio.Setiap
sumber cahaya tersebut harus dapat diatur tingkat
pencahayaan yang diperlukan untuk setiap program.
2.3.2.6.Character Generator
Biasa juga disebut dengan CG atau Chargen , ini
adalah untuk membuat serta menampilkan title,
subtitle,serta graphic yang dibutuhkan dalam tayangan
produksi acara televisi. Ada yang berbentuk keyboard
yang dihugungkan langsung ke vision mixer, ada juga
beerbentuk satu unit komputer yang berdiri sendiri yang
bisa dihubungkan ke vision mixer.

2.3.2.7.Waveform
       Alat ini digunakan untuk mengukur kualitas video
yang dihasilkan oleh masing-masing kamera serta dari
VT. Juga bisa digunakan untuk mengukur audio.
Waveform menampilkan graphic yang menjadi parameter
atau acuan yang bisa digunakan apakan kualitas video dan
audio sudah sesuai harapan atau belum.
2.3.2.8.CCU (Camera Control Unit)
Ini merupakan satu alat yang bisa mengontrol beberapa
fungsi yang ada di kamera. Yang bisa dikontrol atau
digantikan fungsinya melalui alat ini diantaranya adalah
pengaturan pencahayaan (brightness contrast), temperatur
warna (color temperature), kecepatan (shutter
speed), white balance, serta warna hue (red, green, blue).
Jumlah CCU yang digunakan sama persis dengan jumlah
kamera yang digunakan karena masing-masing kamera
dikontrol oleh satu CCU.

2.3.2.9.Video Tape Recording (VTR) Material Room


VTR adalah peralatan yg digunakan untuk merekam
(Record) dan memutar (playback) gambar dan suara
untuk keperluan siaran. Bagian ini merupakan tempat
penyedian materi-materi program siaran yang berbentuk
tape atau kaset siap tayang seperti sinetron, program non-
drama. VTR berfungsi merekam dan melihat rekaman
pada proses produksi, dapat juga digunakan untuk meng-
capture (mengubah rekaman dari kaset pita ke digital).
Kaset-kaset tersebut di barcode atau dikomputerisasikan
sehingga terdapat pembagian segmen untuk sebuah
program acara. Kemudian setelah dibagi, di input
ke Flexicart atau mesin pemutar materi program[x].

2.3.3.      Master Control ( Ruang Kendali Siar )


         Ruang master kontrol atau Master Control Room
(MCR) Televisi atau sering disebut juga sebagai ruang
kendali siaran televisi,  merupakan ruangan yang
berisikan perangkat teknis utama penyiaran dalam
mengontrol segala proses siaran stasiun televisi. MCR
menjadi pusat dari segala kegiatan produksi siaran yang
ada di stasiun penyiaran televisi. MCR sangat penting
karena semua materi siaran baik acara secara langsung
(live) maupun rekaman di studio, atau kejadian yang
langsung dari suatu lokasi di luar studio melalui OB
Van atau mobil siaran, harus melalui MCR terlebih
dahulu, sebelum akhirnya dipancarkan ke satelit. Materi
siaran berupa iklan, logo stasiun televisi, program-
program acara, running text dan sebagainya, semuanya
telah disiapkan di MCR untuk ditayangkan.

        Bagian  penyiaran atau broadcasting merupakan


ujung dari produksi materi siaran seperti program acara,
iklan, dan sebagainya. MCR menjadi pusat kegiatan
penyiaran, meliputi pengoperasian peralatan siaran
televisi dan hal-hal non-teknis seperti pengaturan waktu
tayang. Beberapa stasiun televisi menempatkan bagian
penyiaran menjadi satu departemen tersendiri yang umum
dikenal dengan Departement On Air Broadcas[xi]t.
Dalam departemen ini, terdapat bagian teknis (meliputi
Master Control dan video tape recording (VTR) On Air),
bagian non-teknis (meliputi traffic log dan presentasi).
Seluruh materi siaran akan melalui MCR dan kemudian
menuju perangkat uplink untuk ditransmisikan melalui
satelit dan ke stasiun relay di seluruh Indonesia.

        Master control  juga bertanggung jawab terhadap


kualitas teknis program sesuai dengan standar yang
ditentukan. Kegiatan pada Master control dapat dibagi
menjadi empat bagian yaitu:

1.      Masukan program ( program input )


Materi program yang masuk ke master control dapat
berasal dari studio, satelit, stasiun jaringan, siaran
langsung diluar studio atau kurir dalam bentuk video tape.
Program siaran langsung, akan langsung diarahkan ke
pemancar, namun sebagian besar materi program harus
disimpan dulu sebelum disiarkan. Master control juga
menyimpan berbagai jeda ( station break ) yang dapat
berupa iklan, promo ( teaser ) program selanjutnya,
pengumuman, identifikasi stasiun yang muncul di antara
program.
2.      Penyimpanan program ( program storage )
Seluruh materi program yang sudah direkam disimpan
di Master control atau pada ruang penyimpanan yang
telah ditetukan. Setiap program memiliki kode tertentu
agar dapat cepat diketahui dan di temukan.

3.      Penemuan program ( program retrieval )


Penemuan program ( program retrieval ) mencakup
kegiatan pemilihan, permintaan dan penayangan materi
program. Penemuan program ditentukan oleh program log
yang berisi daftar perinci setiap program yang ditentukan
pada hari tertentu. Program log berisi informasi yang
diperlukan bagi efisiensi operasional stasiun penyiaran
seperti informasi mengenai waktu tayang program, durasi
program, judul program, asal atau sumber program, kode
program, jenis program ( langsung atau rekaman ).
Program log diterbitkan setiap hari, biasanya lebih dulu
satu atau dua hari dari penayangan.Kebanyakan stasiun
TV menampilkan program log dilayar komputer, namun
terkadang menyediakan pula dalam bentuk hard copy.

4.      Traffic
Traffic adalah bagian yang sangat penting pada sebuah
stasiun televisi, namun tak banyak orang yang
memahaminya. Traffic, seperti yang ditunjukan namanya,
ialah daftar yang berisi jadwal yang menjaga alur dari
seluruh susunan acara, iklan, promosi, berita yang akan
mengudara. Dunia penyiaranmembutuhkan ketepatan
untuk semua jadwal yang sudah disusun, untuk itu
dibutuhkan Traffic.

Dengan demikian, Traffic merupakan panduan yang


akan memberitahu teknisi apa yang nanti akan
ditayangkan dan berapa lama waktunya. Traffic ialah
jadwal harian untuk suatu stasiun televisi yang berisi
catatan  yang  menunjukan kapan dan apa yang sudah
diudarakan. Bagi departemen pemasaran, Traffic
merupakan jadwal yang memungkinkan secara akurat
mengirimkan tagihan untuk penayangan iklan-iklan.

Dewasa ini, Traffic untuk stasiun televisi sudah


sepenuhnya menggunakan program komputeryang
dijalankan secara otomatis. Maka seluruh program,
promosi dan iklan, bisa dijalankan dan dihentikan melalui
komputer. Bila mesin Traffic tidak berjalan sesuai jadwal,
maka program tidak bisa diputar pada waktu yang tepat
sehingga dapat muncul berbagai persoalan lain, misalnya
stasiun televisi dapat kehilangan uang dari iklan yang
harus disiarkan.
BAB III

PENUTUP

3.1.KESIMPULAN
Sebuah industri televisi tidak akan berjalan tanpa
adanya program acara. Program acara terdiri dari
beberapa jenis, yaitu in house dan program akuisisi.
Program in house merupakan program yang diproduksi
sendiri oleh stasiun televisi itu sendiri. Sedangkan
program akuisisi merupakan program yang dibeli oleh
pihak televisi.
Program acara yang dibuat di dalam studio baik siaran
langsung maupun siaran tunda memerlukan sistem dan
perlengkapan kerja. Sehingga semuanya dapat bersinergi
dan menghasilkan program yang baik dalam segi kualitas
siar.
3.2.SARAN
Perlunya kerjasama dan koordinasi agar alur kerja
studio menghasilkan kualitas yang baik dalam segi
produk maupun kualitas siar.

[i] Ciptono Setyobudi, Pengantar Teknik Broadcasting


Televisi, (Yogyakarta, Graha Ilmu, 2005), cetakan
pertama, hal:2

[ii] Morrisan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Tangerang,


Ramdina Prakarsa, 2005), cetakan pertama, hal: 6
[iii] Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi,
(Yogyakarta, Pinus Book Publisher, 2007), cetakan
pertama, hal:21

[iv] Ciptono Setyobudi, Pengantar Teknik Broadcasting


Televisi, (Yogyakarta, Graha Ilmu, 2005),   cetakan
pertama, hal : 25

[v]  Morrisan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Tangerang,


Ramdina Prakarsa, 2005), cetakan pertama, hal:72

[vi] Morrisan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Tangerang,


Ramdina Prakarsa, 2005), cetakan pertama, hal:77

[vii] Morrisan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Tangerang,


Ramdina Prakarsa, 2005), cetakan pertama, hal78

[viii] Askurifai Baskin, Videografi (Operasi Kamera dan


Teknik Pengambilan Gambar), (Bandung,Wwidya
Padjadjaran, 2009), cetakan pertama, hal 56
[ix] Morrisan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Tangerang,
Ramdina Prakarsa, 2005), cetakan pertama, hal 80

[x] Ciptono Setyobudi, 2006, Teknologi Broadcasting TV,


Yogyakarta: Graha Ilmu, hal 31

[xi]  Ciptono Setyobudi2006, Teknologi Broadcasting TV,


Yogyakarta: Graha Ilmu, hal 29

Jumat, 27 Juli 2012

TATA CAHAYA DALAM MULTIMEDIA


TATA CAHAYA DALAMMULTIMEDIA
1.    Pengertian Tata Cahaya
Tata cahaya adalah seni pengaturan cahaya dengan
mempergunakan peralatan pencahayaan agar kamera
mampu melihat obyek dengan jelas, dan menciptakan
ilusi sehingga penonton mendapatkan kesan adanya jarak,
ruang, waktu dan suasana dari suatu kejadian yang
dipertunjukkan dalam suatu pementasan. Seperti halnya
mata manusia, kamera video membutuhkan cahaya yang
cukup agar bisa berfungsi secara efektif. Dengan
pencahayaan penonton akan bisa melihat seperti apa
bentuk obyek, di mana dia saling berhubungan dengan
obyek lainnya, dengan lingkungannya, dan kapan
peristiwa itu terjadi.
Kerja kamera elektronik sangat dipengaruhi oleh sistem
pencahayaan . Hal ini sesuai dengan karakter sistem
proses perekaman gambar oleh kamera elektronik,
sehingga masalah-masalah mengenai tata cahaya
sangatlah penting peranannya dalam sebuah kegiatan
perekaman gambar.
Cahaya menurut sumbernya dibedakan dalam Cahaya
bersumber dari alam, seperti cahaya matahari ( natural
light/daylight) dan Cahaya yang diciptakan atau
bersumber dari lampu, api (artifisial light/tungsten)
Sumber cahaya itu sendiri mempunyai karakteristik
jenis cahaya dan intensitas cahaya yang bermacam-
macam. Kita abaikan dulu permasalahan ini, kita coba
untuk memperlakukan sebuah sistem yang aplikatif
terhadap kerja kamera.Seperti teori dasar tata
cahaya. Dalam setiap pengambilan gambar dipengaruhi
oleh kondisi tata cahaya yang ada, apapun kondisinya
tetapi hasilnyapun juga mengikuti kondisi tata cahaya
tersebut. Namun untuk mendapatkan hasil yang lebih
maksimal maka kita dapat mengikuti teori dasar tata
cahaya yang berlaku, walaupun pada praktek kerja kita
dapat mengembangkan kreasi kita sesuai keinginan dan
hasil yang akan dicapai. 
KUALITAS CAHAYA
Hard light
Disebut dengan cahaya keras yang dihasilkan dari
sumber cahaya dengan intensitas yang tinggi, cahaya
lebih bersifat spot. Menghasilkan kekontrasan yang tinggi
dan bayangan yang keras (gelap – terangnya).
Soft Light
Disebut juga cahaya yang lembut karena dihasilkan dari
sumber terpendar dan halus biasanya cahaya yang
dipancarkan adalah flood dan dibarengi dengan filter atau
elemen penghalus pemendaran cahaya.Kontras yang
dihasilkan lebih tipis sehingga bayangan yang dihasilkan
juga tidak keras.
 
Cahaya berdasarkan konsep dasar pencahayan dapat
dibedakan :
  Natural Light
Cahaya natural yang sumber cahaya dalam satu frame
atau adengan maupun scene bersumber dari cahaya yang
bersifat natural. Misalnya cahaya pagi hari dari sebelah
timur (key). Maka shot-shot dalm scene tersebut key
lightnya dari arah yang sama.
c. Pictorial Light/Arificial Light
Cahaya yang bersifat artistik atau ciptaan. dibentuk sesuai
kebutuhan artistik, mood sebuah adegan atau scene. Jadi
arah sumber cahaya (key) dapat berubah-ubah sesuai
dengan kebutuhan artistic gambar atau mood dari adegan
tersebut.
                                                     
Direction of Light
Pencahayaan yang dibedakan berdasarkan arah cahaya
dan jatuhnya cahaya ke subjek dapat dibedakan:
  Top Light
Cahaya yang datang dari arah atas subjek, sebagai
ambient/base light juga menciptakan suasana tertekan
pada subjek.  
b. Eye Light
Cahaya yang ditujukan pada posisi mata subjek guna
untuk menguatkan kekuatan yang dimunculkan dari 
mata.
Accent Light
Cahaya yang dibuat sebagai aksen diluar subjek untuk
menciptakan kedalaman dan mood tertentu. Biasanya
ditujukan pada background
Color Temperature (Suhu Warna)
Suhu cahaya  yang berbeda akan menghasilkan suhu
warna yang berbeda pula. Lampu neon memberikan
cahaya berwarna hijau kebiru-biruan, lampu tangsten
halogen menghasilkan warna kuning kemerah-merahan,
sinar cahaya  matahari memancarkan warna putih kebiru-
biruan. 
Perbedaan ini sebenarnya karena adanya perbedaan
derajad suhu warna yang diukur dalam Derajad Kelvin. 
Semakin rendah derajad Kelvin, maka suhu warnanya
kemerah-merahan sedangkan semakin tinggi derajad
Kelvinnya maka suhu warna cenderung kebiru-biruan.
Daftar derajad Kelvin dengan sumber cahaya
10.000 Kelvin Langit biru
9.000 Kelvin Langit mendung
7.000 Kelvin
5.600 Kelvin Cahaya matahari
(DAY LIGHT)
4.900 Kelvin Lampu Neon
4.200 Kelvin 2 jam setelah matahari
terbit/
Sebelum terbenam
(TUNGSTEN)
3.800 Kelvin 1 Jam setelah
matahari terbit
3.200 Kelvin Lampu halogen
2.800 Kelvin Lampu Pijar
2.200 Kelvin Matahari
terbit/terbenam
1.600 Kelvin Cahaya Matahari
Jika kita melihat matahari atau lampu buatan manusia
lainnya, maka cahaya yang dihasilkan adalah pijar putih
atau kuning. Jadi cahaya tersebut merupakan perpaduan
dari beberapa HUE dalam spektrum.Apabila berbeda
sumber pencampurannya maka akan menghasilkan
campuran yang berbeda pula yang ditangkap oleh mata
manusia.
2.    PRINSIP DASAR TATA CAHAYA
Ini sudah menjadi rumusan atau formula dasar sebuah
pencahayaan dalam produksi video, film, dan foto. Tiga
poin penting itu terdiri atas : Key Light, Fill Light, Back
Light
a. Key Light
Pencahayaan utama yang diarahkan pada objek. Keylight
merupakan sumber pencahayaan paling dominan.
Biasanya keylight lebih terang dibandingkan dengan fill
light. Dalam desain 3 poin pencahyaan, keylight
ditempatkan pada sudut 45 derajat di atas subjek.Fill
Light
b. Fill light
Pencahayaan pengisi, biasanya digunakan untuk
menghilangkan bayangan objek yang disebabkan oleh key
light. Fill light ditempatkan berseberangan dengan subyek
yang mempunyai jarak yang sama dengan keylight.
Intensitas pencahyaan fill light biasanya setengah dari key
light.
c. Back Light
Pencahayaan dari arah belakang objek, berfungsi untuk
meberikan dimensi agar subjek tidak “menyatu” dengan
latar belakang. Pencahyaan ini diletakkan 45 derajat di
belakang subyek. Intensitas pencahyaan backlight sangat
tergantung dari pencahayaan key light dan fill light, dan
tentu saja tergantung pada subyeknya. Misal backlight
untuk orang berambut pirang akan sedikit berbeda dengan
pencahayaan untuk orang dengan warna rambut hitam.
3.    Fungsi tata cahaya
Tata cahaya yang hadir di atas panggung dan menyinari
semua objek sesungguhnya menghadirkan kemungkinan
bagi sutradara, aktor, dan penonton untuk saling melihat
dan berkomunikasi. Semua objek yang disinari
memberikan gambaran yang jelas kepada penonton
tentang segala sesuatu yang akan dikomunikasikan.
Dengan cahaya, sutradara dapat menghadirkan ilusi
imajinatif. Banyak hal yang bisa dikerjakan bekaitan
dengan peran tata cahaya tetapi fungsi dasar tata cahaya
ada empat, yaitu penerangan, dimensi, pemilihan, dan
atmosfir (Mark Carpenter, 1988).
-       Penerangan. Inilah fungsi paling mendasar dari tata
cahaya. Lampu memberi penerangan pada pemain dan
setiap objek yang ada di atas panggung. Istilah
penerangan dalam tata cahaya panggung bukan hanya
sekedar memberi efek terang sehingga bisa dilihat tetapi
memberi penerangan bagian tertentu dengan intensitas
tertentu. Tidak semua area di atas panggung memiliki
tingkat terang yang sama tetapi diatur dengan tujuan dan
maksud tertentu sehingga menegaskan pesan yang hendak
disampaikan melalui laku aktor di atas pentas.
-       Dimensi. Dengan tata cahaya kedalaman sebuah objek
dapat dicitrakan. Dimensi dapat diciptakan dengan
membagi sisi gelap dan terang atas objek yang disinari
sehingga membantu perspektif tata panggung. Jika semua
objek diterangi dengan intensitas yang sama maka gambar
yang akan tertangkap oleh mata penonton menjadi datar.
Dengan pengaturan tingkat intensitas serta pemilahan sisi
gelap dan terang maka dimensi objek akan muncul.
-       Pemilihan. Tata cahaya dapat dimanfaatkan untuk
menentukan objek dan area yang hendak disinari. Jika
dalam film dan televisi sutradara dapat memilih adegan
menggunakan kamera maka sutradara panggung
melakukannya dengan cahaya. Dalam pementasan
tertentu, penonton secara normal dapat melihat seluruh
area panggung, untuk memberikan fokus perhatian pada
area atau aksi tertentu sutradara memanfaatkan cahaya.
Pemilihan ini tidak hanya berpengaruh bagi perhatian
penonton tetapi juga bagi para aktor di atas pentas serta
keindahan tata panggung yang dihadirkan.
-       Atmosfir. Yang paling menarik dari fungsi tata cahaya
adalah kemampuannya menghadirkan suasana yang
mempengaruhi emosi penonton. Kata “atmosfir”
digunakan untuk menjelaskan suasana serta emosi yang
terkandung dalam peristiwa lakon.Tata cahaya mampu
menghadirkan suasana yang dikehendaki oleh lakon.
Sejak ditemukannya teknologi pencahayaan panggung,
efek lampu dapat diciptakan untuk menirukan cahaya
bulan dan matahari pada waktu-waktu tertentu. Misalnya,
warna cahaya matahari pagi berbeda dengan siang hari.
Sinar mentari pagi membawa kehangatan sedangkan sinar
mentari siang hari terasa panas. Inilah gambaran suasana
dan emosi yang dapat dimunculkan oleh tata cahaya
Keempat fungsi pokok tata cahaya di atas tidak berdiri
sendiri. Artinya, masing-masing fungsi memiliki interaksi
(saling mempengaruhi). Fungsi penerangan dilakukan
dengan memilih area tertentu untuk memberikan
gambaran dimensional objek, suasana, dan emosi
peristiwa. Gambar berikut memperlihatkan interaksi
fungsi pokok tata cahaya.

Selain keempat fungsi pokok di atas, tata cahaya


memiliki fungsi pendukung yang dikembangkan secara
berlainan oleh masing-masing ahli tata cahaya. Beberapa
fungsi pendukung yang dapat ditemukan dalam tata
cahaya adalah sebagai berikut.
-       Gerak. Tata cahaya tidaklah statis. Sepanjang
pementasan, cahaya selalu bergerak dan berpindah dari
area satu ke area lain, dari objek satu ke objek lain. Gerak
perpindahan cahaya ini mengalir sehingga kadang-kadang
perubahannya disadari oleh penonton dan kadang tidak.
Jika perpindahan cahaya bergerak dari aktor satu ke aktor
lain dalam area yang berbeda, penonton dapat melihatnya
dengan jelas. Tetapi pergantian cahaya dalam satu area
ketika adegan tengah berlangsung terkadang tidak secara
langsung disadari. Tanpa sadar penonton dibawa ke dalam
suasana yang berbeda melalui perubahan cahaya.
-       Gaya. Cahaya dapat menunjukkan gaya pementasan
yang sedang dilakonkan. Gaya realis atau naturalis yang
mensyaratkan detil kenyataan mengharuskan tata cahaya
mengikuti cahaya alami seperti matahari, bulan atau
lampu meja. Dalam gaya Surealis tata cahaya
diproyeksikan untuk menyajikan imajinasi atau fantasi di
luar kenyataan seharihari. Dalam pementasan komedi atau
dagelan tata cahaya membutuhkan tingkat penerangan
yang tinggi sehingga setiap gerak lucu yang dilakukan
oleh aktor dapat tertangkap jelas oleh penonton.
-       Komposisi. Cahaya dapat dimanfaatkan untuk
menciptakan lukisan panggung melalui tatanan warna
yang dihasilkannya.
-       Penekanan. Tata cahaya dapat memberikan penekanan
tertentu pada adegan atau objek yang dinginkan.
Penggunaan warna serta intensitas dapat menarik
perhatian penonton sehingga membantu pesan yang
hendak disampaikan. Sebuah bagian bangunan yang
tinggi yang senantiasa disinari cahaya sepanjang
pertunjukan akan menarik perhatian penonton dan
menimbulkan pertanyaan sehingga membuat penonton
menyelidiki maksud dari hal tersebut.
-       Pemberian tanda. Cahaya berfungsi untuk memberi
tanda selama pertunjukan berlangsung. Misalnya,  fade
out untuk mengakhiri sebuah adegan, fade in untuk
memulai adegan dan black out sebagai akhir dari cerita.
Dalam pementasan teater tradisional, black out biasanya
digunakan sebagai tanda ganti adegan diiringi dengan
pergantian set

4. Peralatan Tata Cahaya


Kerja tata cahaya adalah kerja pengaturan sinar di atas
pentas. Kecakapan dalam mendisitribusi cahaya ke atas
pentas sangat dibutuhkan. Dengan peralatan tata cahaya,
kontrol atau kendali atas distribusi cahaya itu dikerjakan.
Penata cahaya perlu mengendalikan intensitas, warna,
arah, bentuk, ukuran, dan kualitas cahaya serta gerak arus
cahaya. Semua kendali itu bisa dimungkinkan karena
adanya peralatan tata cahaya yang memang dirancang
untuk tujuan tersebut. Penguasaan peralatan wajib
dipelajari oleh penata cahaya.
a.       Bohlam
Bohlam (bulb, lamp) adalah sumber cahaya. Bagian-
bagian dari bohlam terdiri atas envelope, filament, dan
base (Gb.204). Envelope adalah cangkang yang terbuat
dari gelas kaca atau kwarsa untuk melindungi komponen
dari udara dan mencegahnya dari kebakaran.

Gb.204 Bohlam
Filament merupakan komponen yang mengubah panas
listrik menjadi cahaya. Ukuran dan bentuknya bermacam-
macam disesuaikan dengan ketahanan panas dan hasil
cahaya yang dinginkan. Karena filament menghasilkan
cahaya dari panas maka ia juga menjadi lemah karena
panas sehingga mudah rusak. Oleh karena itu pemasangan
dan pelepasan bohlam hendaknya dilakukan dengan hati-
hati apalagi ketika kondisinya sedang menyala. Base,
adalah dasaran untuk meletakkan bohlam pada dudukan
yang sesuai dan merupakan komponen yang
menghubungkan filament dengan arus listrik. Jenis dan
bentuk base berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan dudukan
yang disediakan pada masing-masing jenis dan merk
lampu dari pabrikan tertentu.

Gambar di atas memperlihatkan aneka ragam bentuk


bohlam. Hampir semua bohlam dibuat terpisah dengan
reflektornya tetapi pada lampu PAR bohlam dibuat satu
unit dengan reflektor dan lensa sehingga jika bohlam mati
maka semua unit komponennya harus diganti. Pada
dasarnya jenis bohlam lampu panggung ada tiga yaitu;
tungsten, tungsten-halogen, dan discharge. Tungsten
digunakan untuk lampu di bawah 1000 watt. Tungsten-
halogen untuk lampu 1000 watt ke atas. Sedangkan
discharge adalah lampu yang hanya bisa dioperasikan
secara manual seperti lampu followspot. Penggunaan
jenis bohlam ini didasari pada ketahanan material
menahan panas tinggi dalam kurun waktu yang lama.
Karena bekerja dengan panas, maka kualitas bohlam
menurun seiring penggunaan waktu dan batas waktu
hidupnya (lifetime) telah ditentukan (terbatas).
b.     Reflektor dan Refleksi
Untuk memancarkan cahaya dari bohlam ke objek yang
disinari dibutuhkan reflektor. Cahaya yang hanya berasal
dari bohlam sinarnya kurang kuat dan tidak terarah
pancarannya. Dengan reflektor maka pancaran cahaya
yang berasal dari bohlam dapat ditingkatkan, diatur, dan
diarahkan. Lampu panggung menggunakan tiga jenis
reflektor yaitu; ellipsoidal, spherical, dan parabolic.
Reflektor ellipsoidal berbentuk lengkungan setengah elips
(lonjong) yang mengelilingi lampu sehingga mencipatkan
efek pancaran tiga dimensi. Jarak masing-masing sisinya
terhadap sumber cahaya tetap. Karena bentuknya tersebut
cahaya yang dihasilkan oleh reflektor ellipsoidal memiliki
dua focal point (tittik temu fokus cahaya). Focal point 1
berasal dari titik fokus sumber cahaya (bohlam) kemudian
memantul kembali ke reflektor yang hasil refleksinya
membentuk titik focal point 2 baru kemudian menyebar
(Gb.206). 

Gb.206 Reflektor elipsoidal


 Reflektor spherical memiliki bentuk sisi yang membulat.
Jenis reflektor ini memancarkan seluruh cahaya langsung
dari titik focal point ke reflektor yang merefleksikannya
kembali melalui focal point tersebut sebelum memencar.
Jika dibuat garis lingkaran imajiner maka panjang cahaya
yang ditempuh masing-masing garis cahaya adalah sama.
Gambar 207 memperlihatkan refleksi cahaya melalui
reflektor spherical.

Gb.207 Reflektor spherical


Reflektor parabolic memiliki bentuk sisi parabola.
Reflektor jenis ini merefleksikan cahaya langsung dari
atau melalui focal point kemudian menyebar secara
paralel membentuk cahaya yang diameternya hampir
sama dengan diameter reflektor (Gb.208). Dengan
demikian, diameter cahaya yang dihasilkan sangat
tergantung dengan diameter reflektor. Contoh lampu
sehari-hari yang menggu-nakan reflektor parabolic adalah
lampu senter.
Gb.208 Refleksi prabolic
Selain refleksi yang dihasilkan melalui reflektor, cahaya
juga akan mengalami refleksi setelah menyentuh objek
penyinaran. Refleksi cahaya yang memantul setelah
mengenai objek dapat dibedakan menjadi empat jenis,
yaitu specular, diffuse, spread, dan mixed. Refleksi
specular (seperti cermin) memantulkan arah cahaya tanpa
mengubah besaran cahaya alami dari sumbernya
(Gb.209). 
Gb.209 Refleksi specular
Refleksi diffuse terjadi ketika cahaya yang mengenai
permukaan objek memantul dengan pendar yang merata
ke segala arah (Gb.210). Contoh dari refleksi diffuse
adalah ketika cahaya diarahkan ke sebuah lukisan dua
dimensi.

Gb.210 Refleksi diffuse


Refleksi spread sama seperti refleksi diffuse tetapi
persentase masingmasing garis cahaya tidak sama.
Cahaya yang mengenai objek dengan intensitas lebih
tinggi garis cahayanya akan memendar dan direfleksikan
lebih panjang dari yang lain (Gb.211).  Contoh refleksi
spread adalah ketika cahaya mengenai gumpalan
aluminium foil.
Gb.211 Refleksi spread
Refleksi mixed, merupakan refleksi campuran dari diffuse
dan specular. Beberapa garis cahaya dipendarkan secara
merata ke segala penjuru arah tetapi sebagian garis cahaya
dipantulkan seperti cermin (Gb.212). Contoh refleksi
mixed adalah ketika cahaya menyinari gagang pintu dari
logam, jam tangan emas, atau lantai kayu yang mengkilat.

Gb.212 Refleksi mixed


c.       Lensa
Cahaya memerlukan pembiasan atau pembelokan
sehingga besar kecilnya ukuran cahaya bisa diatur. Alat
yang digunakan untuk membiaskan cahaya adalah lensa
yang terbuat dari gelas kaca atau semacam plastik. Ada
tiga jenis lensa yang digunakan dalam lampu panggung,
yaitu lensa plano convex, fresnel, dan pebble convex.
Lensa plano concex sisi luarnya berbentuk cembung
(kurva) dan memiliki permukaan yang halus (Gb.213).
Lensa yang biasa disebut sebagai PC ini digunakan
untuk membentuk lingkaran cahaya yang garis
tepinya jelas kelihatan (hard edge). Ukuran dan
ketebalan lensa sangat tergantung dari ukuran dan
intensitas hasil cahaya yang dikehendaki.

Gb.213 Lensa planno convex


Lensa fresnel adalah lensa yang permukaannya
membentuk cetakan bergerigi (Gb.214). Lampu yang
menggunakan lensa ini akan menghasilkan lingkaran
cahaya yang garis tepinya lembut (soft edge). Ketebalan
lensa fresnel lebih tipis dari lensa PC. Garis lembut
lingkaran cahaya yang dihasilkan memungkinkan untuk
pencampuran warna pada area penyinaran. Sedangkan
lensa pebble convex memiliki permukaan luar sama
dengan lensa PC tetapi sisi dalamnya bergerigi seperti
fresnel (Gb.215). Lensa ini sering juga disebut sebagai
step lens. Karakter Cahaya yang dihasilkannya berada di
antara PC dan fresnel.

Gb.214 Lensa fresnel

Gb.215 Lensa pebble convex


d.      Lampu
Istilah lampu yang digunakan di sini tidak mengacu pada
kata lamp tetapi lantern. Kata lamp diartikan sebagai
bohlam dan lantern sebagai lampu dan seluruh
perlengkapannya termasuk di dalamnya bohlam. Istilah
lantern digunakan sebagai pembeda antara lampu
panggung terhadap lampu rumahan.  Dalam lampu
panggung ada terdapat banyak jenis lampu. Akan tetapi,
secara mendasar dikategorikan ke dalam dua jenis, yaitu
flood dan spot. Flood memiliki cahaya dengan sinar yang
menyebar sedangkan spot memiliki sinar yang menyorot
terarah. Semua lampu memiliki keistimewaan tersendiri
dalam menghasilkan cahaya. Perkembangan teknologi
lampu panggung terkadang menghasilkan sesuatu yang
baru dengan mengkombinasikan prinsip dan unsur yang
ada di dalamnya. Tugas utama dari lampu panggung
adalah menghadirkan cahaya, warna, dan bentuk yang
dapat disesuaikan dan diarahkan menurut kebutuhan. 
1.    Floodlight
Bentuk paling sederhana dalam khasanah lampu
panggung adalah floodlight (Gb.216). Bohlam dan
reflektor diletakkan dalam sebuah kotak yang dapat
diarahkan ke kanan dan ke kiri serta ke atas dan ke bawah
untuk mengatur jatuhnya cahaya. Tidak ada pengaturan
khusus lain yang bisa dilakukan seperti pengaturan
bentuk, ukuran sinar, dan fokus. Sifat menyebar dari sinar
cahaya yang dihasilkan membuat besaran area yang
disinari tergantung dari jarak lampu terhadap objek.
Gb.216 Lampu floodlight
Karena keterbatasannya, lampu flood  tidak efektif
digunakan untuk menyinari aktor. Sifatnya yang
mengandalkan jarak membuat sinar cahaya mengabur
pada objek yang jauh letaknya. Luas area penyinaran
lampu flood  sangat tergantung dari besarnya watt dan
reflektor yang
digunakan. Jadi, lampu flood standar dengan kekuatan
1000 watt mampu menyinari area yang lebih luas
dibandingkan yang berkekuatan 500 watt. Penggunaan
lampu flood efektif untuk menyinari backdrop (siklorama)
atau objek tertentu dengan jarak dekat. Lampu flood yang
menggunakan watt besar dan dikhususkan untuk
menyinari backdrop disebut cyc-light
Gb.217 Cyc-light
Lampu flood dapat dikombinasikan dengan merangkai
beberapa lampu dalam satu wadah (compartment). Warna
diatur sedemikian rupa sehingga dalam satu kotak
terdapat beberapa lampu yang memiliki warna sama.
Beberapa lampu flood yang dirangkai dalam satu kotak
dan digantung di atas panggung ini disebut dengan batten
atau striplight

Gb.218 Batten atau striplight


Fungsi lampu ini adalah untuk menyinari backdrop atau
siklorama dari atas. Tetapi jika rangkaian tersebut
diletakkan di bawah pada panggung depan dengan tujuan
untuk menyinari aktor dari bawah disebut dengan
footlight. Jika rangkaian ini diletakkan di bawah tetapi
tidak di bagian depan panggung dengan tujuan untuk
menyinari backdrop atau objek tertentu dari bawah
disebut dengan groundrow.
2. Scoop
Lampu scoop adalah lampu flood  yang menggunakan
reflektor ellipsoidal dan dapat digunakan untuk
berbagai macam keperluan. Sinar cahaya yang
dihasilkan memancar secara merata dengan lembut
(Gb.219). Lampu scoop ada beberapa jenis yang
dirancang khusus untuk bohlam tertentu. Ada yang
menggunakan bohlam pijar biasa ada yang menggunakan
bohlam tungsten. Tetapi secara umum, scoop dapat
menggunakan bohlam pijar dan tungsten-halogen.
Lampu ini sangat efisien untuk menerangi areal tertentu
yang terbatas. Karakter cahayanya yang lembut membuat
lampu scoop sangat ideal untuk memadukan warna
cahaya. Selain digunakan untuk panggung teater dan
teater boneka, scoop juga digunakan untuk televisi,
studio photografi, dan gedung yang membutuhkan
penerangan khusus seperti museum. 

Gb.219 Lampu scoop


3.    Fresnel
Fresnel merupakan lampu spot yang memiliki garis
batas sinar cahaya yang lembut. Lampu ini
menggunakan reflektor spherical dan lensa fresnel
(Gb.220). Karena karakter lensa fresnel yang bergerigi
pada sisi luarnya maka bagian tengah lingkaran cahaya
yang dihasilkan lebih terang dan meredup ke arah garis
tepi cahaya. Pengaturan ukuran sinar cahaya dilakukan
dengan menggerakkan  bohlam dan reflektor mendekati
lensa. Semakin dekat bohlam dan reflektor ke lensa maka
lingkaran sinar cahaya yang dihasilkan semakin besar.
Sifat lingkaran cahaya yang lembut memungkinkan dua
atau lebih lampu fresnel memadukan warna cahaya pada
objek atau area yang disinari. Kekurangan dari lampu
fresnel adalah intensitas cahaya tertinggi ada pada pusat
lingkaran cahaya sehingga jika seorang aktor berdiri agak
jauk dari pusat lingkaran cahaya maka ia kurang
mendapat cukup cahaya.

Lampu fresnel dibuat


dengan berbagai macam variasi ukuran lensa dan
kekuatan (daya) seperti yang terlihat dalam gambar 221.
Ukuran lensa dan kekuatan daya mempengaruhi hasil
pencahayaan. 
Gb.220 Bagan lampu fresnel
Diameter lensa dan daya yang kecil menghasilkan jarak
penyinaran yang tidak jauh. Artinya,  ia tidak bisa
menyinari objek yang jauh. Setiap lampu memiliki jarak
cahaya minimum dan maksimum. Jika pengaturan lampu
melebihi jarak yang ditetapkan maka cahaya yang
dihasilkan menjadi tidak fokus (buram) atau terlalu
terang. 

Gb.221 Berbagai macam lampu fresnel


Selain itu, karena sifatnya yang sedikit menyebar maka
jika jarak lampu terlalu jauh dari objek sebaran cahayanya
akan menerobos ke objek lain. Karena sifatnya ini, lampu
fresnel tidak tepat jika dipasang di baris depan panggung
proscenium (apron) karena sebaran cahayanya bisa
menerangi bingkai panggung. Fresnel lebih efektif di
pasang untuk menyinari panggung tengah.
4.       Profile
Lampu profile termasuk lampu spot yang menggunakan
lensa plano convex sehingga lingkaran sinar cahaya yang
dihasilkan memiliki garis tepi yang tegas. Dengan
mengatur posisi lensa, maka lingkaran sinar cahaya bisa
disesuaikan. Jika lampu profile dalam keadaan fokus
maka batas lingkaran cahaya akan jelas terlihat dan jika
tidak fokus batas lingkaran cahayanya akan mengabur
meskipun tidak selembut lampu fresnel. Lampu profile
digunakan karena besaran lingkaran cahaya dan derajat
penyinarannya bisa diatur sedemikian rupa. Selain bentuk
sinar cahaya yang melingkar lampu profile dapat
membentuk cahaya secara fleksibel dengan bantuan
shutter. Shutter atau penutup cahaya ini terpasang di
empat sisi (atas, bawah, kanan, dan kiri). Dengan
mengatur posisi shutter ini maka bentuk cahaya yang
dinginkan dapat dikreasikan.
Di Amerika lampu ini disebut ERS (Ellipsoidal Relfector
Spotlight) atau lampu spot yang menggunakan relfektor
ellipsoidal. Dapat juga disebut lekolite atau leko (di
Indonesia sering disebut lampu elips atau profil). Lampu
ERS generasi pertama  menempatkan bohlam 45 derajat
dari garis axis (poros bumi), reflektor, dan posisi lensa
(Gb.222). Lampu ini disebut ERS radial. Lampu ERS
modern menempatkan bohlam sejajar dengan axis dan
sistem optik. Lampu ini disebut ERS Axial (Gb.223). Jika
penempatan bohlam tidak sejajar atau presisi antara focal
point dan reflektor maka efisiensi dan keserasian
cahayanya akan terganggu.
Gb.222 Bagan lampu ERS radial

Gb.223 Bagan lampu ERS axial


Berbagai bentuk dan ukuran lampu profil dibuat untuk
kepentingan pencahaayan panggung (Gb.224). Namun
lampu profil atau ERS ini pada dasarnya hanya memiliki
tiga jenis lampu, yaitu standard, bifocal, dan zoom.
Lampu standar menggunakan satu lensa. Pengaturan
fokusnya dengan mendekatkan lensa ke bohlam. Untuk
mengatur bentuk cahaya terdapat shutter yang dapat
mengatur bentuk cahaya secara fleksibel. Di depan shutter
ada slot untuk iris yang dapat mengatur cahaya berbentuk
melingkar. Slot untuk iris ini juga dapat digunakan untuk
menempatkan gobo (plat metal bermotif yang dapat
meproyeksikan cahaya sesuai gambar motif yang ada). 

Gb.224 Berbagai jenis lampu profil (ERS)


Lampu bifocal adalah lampu profil standar yang
ditambahi dengan shutter tambahan. Shutter tambahan ini
diletakkan di luar fokus sehingga lampu dapat
menghasilkan lingkaran cahaya yang tegas dan lembut
sekaligus. Seiring perkembangan, lampu bifocal sudah
tidak diterbitkan lagi. Sedangkan lampu zoom
menggunakan dua lensa plano convex yang dipasang
secara berhadapan (belly to belly). Lensa yang pertama
mengatur fokus (seperti pada lampu profil standar) dan
lensa yang kedua untuk mengatur ukuran lingkar sinar
cahaya (GB.225). Kombinasi lensa yang dilakukan pada
lampu standard dan bifocal dapat mengubah ukuran
lingkaran sinar cahaya tetapi bagaimanapun juga
kemungkinannya terbatas.

Gb.225 Bagan lampu profil


Dengan lampu zoom ukuran lingkaran sinar cahaya dapat
diatur pada sebarang titik (nilai) antara minimal dan
maksimal hanya dengan menggeser tombol atau pegangan
(knob) yang telah disediakan.
Gb.226 Bagan lampu profil zoom
Pada jenis standar dan bifocal hal ini harus dilakukan
dengan mengganti atau mengkombinasi lensa yang
membutuhkan beberapa peralatan tambahan serta
memerlukan waktu pemasangan tersendiri. Dengan
demikian penggunaan lampu ERS (profile zoom)
sangatlah efektif. 
5.       Pebble Convex
Struktur lampu ini sama dengan fresnel yaitu
menggunakan reflektor spherical. Yang membedakan
adalah digunakannya lensa pebble convex. Pada mulanya,
terdapat pula lampu semacam ini dengan menggunakan
lensa plano convex dan sering disebut dengan lampu PC.
Lampu PC (plano convex) tidak lagi diproduksi di
Amerika dan yang sampai sekarang masih digunakan
(terutama di Eropa) adalah lampu pebble convex atau
prism convex (Gb.227). Untuk mengatur ukuran lingkaran
sinar cahaya lampu dan reflektor didekatkan ke lensa.
Karena menggunakan lensa pebble convex maka garis
sinar cahaya yang dihasilkan berada di antara fresnel yang
berkarakter lembut dan profile yang berkarakter tegas.
Lampu ini sangat bermanfaat ketika garis sinar cahaya
yang tegas tidak diperlukan sementara garis sinar cahaya
yang lembut terlalu kabur.

Gb.227 Lampu pebble convex


6. Follow Spot
Lampu follow spot sering juga disebut lime adalah lampu
yang dapat dikendalikan secara langsung oleh operator
untuk mengikuti gerak laku aktor di atas panggung.
Gb.228 Lampu follow spot
Karena dikendalikan secara manual maka lampu ini
memiliki struktur yang kuat  baik secara optik maupun
mekanik. Keseimbangan diatur sedemikian rupa sehingga
gerak ke atas dan ke bawah, ke kanan dan kekiri dapat
mengalir dengan baik. Pengaturan besar kecilnya ukuran
lingkaran sinar cahaya, fokus, dan warna diatur oleh
pengendali. Untuk menempatkan lampu ini diperlukan
dudukan (stand) khusus yang dapat diputar dan diatur
tinggi rendahnya. Untuk lampu yang berukuran besar,
stand yang digunakan biasanya memiliki roda sehingga
memudahkan dalam memindahkan lampu dari tempat satu
ke tampat lain.
Lampu follow spot menggunakan bohlam jenis discharge
yang kuat menahan panas tinggi serta mampu menahan
goncangan dan dapat menghasilkan intensitas cahaya
yang tinggi. Penggunaan bohlam discharge tidak
memungkinkan lampu dikontrol secara elektrik karena
sifatnya hanya on-off dan tidak bisa diredupkan dengan
dimmer. Garis lingkaran sinar cahaya sangatlah jelas
terlihat. Lampu ini biasanya mengikuti atau menyorot
seorang aktor secara khusus dalam areal yang khusus.
7.       PAR
PAR atau dapat juga ditulis dengan par adalah lampu
yang bohlam, reflektor, dan lensanya terintegrasi. Par
merupakan singkatan dari parabolic aluminized reflector.
Dengan demikian unit lampu par menggunakan lensa
parabolik. Karena lampu par adalah berbentuk satu
kesatuan (unit) maka ukuran sinar cahayanya tidak dapat
disesuaikan kecuali dengan mengganti lampunya. Ukuran
diameter dan watt lampu par bermacam-macam. Yang
umum digunakan adalah par 36, 38, 46, 56, dan 64.
Gb.229 Berbagai ukuran lampu par
Daya yang digunakan berkisar antara 50 sampai dengan
1000 watt. Untuk mengukur diameter lampu par sangatlah
mudah yaitu dengan membagi nomor par dengan 8 inchi.
Misalnya, lampu par 56 memiliki diameter 7 inchi (56:8 =
7). Besaran sinar cahaya yang dihasilkan sangat
tergantung dari ukuran diameter lampunya. Sedangkan
intensitas dan jarak cahaya tergantung dari besaran
dayanya. Meskipun lampu par memungkinkan
penggunaan bohlam jenis discharge tetapi umumnya
untuk keperluan panggung bohlam yang digunakan
berjenis tungsten halogen.
Lampu par ditempatkan dalam wadah (housing) yang
disebut par can atau kaleng par yang memungkinkan
lampu untuk digerakkan, diarahkan, dan diberi warna.
Ukuran wadah menyesuaikan dengan ukuran lampu yang
dipasang di dalamnya (Gb.230). Sinar cahaya yang
dihasilkan berkarakter lembut dan lebih berbentuk oval
ketimbang circular (melingkar). Untuk mengetahui jenis
karakter serta bentuk sinar yang dihasilkan maka lampu
par menyediakan berbagai macam variasi dengan
mengkombinasikan bentuk lensa yang digunakan.
Misalnya, lampu par 64 menyediakan berbagai macam
variasi yang bisa dipilih, yaitu VNSP, NSP, MFL, WFL.
VSP atau Very Narrow Spot adalah lampu par yang
mampu menghasilkan titik sinar yang sangat sempit. NSP
(Narrow Spot) menghasilkan sinar yang sempit. MFL
(Medium Flood) menghasilkan karakter sinar flood
menengah. WFL (Wide Flood) menghasilkan karakter
sinar flood yang melebar.

Gb.230 Lampu par dengan housing (can)


Par merupakan lampu yang efektif dalam menghasilkan
sinar. Lampu ini sering digunakan dalam pentas
pertunjukan musik indoor maupun outdoor dan mampu
menghadirkan cahaya yang kuat. Karena ukurannya telah
tertentu maka pemilihan lampu par sangat tergantung dari
luas dan jarak area yang akan disinari. 
8.       Efek
Lampu efek adalah lampu yang menghadirkan cahaya
khusus untuk kepentingan tertentu. Misalnya dalam
sebuah pertunjukan teater menghendaki lukisan cahaya
yang penuh fantasi maka digunakanlah lampu efek yang
dapat menciptakan lukisan cahaya tersebut. Terdapat
aneka macam lampu efek , diantaranya mirror ball,
moving light, tetapi semua sangat tergantung kebutuhan
dan kepentingan artistik. Gambar 231 memperlihatkan
beberapa lampu efek yang sering digunakan di atas
panggung.
Gb.231 Beberapa jenis lampu efek
9.                   Practical
Yang dimaksud dengan lampu practical adalah lampu
yang digunakan sehari-hari tetapi diperlukan dalam
sebuah pementasan. Misalnya lampu belajar, lampu
gantung atau lampu hiasan dinding. Dalam pertunjukan
teater yang menghadirkan latar cerita realis yang berdasar
pada kenyataan, tata panggung dibuat menyerupai
keadaan sebenarnya. Jika dalam cerita menghendaki
adanya lampu gantung di satu rumah mewah maka lampu
tersebut harus dihadirkan. Jika cerita terjadi malam hari
dan lampu tersebut harus dinyalakan maka lampu gantung
itupun dinyalakan. Karena keadaan di panggung berbeda
dengan kenyataan, maka tugas penata lampu adalah
mengatur teknik pencahayaan sehingga sumber cahaya
seolah-olah hanya berasal dari lampu gantung.
e.       Perlengkapan Pemasangan
Untuk memasang lampu di atas pentas dibutuhkan
berbagai macam perlengkapan pemasangan. Perlengkapan
tersebut ada yang telah terpasang secara permanen dan
ada yang dapat dipindahpindahkan. Di bawah ini akan
dijelaskan perlengkapan pemasangan lampu yang terdiri
dari bar dan boom, stand, serta clamp dan bracket.
1.       Bar dan Boom
Perlengkapan pemasangan lampu harus dibuat dari bahan
yang kuat sehingga mampu menahan berat sejumlah
lampu yang dipasang. Dalam panggung biasanya terdapat
baris untuk menggantungkan lampu yang dibuat dari pipa
besi dan di ataur secara horisontal dan vertikal. Pipa besi
yang dipasang secara horisontal ini disebut bar (di
Amerika disebut pipe), dan yang dipasang secara
vertikal disebut boom. Bar digunakan untuk
menggantungkan lampu di atas panggung yang terdiri dari
beberapa baris mulai dari atas siklorama sampai ke baris
depan di atas penonton. Dalam panggung modern bar
tidak dibuat statis melainkan bisa diturunkan dan
dinaikkan sehingga jarak dan sudut lampu dapat
disesusaikan dengan mudah. Berbeda dengan boom yang
dipasang di sayap panggung secara vertikal dan
permanen. Fungsi boom adalah untuk memasang lampu
samping.
2.       Stand
Perlengkapan untuk menggantungkan lampu yang bisa
berpindah-pindah adalah stand. Sebuah pipa yang terbuat
dari logam kuat yang dapat berdiri dengan tegak dan kuat
menahan berat lampu yang dipasang.

Gb.232 Stand untuk follow spot dan stand berbentuk T


Stand yang khusus dipakai untuk lampu follow spot
dibuat sedemikian rupa sehingga lampu yang dipasang di
atasnya bisa digerakkan ke kanan, ke kiri, ke atas, dan ke
bawah secara manual. Tinggi rendah stand dapat diatur.
Selain untuk follow spot yang bentuknya berdiri secara
vertikal ada juga stand yang di atasnya dipasangi bar
yang dapat digunakan untuk menggantung lampu. Stand
jenis ini disebut T-bar stand. Dengan stand jenis ini maka
lampu dapat dipasang pada tiang vertikal ataupun
horisontal. Beberapa stand yang dibuat dari besi dan
berukuran besar menggunakan roda pada kaki-kakinya
agar mudah dipindahkan. Stand sangat bermanfaat ketika
boom yang terpasang secara permanen kurang memadahi
atau jaraknya tidak tepat seperti yang dinginkan.
3.       Clamp dan Bracket
Untuk menggantungkan lampu pada bar dibutuhkan klem
(clamp) sedangkan untuk menggantungkan lampu pada
boom dibutuhkan siku (bracket) yang disebut boom arm.
Kelem yang umum digunakan berbentuk leter “C” dan
sering disebut dengan C-clamp atau hook clamp. Untuk
mengencangkan atau mengunci kelem ke bar digunakan
sekrup. Bentuk dan ukuran hook clamp ini bervariasi
tetapi fungsinya sama saja. Boom arm dipasang pada
boom atau batang stand vertikal. Ujungnya digunakan
untuk memasang lampu. 
Aneka bentuk clamp
 Boom arm model lama

Untuk mengencangkan dan mengendorkan menggunakan


skrup. Pada boom arm generasi lama menggunakan dua
plat besi yang berfungsi untuk menggapit boom dan
menggunakan dua buah sekrup untuk mengencangkannya.
Hasilnya memang plat akan terkait dengan kuat pada
boom tetapi sulit ketika hendak mengatur atau menggeser
posisinya. Boom arm yang baru, menggunakan hook
clamp dengan satu

Gb.235 Clamp yang difungsikan sebagai boom arm


f.     Asesoris
Cahaya yang dihasilkan dari lampu dapat diatur
sedemikian rupa. Selain karena faktor reflektor, bohlam,
dan lensa pengaturan cahaya dapat diperkaya dengan
menambah asesoris. Di bawah ini dijelaskan asesoris yang
dapat dipergunakan untuk memperkaya pencahayaan.
1.  Filter
Filter atau color adalah plastik warna yang digunakan
untuk memberi warna pada cahaya (Gb.236). Filter adalah
asesori yang paling penting untuk mengubah warna
natural cahaya yang dihasilkan lampu sesuai keinginan
dengan cara memasang filter di depan perangkat. Filter
biasanya berbentuk lembaran. Jika hendak digunakan
maka harus dipotong sesuai dengan ukuran. 

Gb.236 Filter Gb.237 Filter frame


Untuk meletakkan filter warna ke dalam lampu
diperlukan bingkai khusus yang disebut filter frame atau
color frame. Ukuran bingkai ini bervariasi sesuai dengan
ukuran jenis lampu. Jadi masing-masing merek dan jenis
lampu memiliki bingkai filter tersendiri.
2.    Barndoor
Barndoor adalah sebuah alat yang memiliki sirip atau
penutup yang dapat diatur dan disesuaikan (Gb.238).
Barndoor digunakan untuk mengatur pendaran cahaya
dalam artian mencegah cahaya bocor ke areal yang tidak
dinginkan.

Gb.238 Berbagai bentuk barndoor


Barndoor memiliki empat sisi penutup yang dapat diputar
dan disesuaikan posisinya pada dudukan. Biasanya
barndoor dipasang pada lampu yang menghasilkan cahaya
menyebar seperti par atau fresnel pada panggung yang
berukuran kecil. Panggung kecil memiliki areal yang
terbatas sehingga penyinaran yang dilakukan dengan
menggunakan lampu berkekuatan besar menghasilkan
cahaya melebihi area penyinaran. Untuk membatasi aliran
cahaya tersebut barndoor  sangat efektif difungsikan.
3.       Iris
Iris adalah piranti untuk memperbesar atau memperkecil
diameter lingkaran sinar cahaya yang dihasilkan oleh
lampu. Dengan sebuah gagang kecil yang tersedia, ukuran
lingkaran bisa disesuaikan (GB.239).

Gb.239 Iris
Piranti yang terbuat dari metal ini sangat mudah untuk
dipasang dan dicopot. Dipasang di depan shutter. Iris
biasanya dipasang pada lampu profile (ERS). Dengan
bantuan iris, seorang penata lampu dapat menyesuaikan
ukuran lingkar area penyinaran yang tepat sehingga aliran
cahaya tidak bocor ke area lain. 
4.       Donut
Donut (donat) adalah pelat metal yang digunakan untuk
meningkatkan ketazaman lingkar sinar cahaya yang
dihasilkan oleh lampu spot (Gb.240). Donat juga
membantu memperjelas pola atau motif gambar cahaya
yang hendak dihasilkan dengan menghilangkan pendar
cahaya yang tidak diperlukan. Garis cahaya semakin jelas
dan bentuk sinar cahaya benar-benar sirkuler. 

Gb.240 Donut
5.       Gobo
Gobo adalah pelat metal yang dicetak membentuk pola
atau motif tertentu (Gb.241). Jika pelat ini dipasang pada
lampu dan diproyeksikan maka cahaya akan membentuk
pola seperti yang tergambar pada gobo tersebut. Untuk
memasang gobo diperlukan bingkai atau tempat khusus
yang disebut gobo holder (Gb.242).
Gb.241 Salah satu motif gobo Gb.242 Gobo Holder
Motif atau pola gambar pada gobo bermacam-macam.
Piranti ini digunakan untuk memproyeksikan pola cahaya
tertentu yang menimbulkan efek imajinasi darimana asal
cahaya atau karena apa cahaya itu terbentuk. Misalnya
pola dalam gambar 241 di atas jika disorotkan ke
panggung maka akan memberikan imajinasi, bahwa
cahaya tersebut berasal dari sebuah jendela. Pada pola
tertentu lainnya jika diproyeksikan ke siklorama akan
memberikan efek imajinasi yang mengagumkan, seperti
awan berserakan, daun-daun, pepohonan, gambar
bangunan, dan lain sebagainya. Penggunaan gobo sangat
membantu untuk memberikan efek atau lukisan cahaya.
6.       Snoot
Snoot atau sering juga disebut top hat adalah piranti yang
digunakan untuk mengurangi tumpahan cahaya (Gb.243).
Dengan dipasang pada bagian depan lampu maka snoot
akan memperpanjang ukuran lampu dan mempersempit
sudut sinar cahaya yang dihasilkan. 

Gb.243 Snoot
Snoot sangat efektif digunakan untuk panggung
berukuran kecil dimana sinar cahaya lampu seringkali
melebar atau bocor ke area yang tidak dinginkan.
7.       Dimmer dan Kontrol
Untuk mengkontrol intensitas cahaya dan mengatur
perubahan cahaya dalam intensitas tertentu dibutuhkan
alat yang disebut dimmer. Secara sederhana sumber listrik
dialirkan ke sebuah dimmer untuk mengalirkan arus
listrik ke lampu (Gb.244). Dimmer dapat mengubah
intensitas cahaya dari rendah ke tinggi atau sebaliknya
dengan mengatur panas (temperatur) yang mengalir ke
filamen bohlam.
Gb.244 Bagan instalasi dimmer
Untuk kepentingan panggung tidak mungkin
menggunakan satu dimmer untuk satu lampu. Hal ini akan
memerlukan proses lama dalam pemasangannya. Oleh
karena itu dimmer untuk lampu panggung dibuat satu unit
yang dapat menampung banyak lampu dan disebut
dengan dimmer rack. Terdapat banyak jenis, ukuran dan
kekuatan dimmer rack (Gb.245). Ada dimmer rack
berukuran besar dan berat yang dipasang secara permanen
di dalam sebuah gedung pertunjukan tetapi ada juga
dimmer rack yang dirancang khusus untuk pentas keliling
sehingga mudah dibawa kemana-mana.
Gb.245 Berbagai jenis dimmer rack
 Dengan bantuan dimmer, operasional dan pengendalian
intensitas cahaya lampu menjadi mudah. Meskipun
demikian dalam sebuah dimmer rack yang memiliki
banyak channel tidak menyediakan tombol atau alat
pengendali intensiatas yang mudah diakses. Dalam
dimmer generasi lama disediakan gagang pengendali
intensitas, tetapi hal ini membuat ukuran dimmer menjadi
besar. Dimmer modern tidak menyediakan pengendali
tersebut selain sebuah tombol kecil pada masing-masing
channel. Untuk membantu tugas pengendalian intensitas
dibutuhkan remote control (pengendali jarak jauh).
Kontrol jarak jauh ini berupa papan atau meja yang
menyediakan tombol atau bilah pengendali intensitas atau
lever yang dihubungkan ke dimmer. Jadi, ia mengambil
alih fungsi pengendali pada dimmer. Dengan demikian,
rangkaian sederhana jika digambarkan adalah sumber
listrik menyediakan energi yang dialirkan ke dimmer
(power in) kemudian dialirkan keluar ke lampu (circuit
out) dan fungsi pengendali dialirkan ke remote control
(Gb.246).

Gb.246 Bagan dimmer dengan remote control


Remote control atau pengendali jarak jauh sering disebut
dengan control desk (meja pengendali) karena harus
diletakkan di atas meja untuk menggunakannya. Ukuran
dan jenisnya bermacam-macam. Ada yang dioperasikan
secara manual ada juga yang sudah menggunakan
komputer sehingga bisa diprogram untuk mengendalikan
intensitas secara otomatis (Gb.247).
Gb.247 Remote control manual dan computerize
Dalam satu remote control terdapat bilah pengendali
(lever) dan master lever yang berfungsi sebagai pusat
suplai besaran energi yang dikeluarkan. Masing-masing
lever memiliki ukuran atau besaran yang dapat dijadikan
acuan untuk menaikkan atau menurunkan intensitas
cahaya (GB.248). Jika master lever diatur pada posisi 50
persen (angka 5) maka intensitas cahaya yang dapat
dikeluarkan oleh masing-masing lever maksimal hanya 50
persen. Jika master lever diatur pada posisi 0 maka lampu
tidak akan menyala meskipun lever dinaikkan sampai 100
Gb.248 Bagan lever pada remote control
Dengan mengatur angka pada master dan lever maka akan
didapatkan intensitas cahaya yang dinginkan. Tabel di
bawah ini dapat digunakan sebagai patokan untuk
mengatur intensitas cahaya. 

Tabel4. Tabel intensitas cahaya


Ukuran intensitas yang dihasilkan dalam tabel ini
hanyalah ukuran untuk satu atau beberapa lampu sejenis.
Ukuran intensitas bisa berubah jika lampu menggunakan
filter warna. Warna-warna yang gelap akan mengurangi
intensitas cahaya yang dihasilkan. Dengan demikian,
pengaturan intensitas cahaya untuk menghasilkan
keseimbangan perlu memperhatikan jenis dan kekuatan
lampu serta penggunaan filter warna.
Penjelasan di atas masih menyangkut remote control atau
control desk yang menggunakan satu set lever dan satu
master. Jika jumlah lampu yang digunakan sedikit
tidaklah masalah tetapi lampu panggung biasanya
jumlahnya puluhan bahkan ratusan. Satu meja kontrol
dengan satu master dan satu set lever tidaklah cukup.
Selain itu pemindahan intensitas lampu satu ke lampu lain
sangatlah rumit jika hanya menggunakan satu set lever
karena tangan pengendali harus menaikkan atau
menurunkan masing-masing lever dalam waktu yang
hampir bersamaan. Untuk mengatasi hal tersebut
perangkat meja kontrol biasanya memiliki dua master
atau lebih, lengkap dengan lever-nya. Dengan meja
kontrol seperti ini, pengendalian lampu dapat dilakukan
melalui proses preset.
Gb.249 Bagan preset
Preset adalah mengatur posisi lever pada angka
(intensitas) tertentu sementara master dalam keadaan 0.
Sehingga ketika nanti dibutuhkan tinggal menaikkan
angka master. Lampu yang berada dalam deret lever akan
menyala dengan intensitas sesuai angka pada masing-
masing lever. Preset ini bisa dilakukan jika master dan
baris (set) lever
lebih dari satu. Dalam gambar di atas diperlihatkan dua
set lever dan master, bagian atas “A” dan bagian bawah
“B”. Ketika bagian “A” sedang dimainkan pada posisi
tertentu, bagian “B” bisa digunakan untuk mengatur
preset. Dengan menurunkan master “B” pada angka 0
maka lever dapat diatur pada angka tertentu sesuai
kebutuhan. Hal ini tidak akan menyebabkan lampu
menyala karena level master diturunkan ke angka 0.
Ketika lampu pada deret lever “A” selesai dimainkan dan
hendak diganti, maka master “B” yang lever-nya telah
dipreset dinaikkan dan master “A” diturunkan ke angka 0.
Ketika master “B” dimainkan maka lever pada “A” dapat
dipreset untuk pencahayaan berikutnya. Dengan mengatur
preset maka efisiensi pengendalian lampu dapat
dioptimalkan.
5.             Warna Cahaya
Setelah mengetahui secara teknis dasar pemasangan dan
pengoperasian lampu maka langkah berikutnya adalah
mengenai warna cahaya. Warna cahaya sangat
berpengaruh pada suasana panggung. Dalam pertunjukan
teater realis yang meniru warna cahaya matahari maka
harus benar-benar dibedakan antara warna matahari di
saat fajar, pagi, siang, dan sore hari. Kesalahan pemilihan
warna dapat berakibat fatal berkaitan dengan latar waktu
kejadian peristiwa. Misalnya, seorang pemain
mengucapkan kalimat, “Pada saat fajar menyingsing ini,
aku bulatkan tekadku!”, sementara warna cahaya yang
ditampilkan adalah putih terang. Hal ini akan
menimbulkan keanehan karena matahari pada fajar hari
berwarna semburat kemerahan dan bukan putih terang.

Untuk menghindari hal tersebut perlu diteliti pemilihan


warna cahaya yang tepat sesuai dengan suasana yang
dikehendaki. Warna dasar cahaya berbeda dengan warna
dasar cat atau pewarna lain. Jika cat memiliki warna dasar
merah, kuning, dan biru maka cahaya memiliki warna
dasar merah, kuning, dan hijau. Warna sekunder yang
dihasilkannya pun berbeda. Merah dicampur hijau akan
menghasilkan warna kuning amber. Hijau bercampur biru
menjadi biru cyan. Biru bercampur merah menjadi
magenta. Jika semua warna dicampur maka akan berubah
menjadi putih. Berbeda dengan cat, jika semua warna
dicampur akan menjadi coklat tua. Prinsip dasar warna
cahaya ini perlu diketahui untuk menghindari kesalah
pemaduan warna.
a.       Pencampuran Warna
Pencampuran warna cahaya dapat dilakukan dengan dua
teknik, yaitu additive mixing dan subtractive mixing.
Pencampuran warna additive adalah pecampuran warna
dari dua lampu berwarna berbeda dalam satu area.
 
Proses pencampuran warna ini sangat efektif terutama
untuk jenis lampu yang tidak memiliki garis lingkar
cahaya yang tegas seperti lampu fresnel. Pendar cahaya
yang mengabur pada sisi luar lingkar cahaya akan saling
bertemu dan secara gradual membentuk warna kedua.
Warna yang efektif dicampur dalam teknik additive
adalah warna-warna primer yang akan menghasilkan
warna sekunder (Gb.252).
Pencampuran warna menggunakan teknik subtractive
adalah mencampur warna dari satu sumber cahaya
(lampu) melalui dua filter warna yang berbeda. Perhatikan
gambar berikut
Subtractive mixing
Dalam gambar di atas diperlihatkan, filter pertama yang
dipasang berwarna cyan yang merefleksikan warna biru
dan hijau serta menyerap warna merah sehingga
menghasilkan warna cyan. Warna cyan ini kemudian
melalui filter berwarna kuning sehingga hasil akhirnya
adalah cahaya berwarna hijau.
Warna subtractive
Warna-warna primer kurang efektif digunakan untuk
teknik subtractive karena karakternya yang terlalu kuat
menyerap cahaya. Warna-warna sekunder lebih tepat
untuk teknik subtractive. Teknik subtractive ini biasanya
digunakan untuk lampu otomatis yang memiliki palet
warna yang dapat berputar sehingga memungkinkan dua
warna bercampur
b.       REFLEKSI WARNA
Cahaya yang menyinari sebuah permukaan akan
memantul atau menimbulkan refleksi. Di atas telah
dijelaskan jenis refleksi yang dapat ditimbulkan oleh
cahaya. Pada bahasan ini akan dijelaskan refleksi warna
yang ditimbulkan setelah cahaya menyinari sebuah
permukaan. Jika cahaya menyinari sebuah permukaan
berwarna maka efek refleksinya sama dengan warna yang
ada pada permukaan tersebut. Warna cahaya natural
adalah putih atau biasa disebut netral. Jika warna cahaya
netral menyinari permukaan berwarna merah maka akan
menimbulkan refleksi cahaya berwarna merah. 

Cahaya putih yang menerpa permukaan berwarna merah


akan memantulkan warna merah
Tetapi jika cahaya berwarna merah matang (setelah diberi
filter warna) menyinari permukaan berwarna biru pirmer,
maka tidak cahaya yang direfleksikan karena permukaan
biru hanya akan merefleksikan cahaya berwarna biru
(seperti gambar di atas).
Prinsipnya adalah menggunakan warna cahaya. Cahaya
putih atau netral menurut teori warna cahaya mengandung
unsur warna merah, biru, dan hijau. Jika cahaya putih
menyinari permukaan biru maka akan merfleksikan
cahaya biru karena unsur warna merah dan hijau tidak
terdapat pada permukaan yang disinari.
Dengan memahami prinsip dasar warna cahaya maka
refleksi warna cahaya bisa diperhitungkan. Cahaya putih
jika menyinari permukaan kuning amber akan
memancarkan cahaya kuning amber.

Warna cahaya kuning amber


adalah perpaduan antara warna merah dan hijau. Dengan
demikian warna yang terpantulkan oleh cahaya adalah
warna merah dan hijau, sedangkan warna biru terserap
(Gb.257)
Gb.256 Cahaya berwarna merah tidak akan memantulkan
warna pada permukaan berwarna biru

Gb.257 Cahaya berwarna putih akan memantulkan warna


kuning amber jika menerpa permukaan yang berwarna
sama
Jika cahaya berwarna kuning amber yang merupakan
perpaduan merah dan hijau menyinari permukaan
berwarna kuning amber maka refleksi warna cahayanya
adalah kuning amber (Gb.258)
Gb.258 Cahaya kuning amber akan memantulkan warna
kuning amber jika menerpa permukaan yang berwarna
sama
Gb.259 Cahaya berwarna merah akan memantulkan
warna merah pada permukaan berwarna kuning amber
Jika warna cahaya merah menyinari permukaan kuning
amber maka refleksi warna cahaya yang dihasilkan adalah
merah karena warna kuning amber pada permukaan
mengandung warna merah (Gb.259). Jika warna cahaya
biru menyinari permukaan berwarna kuning amber maka
cahaya tidak akan merefleksi karena warna kuning amber
pada permukaan tidak mengandung warna biru (Gb.260)
Gb.260 Cahaya berwarna biru tidak menghasilkan
pantulan warna pada permukaan berwarna kuning amber
Karena warna cahaya dapat menghasilkan refleksi warna
pada permukaan berwarna maka pemilihan filter warna
haruslah benar-benar diperhitungkan. Jangan sampai ada
objek yang menjadi nampak sangat terang sementara
objek lain jadi kabur karena warna cahaya yang dipilih
tidak tepat. Untuk mendapatkan hasil terbaik, ujicoba
penyinaran warna cahaya terhadap permukaan berwarna
harus sering dilakukan. Hal ini juga berkaitan dengan
bahan dasar permukaan yang akan disinari. Ada bahan
atau cat yang mampu menyerap cahaya tetapi ada juga
bahan yang justru memantulkan cahaya berlebihan. Selalu
mencoba adalah hal terbaik yang dapat dilakukan untuk
mengetahui karakter warna cahaya, bahan dan warna
permukaan, dan refleksi yang dihasilkan.
c.       PENYINARAN
Prinsip dasar penyinaran adalah membuat objek yang
disinari jelas terlihat dan cahaya tidak bocor sampai ke
penonton atau bagian panggung lainnya yang tidak
memerlukan sinar. Tetapi kebutuhan adalah berdasarkan
kaya panggung yang artistik maka penyinaran dalam
panggung juga harus mampu menghadirkan efek artistik
yang dikehendaki. Dengan mengatur sudut penyinaran
efek-efek artistik bisa dimunculkan. Dalam satu cerita
atau adegan terkadang membutuhkan pencahayaan
tertentu yang tidak hanya asal terang. Misalnya, untuk
menghadirkan seorang tokoh misterius dibutuhkan
penampakkan siluet, maka lampu harus diatur sedemikian
rupa sehingga menghasilkan siluet tokoh tersebut. Dengan
mencoba pengaturan sudut datangnya cahaya, maka efek
tertentu akan didapatkan
Lampu yang diarahkan langsung ke wajah aktor akan
menghasilkan efek flat atau datar. Lampu yang datang
dari arah depan dengan intensitas tinggi akan menghapus
bayangan pada bagian muka. Tidak ada bayangan pada
cekung mata yang mengindikasikan kedalaman. Tidak
ada bayangan pada bagian pipi yang memisahkannya dari
leher. Tidak ada bayangan pada hidung yang
menunjukkan volume. Oleh karena tidak ada bayangan
sama sekali, maka wajah aktor nampak datar. Meski
demikian, pengambilan dengan sudut seperti ini terkadang
dibutuhkan untuk memberi efek cahaya berlebih sehingga
orang tersebut nampak bersinar (seperti gambar berikut).

Lampu yang datang 45 derajat dari atas akan memberikan


bayangan pada bagian wajah sehingga efek tiga
dimensinya terlihat (Gb.262). Dengan sudut pengambilan
seperti ini penonton paling tidak bisa menyaksikan lekuk-
lekuk wajah sang aktor. Untuk penampakan karakter
dengan ketegasan lekuk wajah pengambilan dari sudut ini
bisa dimanfaatkan. Kedalaman cekung mata, penonjolan
tulang pipi dan hidung bisa dimunculkan.
Gb.262 Penyinaran lampu 45 derajat dari atas
Lampu yang datang tepat dari arah atas akan
menghasilkan cahaya yang mengalir lurus ke bawah.
Wajah aktor mendapatkan sangat sedikit sinar yang
memendar dari atas kepalanya (Gb.263). Meskipun wajah
hanya sedikit tersinari tetapi efek dramatis bisa
dimunculkan. Dengan lampu yang datang tepat dari arah
atas maka tidak ada bayangan disekitar aktor.

Gb.263 Penyinaran lampu dari atas


Lampu yang diletakkan di bagian bawah akan
menimbulkan bayangan terbalik secara penuh pada
bagian-bagian wajah (Gb.264). Bayangan pada mata akan
berubah terang. Efek terang pada tulang pipi dan hindung
akan berubah jadi gelap. Sudut pengambilan ini dapat
menciptakan efek dramatik pada wajah aktor. Karena
posisi bayangan yang terbalik tersebut membuat wajah
aktor nampak lain bahkan nampak menyeramkan. 

Gb.264 Penyinaran lampu dari bawah


Lampu yang datang dari arah samping baik kanan atau
kiri akan menampakkan bagian samping tubuh dan
menutupi samping tubuh yang lain (Gb.265). Dengan
sudut pengambilan ini, garis tubuh aktor akan nampak
jelas. Lampu samping sering digunakan untuk
pertunjukan tari atau teater gerak yang memang
menonjolkan lekuk garis tubuh pemainnya.
Gb.265 Penyinaran lampu dari samping

Gb.266 Penyinaran lampu dari belakang atas


Lampu yang datang dari arah belakang atas akan
memberikan hasil yang berlawanan dengan lampu atas 45
derajat (Gb.266). Selain akan menerangi bagian kepala,
cahaya juga akan menyinari rambut dan bahu aktor.
Pengambilan sudut ini akan memberikan efek pemisahan
antara aktor dan background. Garis cahaya yang nampak
pada rambut, dan bahu akan memberikan kesan tiga
dimensi sehingga aktor terlihat tidak menempel pada
background. Banyak sudut di antara sudut pengambilan di
atas yang bisa dicobakan. Tetapi pengambilan sudut harus
mempertimbangakn efek yang ingin dicapai sehingga
hasilnya benar-benar seperti apa yang diharapkan. 
      Penyinaran Aktor
Guna menyinari aktor yang mengahadap ke penonton ada
teknik dasar yang bisa diterapkan. Selain kejelasan
pencahayaan juga harus mampu menampilkan dimensi.
Untuk hasil termudah letakkan dua lampu dengan arah
atas 450 (derajat) pada masing-masing sisi dimana aktor
berdiri (Gb.267). Karena sinar cahaya lebih lebar daripada
tubuh aktor maka ia bisa bergerak di seputar lingkar
cahaya dengan tetap tersinari. Kedua posisi lampu akan
membentuk sudut 900 (derajat) sehingga lingkar cahaya
yang dihasilkan akan mampu menyinari area yang cukup
bagi aktor untuk bergerak. 
Luas ruang penyinaran yang diciptakan oleh dua lampu
dan memberikan cukup cahaya untuk aktor ini disebut
area. Ukuran area ini bisa disesuaikan dengan
menggunakan lampu. Jika jarak pengambilan jauh maka
area pun akan membersar demikian juga ketika lingkar
cahaya pada lampu spot diperbesar maka cakupan
sinarnya pun akan membesar. Penyinaran aktor dengan
dua lampu ini menjadi teknik dasar yang dapat diterapkan
secara umum pada panggung pertunjukan. Karena
masing-masing panggung memiliki ukuran luas dan
karakter yang berbeda maka peletakan lampu pun harus
menyesuaikan. Oleh karena itu, sudut pengambilan
dengan dua lampu ini pun perlu dicobakan.

Gb.267 Penyinaran aktor denganlampu 45 derajat dari dua


arah
Ada panggung yang menyediakan baris bar yang
memungkinkan pengambilan dengan sudut 450, tetapi ada
juga panggung yang tidak memiliki baris bar yang
memungkinkan pengambilan sudut 450. Jika terjadi hal
semacam ini maka sudut pengambilan pun bisa berubah
tetapi prinsip penyinaran aktor dengan dua lampu tetap
dilaksanakan.
         Penyinaran area
Prinsip dasar penyinaran aktor dengan dua lampu bisa
diterapkan untuk penyinaran area. Panggung pertunjukan
secara umum dibagi menjadi 9 area permainan. Dengan
menerapkan prinsip di atas maka masing-masing area
disinari oleh minimal dua lampu yang diambil dari sudut
450 pada masing-masing sisinya (Gb.268). Karena ukuran
panggung yang berbeda-beda maka jarak pengambilan
antara lampu dan area yang akan disinari perlu
dipertimbangkan. 
Pertimbangan mendasar yang perlu diperhatikan adalah
luas area yang hendak disinari. Hal ini berkaitan dengan
luas lingkar cahaya optimal yang bisa dipenuhi oleh
masing-masing lampu. Jika sudut pengambilan dan jarak
yang ditentukan kurang tepat atau berada di luar
jangkauan maksimal lampu maka pendar cahaya yang
dihasilkan kabur sehingga tidak bisa memberikan
kecukupan cahaya
Gb.268 Penyinaran area
Gambar di atas memperlihatkan masing-masing area
mendapat penyinaran dari dua lampu. Prinsip penyinaran
ini adalah prinsip dasar. Artinya, dengan jumlah lampu
minimal seluruh area panggung bisa disinari. Dengan
sistem penyinaran semacam ini penonton dapat
menangkap kejelasan objek yang ada di atas panggung.
Detil pencahayan bisa dilengkapi dengan menambah
lampu yang diarahkan khusus ke tata panggung, aktor
atau objek lain di atas pentas. Setelah dipenuhinya prinsip
dasar penyinaran area maka penonjolan yang akan
dilakukan melalui tata cahaya dapat dikerjakan dengan
lebih mudah.
PENGGUNAAN EFEK CAHAYA
Beberapa penerangan buatan berwarna yang memberikan
efek khusus:
      Cahaya biru
Membantu manusia untuk tidur serta menenangkan
pikiran. Lampu ini baik diterapkan di ruang tidur untuk
terapi insomnia serta menenangkan anak – anak yang
hiperaktif
      Cahaya hijau
Memberikan efek yang sanagt baik pada saat kelopak
mata dalam keadaan tertutup. Lampu hijau ini ideal untuk
relaksasi dan menyeimbangkan emosi. Penggunaan lampu
ini di kamar mandi berendam akan memaksimalkan
relaksasi
      Cahaya orange
Mengurangi depresi dan meningkatkan mood manusia.
Lampu orange di ruang duduk menciptakan suasana
hangat dan komunikasi yang memiliki atmosfer
bersahabat. Lampu orange juga meningkatkan selera di
ruang makan.
      Cahaya merah muda
Menciptakan suasana romantis dan hangat. Penggunaan
lampu ini juga ideal untuk ruang tidur yang romantis atau
untuk terapi rasa kesepian, tidak dicintai, atau sedih
         Cahaya merah
Gelombang cahaya merah akan meningkatkan agresivitas
manusia sekaligus memberikan kesan eksotis. Anda dapat
menggunakan bohlam lampu merah untuk lampu meja di
sisi tempat tidur. Cahaya merah juga berfungsi
menghangatkan ruang yang dingin
         Cahaya ungu
Sangat baik untuk terapi mental seperti perilaku obsesif
dan neurosis. Dalam otak, sinar ini merangsang otak
untuk memproduksi endorphin dalam otak yang
menenangkan dan meningkatkan mood manusia. Warna
lampu ini sangat membantu proses meditasi, tetapi
sebaiknya digunakan dalam jangka waktu pendek. Cahaya
ungu merupakan spectrum warna dari sinar matahari yang
masuk ke dalam rumah.
MENGENAL KARAKTER CAHAYA UNTUK
OUTDOOR PORTRAITURE
Kita semua paham bahwa cahaya adalah sahabat yang
harus betul-betul dimengerti oleh setiap fotografer, tidak
meng-enakan memang jika bersahabat hanya harus
mengerti tanpa bisa dimengerti he he he, tapi jangan
salah, sekali kita mengerti sahabat kita yang satu ini, dia
akan memberikan hasil yang mampu membuat kita
terkagum-kagum, betapa indahnya foto yang telah kita
buat.
Berbicara tentang cahaya (outdoor) tidak akan terlepas
dari tiga hal, yaitu: warna cahaya, intensitas cahaya dan
arah cahaya. Tetapi sebelum kita melangkah lebih jauh,
saya mau membatasi tulisan ini kepada pengaruh ketiga
hal itu untuk pemotretan orang (portraiture) tanpa
menggunakan bantuan alat tambahan, seperti reflector,
screen atau lampu. Tulisan ini juga tidak ditujukan untuk
pemotretan landscape, human interest ataupun genre
fotografi lainnya, meskipun prinsip-prinsip yang dipakai
mempunyai kesamaan. Pembatasan ini saya fikir penting
agar kita bisa fokus pada pemahaman, pengaruh apa yang
dihasilkan olehnya dan bagaimana memanfaatkannya.
Memanfaatkanya berarti bagaimana kita memposisikan
orang sebagi subject utama foto kita pada posisi yang
tepat relatif kepada matahari sebagai sumber cahaya
utama, sehingga apa yang kita inginkan atau imajinasikan
dari pemotretan ini bisa didapat secara memuaskan.
Warna cahaya adalah spetrum warna yang melekat
bersama gelombang cahaya sehingga memantulkan warna
tertentu pada subject yang terkena cahaya tersebut, pada
pagi dan sore hari pantulan cahaya matahari pada subject
akan meninggalkan warna kemerahan ketika tertangkap
oleh kamera sedangkan pada siang hari, cahaya matahari
yang terpantul pada subject akan meninggalkan warna
abu-abu. Kondisi ini bisa digambarkan pada skema warna
cahaya di bawah ini:

Skema 1. Warna cahaya pada rentang satu hari.

Dari skema tersebut jelas terlihat perubahan warna cahaya


dalam rentang satu hari, warna Fajar berwarna merah
didapatkan ketika matahari berada di batas horizon, antara
jam 5 sampai jam 6, warna pagi cenderung orange
berkisar antara jam 6 sampai jam 8, warna menjelang
siang agak kekuningan berkisar antara jam 8 sampai jam
10 dan warna siang cenderung abu-abu antara jam 10
sampai jam 14. Lalu warna kembali berubah seperti
semua dalam rentang waktu yang kira-kira sama ke arah
malam hari lagi. beberapa contoh gambar berikut
mungkin bisa memperkuat perbedaan warna cahaya yang
terjadi pada rentang waktu tersebut.

Gambar 1 diambil pada pagi hari, sekitar jam 7 pagi, bisa


kita lihat dari bayangan yang tercipta bahwa cahaya
matahari langsung mengenai subject dan meninggalkan
warna agak oranye. gambar 2 di ambil pada siang hari,
warna yang tercipta terlihat agak abu-abu dan sedikit
pucat sedangkan gambar 3 diambil pada sore hari sekitar
jam 5 sore hari, cahaya matahari tidak langsung mengenai
subjek tetapi warna yang ditinggal tetap agak kemerahan.
Dalam teknik pencahayaan foto/video, warna yang agak
kemerahan dikenal dengan warna hangat (Warm)
sedangkan warna yang agak kebiruan dikenal dengan
warna dingin (Cool). Warna yang tertinggal tersebut
sejatinya bisa dinetralisir dengan penggunan filter atau
White Balance.

Intensitas cahaya berhubungan dengan keras atau


lembutnya cahaya, semakin tinggi matahari bersinar maka
akan semakin keras cahayanya dan kondisi ini akan
membuat perbandingan antara cahaya langsung yang
memantul pada subject yang menghasilkan bidang terang
(Hightlight) dengan bayangan yang dihasilkan (Shadow)
akan semakin tinggi rasionya. Atau dengan kata lain
semakin keras bayangan yang dihasilkannya. Sebaliknya
semakin rendah matahari bersinar maka akan semakin
lembut cahayanya dan dengan sendirinya rasio highlight
dengan shadow akan semakin kecil. Semakin tinggi rasio
antara shadow dan hightlight maka akan semakin riskan
gambar kita, karena salah satu di antaranya, entah itu
highlight atau shadow harus kehilangan detailnya dan ini
sangat tergantung dengan dynamic range kamera yang
kita gunakan.

Saat matahari rendah kita bisa langsung memotret orang


dengan langsung terkena sinar matahari tetapi pada saat
matahari tinggi kita tidak akan bisa menghasilkan gambar
yang bagus tanpa menggunakan peralatan tambahan, atau
dengan menempatkan subject berada dibalik sesuatu
seperti pohon atau atap juga sehingga cahaya matahri
tidak langsung mengenai subject atau bisa dengan
menunggu datangnya awan. Awan bisa berfungsi sebagai
softbox besar yang membuat cahaya menjadi sangat
lembut yang merata namun gambar akan terasa datar/flat.

Arah cahaya berhubungan dengan datangnya sumber


cahaya mengenai subjek gambar, berhubungan dengan
penempatan subject pada datangnya sina matahari. Arah
cahaya sangat berhubngan dengan intensitas cahaya
karena pada cahaya yang terlalu keras kita tidak bisa
menempatkan subject secara langsung terhadap sinar
matahari karena kontrasnya terlalu tinggi, artinya harus
ada bagian entah itu shadow atau highlight yang
dikorbankan. beberapa gambar berikut mungkin bisa
menjelaskan lebih jauh tentang pembahasan ini.
Pada Gambar 4, kita lihat efek yang dihasilkan oleh
intensitas cahaya yang keras dari sinar matahari yang
sudah cukup tinggi, cahaya tersebut membentuk bayangan
hitam yang menghalangi sebagian wajah dan terutama
mata, disamping expresi silau yg diperlihatkan oleh orang
tersebut. Pada Gambar 4A, kondisinya kurang lebih sama,
hanya pada gambar ini untuk mengurangi shadow pada
muka maka exposure harus dinaikan, akibatnya gambar
secara keseluruhan menjadi Over Exposure Dapat kita
lihat, pada kondisi seperti itu, gambar yang dihasilkan
sungguh tidak nyaman untuk dinikmati. Sekarang kita
lihat pada gambar 5, gambar tersebut diambil pada lokasi
yang sama dengan gambar 4 dan pada waktu yang
berdekatan, tetapi saat gambar ini diambil, ada awan
menutupi matahari sehingga cahaya menjadi merata dan
lembut. Perhatikan, tidak ada lagi shadow yang keras
seperti pada gambar 4, seluruh bagian subject dikenai
cahaya yang sama sehingga hampir tidak ada shadow
yang tercipta. Pada gambar 7, masih pada lokasi yang
sama dan waktu yang juga hampir bersamaan, tetapi
subject dipindahkan ke bawah dinding sehingga cahaya
matahari tidak langsung mengenainya, bayangan keras
tidak lagi terlihat. Gambar 8, memperlihatkan ketika
matahari sore, meskipun subject terkena langsung oleh
cahaya matahari namun bayangannya tidak terlalu keras
sehingga bisa ditolerir dan masih masuk ke dalam range
rasio shadow/highlight.

MEMANFAATKAN SUMBER CAHAYA


MATAHARI SEBAGAI MAIN LIGHT UNTUK
PORTRAIT.
Setelah mengetahui karakter cahaya tersebut, maka
langkah selanjutnya adalah memanfaatkannya untuk
membentuk light pattern (efek pencahayaan) untuk
pemotretan orang (portraiture), Light pattern hanya akan
tercipta jika ada cahaya utama yang mengarah langsung
ke subject. Cahaya yang rata akibat kondisi berawan
seperti gambar 6, tidak akan menghasilkan light pattern.
kalau dipersingkat maka formulanya akan seperti ini:
Light pattern bisa tercipta jika rasio Highlight/Shadow 1:2
atau lebih. kondisi flat berarti rasionya 1:1. Seperti yang
kita ketahui, dalam pengambilan gambar orang untuk out
door  ada beberapa jenis efek pencahayaan, yang dibagi
berdasarkan arah jatuhnya cahaya yang membentuk
bayangan pada wajah, yaitu:
a.    Loop lighting, cirinya adalah terjadinya bayangan
hidung yang jatuh di atas bibir dan tidak menyatu dengan
bayangan pipi, jenis pencahayaan ini dapat digunakan
pada wanita maupun pria. Catatan: Untuk anak-anak pria
dan wanita tidak menjadi soal.
Efek pencahayaan ini bisa di dapat dengan memposisikan
diri kira-kira 45-50 derajat dari arah datangnya matahari
dan posisi matahari kira-kira sudah lewat kepala (lihat
skema).
Pada gambar 9/9A, bayangan terbentuk halus akibat
cahaya yang mengenainya tidak terlalu keras, tapi masih
bisa kita lihat bayangan hidung jatuh di atas bibir dan
tidak menyatu dengan bayangan pipi. Pada gambar 10,
kondisi bayangan terlihat lebih tegas karena cahaya yang
mengenainya lebih keras dari gambar sebelumnya.
b.    Rembrant lighting, cirinya adalah bayangan
membentuk segitiga di bawah satu mata, jenis
pencahayaan ini lebih sering digunakan pada pria karena
bisa memberikan kesan maskulin dan sedikit misterius.
Efek pencahayaan ini bisa di dapat dengan memposisikan
diri kira-kira 60-70 derajat dari arah datangnya matahari
dan posisi matahari kira-kira sudah lewat kepala. Gambar
12/12A bayangan yang terbentuk sangat halus akibat
cahaya yang tidak terlalu keras, sedangkankan gambar 11
bayangan yang terbentuk cukup tegas sehingga bisa
dilihat dengan jelas (segitiganya).

 
c.    Split lighting, cirinya adalah sebagian wajah berada
dalam bayangan yang membelah wajah tepat di tengah,
jenis pencahayaan ini biasanya digunakan pada pria atau
untuk mendapatkan efek dramatis. Efek pencahayaan ini
bisa di dapat dengan memposisikan diri kira-kira 90
derajat dari arah datangnya matahari dan posisi matahari
kira-kira sudah lewat kepala.

d.       Butterfly lighting atau sering juga di sebut


glamour atau kadang dikenal dengan Hollywood light
pattern, pencahayaan ini membentuk bayangan sebeperti
kupu-kupu di bawah hidung, biasanya digunakan untuk
wanita dengan makeup yang sudah sempurna, artinya
contour muka didapat dari penggunaan makeup dan
bukan dari lighting. Untuk mendapatkan efek ini,
posisikan subject berhadapan dengan matahari saat
matahari berada di atas kepala. Gambar 15/15A
memperlihatkan bayangan di bawah hidung yang
membentuk kupu-kupu. Contour wajah yang terlihat
dalam gambar ini adalah hasil dari makeup yang
dilakukan dan bukan dari efek cahaya.

e.       Back Lighting, memberikan pencahayaan dari


belakang hingga batas bagian belakang menjadi berkilau,
back lighting biasanya digunakan untuk memisahkan
subjek dengan Back Ground. Semakin rendah intensitas
cahayanya maka akan semakin seimbang exposure yang
terjadi antara BH dengan subjectnya. Gambar 16
memperlihatkan intensitas cahaya yang lebih tinggi
daripada gambar 17.
PRAKTEK TATA CAHAYA
Proses kerja penataan cahaya dalam suatu pementasan
membutuhkan waktu yang lama. Seorang penata cahaya
tidak hanya bekerja sehari atau dua hari menjelang
pementasan. Kejelian sangat diperlukan, karena fungsi
tata cahaya tidak hanya sekedar menerangi panggung
pertunjukan.  Kehadiran tata cahaya sangat membantu
dramatika lakon yang dipentaskan. Tidak jarang sebuah
pertunjukan tampak sepektakuler karena kerja tata
cahayanya yang hebat. Untuk hasil yang terbaik, penata
cahaya perlu mengikuti prosedur kerja mulai dari
menerima naskah sampai pementasan.
 
Gb.269 Prosedur kerja penata cahaya
Prosedur atau langkah kerja pada dasarnya dibuat untuk
mempermudah kerja seseorang. Dari gambar di atas dapat
diketahui bahwa kerja penata cahaya tidak hanya sekedar
menata lampu, menghidupkan, dan mematikannya. 
mpelajari Naskah
Naskah adalah bahan dasar ekspresi artistik suatu
pementasan. Semua kreativitas yang dihasilkan mengacu
pada adegan yang dipilih. Tidak hanya sutradara dan
aktor yang perlu mempelajari naskah. Penata cahaya pun
perlu mempelajari naskah. Berbeda dengan aktor yang
berkutat pada karakter tokoh peran, penata cahaya
mempelajari adegan/lakon untuk menangkap maksud
lakon serta mempelajari detil latar waktu, dan tempat
kejadian peristiwa. 
Mempelajari tempat kejadian peristiwa akan memberikan
gambaran pada penata cahaya tempat cerita berlangsung,
suasana dan piranti yang digunakan. Mungkin ada
piranti yang menghasilkan cahaya seperti obor, lilin,
lampu belajar, dan lain sebagainya yang digunakan
dalam cerita tersebut. Ini semua menjadi catatan
penata cahaya. Setiap sumber cahaya menghasilkan
warna dan efek cahaya yang berbeda yang pada akhirnya
akan memberikan gambaran suasana.
Tempat berlangsungnya cerita juga memberikan
gambaran cahaya. Peristiwa yang terjadi di dalam ruang
memiliki pencahaayaan yang berbeda dengan di luar
ruang. Jika dihubungkan dengan waktu kejadian maka
gambaran detil cahaya secara keseluruhan akan
didapatkan. Jika perstiwa terjadi di luar ruang pada siang
hari berbeda dengan sore hari. Persitiwa yang terjadi di
luar ruang memerlukan pencahayaan yang bebeda antara
di sebuah taman kota dan di teras sebuah rumah. Semua
hal yang berkaitan dengan ruang dan waktu harus menjadi
catatan penata cahaya.
2.    Diskusi Dengan Sutradara
Penata cahaya perlu meluangkan waktu khusus untuk
berdiskusi dengan sutradara. Setelah mempelajari naskah
dan mendapatkan gambaran keseluruhan kejadian
peristiwa lakon, penata cahaya perlu mengetahui
interpretasi dan keinginan sutradara mengenai lakon
yang hendak dimainkan tersebut. Mungkin sutradara
menghendaki penonjolan pada adegan tertentu atau
bahkan menghendaki efek khusus dalam persitiwa
tertentu. Catatan penata cahaya yang didapatkan setelah
mempelajari naskah digabungkan dengan catatan dari
sutradara sehingga gambaran keseluruhan pencahayaan
yang diperlukan didapatkan.
mpelajari Desain Tata Busana
Berdiskusi dengan penata busana lebih khusus adalah
untuk menyesuaikan warna dan bahan yang digunakan
dalam tata busana. Seperti yang telah disebut di atas,
bahan-bahan tertentu dapat menghasilkan refleksi tertentu
serta warna tertentu dapat memantulkan warna cahaya
atau menyerapnya. Untuk menghindari hal-hal yang tidak
dinginkan maka kerjasama antara penata cahaya dan
penata busana perlu dijalin.
Hal ini juga berkaitan juga dengan catatan sutradara.
Misalnya, dalam satu peristiwa sutradara
menghendaki cahaya berwarna kehijauan untuk
menyimbolkan sebuah mimpi, penata busana juga
membuat baju berwarna hijau untuk menegaskan
suasana tersebut. Penata cahaya bisa memberikan
saran penggunaan warna hijau pada busana karena
warna hijau cahaya jika mengenai warna hijau
tertentu pada busana bisa saling meniadakan.
Artinya, warna hijau yang ingin ditampilkan justru
hilang. Untuk itu, diskusi dan saling mempelajari
desain perlu dilakukan.
mpelajari Desain Tata Panggung
Diskusi dengan penata panggung sangat diperlukan
karena tugas tata cahaya selain menyinari aktor dan area
juga menyediakan cahaya khusus untuk set dan properti
yang ada di panggung. Selain bahan dan warna, penataan
dekor di atas pentas penting untuk dipelajari. Jika desain
tata panggung memperlihatkan sebuah konstruksi
maka tata cahaya harus membantu memberikan
dimensi pada konstruksi tersebut. Jika desain tata
panggung menampilkan bangunan arsitektural gaya
tertentu maka tata cahaya harus mampu membantu
menampilkan keistemewaan gaya arstitektur yang
ditampilkan.
Penyinaran pada set dekor tidak hanya berlaku untuk
set dekor saja tetapi juga berlaku untuk lingkungan
sekitarnya. Misalnya, di atas panggung menampakkan
sebuah ruang yang di bagian belakangnya ada jendela.
Ketika jendela itu dibuka dan lampu ruangan tersebut
dinyalakan maka pendar cahaya dalam ruangan harus
sampai ke luar ruangan melalui jendela tersebut. Tugas
tata cahaya adalah menyajikan efek sinar lampu ruangan
yang menerobos ke luar ruangan. Intinya, setiap detil efek
cahaya yang dihasilkan berkaitan dengan tata panggung
harus diperhitungkan. Semua harus nampak logis bagi
mata penonton.
Memeriksa Panggung dan Perlengkapan
Memeriksa panggung dan perlengkapan adalah tugas
berikutnya bagi penata cahaya. Dengan mempelajari
ukuran panggung maka akan diketahui luas area yang
perlu disinari. Penempatan baris bar lampu menentukan
sudut pengambilan cahaya yang akan ditetapkan.
Ketersediaan lampu yang ada dipanggung juga
menentukan peletakkan lampu berdasar kepentingan
penyinaran berkaitan dengan karakter dan kemampuan
teknis lampu tersebut. Semua kelengkapan pernak-pernik
yang ada di panggung harus diperiksa.
Ketersediaan peralatan seperti, tangga, tali, pengerek,
rantai pengaman lampu, sabuk pengaman, sekrup, obeng,
gunting, dan perlatan kecil lainnya harus diperiksa.
Ketersediaan lampu baik jumlah, jenis, dan kekuatan
dayanya harus dicatat. Asesoris yang dibutuhkan untuk
lampu seperti; filter warna, kelem, pengait, barndoor,
stand, iris, gobo, dan asesoris lain yang ada juga harus
diperiksa. Ketersediaan dimmer dan kontrol serta
kelistrikan yang menjadi sumber daya utama juga harus
diteliti.
Semua yang ada di panggung yang berkaitan dengan kerja
tata cahaya dicatat. Berikutnya adalah kalkulasi keperluan
tata cahaya berdasar capaian artistik yang dinginkan dan
dibandingkan dengan ketersediaan perlengkapan yang
ada. Dengan mempelajari panggung dan segala
perlengkapan yang disediakan penata cahaya akan
menemukan kekurangan atau problem yang perlu diatasi.
Misalnya, penataan boom pada panggung kurang sesuai
dengan sudut pengambilan lampu samping untuk
menyinari set dekor. Oleh karena itu diperlukan stand
tambahan. Lampu yang tersedia masih kurang mencukupi
untuk menerangi beberapa bagian arsitektur tata
panggung, untuk itu diperlukan lampu tambahan. 
Semua problem yang ditemui dan solusi yang bisa
dilakukan kemudian dicatat dan diajukan ke sutradara
atau tim produksi. Jika tim produksi tidak bisa
menyediakan kelengkapan yang diperlukan maka penata
cahaya harus mengoptimalkan ketersediaan perlengkapan
tata cahaya yang ada. Misalnya, dengan menerapkan
prinsip penerangan area dan memanfaat beberapa lampu
sisa yang ada untuk efek tertentu.
 Menghadiri Latihan
Untuk mendapatkan gambaran lengkap dari situasi
masing¬masing adegan yang diinginkan penata cahaya
wajib mendatangi sesi latihan aktor. Selain untuk
memahami suasana adegan, penata cahaya juga
mencatat hal-hal khusus yang menjadi fokus adegan.
Hal ini sangat
penting bagi penata cahaya untuk merencanakan
perpindahan cahaya dari adegan satu ke adegan lain.
Perpindahan cahaya yang halus membuat penonton tidak
sadar digiring ke suasana yang berbeda. Hasilnya, efek
dramatis yang akan ditampilkan oleh cerita jadi semakin
mengena.
Sesi latihan dengan aktor akan memberikan gambaran
detil setiap pergerakan aktor di atas pentas. Setelah
mencatat hal-hal yang berkaitan dengan suasana adegan
maka proses pergerakan dan posisi aktor di atas pentas
perlu diperhatikan. Penyinaran berdasar area memang
memberi penerangan pada seluruh area permainan tetapi
tidak pada aktor secara khsusus. Dalam satu adegan
tertentu mungkin saja aktor berada di luar jangkauan
optimal lingkaran sinar cahaya. Oleh karena itu, aktor
yang berdiri atau berpose pada area tertentu memerlukan
pencahayaan tersendiri. Hal ini berlaku juga untuk tata 
panggung pada saat latihan teknik dijalankan. Penata
cahaya perlu mendapatkan gambaran riil letak set dekor
dan seluruh perabot di atas pentas. Dengan demikian, detil
pencahayaan pada set dan perabot bisa dirancang dan
diperhitungkan dengan baik.
Membuat Konsep
Setelah mendapatkan keseluruhan gambaran dan
pemahaman penata cahaya mulai membuat konsep
pencahayaan. Konsep ini hanya berupa gambaran dasar
penata cahaya terhadap lakon dan pencahayaan yang akan
diterapkan untuk mendukung lakon tersebut. Warna,
intensitas, dan makna cahaya dituangkan oleh penata
cahaya pada konsepnya. Tidak hanya penggambaran
suasana yang dituangkan tetapi bisa saja simbol-simbol
tertentu yang hendak disampaikan untuk mendukung
makna adegan. Misalnya, dalam satu adegan di ruang
tamu ada gambar besar seorang pejuang yang
dipasang di dinding. Untuk memberi kesan bahwa
pemiliki rumah sangat mengagumi tokoh tersebut
maka gambar diberi pencahayaan khusus. Juga dalam
setiap perubahan dan perjalanan adegan konsep
pencahayaan digambarkan. Konsep bisa ditulis atau
ditambahi dengan gambar rencana dasar. Intinya, komsep
ini membicarakan gagasan pencahayaan lakon yang akan
dimainkan menurut penata cahaya. Selanjutnya konsep
didiskusikan dengan sutradara untuk mendapatkan
kesesuaian dengan rencana artistik secara keseluruhan.
Plot Tata Cahaya
Konsep yang sudah jadi dan disepakati selanjutnya
dijabarkan secara teknis pertama kali dalam bentuk plot
tata cahaya. Plot ini akan memberikan gambaran laku tata
cahaya mulai dari awal sampai akhir pertunjukan. Seperti
halnya sebuah sinopsis cerita, perjalanan tata cahaya
ditgambarkan dengan jelas termasuk efek cahaya yang
akan ditampilkan dalam adegan demi adegan. Plot ini
juga merupakan cue atau penanda hidup matinya cahaya
pada area tertentu dalam adegan tertentu. Dengan
membuat plot maka penata cahaya bisa memperhitungkan
jenis lampu serta warna cahaya yang dibutuhkan,
memperkirakan lamanya waktu penyinaran area atau aksi 
tertentu, merencanakan pemindahan aliran cahaya, dan
suasana yang dikehendaki.

Gambar di atas menjelaskan plot tata cahaya pada adegan


satu cerita Menanti Pagi. Kolom “Hal” menjelaskan
adegan tersebut terjadi pada naskah di halaman tertentu.
Kolom “Aksi” menjelaskan kejadian peristiwa atau
adegan. Kolom “cue” menjelaskan tanda perubahan
cahaya yang harus dilakukan. Kolom “waktu”
menjelaskan lamanya waktu adegan dengan cahaya
tertentu. Kolom ”cahaya” menjelaskan hasil pencahayaan
yang akan dicapai. Dengan membaca plot tersebut dapat
diketahui bahwa cerita yang akan ditampilkan bernuansa
horror di mana pada malam yang diterangi sinar bulan
Anton dan Amir sedang duduk berbincang di kursi. Pintu
tiba-tiba terbuka, kemudian tertutup dan lampu ruangan
mati. Amir dan Anton lari keluar. Dari sekilas gambaran
adegan tersebut dapat diketahui lampu yang akan
digunakan dan efek cahaya yang dihasilkan. Setiap
perubahan pencahayaan menjadi catatan dan bisa
dijadikan cue. Dalam gambar dijelaskan ada empat cue
perubahan.
Pada saat adegan dimulai, lampu sudah dipreset sehingga
tingal dinaikkan intensitasnya. Cue perubahan tata cahaya
pertama adalah ketika Anton dan Amir masuk ke ruangan,
duduk di kursi dan menyalakan lampu yang ada di dekat
kursi. Efek cahaya dari  lampu yang dinyalakan ini
menjadi penanda perubahan. Cue perubahan kedua terjadi
ketika pintu terbuka dan efek cahaya bulan masuk melalui
pintu. Demikian seterusnya sampai adegan tersebut
berakhir dan lampu panggung dipadamkan (black out).
mbar Desain Tata Cahaya
Untuk memberikan gambaran teknis yang lebih jelas,
perlu digambarkan tata letak lampu. Berdasar pada plot
tata cahaya yang dibuat maka rencana penataan lampu
bisa digambarkan. Semua jenis dan ukuran lampu yang
akan digunakan digambarkan tata letaknya. Sebelum
menggambarkan tata letak lampu perlu diketahui dulu
simbol-simbol lampu. Simbol gambar lampu mengelami
perkembangan. Hal ini berkaitan dengan jenis lampu yang
tersedia dan umum digunakan. Gambar di bawah
memperlihatkan simbol-simbol lampu yang biasa
digunakan.

 
Gb.271 Simbol-simbol lampu
Banyak sekali
jenis dan ukuran lampu yang dikeluarkan oleh pabrikan.
Masing-masing perusahan memiliki gambar simbol yang
berbeda menyangkut bentuk luar lampu produksinya.
Dulu, perusahaan Strand mengeluarkan lampu yang
diproduksi dan diberi kode “pattern” disingkat “patt” dan
nomor serinya. Jadi ada lampu dengan kode patt 23, patt
247, patt 123, dan lain sebagainya. Untuk mengethui jenis
dan ukuran lampu harus mengingat patt dan nomornya.
Cukup menyulitkan. Selain itu, lampu pada zaman ini
memiliki bentuk yang berbeda dengan lampu sekarang
sehingga ketika digambarkan simbolnya berbeda.
Sekarang, meskipun bentuk lampu berbeda tetapi gambar
simbolnya lebih mudah untuk diingat karena masing-
masing jenis lampu memiliki kemiripan gambar.
Penulisannyapun tidak lagi menggunakan “patt” tetapi
langsung ke jenis lampu beserta besaran wattnya,
misalnya fresnel 500 watt, ERS 1 KW, dan lain
sebagainya. Gambar simbol lampu dalam.
Gb.272 Contoh desain tata letak lampu
Selanjutnya, gambar tata lampu dibuat dengan
menggunakan simbol lampu seperti tersebut di atas.
Gambar pada tahap ini belum  bisa menyertakan channel
dimmer yang akan digunakan oleh masing-masing lampu.
Gambar tata lampu lebih menitikberatkan pada peletakan
dan pengarahan jenis lampu yang akan dipasang.
Meskipun belum menyertakan channel dimmer, gambar
desain tata letak lampu yang dibuat bisa dijadikan
panduan pencahayaan.  Dari gambar di atas dapat dibaca,
baris bar yang digunakan adalah FOH, Bar 1, 2, 3, dan bar
siklorama. FOH singkatan dari Front Of House adalah
istilah untuk menyebut baris lampu yang ditata di atas
penonton. Cyc singkatan dari cyclorama (siklorama) baris
lampu paling belakang untuk menyinari layar. Nomor
pada lampu hanya berfungsi untuk menghitung jumlah
lampu yang dipasang pada masing-masing bar. Jenis
lampu yang digunakan dapat dibaca dari gambar
simbolnya. 
nataan dan Percobaan
Setelah memiliki gambar desain tata cahaya maka kerja
berikutnya adalah memasang dan mengatur lampu sesuai
desain. Proses pemasangan membutuhkan waktu yang
lumayan lama terutama untuk penyesuaian dengan
channel dimmer dan control desk. Satu channel bisa
digunakan untuk lebih dari satu lampu. Setiap lampu yang
telah dipasang dalam cahnnel tertentu coba dinyalakan
dan diarahkan sesuai dengan area yang akan disinari.
Pengaturan lampu ke channel dimmer atau control desk
diusahakan agar mudah dalam pengoperasian. Artinya,
jarak lever satu ke lever lain diusahakan berdekatan bagi
lampu yang hendak dinyalakan secara bersamaan tanpa
preset. Pengaturan sudut pengambilan juga memerlukan
ketelitian. Di sinilah fungsi menghadiri latihan dengan
aktor diterapkan. Segala catatan pergerakan laku dan
posisi aktor di atas pentas dapat dijadikan acuan untuk
menentukan
 
Gb.273 Desain tata cahaya
Setelah semua lampu dipasang dan diarahkan kemudian
dicoba dengan mengikuti plot tata cahaya dari awal
sampai akhir. Hal ini untuk mengetahui intensitas
maksimal yang diperlukan, kesesuaian warna cahaya yang
dihasilkan serta kemudahan operasional pergantian
cahaya dari adegan satu ke adegan lain. Penata cahaya
mencatat semuanya dengan seksama sehingga ketika
tahap ini selesai didapatkan gambaran lengkap tata
cahaya. Gambar tata cahaya sudah bisa dilengkapi dengan
channel dimmer atau nomor di control desk (Gb.273)
sehingga tabel lampu yang terpasang pada masing-masing
bar bisa dituliskan dengan lengkap pula.
Tabel 5. Tabel tata cahaya
11.      Pementasan
Tahap terakhir adalah pementasan. Seluruh kerja tata
lampu dibuktikan pada saat malam pementasan.
Kegagalan yang terjadi meskipun sedikit akan
mempengaruhi hasil seluruh pertunjukan. Oleh karena itu,
kecermatan dan ketelitian kerja penata cahaya sangat
diperlukan. Penting untuk memeriksa semuanya sebelum
jam pertunjukan dilangsungkan. Jika terdapati kesalahan
teknis tertentu masih ada waktu untuk memperbaikinya.
Semua sangat tergantung dari kesiapan tata cahaya karena
tanpa cahaya pertunjukan tidak akan bisa disaksikan.

Anda mungkin juga menyukai