Dimulai dengan timbulnya perubahan pada jaringan epitel yang menjadi kering
dan keras. Kadang-kadang terlihat bercak Bitot yang merupakan bercak putih
berbuih dan berbentuk segitiga, terdapat di daerah nasal atau temporal dari kornea
mata. Fotofobia dan konjungtivitis timbul lebih dahulu disusul oleh pigmentasi
coklat muda dari konjungtiva. Perubahan jaringan epitel konjungtiva dapat
menjalar ke kornea dan disusul oleh ulserasi, perforasi dan destruksi total mata
(keratomalasia). Kerusakan demikian dapat timbul dengan cepat, sehingga
diagnosis dini dari tanda-tanda defisiensi tersebut sangat penting.
3. Kelainan kulit
Pencegahan.
Diet anak yang baik umumnya mengandung cukup tiamin. Pemberian
vitamin B1 tambahan diperlukan untuk para ibu yang sedang
mengandung atau menyusui. Dianjurkan untuk memberikan 1,8 mg
vitamin B1 setiap hari pada para ibu yang sedang mengandung dan
2,3 mg vitamin B1 pada ibu yang sedang menyusui, 0,4 mg untuk bayi
dan 0,6-2 mg pada anak yang lebih besar. Anak dengan penyakit
gastrointestinal menahun atau yang sedang mendapat makanan
parenteral, harus diberi tiamin tambahan.
Pengobatan.
Bayi : 5-10 mg/hari
Anak : 10-20 mg/hari
Pengobatan diberikan untuk beberapa minggu lamanya. Bilamana
penderita mengalami diare atau muntah yang lama, maka vitamin
tersebut harus diberikan secara intramuskulus atau intravena. Pada
penderita yang masih mendapat ASI, maka ibunya harus pula diberi
vitamin B1 tambahan.
Defisiensi vitamin B2 (Ariboflavinosis)
Faktor etiologis.
Gejala defisiensi vitamin B2 akan tampak bilamana:
1. Stomatitis angularis.
Pada sudut mulut terdapat maserasi dan retak-retak (fisura) yang memancar ke
arah pipi. Kadang-kadang luka sudut mulut tersebut tertutup keropeng. Bilamana
luka demikian berulang-ulang timbul pada akhirnya akan menimbulkan jaringan
parut.
2. Glositis.
Lidah akan tampak merah jambu dan licin karena struktur papil hilang.
3. Kelainan kulit.
Perubahan pada kulit berupa luka seboroik pada lipatan nasolabial, alae nasi,
telinga dan kelopak mata. Kadang-kadang ditemukan juga dermatitis pada tangan,
sekitar vulva, anus dan perineum.
4. Kelainan mata.
Gejala
Defisiensi vitamin B12 menimbulkan anemia dengan gejala lidah yang
halus dan mengkilap, tidak terdapat asam hidroklorida dalam asam
lambung (pada penderita anemia pernisiosa), perubahan saraf, anemia
makrositik hiperkromik. Sel darah membesar dan berkurang
jumlahnya. Hal ini disebabkan oleh gangguan pembentukan atau
proses pematangan sel darah merah.
Kebutuhan: 1 – 2 gama/hari.
Pengobatan
Pemberian vitamin B12 pada penderita anemia pernisiosa akan
merangsang sumsum tulang membuat sel darah merah. Pada anemia
makrosistik lain, vitamin B12 akan memberikan perbaikan seperti
halnya dengan asam folat. Vitamin B12 digunakan pula masa
rekovalensi penyakit berat sebagai perangsang metabolisme.
Defisiensi vitamin E
Gejala
Vitamin E digunakan sebagai pencegahan abortus habitual, partus
prematur habitual, juga pada sklerodermia, penyakit neuromuskulus
dan muskulus terutama distrofia muskulorum progresiva. Adakalanya
vitamin E digunakan pada penderita hipoproteinemia karena vitamin E
mempunyai daya anabolik pada metabolisme protein.
MINERAL
Tubuh hewan memerlukan 7 elemen dalam jumlah besar, yaitu
kalsium, klorida, magnesium, kalsium, fosfor, natrium dan sulfur serta
sedikit-dikitnya 7 elemen dalam jumlah kecil (trace elements) seperti
kobalt, tembanga, iodium, besi, mangan, selenium dan seng. Di
samping itu krom, fluor dan molibden berperan penting dalam
metabolisme manusia. Keperluan optimum akan berbagai elemen
tersebut belum diketahui. Walaupun trace elements terdapat dimana-
mana, defisiensi elemen tersebut baik pada manusia maupun pada
hewan dapat timbul. Sebaliknya gejala-gejala toksis pada pemberian
mineral yang berlebihan juga pernah dilaporkan.
Magnesium.
Seperti halnya dengan fosfor, mineral ini diperlukan untuk
pembentukan tulang dan terdapat pula pada jaringan lunak.
Magnesium merupakan bahan esensial dari cairan sel. Keperluan akan
magnesium tidak diketahui, akan tetapi susu ibu mengandung cukup
magnesium untuk kebutuhan bayi.
Kalsium dan magnesium adakalanya bekerja antagonis akan tetapi
kadang-kadang dapat saling menggantikan. Pemberian kalsium dapat
menghilangkan depresi pernafasan akibat magnesium, tetapi kedua
mineral tersebut dapat menghilangkan gejala tetani.
Besi
Semua sel mengandung besi, akan tetapi hemoglobin darah dan otot
mempunyai konsentrasi yang tertinggi. Kebutuhan besi bagi bayi relatif
tinggi yaitu karena pertumbuhan yang cepat dari jaringan yang baru.
Diet bayi umumnya tidak mengandung cukup besi untuk memenuhi
kebutuhannya. Sumber utama besi untuk bayi adalah ialah ekses
hemoglobin waktu lahir. Tekanan O2 yang rendah dari sirkulasi
plasenta menyebabkan konsentrasi hemoglobin yang tinggi dalam sel
darah merah fetus. Setelah bayi lahir, paru-paru akan mengembang
dan berfungsi sehingga konsentrasi hemoglobin yang tinggi tidak
diperlukan lagi. Hemoglobin yang berlebihan dihancurkan, akan tetapi
besinya akan disimpan dalam hati untuk dipakai kemudian bila
diperlukan. Tambahan besi diperlukan jika bayi berumur 5 bulan.
Bayi prematur lebih cepat menjadi anemis dibandingkan dengan bayi
yang dilahirkan cukup bulan. Bayi kurang bulan tersebut, umumnya
lebih kecil sehingga dengan sendirinya juga mengandung lebih sedikit
darah. Oleh karena itu jumlah besi yang dapat disimpan juga tidak
begitu banyak. Pertumbuhan bayi prematur yang cepat akan
menghabiskan persediaan besi dengan cepat pula sehingga lebih
cepat pula menjadi anemis. Baik ASI maupun susu sapi tidak
mengandung cukup besi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
sehingga makanan tambahan berupa buah dan sayur harus diberikan
dalam makanan bayi sebelum persediaan besi habis terpakai. Biasanya
pemberian makanan tambahan demikian sudah harus dimulai pada
umur 3 bulan. Untuk bayi prematur hendaknya diberikan tambahan
preparat besi peroral atau parenteral. Biasanya sulfas ferous dan sitras
amonium sering digunakan untuk tambahan tersebut.
Tembaga.
Mineral ini diperlukan pada utilitas besi simpanan dan besi yang
diperoleh dari makanan pada konversi menjadi hemoglobin. Jumlah
yang dibutuhkan tidak banyak. Perbandingan tembaga dan besi 1 : 10
dianggap optimum untuk menaikkan kadar hemoglobin. Tembaga
sudah terdapat pada hati bayi baru lahir. Umumnya makanan bayi
mengandung cukup tembaga untuk kebutuhannya.
Selenium
Selenium merupakan mineral yang tergolong pada trace mineral,
karena keberadaannya dalam tubuh sangat sedikit (jarang). Namun
demikian mineral ini terdapat dimana-mana diseluruh jaringan tubuh
seperti tulang, otot dan darah walaupun kandungannya sangat rendah.
Kadar Se yang rendah dalam darah merupakan salah satu indikator
yang baik untuk menentukan status mineral dalam tubuh.
Clark et,al. (1998) mengemukakan bahwa Selenium merupakan
mineral jarang esensial yang dapat meningkatkan fungsi imun pada
ternak, memperbesar neuropsykologic pada manusia dan memperbaiki
kondisi penyakit spesifik pada manusia dan ternak. Keuntungan dari
segi kesehatan ini beberapa penelitian telah dilakukan dengan
menggunakan mineral Se untuk melihat total insiden penyakit kanker
dengan pengurangan secara spesifik dari resiko kanker paru-paru,
prostat dan colorectal.
Dasar percobaan di atas maka telah dilaporkan pula bahwa kontributor
utama terjadinya penyakit kanker pada manusia bersumber dari
makanan yang dikonsumsi, karena sebagian besar sumber selenium
dalam makanan berasal dari tanaman dan makanan yang dikonsumsi
rendah mineral selenium.
Seng
Zinc adalah trace element yang merupakan komponen penting bagi
ratusan metalloenzim, termasuk alkalin pospat, karboksipeptidase,
timidin kinase, dan DNA-RNA polimerase. Zinc merupakan komponen
penting pada struktur dan fungsi membran sel, berfungsi sebagai
antioksidan, dan melindungi dari serangan peroksidae lipid. Peranan
zinc pada sintesis protein dan transkripsi protein, dimana zinc berperan
penting pada regulasi gen. Defisiensi zinc dikaitkan dengan perubahan
fungsi sistem immun, seperti menurunnya fungsi sel B dan T,
menurunnya reaksi hipersensitivitas, menurunnya fagositosis dan
menurunnya produksi cytokine.
ASAM AMINO
L-Glutamin
Glutamin merupakan prekursor untuk sintesis nukleotida, sebagai
substrat hepatik glukoneogenesis dan merupakan nutrisi yang penting
dalam penanganan amonia renal. Glutamin juga merupakan sumber
bahan bakar bagi sel yang mengalami pembelahan sangat cepat
seperti epitel saluran pencernaan, limfosit, fibroblas dan retikulosit.