Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL

PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN


2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah denganmemanjatkanpujisyukurkehadirat Allah SWT,proposal


Program PengendalianResistensiAntimikrobatelahdiselsaikan.
Proposal
inidisusunsebagaisalahsatulangkahdalamPengendalianpenggunaanantibiotik di
RumahSakitdalamupayamengatasimasalahresistensiantimikroba.
Kami menyadaribahwa proposal inimasihjauhdarisempurnakarenanya saran
dankritikmembangunsangat kami harapkan demi perbaikan. Selanjutnyaharapan
kami tidak lain bahwa proposal inidapat di
terimadandijadikansebagaibahanpertimbanganpemberianbantuanberikutnya.

Talisayan, September 2018

Penyusun
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Resistensi mikroba terhadap antimikroba (disingkat : resistensi antimikroba,
antimicrobial resistence, AMR) telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia,
dengan berbagai dampak merugikan dapat menurunkan mutu pelayanan kesehatan.
Muncul dan berkembangnya resistensi antimikroba terjadi karena tekanan seleksi
(selection pressure) yang sangat berhubungan dengan penggunaan, sedangkan proses
penyebaran dapat dihambat dengan cara mengendalikan infeksi secara optimal.
Resistensi antimikroba yang dimakasud adalah resistensi terhadap antimikroba yang
efektif untuk terapi infeksi yang disebabkan oleh bakteri, jamur, virus, dan parasit.
Bakteri adalah penyebab infeksi terbanyak maka penggunaan antibakteri yang
dimakasud adalah penggunaan antibiotik. Intensitas penggunaan antibiotik yang relatif
tinggi menimbulkan berbagai permasalahan global bagi kesehatan terutama resistensi
bakteri terhadap antibiotik.Selain berdampak pada morbiditas dan mortalitas, juga
memberi dampak negatif terhadap ekonomi dan sosial yang sangat tinggi.Pada awalnya
resistensi terjadi di tingkat , tetapi lambat laun juga berkembang di lingkungan
masyarakat, khususnya Streptococus pneumoniae (SP), Staphylococcus aureus, dan
Escherichia coli.
Melalui penggunaan antibiotik yang rasional dan bijak merupakan
salahsatuupayapeningkatanmutupelayanandalam program pencegahan
pengendalianinfeksidan program pengendalianresistensiantimikroba.
Beberapa kuman resisten antibiotik sudah banyak ditemukan di seluruh dunia,
yaitu Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA), Vancomycin-Resistant
Enterococci (VRE), Penicillin-ResistantPneumococci, Klabsiella pneumoniae yang
menghasilkan Extended-Spectrum Beta-Laktamase (ESBL), Carbapenem-Resistant
Acinetobacterbaumannii dan Multiresistant Mycobacterium tuberculosis
(Guzman-Blanco et al.2000; Stevenson et al. 2005). Kuman resisten antibiotik tersebut
terjadi akibat penggunaan antibiotik yang tidak bijak dan penerapan kewaspadaan
standar (standard precaution) yang tidak benar di fasilitas pelayanan kesehatan.
Hasil penelitihan Antimicrobial Resistant in Indonesia (AMRIN-Study) terbukti
dari 2494 individu di masyarakat, 43% Escherechia coli resisten terhadap berbagai
jenis antibiotik atara lain: ampisilin (34%), kotrimoksazol (29%) dan klorampenikol
(25%).Hasil penelitihan 781 pasien yang di rawat di di dapatkan 81% Escherichia coli
resisten terhadap berbagai jenis antibiotik, yaitu ampisilin (73%), kotrimoksazol
(56%), klorampenikol (43%), siproploksasin (22%), dan gentamisin (18%).
Hasil dari pemantauan uji kultur ditemukan beberapa jenis kuman yang
menyebabkan resisten antara lain Escherichia coli, Klebsiella pneumonia,
stapilococcus aureus, Acinetobacter baumanii, Pseudomonas aeroginosa, dll.
Sesuai dengan Undang-Undang Republik Idonesia No. 40 tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional, pada bagian kedua perihal Jaminan kesehatan maka di
butuhkan suatu pedoman pengobatan Antibotik sebagai pedoman pendukung
Formularium Nasional yang dapat di gunakan sebagai acuan pada dan fasilitas
pelayanan kesehatan di Indonesia. Pedoman berupa formularium nasional untuk
menjamin ketersediaan dan akses terhadap obat serta menjamin kerasionalan
penggunaan obat yang aman, bermanfaat dan bermutu bagi masyarakat.
Maka dari itu untuk penggunaaan antibiotika secara bijak dan peningkatan mutu
seoptimal mungkin perlu adanya program pengendalian resistensi antimikroba di
secara kontinyu oleh Komite PPRA dan Komite PPI

A. TUJUAN
1. TujuanUmum

Melaksanakanpengendalianresistensiantimikrobasecara optimal dengan


mencegah dan menurunkan adanya kejadian mikroba resisten.

2. TujuanKhusus
a. Mengendalikan berkembangnya mikroba resistenakibat tekanan seleksi
oleh antibiotik, melalui penggunaan antibiotik secara bijak.
b. Mencegah penyebaran mikroba resisten melalui peningkatan ketaatan
terhadap prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi.
B. PERAN DAN FUNGSI
Program PengendalianResistensiAntimikrobaberperandalam:
a. MembantuDirekturRumahSakitdalammenetapkankebijakanpengendalian
resistensiantimikroba.
b. MembantuDirekturRumahSakitdalammenetapkankebijakanumumdanpan
duanpenggunaanantibiotik di rumahsakit.
c. MembantuPelaksanaan program pengendalianresistensiantimikroba
d. Membantudalammengawasidanmengevaluasipelaksanaan program
pengendalianresistensiantimikroba.
e. Menyelenggarakanforumkajiankasuspengelolaanpenyakitinfeksiterinterg
rasi.
f. Melakukansurveilanspolapenggunaanantibiotik.
g. Melakukansurveilanspolamikrobapenyebabinfeksidankepekaannyaterha
dap antibiotik.
h. Menyebarluaskansertameningkatkanpemahamandankesadaran
tentangprinsippengendalianresistensimikroba, penggunaan antibiotik
secarabijak,
danketaatanterhadappencegahanpengendalianinfeksimelaluikegiatanpen
didikandanpelatihan.
i. Mengembangkan penelitian di bidang pengendalian resistensi
antimikroba.
j. Melaporkan kegiatan program pengendalianresistensiantimikroba
kepadaDirekturRumahSakit.
BAB III
RENCANA TINDAK LANJUT

A. Pembentukan TIM PPRA


Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) dimulai dengan
pembentkan struktur organisasi, serta kualifikasi dan uraian jabatan dari masing –
masing posisi dalam struktur organisasi tersebut.
Berikut usulan struktur organisasi tim pelaksana Program Pengendalian
Resistensi Antimikroba:
1. Struktur Organisasi
1) Ketua :
2) Sekertaris :

Anggota:
2. Kualifikasi SDM
a. Ketua:
i. Klinisi perwakilan SMF/bagian
ii. Pelatihan mengenai Program Pengendalian Resistensi
Antimikroba
iii. Pengetahuan mengenai ruang lingkup PPRA
b. Wakil ketua
i. Klinisi perwakilan SMF/bagian
ii. Pelatihan mengenai Program Pengendalian Resistensi
Antrimikroba
iii. Pengetahuan mengenai ruang lingkup PPRA
c. Sekertaris
i. Klinisi perwakilan SMF/bagian
ii. Keperawatan
iii. Instalasi farmasi
iv. Laboratorium mikrobiologi klinik
v. Komite/ tim PPI
vi. Komite/ tim KFT

d. Anggota
i. Klinisi perwakilan SMF/bagian
ii. Keperawatan
iii. Instalasi farmasi
iv. Laboratorium mikrobiologi klinik
v. Komite/ tim PPI
vi. Komite/ tim KFT

3. Uraian jabatan SDM


a. SMF/bagian
a) Menerapkan prinsip penggunaan antibiotic secara bijak dan
menerapkan kewaspadaan standar
b) Melakukan koordinasi program pengendalian resistensi
antrimikroba di SMF/bagian
c) Melakukan koordinasi dalam penyusunan panduan penggunaan
antibiotic di SMF/bagian
d) Melakukan evaluasi penggunaan antibiotik bersama tim

b. Bidang keperawatan
a) Menerapkan kewaspadaan standar dalam upaya mencegah
penyebaran mikroba resisten
b) Terlibat dalam cara pemberian antibiotik yang benar
c) Terlibat dalam pengambilan spesimen mikrobiologi secara teknik
aseptik

c. Instalasi farmasi
a) Mengelola serta menjamin mutu dan ketersediaan antibiotik yang
tercantum dalam formularium
b) Memberikan rekomedasi dan konsultasi serta terlibat dalam tata
laksana pasien infeksi, melalui pengkajian peresepan,
pengendalian dan monitoring penggunaan antibiotik, visit ke
bangsal pasien bersama tim
c) Memberikan informasi dan edukasi tentang penggunaan antibiotik
yang tepat dan benar
d) Melakukan evaluasi penggunaan antibiotik bersama tim

d. Laboratorium Mikrobiologi Klinik


a) Melakukan pelayanan pemeriksaan mikrobiologi
b) Memberikan rekomendasi dan konsultasi serta terlibat dalam tata
laksana pasien infeksi melalui visite kebangsal pasien bersama tim
c) Memberikan informasi pola mikroba dan pola resistensi secara
berkala setiap tahun

e. Komite/ tim PPI


a) Penerapan kewaspadaan standar
b) Survcilans kasus infeksi yang disebabkan mikroba multiresisten
c) Cohorting/isolasi bagi pasien infeksi yang disebabkan mikroba
multiresisten
d) Menyusun pedoman penanganan kejadian luar biasa mikroba
multiresisten

f. Komite/ tim KFT


a) Berperanan dalam menyusun kebijakan dan panduan penggunaan
antibiotik di Rumah Sakit
b) Memantau kepatuhan penggunaan antibiotik terhadap kebijakan
dan panduan di Rumah Sakit
c) Melakukan evaluasi penggunaan antibiotik bersama tim

B. Pengadaan ruang sekretariat Tim PPRA


Sesuai dengan pedoman SNARS 1 standar 4.4 ada bukti dukungan anggran
operasional, kesekertariatan yang dilengkapi sarana kantor dan ATK, sarana
prasarana untuk menunjang kegiatan fungsi dan tugas organisasi PPRA.

WC
MEJA
KETUA

O
MEJA RAPAT
K

N MEJA
SEKRETARIS

Pintu

Anda mungkin juga menyukai