Anda di halaman 1dari 14

Pengertian dan Ikhisar

Respon pertama saat seseorang bertemu psikolog bahwa psikolog


adalah pembaca-pikiran dan memiliki akses ke pikiran orang-orang, yang
kedua bahwa psikolog hanya menangani atau sebagian besar menangani orang-
orang yang “sakit mental” atau “gila”, dan respon yang ketiga mungkin
menyiratkan bahwa batas antara psikologi dan disiplin-disiplin lainnya tidak
benar-benar jelas.
Sejarah Singkat
Kata “psikologi” diambil dari kata Yunani psyche (pikiran, jiwa atau ruh)
dan logos (pengetahuan, wacana atau kajian). Jadi secara harfiah psikologi
adalah “kajian tentang pikiran”. Munculnya psikologi sebagai sebuah disiplin
terpisah adalah pada 1879, ketika Wlhelm Wundt membuka laboratorium
psikologi pertama di University of Leipzig di jerman. Wundt dan rekan-rekan
sejawatnya berusaha menyelidiki “pikiran” melalui introspeksi. Introspeksi
adalah untuk menganalisis pikiran sadar menjadi elemen-elemen dasarnya dan
menganalisis persepsi menjadi sensasi-sensasi konstituennya, mirip ahli
kimia yang menganalisis senyawa menjadi elemen-elemen. Upaya untuk
mengidentifikasi struktur pikiran sadar ini disebut strukturalisme.
Psikologi (psychology) secara formal didefinisikan sebagai kajian ilmiah
mengenai perilaku dan proses-proses mental. Terdapat tiga istilah penting
dalam definisi ini : ilmu pengetahuan, perilaku dan proses-proses mental.
Sebagai sebuah ilmu pengetahuan (science) psikologi menggunakan
metode ilmu pengetahuan yang sistematis untuk mengamati perilaku
manusia dan menarik kesimpulan. Tujuan ilmu pengetahuan psikologi adalah
menggambarkan, meramalkan dan menjelaskan perilaku. Para peneliti
mungkin tertarik untuk mengetahui apakah seorang individu akan membantu
seseorang yang tidak dikenal ketika orang tersebut jatuh. Para peneliti dapat
melakukan sebuah penelitian dimana mereka mengamati orang-orang
yang berjalan melewati seseorang yang membutuhkan bantuan. Melalui
banyak pengamatan, para peneliti dapat menggambarkan perilaku menolong
dengan menghitung berapa kali perilaku menolong muncul pada situasi
tertentu. Para peneliti juga dapat mencoba meramalkan siapa yang akan
menolong, dan kapan, dengan menyelidiki berbagai karakteristik individu yang
diteliti. Apakah orang yang bahagia lebih mungkin untuk menolong? Apakah
pria atau wanita yang lebih mungkin untuk menolong? Situasi-situasi apa saja
yang mendorong perilaku menolong? Setelah para psikolog menganalisis data
mereka, mereka juga akan ingin menjelaskan mengapa perilaku
menolong tersebut muncul.
Perilaku (behaviour) adalah segala sesuatu yang kita lakukan yang
dapat diamati secara langsung: dua orang bertemu, bayi menangis atau
mahasiswa mengendarai sepeda motor. Proses mental (mental process) adalah
berbagai pikiran, perasaan dan motivasi yang dialami oleh kita secara pribadi,
namun tidak dapat diamati secara langsung. Meskipun kita
tidak dapat melihat pikiran dan perasaan secara langsung namun kedua hal itu
adalah nyata yang meliputi pikiran mengenai dua orang yang sedang
bertemu, perasaan bayi ketika ibunya meninggalkan kamar, dan ingatan
seorang mahasiswa tentang mengendarai sepeda motor.

Filsuf telah mendiskusikan “pikiran” selama ribuan tahun, untuk


pertama kalinya ilmuwan (wundt) menerapkan sebagian metode dasar
investigasi ilmiah pada kajian proses-proses mental. Hal ini terefleksi dalam
definisi james (1890) tentang psikologi sebagai :

Ilmu kehidupan mental yaitu tentang fenomenanya maupun


kondisi-kondisinya fenomena itu adalah hal-hal yang kita sebut
perasaan, hasrat, kognisi, penalaran, keputusan dan semacamnya.Akan tetapi
pada awal abad kedua puluh,validitas dan kegunaan introspeksi dipertanyakan
secara serius khususnya seorang psikolog Amerika, John B. Watson. Watson
percaya bahwa hasil introspeksi tidak akan pernah dapat dibuktikan atau
dibantah. Jika dua orang menghasilkan dua penjelasan introspektif yang
berbeda, bagaimana kita bisa memutuskan siapa yang benar? Tentu saja secara
objektif kita tidak bisa, karena mustahil untuk “sampai di balik” sebuah laporan
introspektif untuk memeriksa keakuratannya. Introspeksi adalah
subjektif dan hanya individu itu sendiri yang dapat mengamati proses-proses
mentalnya.
Konsekuensinya, Watson (1913) mengusulkan para psikolog untuk
membatasi diri dengan mempelajari perilaku, karena hanya perilaku ini yang
dapat diukur dan diobservasi oleh lebh dari satu orang. Watson membentuk
psikologi yang dikenal sebagai behaviorisme. Psikologi ini banyak
menggantikan introspeksionisme dan menganjurkan bahwa orang
seharusnya dianggap sebagai binatang yang kompleks dan dipelajari dengan
menggunakan metode ilmiah yang sama seperti yang digunakan dalam ilmu
kimia dan fisika. Bagi Watson cara satu satunya cara psikologi untuk
mengklaim dirinya ilmiah adalah meniru ilmu pengetahuan alam dan
mengadopsi metode-metode objeknya sendiri. Ia mendefinisikan
psikologi sebagai :
Bagian Ilmu Pengetahuan Alam yang mengambil perilaku manusia-
perilaku dan ucapan, yang dipelajari maupun tidak dipelajari-sebagai bahan
kajiannya. (Watson, 1919).
Kajian proses-proses mental yang tidak dapat diakses, pribadi (rahasia)
tidak memiliki tempat dalam psikologi yang benar-benar ilmiah.
Behaviorisme masih menjadi kekuatan yang dominan, penekanan pada peran
belajar (dalam bentuk conditioning [pengkondisian]). Pada akhir 1950an
banyak psikolog Inggris dan Amerika mulai melihat hasil kerja para ilmuwan
komputer untuk mencoba memahami perilaku-perilaku lebih kompleks
yang mereka rasa sama sekali diabaikan atau terlalu disederhanakan
oleh teori belajar (conditioning). Perilaku-perilaku kompleks ini yang oleh
Wundt, James dan psikolog ilmiah awal lain disebut mind (pikiran) atau
mental process (proses mental). Mereka sekarang disebut cognition (kognisi)
atau cognitive process (proses kognitif) dan mengacu pada semua
cara yang membuat kita menjadi tahu tentang dunia disekitar kita,
bagaimana kita mendapatkan, menyimpan, dan mendapatkan kembali
informasi, melalui proses persepsi, atensi, ingatan, mengatasi masalah,
mengambil keputusan, bahasa dan berpikir secara umum.
Psikolog kognitif melihat orang sebagai pemproses informasi dan
psikologi kognitif banyak dipengaruhi oleh ilmu komputer, dimana
proses-proses kognitif manusia dibandingkan dengan operasi program-
program komputer. Meskipun proses mental atau kognitif hanya dapat
disimpulkan dari apa yang dilakukan seseorang (mereka tidak dapat
diobservasi secara harfiah atau secara langsung), proses mental seseorang
diterima sebagai pokok kajian psikologi, selama mereka dapat dibuat “publik”
(seperti dalam tes ingatan atau tugas-tugas mengatasi-masalah).
Konsekuensinya, apa yang diucapkan dan dilakukan orang adalah sumber
informasi yang dapat diterima dengan sempurna tentang proses kognitifnya,
meskipun prosesnya sendiri tetap tidak dapat diakses oleh si pengamat, yang
hanya dapat mempelajarinya secara tidak langsung.
Pengaruh behaviorisme dan psikologi kognitif terefleksi dalam definisi
Clark dan Miller (1970) tentang psikologi ;
Kajian ilmiah tentang perilaku. Bahan kajiannya mencakup proses-proses
perilaku yang dapat diobservasi seperti sikap tubuh, pembicaraan dan
perubahan fisiologis, dan proses-proses yang hanya dapat disimpulkan seperti
pikiran dan mimpi.
Dari definisi-definisi di atas dapat dikemukakan kategori-kategori
penting dari psikologi, yaitu :
1. Psikologi sebagai ilmu, artinya dalam psikologi terdapat ciri-ciri penting
salah satu bidang ilmu yang merupakan bagian dari disiplin ilmu-ilmu
sosial. Psikologi merupakan akumulasi pengetahuan yang sistematis dan
observatif
2. Manusia atau binatang, merupakan objek yang sama dalam psikologi,
hanya saja manusia bergerak dengan perilaku yang dinamis dan
berubah-ubah, sedangkan binatang bergerak mengikuti insting yang
sifatnya kebiasaan yang mengikat pada instingnya. Dalam hal ini
manusia memiliki insting yang sama dengan binatang, yang sifatnya
fitrah, misalnya rasa lapar, rasa haus, nafsu seksual, berlindung dari
berbagai ancaman yang membahayakan dan berusaha mengambil
segala sesuatu yang bermanfaat dan menguntungkan bagi
kehidupannya. Pola hidup binatang adalah statis, sedangkan pola hidup
manusia progresif dan dinamis karena diberi akal untuk berpikir.
Manusia apabila membangun rumah setiap tahun, desain arsitek dan
artistikanya berubah-ubah, sedangkan burung pipit membuat sarang
mulai ia dilahirkan sampai dewasa, dan masa tua, tidak pernah berubah
desainnya. Semua tingkah laku ini menjadi objek material psikologi.
3. Psikologi mempelajari tingkah laku manusia sebagai gejala yang
tampak dan dijadikan bahan kajian dalam melihat keadaan kejiwaan
manusia atau hewan yang sesungguhnya.
Psikologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku
manusia dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku disini berarti
juga melibatkan proses mental manusia, untuk menguraikan dan
menunjukkan bahwa psikologi adalah suatu ilmu (science). Bukan hal yang
mudah karena memerlukan uraian yang sangat panjang.
Lalu apa yang dimaksud dengan psikologi itu?
Menurut Wundt (1981) psikologi itu merupakan ilmu tentang kesadaran
manusia (the science of human consciousness) dari batasan ini dapat
dikemukakan bahwa keadaan jiwa direfleksikan dalam kesadaran manusia.
Unsur kesadaran merupakan hal yang dipelajari dalam psikologi itu.
Menurut Woodworth dan Marquis (1957) psikologi mempelajari
aktivitas-aktivitas individu, pengertian aktivitas dalam arti yang luas baik
aktivitas motorik, kognitif maupun emosional. Kalau pada Wundt digunakan
pengertian kesadaran, maka pada Woodworth dan Marquis digunakan aktivitas-
aktivitas. Namun keduanya baik kesadaran maupun aktivitas-aktivitas, hal
tersebut menggambarkan tentang refleksi dari kehidupan kejiwaan.
Menurut Branca (1964) psikologi itu merupakan ilmu tentang perilaku.
Dalam hal ini adalah menyangkut perilaku manusia. Namun demikian ini
tidak berarti bahwa perilaku hewan tidak dikemukakan. Hal ini tergambar
dalam bagian-bagian yang mengemukakan tentang penelitian-penelitian yang
dilakukan dalam lapangan hewan.
Seperti telah dikemukakan diatas psikologi itu merupakan ilmu yang
membicarakan tentang jiwa. Akan tetapi oleh karena jiwa itu sendiri tidak
menampak, maka yang dapat dilihat atau diobservasi ialah perilaku atau
aktivitas-aktivitas yang merupakan manifestasi atau penjelmaan kehidupan jiwa
itu.

Perilaku atau aktivitas-aktivitas disini adalah dalam pengertian yang


luas, yaitu meliputi perilaku yang menampak (overt behavior) dan juga perilaku
yang tidak menampak (inner behavior) atau kalau yang dikemukakan oleh
Woodworth dan Marquis ialah baik aktivitas motorik, kognitif dan emosional.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, psikologi didefinisikan sebagai


ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan
lingkungannya. Apakah psikologi dapat digolongkan sebagai ilmu atau tidak,
dapat dijawab dengan pertanyaan lain “apakah syarat-syarat untuk disebut
sebagai ilmu?” apakah syarat-syarat sebagai ilmu telah diketahui, kita tinggal
menjawab apakah psikologi telah memenuhi syarat-syarat tersebut.

Syarat-syaratnya sebagai berikut :

Objek tertentu

Metode pendekatan atau penelitian tertentu


Sistematika yang teratur sebagai hasil pendekatan terhadap objeknya
Mempunyai riwayat atau sejarah tertentu

Metode psikologi, metode (yunani; methodos) adalah cara atau jalan, dalam
konteks ilmiah, metode menyangkut masalah cara kerja yaitu cara kerja untuk
memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Suatu
metode bersifat ilmiah, antara lain memiliki ciri-ciri ;
a. Objektif artinya dapat memberikan data atau informasi yang benar,
sesuai dengan keadaan objek yang sesungguhnya
b. Adekuat (adequate) artinya memadai, sesuai dengan masalah dan
tujuannya
c. Reliable artinya dapat dipercaya, memberikan informasi yang tepat dan
cepat
d. Valid artinya dapat dipercaya (sahih) sesuai dengan objeknya
(kenyataannya)
e. Sistematis artinya memberikan data atau informasi yang tersusun
baik, sehingga memudahkan penarikan kesimpulan
f. Akurat (accurate) artinya memberikan data atau informasi dengan teliti

Pendekatan-Pendekatan Teoretik Psikologi

Berbagai Akar Dan Pendekatan Ilmiah Awal Dari Psikologi

PENGANTAR DAN IKHTISAR


Psikolog yang berbeda membuat asumsi yang berbeda tentang aspek-aspek
seseorang yang pantas dipelajari, dan ini membantu menentukan model atau
image yang mendasari orang itu seperti apa. Sebaliknya model atau image
ini menentukan pandangan normalitas psikologis, sifat perkembangan,
metode kajian yang lebih disukai, penyebab (penyebab) utama abnormalitas,
dan metode-metode yang lebih dipilih dan tujuan penanganan. Pendekatan
adalah sebuah perspektif yang tidak digariskan sejelas sebuah teori dan seperti
yang akan kita lihat, semua pendekatan utama mencakup paling tidak dua atau
lebih teori yang dapat dibedakan, tetapi dalam sebuah pendekatan teori-teori
itu memiliki prinsip-prinsip dan asumsi-asumsi dasar tertentu yang sama yang
memberi mereka “cita-rasa” atau identitas yang khas.

PENDEKATAN BIOLOGI
Beberapa psikolog menelusuri perilaku dan proses-proses mental
melalui pendekatan biologi (biological approach) yang memusatkan pada
tubuh, terutama otak dan sistem saraf misalnya, para peneliti mungkin
menyelidiki cara jantung anda berdetak ketika anda takut atau bagaimana
tangan anda berkeringat ketika anda berbohong. Meskipun sejumlah sistem
fisiologis mungkin terlibat dalam pikiran dan perasaan, sumbangan terbesar
terhadap psikologi fisiologis mungkin datang dari munculnya neurosains.
Neurosains (neuroscience) merupakan kajian ilmiah struktur, fungsi,
perkembangan, genetika dan biokimia dari sistem saraf. Neurosains
menekankan bahwa otak dan sistem saraf adalah inti untuk memahami
perilaku, pikiran dan emosi. Para ilmuwan saraf meyakini bahwa pikiran dan
emosi memiliki dasar fisik di dalam otak. Impuls listrik bergerak dengan cepat
di seluruh sel-sel otak, melepaskan zat kimia yang memungkinkan kita untuk
berpikir, merasa dan berperilaku. Kemampuan kita yang luar biasa tidak akan
mungkin terwujud tanpa otak dan sistem saraf, yang terdiri atas sistem yang
paling rumit, ruwet dan anggun yang pernah ada. Meskipun pendekatan
biologi terkadang mungkin terlihat mereduksi pengalaman manusia yang
rumit ke dalam struktur-struktur fisik yang sederhana, perkembangan di
dalam neurosains memungkinkan para psikolog untuk memahami otak
sebagai suatu organ kompleks yang luar biasa, mungkin sekompleks proses
psikologi yang dikaitkan dengan fungsinya.

PENDEKATAN BEHAVIORISME/BEHAVIORISTIK

Prinsip-prinsip Dasar dan Asumsi


Seperti kita ketahui Watson (1913) merevolusi psikologi dengan menolak
pendekatan introspeksionis dan menganjurkan kajian perilaku yang dapat
diobservasi, watson berusaha mentransformasikan bahan kajian psikologi (dari
“pikiran” ke “perilaku”) dan ini sering disebut methodological behaviorism
(behaviorisme metodological). Menurut Skinner (1987) behavioris
“metodologis” sering menerima eksistensi perasaan dan keadaan pikiran, namun
tidak menanganinya karena mereka tidak bersifat publik, oleh sebab itu
pernyataan tentang mereka tidak dapat dikonfirmasi oleh lebih dari satu orang.
Pendekatan behavioristik menekankan kajian ilmiah mengenai berbagai
respons perilaku yang dapat diamati dan penentu lingkungannya. Dengan kata
lain, pendekatan perilaku memusatkan pada interaksi dengan lingkungan
yang dapat dilihat dan diukur. Prinsip-prinsip pendekatan perilaku juga telah
diterapkan secara luas untuk membantu orang-orang mengubah perilakunya ke
arah yang lebih baik.
Skinner menekankan bahwa apa yang kita lakukan merupakan ujian terakhir
atas diri kita sebenarnya. Ia meyakini bahwa ganjaran dan hukuman
menentukan perilaku kita. Misalnya seorang anak mungkin berperilaku sopan
karena orangtuanya telah memberikan ganjaran bagi perilaku tersebut. Orang
dewasa mungkin bekerja keras pada pekerjaannya karena uang yang didapat
dari usahanya. Kita melakukan hal-hal ini, menurut kaum behavioristik
bukan karena motivasi mendalam untuk menjadi seorang yang kompeten,
tetapi lebih karena kondisi lingkungan yang kita alami dan terus kita alami
(skinner, 1983).

Bagi Skinner, penjelasan yang lebih efektif tentang perilaku ini datang
dari bentuk prinsip-prinsip reinforcement (penguatan) yang diambil dari
penelitian eksperimentalnya dengan tikus dan merpati. Hal yang “radikal”
tentang behaviorisme radikal Skinner adalah klaim bahwa perasaan, sensasi
dan kejadian pribadi tidak dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku,
tetapi akan dijelaskan didalam analisis perilaku.

Prinsip dan asumsi dasar pendekatan behavioristik


a. Behavioris menekankan peran faktor lingkungan dalam
mempengaruhi perilaku hingga nyaris mengabaikan faktor-faktor
bawaan atau keturunan . pada dasarnya jumlah ini terfokus pada
pembelajaran bentuk kunci belajar adalah conditioning, baik
clasical (pavlovian atau responden) yang menjadi dasar
behaviorisme Watson, atau operant (instrumental) classical
conditioning dan operant conditioning (secara kolektif) sering disebut
teori pembelajaran.
b. Behaviorisme sering disebut psikologi “S-R” (S singkatan untuk
Stimulus dan R untuk respons). Baik classical conditioning maupun
operant conditioning menjelaskan perilaku yang dapat diobservasi
(respons) dalam kaitannya dengan kejadian enviromental (stimuli),
tetapi mereka mendefinisikan hubungan stimulus dan respons
dengan cara-cara yang berbeda secara fundamental. Hanya di dalam
classical conditioning stimulus dilihat memicu repons secara otomatis
dan dapat diprediksi, dan inilah yang disampaikan oleh psikologi “S-R” .
Oleh sebab itu, keliru jika mendeskripsikan operant conditioning
sebagai sebuah pendekatan “S-R”.
c. Kedua tipe conditioning adalah bentuk-bentuk belajar asosiasif, dimana
asosiasi atau hubungan terbentuk antara stimulus dan respons, yang tidak
ada sebelum belajar terjadi.
d. Mekanisme yang diusulkan oleh sebuah teori seharusnya
sesederhana mungkin, behaviorisme menekankan penggunaan definisi
operasional (mendefinisikan konsep dalam kaitannya dengan kejadian
yang diamati dan diukur). Tujuan ilmu perilaku adalah untuk
memprediksi dan mengontrol perilaku

PENDEKATAN PSIKODINAMIKA
Istilah “psikodinamika” mengacu pada kekuatan-kekuatan aktif dalam
kepribadian yang memotivasi perilaku, dan penyebab-penyebab batiniah
perilaku (khususnya konflik tak sadar antara struktur-struktur yang berbeda
yang menyusun seluruh kepribadian)
Menekankan pikiran ketidaksadaran, konflik antara naluri biologis dan
tuntutan
masyarakat dan pengalaman keluarga dini. Pendekatan ini berpendapat
bahwa naluri biologis yang tidak dipelajari terutama seksual dan dorongan
agresif, mempengaruhi cara manusia berpikir, merasa dan berperilaku. Naluri-
naluri ini terkubur dalam di dalam alam bawah sadar, seringkali bertentangan
dengan tuntutan masyarakat. Meskipun Sigmund freud (1856-1939) pendiri
pendekatan psikodinamika, memandang banyak perkembangan psikologis
sebagai naluriah, ia berteori bahwa hubungan dini dengan orangtua merupakan
daya utama yang membentuk kepribadian individu.

Prinsip dan asumsi dasar teori psikodinamika


a. Banyak perilaku kita ditentukan oleh pikiran, keinginan, ingatan dan
lain-lain yang tidak disadari. Apa yang kita sadari disaat tertentu
merefleksikan puncak gunung es; sebagian besar pikiran dan ide kita
tidak dapat diakses pada saat itu preconscious (prasadar) atau sama
sekali tidak dapat diakses unconscious ( tak sadar). Pikiran dan ide-ide
tak sadar dapat menjadi sadar melalui penggunaan teknik-teknik khusus
seperti asosiasi bebas, interpretasi mimpi dan transferens yang
merupakan landasan psikodinamika
b. Banyak hal dibuat menjadi tak sadar melalui represi, dimana
pengalaman tidak menyenangkan atau yang mengancam “dilupakan”
mereka menjadi tidak dapat diakses, terkunci rapat dari pengetahuan
sadar kita. Inilah salah satu bentuk pertahanan ego, freud memilih
represi sebagai landasan istimewa dimana seluruh struktur psikoanalisis
diletakkan. Ia adalah bagian paling esesnsial, represi berkaitan
erat dengan resistensi yang interpretasinya merupakan salah satu
teknik kunci lain yang digunakan dalam psikoanalisis.
Menurut teori seksualitas infantil, insting atau dorongan seksual aktif
sejak lahir dan berkembang melalui lima tahap psikoseksual. Terkait dengan
seksualitas infantil adalah dampak umum pengalaman masa kecil pada
kepribadian orang kelak.
PENDEKATAN HUMANISTIK

Prinsip dan asumsi dasar


Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, Rogers seorang
psikologi (dan terapis) humanistik terkemuka awalnya dilatih sebagai
psikoanalis. Meskipun istilah “psikologi humanistik” dilontarkan oleh
Cohen (1958) seorang psikolog Inggris, pendekatan initerutama muncul
di AS selama tahun 1950an. Maslow (1968) pada khususnya
mempopulerkan istilah “humanistik” di Amerika dengan menyebutnya “the third
force” (duamkekuatan lainnya adalah behaviorisme dan freudianisme).
Akan tetapi Maslow tidak menolak pendekatan-pendekatan ini namun
berharap bisa mempersatukannya sehingga mengintegrasikan aspek-aspek
subjektif dan objektif, aspek pribadi dan aspek publik seseorang, dan
memberikan sebuah psikologi holistik yang lengkap.
Pendekatan humanistik menekankan pada kualitas-kualitas positif
seseorang,
kapasitas untuk pertumbuhan positif, dan kebebasan untuk memilih takdir
apapun. Bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mengendalikan hidup
mereka dan menghindar dimanipulasi oleh lingkungan (Maslow, 1971;
Rogers, 1961). Mereka berteori, daripada dikendalikan oleh dorongan-
dorongan ketidaksadaran (pendekatan psikodinamika) atau oleh ganjaran
eksternal (pendekatan behavioristik) manusia dapat memilih hidupnya
dengan nilai-nilai kemanusiaan yang lebih tinggi seperti altruis (kepedulian
yang tidak mementingkan diri sendiri demi kesejahteraan orang lain) dan
kehendak bebas.
Para psikolog humanistik juga berpendapat bahwa manusia memiliki
potensi yang luar biasa akan pemahaman diri sendiri dan bahwa cara untuk
membantu orang lain mencapai pemahaman diri sendiri adalah dengan menjadi
hangat dan mendukung.
Pendekatan psikoanalitik maupun behaviorisme bersifat deterministik.
Orang didorong oleh kekuatan-kekuatan di luar kontrolnya baik kekuatan
yang tak disadari dari dalam dirinya (freud) atau reinforcement dari luar
dirinya (skinner). Psikolog humanistik mempercayai free will dan kemampuan
orang untuk memilih bagaimana mereka bertindak.
Psikologi yang benar-benar ilmiah harus memperlakukan bahan
kajiannya (manusia) sebagai manusia seutuhnya, yang berarti mengakui
individu sebagai interpreter tentang dirinya sendiri dan dunianya. Jadi,
perilaku harus dipahami dalam kaitannya dengan pengalaman subjektif
individu, dari perspektif pelaku.
Maslow mengatakan bahwa freud menyediakan “the sick half”
psikologi, melalui keyakinannya pada konflik, neurosis, kecenderungan
bawaan untuk merusak diri sendiri dan lain-lain yang tak dapat dihindari.
Sementara ia (dan rogers) menekankan “the healthy half”. Maslow melihat
aktualisasi diri dipuncak hierarkhi kebutuhan. Sementara rogers berbicara
tentang actualizing tendency (kecenderungan untuk mengaktualisasikan) sebuah
property intrinsik kehidupan, yang merefleksikan keinginan untuk
menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kapasitas kita. Fully
functioning man (manusia yang berfungsi seutuhnya) adalah pertumbuhan
yang dicita-citakan. Perkembangan kepribadian secara alamiah bergerak
kearah pertumbuhan yang sehat (kecuali ia dihalangi oleh faktor-faktor
eksternal) Pentingnya memahami manusia secara utuh, dan bukan
memahami “cuilan-cuilan”perilaku.

PENDEKATAN KOGNITIF

Menurut para psikolog kognitif (cognitive psychologist) otak anda


menjadi tempat atau mengandung sebuah “pikiran” yang memungkinkan
proses-proses mental anda untuk mengingat, mengambil keputusan,
merencanakan, menentukan tujuan, dan kreatif). Menekankan pada proses-
proses mental yang terlibat dalam mengetahui bagaimana kita mengarahkan
perhatian, bagaimana kita mempersepsikan, bagaimana kita mengingat,
bagaimana kita berpikir dan memecahkan masalah kita. Sebagai contoh, para
psikolog kognitif ingin mengetahui bagaimana kita memecahkan persamaan
aljabar, mengapa kita mengingat beberapa hal dalam jangka pendek, tetapi
mengingat hal lain seumur hidup, dan bagaimana kita menggunakan
pencitraan (imagery )untuk merencanakan masa depan.

Para psikolog kognitif memandang pikiran sebagai sebuah sistem


pemecahan masalah yang aktif dan sadar. Dalam pandangan kognitif proses-
proses mental individu merupakan perilaku yang terkendali melalui ingatan,
persepsi dan berpikir.

Anda mungkin juga menyukai