Anda di halaman 1dari 17

ILMU PENDIDIKAN DAN PROFESI

“ETIKA DAN PROFESI KEGURUAN”


Dosen Pembimbing : Dra. MM. Endang Susetyawati, M. Pd.

Disusun Oleh :

Marisa Dwi Lestari (18144100010)


Muhammad Sidik Aryanto (18144100013)
Diana (18144100018)

Kelas : 3A1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Bantul, 21 September 2019

Kelompok 5

i
DAFTAR PUSTAKA

COVER .................................................................................................................................. …

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. ii

BAB I ........................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1

Latara Belakang .................................................................................................................. 1

A. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1

B. Tujuan .......................................................................................................................... 1

BAB II ...................................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 2

A. Pengertian Kode Etik.................................................................................................. 2

B. Tujuan Kode Etik ....................................................................................................... 5

C. Penetapan Kode Etik .................................................................................................. 7

D. Sanksi Pelanggaran Kode Etik .................................................................................. 7

E. Kode Etik Guru Indoensia ......................................................................................... 8

BAB III................................................................................................................................... 10

PENUTUP.............................................................................................................................. 10

A. Kesimpulan ................................................................................................................ 10

B. Saran .......................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 11

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN
Latara Belakang
Pendidikan memiliki peran penting dalam mencerdaskan bangsa pada satu
tujuan utama yaitu untuk mencerdaskan anak bangsa dan meningkatkan taraf
kebudayaan serta meningkatkan kehidupan sosial bangsa/warga Negara
tersebut. Benar atau tidak dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan
sangat penting dalam menentukan nasib suatu bangsa pada waktu yang akan
datang. Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya
memerlukan atau menuntut keahlian, menggunakan teknik-teknik, serta
dedikasi yang tinggi. Cirri-ciri atau kreteria suatu profesi ialah adanya kode
etik yang dijadikan sebagai satu pedoman perilaku anggota beserta saksi yang
jelas dan tegasterhadap pelanggar kode etik tersebut. Guru memiliki kode etik
karena guru merupakan salah satu profesi yang ada di Indonesia berdasarkan
UU nomer 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian kode etik ?
2. Bagaiman tujuan kode etik ?
3. Bagaimana penetapan kode etik ?
4. Bagaimana sanksi pelanggaran kode etik ?
5. Bagaimana kode etik guru Indonesia ?
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kode etik
2. Untuk mengetahui tujuan kode etik
3. Untuk menegtahui penetapan kode etik
4. Untuk mengetahui sanksi pelanggaran kode etik
5. Untuk menegatahui kode etik Indonesia

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kode Etik


Berikut ini disajikan beberapa pengertian kode etik :
 Undang-undang Nomor 8 tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian.
Pasal 28 menyatakan bahwa "Pegawai Negeri Sipil mempunyai kode etik
sebagai pedoman sikap, tingkah laku perbuatan di dalam dan di luar
kedinasan". Dalam Penjelasan Undang-undang tersebut dinyatakan dengan
adanya Kode Etik ini, Pegawai Negeri Sipil sebagai aparatur negara,
Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat mempunyai pedoman sikap, tingkah
laku, dan perbuatan dalam melaksanakan tugasnya dan dalam pergaulan
hidup sehari-hari. Selanjutnya dalam Kode Etik Pegawai Negeri Sipil itu
digariskan pula prinsip-prinsip pokok tentang pelaksanaan tugas dan
tanggungjawab pegawai negeri. Dari uraian ini dapat kita simpulkan,
bahwa kode etik merupakan pedoman sikap, tingkah laku, dan perbua tan
di dalam melaksanakan tugas dan dalam hidup sehari-hari.
 Kongres PGRI ke XIII, Basuni sebagai Ketua Umum PGRI menyatakan
bahwa Kode Etik Guru Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman
tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan
pengabdiaan bekerja sebagai guru (PGRI, 1973). Dari pendapat ini dapat
ditarik kesimpulan bahwa dalam Kode Etik Guru Indonesia terdapat dua
unsur pokok yakni: (1) sebagai landasan moral, dan (2) sebagai pedoman
tingkah laku.
 Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD), Pasal 43, dikemukakan
sebagai berikut: (1) Untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan, dan
martabat guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan, organisasi profesi
guru membentuk kode etik; (2) Kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat

2
(1) berisi norma dan etika yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan
tugas keprofesionalan.
Dari beberapa pengertian tentang kode etik di atas, menunjukkan bahwa
kode etik suatu profesi merupakan normanorma yang harus diindahkan dan
diamalkan oleh setiap anggotanya dalam pelaksanaan tugas dan pergaulan
hidup seharihari di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk-
petunjuk bagaimana mereka melaksanakan profesinya, dan larangan-larangan,
tentang apa yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan, tidak saja dalam
menjalankan tugas profesi, tetapi dalam pergaulan hidup sehari-hari di dalam
masyarakat.
Kode etik pendidik adalah salah satu bagian dari profesi pendidik. Artinya
setiap pendidik yang profesional akan melaksanakan etika jabatannya sebagai
pendidik. ISPI dalam temu karya pendidikan III dan Rakornas di Bandung
Tahun 1991 mengemukakan kode etik sarjana pendidikan Indonesia sebagai
berikut: (1) bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, setia dan jujur
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, (2) menjungjung tinggi harkat dan
martabat peserta didik (3) menjungjung tinggi ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, (4) selalu menjalankan tugas
dengan berpegang teguh kepada kebudayaan nasional dan ilmu pendidikan,
dan (5) selalu melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat.
Kode etik pendidik ini bertalian erat dengan unsur-unsur yang dinilai dalam
menentkan DP3 menurut PP Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1979.
Unsur-unsur yang dimaksud adalah: (1) kesetiaan kepada Pancasila dan UUD
1945, negara, serta bangsa, (2) berprestasi dalam kerja, (3) bertanggungjawab
dalam bekrja, (4) taat kepad peraturan perundang-undangan dan landasan, (5)
jujur dalam melaksanakan tugas, (6) bisa melakukan kerja sama dengan baik,
(7) memiliki prakarsa yang positif untuk memajukan pekerjaan dan hasil
kerja, dan (8) memiliki sifat kepemimpian.

3
Para guru di Indonesia menyadari bahwa jabatan guruadalah suatu profesi
yang mulia. Guru mengabdikan diri dan berbakti untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia, srta menguasai IPTEKS
dalam mewujudkan masyarakat yang berkualitas. Para guru di Indonesia
idealnya selalu tampil secara profesional dengan tugas utamanya adalah
mendidik, membimbing, melatih, dan mengembangkan kurikulum atau
perangkat kurikulum, sebagaimana bunyi prinsip “ing ngarso sung tulodho,
ing madya mangun karso, tut wuri handayani.” Artinya seorang guru bila di
depan memberikan suri teladan atau contoh, di tengah memberikan prakarsa
dan di belakang memberikan dorongan atau motivasi.
Kode Etik Guru merupakan panduan bagi para guru memagari sikap guru
sebagai seorang pendidik, oleh karena itu para guru mempunyai 7 (tujuh)
sikap profesionalisme kependidikan yang disesuaikan dengan kode etik guru
UU No. 14 tahun 2005 yaitu :
1. Sikap Terhadap Peraturan Perundang-undangan
Salah satu butir Kode Etik Guru indonesia:”guru melaksanakan segala
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan”(PGRI, 1973).
Kebijaksanaan pendidikan di negara kita di pegang oleh pemerintah yaitu
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, kebijakan pusat maupun
daerah, maupun departemen lain dalam rangka pembinaan pendidikan di
negara kita.
2. Sikap Terhadap Organisasi Profesi
Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. Selain itu
dalam butir keenam dari Kode Etik dinyatan bahwa Guru “ secara pribadi
maupun bersamasama,mengembangkan, dan meningkatkan mutu dan
martabat profesinya.
3. Sikap Tehadap Teman Sejawat

4
Dalam ayat 7 Kode Etik Guru:”Guru memlihara hubungan seprofesi,
semangat kekluargaan, dan kesetiakawanan sosial”. Ini berarti bahwa:
a) Guru menciptakan dan memlihara hubungan sesama guru dalam
lingkungan kerjanya.
b) Guru menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan dan
kesetiakawanan sosial diluar maupun dalam lingkungan kerjanya.
4. Sikap Tehadap Anak Didik
Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila(Kode Etik Guru Indonesia).
Guru herus membimbing anak didikya.
5. Sikap Terhadap Tempat Kerjanya
Suasana yang baik di di tempat kerja akan meningkatkan produktivitas.
Untuk itu “guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang
menunjang berhasilnya proses belajar mengajar”(kode etik). Selain itu
guru juga membina hubungan baik dengan orang tua dan masyarakat
sekitar.
6. Sikap Terhadap Pemimpin
Sikap seorang guru terhadap pemimpin ahrus positif, dalam pengertian
harus bekerja sama dalam menyukseskan program yang sudah disepakati,
baik disekolah maupun di luar sekolah.
7. Sikap Terhadap Pekerjaan
Seorang guru hendaknya mencintai pekerjaannya dengan sepenuh hati.
Melaksanakan tugas melayani dengan penuh ketlatenan dan kesabaran.

B. Tujuan Kode Etik


Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah
untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi.profesi itu sendiri.
Secara umum tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai berikut.
1. Menjunjung tinggi martabat profesi.

5
Kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan pihak luar atau
masyarakat, agar mereka tidak memandang rendah terhadap profesi yang
bersangkutan. Oleh karena itu, setiap kode etik suatu profesi akan
melarang berbagai bentuk tindak-tanduk atau kelakuan anggotanya yang
dapat mencemarkan nama baik profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya.
Kesejahteraan mencakup lahir (atau material) maupun batin (spiritual,
emosional, dan mental). Kode etik umumnya memuat larangan-larangan
untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan kesejahteraan
para anggotanya. Misalnya dengan menetapkan tarif-tarif minimum bagi
honorarium anggota profesi dalam melaksanakan tugasnya, sehingga
siapa saja yang mengadakan tarif di bawah minimum akan dianggap
tercela dan merugikan rekan seprofesi. Dalam hal kesejahteraan batin,
kode etik umumnya memberi petunjuk kepada anggotanya untuk
melaksanakan profesinya.
3. Pedoman berperilaku.
Kode etik mengandung peraturan yang membatasi tingkah laku yang
tidak pantas dan tidak jujur bagi para anggota prof'esi dalam berinteraksi
dengan sesama rekan anggota profesi.
4. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
Kode etik berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabdian profesi,
sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui
tugas dan tanggung jawab pengabdiannya dalam melaksanakan tugasnya.
Oleh karena itu, kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu
dilakukan para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
5. Untuk meningkatkan mutu profesi.
Kode etik memuat norma norma dan anjuran agar para anggota profesi
selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian para anggotanya.
6. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.

6
Kode etik mewajibkan setiap anggotanya untuk aktif berpartisipasi
dalam membina organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang dirancang
organisasi.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan suatu profesi
menyusun kode etik adalah untuk menjunjung tinggi martabat profesi,
menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota, meningkatkan
pengabdian anggota profesi, dan meningkatkan mutu profesi dan mutu
organisasi profesi.

C. Penetapan Kode Etik


Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang
berlaku dan mengikat para anggotanya, lazimnya dilakukan dalam suatu
kongres organisasi profesi. Dengan demikian, penetapan kode etik tidak boleh
dilakukan secara perorangan, tetapi harus dilakukan oleh organisasi, sehingga
orang-orang yang tidak menjadi anggota profesi, tidak dapat dikenankan.
Kode etik hanya akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan
disiplin di tangan profesi tersebut, jika semua orang yang menjalankan profesi
tersebut bergabung dalam profesi yang bersangkutan. Jika setiap orang yang
menjalankan suatu profesi secara otomatis bergabung dalam suatu organisasi,
maka ada jaminan bahwa profesi tersebut dapat dijalankan secara murni dan
baik, karena setiap anggota profesi yang melakukan pelanggaran serius
terhadap kode etik dapat dikenakan sanksi.

D. Sanksi Pelanggaran Kode Etik


Seringkali Negara mencampuri urusan profesi, sehingga hal-hal yang
semula hanya merupakan kode etik suatu profesi tertentu dapat meningkat
menjadi peraturan hukum atau undang-undang. dengan demikian, maka aturan
yang mulanya sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku meningkat

7
menjadi aturan yang memberikan sanksi-sanksi yang sifatnya memaksa,
baik berupa aksi perdata maupun pidana.Sebagai contoh dalam hal ini jika
seseorang anggota profesi bersaing secara tidak jujur atau curang dengan
sesama anggota profesinya, dan jika dianggap kecurangan itu serius, maka
dituntut di muka pengadilan. Pada umumnya karena kode etik merupakan
landasan moral, pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan; sanksi
terhadap pelanggaran kode etik adalah sanksi moral. Barang siapa melanggar
kode etik, akan mendapat cela dari rekanrekannya, sedangkan sanksi yang
dianggap terberat adalah pelanggar dikeluarkan dari organisasi profesi.

E. Kode Etik Guru Indoensia


Kode Etik Guru di Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-
nilai dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik, sistematik
dalam suatu sistem yang utuh. Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai
landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam
menunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar
sekolah serta dalam pergaulan hidup seharihari di masyarakat. Dengan
demikian, Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk
pembentukan sikap profesional para anggota profesi keguruan. Seperti halnya
profesi lain, Kode Etik Guru Indonesia ditetapkan dalam suatu kongres yang
dihadiri oleh seluruh utusan. Cabang dan Pengurus Daerah PGRI dari seluruh
penjuru tanah air, pertama dalam Kongres ke XIII di Jakarta tahun 1973, dan
kemudian disempurnakan dalam KongresPGRI ke XVI tahun 1989 juga di
Jakarta. Adapun teks Kode Etik Guru Indonesia yang telah disempurnakan
tersebut adalah sebagai berikut.

8
KODE ETIK GURU INDONESIA

Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian


terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa, dan negara, serta kemanusiaan pada
umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada Undang-
undang Dasar 1945, turut bertanggungjawab atas terwujdunya cita-cita
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh sebab
itu, Guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan
mendominasi dasar-dasar sebagai berikut:
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar-mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
di sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggungjawab bersama
terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan
mutu dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijakan Pemerintah dalam bidang pendidikan.
(Sumber: Kongres Guru ke XVI, 1989 di Jakarta).

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kode Etik Guru di Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-


nilai dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik, sistematik
dalam suatu sistem yang utuh. Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang
amat penting untuk pembentukan sikap profesional para anggota profesi
keguruan.
Tujuan suatu profesi menyusun kode etik adalah untuk menjunjung tinggi
martabat profesi, menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota,
meningkatkan pengabdian anggota profesi, dan meningkatkan mutu profesi
dan mutu organisasiprofesi. Penetapan kode etik tidak boleh dilakukan secara
perorangan, tetapi harus dilakukan oleh organisasi yang berwenang sesuai
dengan profesinya.
Segala hal yang terkait dengan profesi guru tertuang dalam Undang-
Undang Republik Indonesia (UURI) Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen.

B. Saran
Dalam pembahasan makalah ini, kami mengakui masih banyak terdapat
kekurangan, baik dari segi penulisan kata maupun penjelasan yang kurang
tepat. Oleh karena itu kami mohon kritikan dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang.

10
DAFTAR PUSTAKA

Siregar, Nurliani. Profesi kependidikan.

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/1978030820011-
RITA_MARIYANA/ETIKA_PROFESI_GURU.pdf

11

Anda mungkin juga menyukai