Anda di halaman 1dari 33

I.

Pengertian

PJK adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah
koroner, sehingga terjadi gangguan aliran darah ke otot jantung karena aterosklerosis (
kekakuan arteri) maupun yang sudah terjadi penimbunan lemak atau plak (plague) pada
dinding arteri koroner baik disertai gejala klinis atau tanpa gejala sekalipun.

Penyempitan arteri koroner ini biasa disebut arteriosclerosis, dan salah satu bentuk
arteriosclerosis adalah penyempitan karena lemak jenuh, yang disebut atherosclerosis. Dalam
proses ini, lemak-lemak terkumpul di dinding arteri dan penebalan ini menghasilkan
permukaan yang kasar pada dinding arteri dan juga penyempitan arteri koroner. Hal ini
membuat kemungkinan adanya penggumpalan darah pada bagian arteri yang menyempit ini.
Jika darah terus menggumpal, maka tidak ada lagi darah yang bisa mengalir karena darah ini
diblok oleh gumpalan darah yang sudah menjadi keras.

(Sumber : Iskandar, Hadi Abdulah, Dkk.2017.FAKTOR RESIKO TERJADINYA


PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN RUMAH SAKIT UMUM MURAXA
BANDA ACEH.Jurnal AcTion: Aceh Nutrition Jurnal. Volume 2,Nomor 1. HAL34)

William herderson adalah orang pertama yang neguraikan secara rinci mengenai gejala
pemyakit ini pada tahun 1768 sebagai berikut : “ mereka yang terkena penyakit ini merasa
tertekan (seized) saat berjalan, lebih-lebih jika mendaki atau segara setelah makan, oleh suatu
sensasi yang besifat nyeri dan tak terfokus, yang terjadi di dada dan tampak bisa berakibat
fatal (menghentikan hidupnya) jika berlangsung terus-menurus atau intensitasnya megingkat.
Bila moment penyebabnya menghilang, semua keslitan itu juga akan menghilang “.

Gejala ini oleh Herderson dinamakan angina pektoris. Istilah angina pektoris digunakan
secara universal sampai hari ini sebagai gejala khas PJK. Namun sebenarnya PJK sudah
diketahui oleh bangsa mesir 4000 tahun lalu, sebagaimana yang ditemukan dalam kitab
kedokteran mesir kuno (egyptians’ papyrus) dimana sudah ada uraian tentang iskemia
koroner yagn ebrbunyi sebagai berikut: “ ifthou examinest a man for illness in his cardia and
he has pains in his threarening him”. Atau dalam bahasa indonesia bunyinya kirakira
demikian. “ jikalau kamu memeriksa seseorang karena penyakit jantung dan dia ada merasa
nyeri di tangan, dan di dada dan juga di dalam jantung, hal ini menunjukan bahwa kematian
sudah mengancam dia”.
(Sumber : Peter Kebo.2008.Mengungkap Pengobatan PENYAKIT JANTUNG
KORONER.Penerbit : PT Granmedia Pustaka Utama.Jakarta. hal 29-30)

II. Anatomi Fisiologi Singkat

Anatomi Jantung Jantung adalah organ otot yang berongga dan berukuran sebesar
kepalan tangan. Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke pembuluh darah dengan
kontraksi ritmik dan berulang. Jantung normal terdiri dari empat ruang, 2 ruang jantung atas
dinamakan atrium dan 2 ruang jantung di bawahnya dinamakan ventrikel, yang berfungsi
sebagai pompa. Dinding yang memisahkan kedua atrium dan ventrikel menjadi bagian kanan
dan kiri dinamakan septum.

Batas-batas jantung:

 Kanan : vena cava superior (VCS), atrium kanan, vena cava inferior (VCI)

 Kiri : ujung ventrikel kiri

 Anterior : atrium kanan, ventrikel kanan, sebagian kecil ventrikel kiri

 Posterior : atrium kiri, 4 vena pulmonalis

 Inferior : ventrikel kanan yang terletak hampir horizontal sepanjang diafragma sampai
apeks jantung

 Superior : apendiks atrium kiri

Darah dipompakan melalui semua ruang jantung dengan bantuan keempat katup yang
mencegah agar darah tidak kembali ke belakang dan menjaga agar darah tersebut mengalir ke
tempat yang dituju. Keempat katup ini adalah katup trikuspid yang terletak di antara atrium
kanan dan ventrikel kanan, katup pulmonal, terletak di antara ventrikel kanan dan arteri
pulmonal, katup mitral yang terletak di antara atrium kiri dan ventrikel kiri dan katup aorta,
terletak di antara ventrikel kiri dan aorta. Katup mitral memiliki 2 daun (leaflet), yaitu leaflet
anterior dan posterior. Katup lainnya memiliki tiga daun (leaflet) .

Jantung dipersarafi aferen dan eferen yang keduanya sistem saraf simpatis dan
parasimpatis. Saraf parasimpatis berasal dari saraf vagus melalui preksus jantung. Serabut
post ganglion pendek melewati nodus SA dan AV, serta hanya sedikit menyebar pada
ventrikel. Saraf simpatis berasal dari trunkus toraksik dan servikal atas, mensuplai kedua
atrium dan ventrikel. Walaupun jantung tidak 9 mempunyai persarafan somatik, stimulasi
aferen vagal dapat mencapai tingkat kesadaran dan dipersepsi sebagai nyeri.

Suplai darah jantung berasal dari arteri koronaria. Arteri koroner kanan berasal dari sinus
aorta anterior, melewati diantara trunkus pulmonalis dan apendiks atrium kanan, turun ke
lekukan A-V kanan sampai mencapai lekukan interventrikuler posterior. Pada 85% pasien
arteri berlanjut sebagai arteri posterior desenden/ posterior decendens artery (PDA) disebut
dominan kanan. Arteri koroner kiri berasal dari sinus aorta posterior kiri dan terbagi menjadi
arteri anterior desenden kiri/ left anterior descenden (LAD) interventrikuler dan sirkumfleks.
LAD turun di anterior dan inferior ke apeks jantung.

Mayoritas darah vena terdrainase melalui sinus koronarius ke atrium kanan. Sinus
koronarius bermuara ke sinus venosus sistemik pada atrium kanan, secara morfologi
berhubungan dengna atrium kiri, berjalan dalam celah atrioventrikuler.

Fisiologi Jantung Jantung dapat dianggap sebagai 2 bagian pompa yang terpisah terkait
fungsinya sebagai pompa darah. Masing-masing terdiri dari satu atrium-ventrikel kiri dan
kanan. Berdasarkan sirkulasi dari kedua bagian pompa jantung tersebut, pompa kanan
berfungsi untuk sirkulasi paru sedangkan bagian pompa jantung yang kiri berperan dalam
sirkulasi sistemik untuk seluruh tubuh. Kedua jenis sirkulasi yang dilakukan oleh jantung ini
adalah suatu proses yang berkesinambungan dan berkaitan sangat erat untuk asupan oksigen
manusia demi kelangsungan hidupnya.

Ada 5 pembuluh darah mayor yang mengalirkan darah dari dan ke jantung. Vena cava
inferior dan vena cava superior mengumpulkan darah dari sirkulasi vena (disebut darah biru)
dan mengalirkan darah biru tersebut ke jantung sebelah kanan. Darah masuk ke atrium kanan,
dan melalui katup trikuspid menuju ventrikel kanan, kemudian ke paru-paru melalui katup
pulmonal.

Darah yang biru tersebut melepaskan karbondioksida, mengalami oksigenasi di paru-


paru, selanjutnya darah ini menjadi berwarna merah. Darah merah ini kemudian menuju
atrium kiri melalui keempat vena pulmonalis. Dari atrium kiri, darah mengalir ke ventrikel
kiri melalui katup mitral dan selanjutnya dipompakan ke aorta.

Tekanan arteri yang dihasilkan dari kontraksi ventrikel kiri, dinamakan tekanan darah
sistolik. Setelah ventrikel kiri berkontraksi maksimal, ventrikel ini mulai mengalami relaksasi
dan darah dari atrium kiri akan mengalir ke ventrikel ini. Tekanan dalam arteri akan segera
turun saat ventrikel terisi darah. Tekanan ini selanjutnya dinamakan tekanan darah diastolik.
Kedua atrium berkontraksi secara bersamaan, begitu pula dengan kedua ventrikel.

(Sumber : Essianda,Vania.2015.Jantung Koroner.Hal : 7-10.Diakses :


http://eprints.undip.ac.id/46852/3/Vania_22010111120050_LapKTI_BAB2)

III. Etiologi

PJK adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah
koroner, sehingga terjadi gangguan aliran darah ke otot jantung karena aterosklerosis.
Penelitian epidemiologis dapat membuktikan adanya hubungan yang jelas antara pengaruh :
1. Keadaan sosial,
2. Kebiasaan merokok,
4. Genetis
5. Hipertensi
6. Kolesterol, obesitas, dan perilaku dan kebiasaan lainnya yang dapat mempengaruhi
terjadinya PJK.
7. Makanan memegang peranan penting dalam kaitannya dengan kejadian PJK. Komposisi
kandungan zat-zat gizi dalam makanan dapat berpengaruh terhadap tingginya kadar lemak
dalam darah.
8. Kurang olahraga

Kadar kolesterol darah yang tinggi juga merupakan problema yang serius karena
merupakan salah satu faktor risiko yang paling utama untuk terjadinya PJK, Kolesterol,
lemak dan substansi lainnya dapat menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah arteri,
sehingga dapat menyebabakan terjadinya aterosklerosis.

(Sumber : Iskandar, Hadi Abdulah, Dkk.2017.FAKTOR RESIKO TERJADINYA


PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN RUMAH SAKIT UMUM MURAXA
BANDA ACEH.Jurnal AcTion: Aceh Nutrition Jurnal. Volume 2,Nomor 1. HAL34 )

(Sumber : Peter Kebo.2008.Mengungkap Pengobatan PENYAKIT JANTUNG


KORONER.Penerbit : PT Granmedia Pustaka Utama.Jakarta.hal 31,)

4 Faktor risiko PJK dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu faktor risiko yang
dapat dikurangi, diperbaiki atau dimodifikasi, dan faktor risiko yang bersifat alami atau tidak
dapat dicegah. Faktor risiko yang tak dapat diubah adalah usia (lebih dari 40 tahun), jenis
kelamin (pria lebih berisiko) serta riwayat keluarga. Faktor risiko yang bisa dimodifikasi,
antara lain dislipidemia, diabetes melitus, stres, infeksi, kebiasaan merokok, pola makan yang
tidak baik, kurang gerak, Obesitas, serta gangguan pada darah (fibrinogen, faktor trombosis,
dan sebagainya).

(Sumber : Peter Kebo.2008.Mengungkap Pengobatan PENYAKIT JANTUNG


KORONER.Penerbit : PT Granmedia Pustaka Utama.Jakarta. hal 29)

IV. Tanda dan Gejala

Wiliam herderson adalah orang pertama yang menguraikan secara rinci mengenai gejala
penyakit PJK pda tahu 1768. Mereka yang terkena penyakit ii akan merasa tertekan (seized)
saat berjalan, lebih-lebih jika mendaki atau segera setelah makan , oleh suatu sensasi yang
bersifat nyeri dan tak terfokus yang terjadi di dada dan tampak bisa berakibat fatal
(mengehentikan hidupnya) jika berlangsung terus menerus dan internisitasnya meningat.
Gejala ini oleh herdarson dinamakan ANGINA PEKTORIS . gejala angina pekrotis
digunakan secara universal sampai hari ini sebagai gejala khas PJK.

(Sumber : Peter Kebo.2008.Mengungkap Pengobatan PENYAKIT JANTUNG


KORONER.Penerbit : PT Granmedia Pustaka Utama.Jakarta. hal 29)

Gejala penyakit jantung koroner seperti rasa nyeri atau sesak di dada hanya dirasakan
oleh sepertiga penderita. Rasa nyeri ini terasa pada dada bagian tengah, kemudian menyebar
ke leher, dagu dan lengan. Rasa nyeri tersebut akan hilang beberapa menit kemudian. Namun,
gejala seperti ini sering tidak disadari oleh penderita dan sulit dibedakan apakah ini
merupakan serangan jantung atau bukan. Umunya orang merasakan hal tersebut seperti “
tidak enak badan” saja. Gejala lainnya adalah rasa tercekik (angina pektoris). Kondisi seperti
ini timbul secara tak terduga dan hanya timbul jika jantung dipaksa bekerja keras, misalnya
fisik dipaksa bekerja keras atau mengalami teanan emosional.

Spesifikasi rasa nyeri yang terjadi di bagian tubuh tertentu :


1. Nyeri antara dua tulang belikat
2. Rasa nyeri diperut bagian atas, seringkali kondisi ini disangka sebagai gangguan
pencernaan.
3. Rasa nyeri diseluruh dada bagian atas, di daerah yang lebih luas bagian tengah
dada dan terpusat di abgian bawah tulang dada.
4. Rasa nyeri dileher bagian tengah hingga bawah sampai kedua sisi leher
5. Rasa nyeri terjadi di rahang, leher, dada
6. Rasa nyeri di dada bagian tengah, bahu dan lengan bagian dalam. Nyeir idbahu
dan lengan sebelah kiri umunya jauh lebih sering dibandingkan bagian kanan.
7. Lengan kanan bagian dalam, mulai ketiak sampai bagian bawah siku, lengan kiri
bagian dalam sampai pergelangan, dan gangguan dibahu.

(Sumber : Kabo Peter.2008. Mengungkap Pengobatan Penyakit Jantung Koroner. Penerbit:


PT Gramedia Pustaka Utama)

(Sumber : Redaksi Agromedia.2009. Solusi Sehat Mengatasi Penyakit Jantung Koroner.


Penerbit : Pt Agromedia Pustaka)

V. Patofisiologi

Angina pekrotis terjadi sebagai konsekuensi dari iskemia meokard. Pasokan oksigen
gagal memenuhi kebutuhan oksigen, karna penurunan pasokan sebagai akibat gangguan
aliran arteri koroner. Faktor utama yang mempengaruhi konsumsi oksigen miokard (MVO2)
antara lain tegangan diding sistolik, keadaan kontraktil, dan denyut jantung , subendokard
paling sensitif terhadap iskemia dan redistribusi perfusi miokard pada stenosis koroner dapat
berperan dalam suseptibilitas infark subendokard. Adanya hifertrofi ventrikel merupakan
faktor tambahan yang mempengaruhi kemungkinan timbulnya isekemia subendokard.

(Sumber : Aurbrey Leatham.KARDIOLOGI.Penerbit : Erlangga.jakarta. hal 111)

- Angina pectoris
Terjadi akibat adanya plaque atau fissure yang mendasari pembentukan trombus.
- Infark miocardium (Acut myocard infark)
Infark miokard akut terjadi akibat oklusi pada koroner sehingga terjadi
nekrosis miokard akibat gangguan suplai darah yang sangat kurang. Secara histologis
perubahan ini belum terlihat di bawah 6-8 jam.
- Ischemic Heart Disease –Sudden death
Jantung dialiri oleh arteri coronaria yang mensuplai darah kebutuhan jantung
sendiri, gangguan suplai darah pada otot jantung sehingga jantung akan mengalami
kekurangan darah dengan segala manifestasinya. Timbulnya PJK walaupun tampak
mendadak, sebenarnya melalui perlangsungan lama (kronis). Terjadinya PJK
berkaitan dengan suatu terjadi kekakuan dan penyempitan lubang pembuluh darah
yang disebut arterioklerosis. Hal ini berarti terjadi kekakuan dan penyempitan lubang
pembuluh darah jantung yang akan menyebabkan gangguan atau kekurangan suplai
darah untuk otot jantung. Keadaan ini akan menimbulkan apa yang disebut iskemia
miokard.

(Sumber : Rianto Koes..Epidemiologi Penyakit Menular & Tidak Menular.Penerbit


AlfaBeta.Hal : 505)

VI. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan ini ditujukan bagi mereka yang sebelumnya pernah didiagnosis PKV
(penyakit jantung koroner, stroke, infark jantung, gagal jantung). Tujuan dari pemeriksaan ini
adalah untuk memperkirakan kemungkinan berkembangnya penyakit kardiovaskular yang
sudah ada sebelumnya. Jenis pemeriksaan yang terdapat pada pemeriksaan ini meliputi
pemeriksaan hs CRP, brain natriuretic peptide (BNP) dan troponin I.

Pemeriksaan hs CRP merupakan penanda inflamasi di mana proses inflamasi berkaitan


dengan perkembangan aterosklerosis, mempengaruhi stabilitas plak aterosklerosis yang sudah
terbentuk sebelumnya dan dapat menentukan prognosis.

BNP adalah suatu peptide dengan 32 asam amino yang dilepaskan oleh ventrikel jantung
sebagai respons terhadap dekompensasi jantung dan volume overload. Pemeriksaan BNP
bermanfaat untuk diagnosis dini CHF, dan untuk memperkirakan morbiditas dan mortalitas
pada pasien CHF. Pemeriksaan BNP perlu dilakukan pada

i) Pasien yang berisiko tinggi (DM, hipertensi) sebagai skrining penyakit


jantung atau untuk skrining sebelum ekokardiografi,
ii) Pasien dengan sesak nafas
iii) Pasien yang mengalami infark jantung, dan
iv) Pasien yang menderita CHF.
Nilai BNP yang tinggi, yang diukur 72 jam setelah acute coronary syndrome
dihubungkan dengan risiko kematian, infark miokard dan CHF yang meningkat. Nilai
rujukan BNP yang digunakan dengan metode immunochemiluminescent (ICL) yang saat ini
tersedia di Indonesia adalah 68-112 pg/mL..

Troponin I merupakan penanda adanya kerusakan otot jantung yang sangat sensitif
dan spesifik, sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi dini infark miokard akut.
Pemeriksaan troponin I dapat dimanfaatkan untuk pasien dengan keadaan klinis seperti :

i) Pasien nyeri dada, tetapi tidak terdiagnosis dengan elektrokardiografi


(EKG),
ii) Untuk memastikan bukan infark miokard,
iii) Pasien dengan nyeri dada atau EKG abnormal yang mengalami trauma
atau pembedahan dan memerlukan konfirmasi
iv) Pasien dengan nyeri dada 2-6 hari sebelum masuk rumah sakit, di mana
petanda yang lain seperti CKMB telah kembali normal pada sebagian 48
Pusparini Pemeriksaan laboratorium pada pasien besar kasus, dan
v) Pasien dengan gagal jantung, miokarditis akut, hipertrofi ventrikel kiri
kadar troponin I juga akan meningkat.

Nilai cut off yang dipakai untuk menyimpulkan seseorang perlu mendapat perawatan
intensif adalah 1.0 ug/L.

Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi faktor risiko yang dapat
memperburuk kondisi DM, agar dapat segera ditangani sehingga pasien dapat tetap hidup
normal.Pemeriksaan yang terdapat pada pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan hemoglobin
glikosilasi (HbA1c), high sensitive C reactive protein (hs-CRP), status antioksidan total,
profil lipid dan apo B.

Pemeriksaan HbA1c penting untuk pemantauan pengendalian kadar glukosa darah dan
untuk menilai keberhasilan pengobatan/terapi, dengan sasaran akhir untuk mencegah
komplikasi lebih lanjut.

Pemeriksaan profil lipid dan apo B untuk mengetahui adanya dislipidemia dan
kemungkinan adanya small dense LDL (dari rasio kolesterol LDL/apo B < 1,2) yang
merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular (PKV) yang lebih berbahaya.
Pemeriksaan status antioksidan total berguna untuk mengetahui kapasitas tubuh
menetralkan radikal bebas di mana adanya radikal bebas dapat menyebabkan oksidasi LDL
yang juga merupakan faktor risiko PKV.

Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi faktor risiko yang dapat memperparah
kondisi hipertensi agar dapat diatasi secepatnya sehingga pasien dapat tetap hidup
berkualitas. Jenis pemeriksaan yang terdapat pada pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan
kalium, natrium, mikroalbumin dan cystatin C.

Pemeriksaan kalium dan natrium bermanfaat untuk mendeteksi adanya gangguan


keseimbangan elektrolit, juga berguna untuk memantau penggunaan obat diuretika pada
penderita hipertensi.

Pada penderita hipertensi, pemeriksaan mikroalbuminuria bermanfaat untuk mendeteksi


kerusakan glomerulus ginjal dan merupakan penanda terjadinya kerusakan sel endotel
(disfungsi endotel). Dengan demikian pemeriksaan mikroalbumin dapat digunakan untuk
memperkirakan terjadinya kerusakan organ khususnya ginjal dan jantung.

Cystatin C merupakan penanda laju filtrasi glomerulus yang bermanfaat untuk deteksi
dini kerusakan ginjal.

(Sumber : Pusparini.2011.Pemeriksaan laboratorium berkala sebagai deteksi dini penyakit


kronis pada lansia.Jurnal Bagian Patologi Klinik: Vol.24 No.1.Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti)

VII. Pencegahan

Penelitian yang dilakukan di India terhadap 621 pasien dengan risiko utama PJK
mendapat kenyataan bahwa mengubah diet, meningkatkan aktifitas, dan menurunkan berat
badan selama 1 tahun, dapat mengurangi kejadian PJK sampai dengan 58,5%.5 .
Aktifitas fisik atau olahraga yang teratur mengurangi risiko terjadinya penyakit arteri
coroner.6 Selain itu olahraga juga mengurangi beberapa faktor risiko terhadap PJK, seperti:
kolesterol tinggi, hipertensi, obesitas, dan meningkatkan HDL.

( Sumber : Iskandar, Hadi Abdulah, Dkk.2017.FAKTOR RESIKO TERJADINYA


PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN RUMAH SAKIT UMUM MURAXA
BANDA ACEH.Jurnal AcTion: Aceh Nutrition Jurnal. Volume 2,Nomor 1. HAL34)
Pencegahan penyakit jantung koroner dibagi menjadi pencegahan primer dan
sekunder. Pencegahan primer adalah usaha menjaga agar orang tidak menderita penyakit
jantung koroner. Usaha mencegah ini mungkin harus sudah dimulai lebih dini, yaitu pada
masa remaja karena seperti telah diketahui bahwa fatty streat atau proses awal aterosklerosis
sudah ditemukan pada usia remaja, sedangkan penceahan sekunder adalah usaha yang
dilakukan agar tidak terjaid serangan jantung dengan segala konflikasinya bagi mereka yang
sudah terkena penyakit jantung koroner

1. Berolahraga secara teratur. Olahraga dapat membantu mengurangi bobot badan,


mengendalikan kadar kolesterol, dan menurunkan teanan darah yang merupakan
faktor risiko lain
2. Mengurangi berat badan jika merasa gemuk. Dengan mengurangi berat badan,
berarti juga mengurangi beban kerja jantung.
3. Menurunkan kadar kolesterol LDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL.
Caranya memperbanyak konsumsi makanan yang banyak mengandung lemak
jenuh.
4. Megurangi konsumsi makanan yang berlemak dan berkalori tinggi
5. Mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung antioksidan dan guna
mencegah kerusakan pembuluh darah akibat radikal bebas.
6. Mengonsumsi makanan yang banyak mengandung asam folat dan vitamin B guna
menurunkan kadar homosistein dalam darah.
7. Mengurangi minuman alkohol. Alkohol dapat menaikan tekanan darah,
memperlemah jantung, mengentalkan darah, dan menyebabkan kejang arteri.
8. Melakukan meditasi dan yoga
9. Jika diperlukan, minumlah obat-obatan pencegah arteriosklerosis yagn dianjurkan
oleh dokter. Dalam mengonsumsi obat ini, lebih baik anda mendapat pengawasan
dari doker untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan

(Sumber : Kabo Peter.2008. Mengungkap Pengobatan Penyakit Jantung Koroner. Penerbit: Pt


Gramedia Pustaka Utama)

(Sumber : Redaksi Agromedia.2009. Solusi Sehat Mengatasi Penyakit Jantung Koroner.


Penerbit : Pt Agromeida Pustaka)
DAFTAR PUSTAKA

Kabo Peter.2008. Mengungkap Pengobatan Penyakit Jantung Koroner. Penerbit: Pt Gramedia


Pustaka Utama

Redaksi Agromedia.2009. Solusi Sehat Mengatasi Penyakit Jantung Koroner. Penerbit : Pt


Agromeida Pustaka

Iskandar, Hadi Abdulah, Dkk.2017.FAKTOR RESIKO TERJADINYA PENYAKIT


JANTUNG KORONER PADA PASIEN RUMAH SAKIT UMUM MURAXA BANDA
ACEH.Jurnal AcTion: Aceh Nutrition Jurnal. Volume 2,Nomor 1.

Pusparini.2011.Pemeriksaan laboratorium berkala sebagai deteksi dini penyakit kronis pada


lansia.Jurnal Bagian Patologi Klinik: Vol.24 No.1.Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti

Rianto Koes..Epidemiologi Penyakit Menular & Tidak Menular.Jakarta: Penerbit AlfaBeta.

Aurbrey Leatham.KARDIOLOGI.Penerbit : Erlangga.jakarta. hal 111

Essianda,Vania.2015.Jantung Koroner.Hal : 7-10.Diakses :


http://eprints.undip.ac.id/46852/3/Vania_22010111120050_LapKTI_BAB2)

Anda mungkin juga menyukai