Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kafein adalah senyawa kimia alkaloid heterosiklik yang termasuk dalam
golongan methylxanthine, yaitu senyawa organik yang mengandung nitrogen dengan
struktur dua cincin atau dual-siklik. Kandungan kafein banyak terdapat dalam tanaman
kopi, cola dan tanaman teh. Dalam dunia industri kandungan kafein banyak ditemui
pada minuman, terutama kopi. Tingginya minat masyarakat akan konsumsi kopi
menjadikan usaha kopi semakin berkembang dan menjadikan kopi sebagai komoditas
kedua setelah minyak bumi untuk diperdagangkan. Efek positif mengkonsumsi kafein
bagi tubuh misalnya dapat menyegarkan dan menghilangkan kelelahan serta dapat
meningkatkan daya fokus. Namun mengkonsumsi kafein bukan hanya dapat
menimbulkan efek positif bagi tubuh manusia melainkan juga dapat menimbulkan efek
negatif apabila dikonsumsi dengan kadar yang cukup tinggi. Efek negatifnya berupa
insomnia, mual, gelisah, hipertensi dan kejang (Zarwinda dan Kartika, 2018). Menurut
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) No. HK.
00.05.23.3644, konsumsi kafein yang diizinkan sebesar 50 mg/sajian dan batas
maksimum konsumsi untuk satu hari sebesar 150 mg/sajian (BPOM RI, 2014). Oleh
karena itu perlunya kontrol terhadap kandungan kafein di dalam minuman.
Ada beberapa cara untuk mengukur kadar kafein dalam minuman seperti
Spektrofotometri UV-Vis (Zarwinda dan Sartika, 2018; Roossenda dan Sunarto, 2016;
Sabarni dan Nurhayati, 2018), titrasi iodometri (Novita dan Aritonang, 2017) dan HPLC
(Penggabean dkk, 2011). Namun cara tersebut membutuhkan biaya yang relatif lebih
mahal serta tingkat kerumitan yang lebih tinggi (Hidayat dan Sunarto, 2017). Selain itu
ada metode yang lebih efisien yakni menggunakan polimer bercetak molekul atau
Molecularly Imprinted Polymer (MIP). Molecularly imprinted polymer (MIP) adalah
suatu teknik untuk membuat polimer bercetak yang melibatkan monomer, cross-linker,
inisiator dan template (Komiyama, 2003).
MIP mempunyai keunggulan yakni selektifitasnya tinggi terhadap template,
murah dan mudah dalam sintesisnya. Selain itu, MIP tidak hanya dapat diaplikasikan
dalam bidang fisika namun juga dalam bidang ilmu lainnya seperti biologi, kimia,
kromatografi dan bidang kesehatan seperti obat-obatan (Nurhamidah dkk., 2017).
Umumnya sintesis MIP dilakukan dengan menggunakan metode aliran nitrogen seperti
yang dilakukan oleh Hidayat dan Sunarto (2017). Sintesis MIP kafein menggunakan
metode aliran nitrogen dan diletakkan dalam waterbath dengan suhu 60ºC selama 24
jam. Namun waktu yang diperlukan kurang efisien sehingga perlu menggunakan
metode lain dalam mensintesis MIP yakni metode cooling-heating. Waktu untuk
mensintesis MIP pada metode ini lebih singkat serta tidak perlu peralatan khusus.
Metode cooling-heating adalah metode yang menggunakan proses pendinginan dan
pemanasan pada saat polimerisasinya. Pada penelitian sintesis MIP Atrazin
menggunakan metode cooling-heating, larutan pra-polimer diletakkan dalam lemasi es
pada suhu -5°C selama 60 menit dan proses pemanasan dilakukan pada suhu 70°C
selama 150 menit (Royani dkk., 2014).
Ekstraksi atau pembuangan template dari polimer akan menghasilkan pori atau
rongga yang nantinya akan mengenali target yang mirip dengan molekul template baik
secara fisika maupun secara kimia, polimer berongga inilah yang disebut dengan MIP
(Hidayat dan Sunarto, 2017). Pembuatan MIP kafein menggunakan metode cooling-
heating sebelumnya telah dilakukan oleh Amalia (2019). Pada penelitiannya
menghasilkan ukuran rongga berkisar 50-850 nm serta jumlah rongga terbanyak (pada
ukuran rongga 50-250 nm) sebesar 354. Jumlah rongga yang terbentuk dari hasil ini
terbilang masih sedikit dibandingkan pada penelitian Royani dkk (2014) dengan Atrazin
sebagai template yakni menghasilkan 780 rongga pada ukuran 80-230 nm. Oleh karena
itu perlu dilakukan optimasi untuk menghasilkan jumlah dan ukuran rongga yang lebih
tinggi. Salah satunya yakni template yang digunakan dibuat dalam skala nanopartikel.
Tujuannya agar terbentuk ukuran pori yang sangat kecil, sebaran dan jumlah pori yang
dihasilkan lebih banyak dibanding menggunakan ukuran bulk. Sehingga dalam
penerapan sebagai sensor, akan dihasilkan sensor yang sangat sensitif terhadap target,
artinya sedikit saja konsentrasi kafein yang terdapat dalam minuman langsung dapat
dikenali oleh MIP. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk sintesis nanopartikel
yakni high energy milling (HEM) yakni suatu alat yang memanfaatkan tumbukan-
tumbukan antar bola di dalam jar milling yang mengakibatkan sejumlah serbuk terjebak
diantara kedua bola hingga serbuk terdeformasi dan mengalami perubahan ukuran
(Simanjuntak dan Purwaningsih, 2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil milling
diantaranya kecepatan putar, suhu, rasio bola, jenis jar milling, kemurnian serbuk yang
akan digiling serta lamanya waktu milling (Muhriz dkk, 2011).
Pada penelitian ini akan dilakukan pembuatan Polimer kafein tanpa dilakukan
ekstrasi, Polimer kafein yang dilakukan proses ekstraksi (MIP nano kafein) serta NIP
yang dibuat tanpa menambahkan kafein yang akan dijadikan sebagai kontrol
menggunakan metode cooling-heating. Kafein yang digunakan di-milling terlebih
dahulu menggunakan alat shakker mill 1st dengan variasi waktu milling kafein yakni 10
menit, 15 menit dan 20 menit. Hasil milling dikarakterisasi menggunakan Difraksi Sinar
X (X-ray difraction) untuk mengetahui ukuran partikel kafein. Selanjutnya kafein yang
telah berukuran nano disintesis bersamaan dengan monomer fungsi, pelarut porogen,
cross-linker dan inisiator hingga dihasilkan polimer padatan kemudian polimer tersebut
digerus. Polimer dalam bentuk serbuk selanjutnya diekstraksi menggunakan pelarut
asetonitril agar kandungan kafein benar-benar hilang dan terbentuk rongga. Untuk
mengetahui karakteristik dari MIP nano kafein, maka akan dilakukan karakterisasi
menggunakan XRD, FTIR, HPLC dan SEM. XRD digunakan untuk mengetahui ukuran
partikel kafein dan ukuran kristal pada Polimer serta MIP nano kafein. FTIR untuk
mengetahui gugus fungsi NIP, polimer dan MIP nano kafein. HPLC untuk mengetahui
konsentrasi kafein yang terdapat dalam polimer dan MIP nano kafein dan SEM untuk
mengetahui ukuran dan jumlah rongga yang terbentuk pada MIP nano kafein.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penelitian ini difokuskan pada pengaruh waktu milling
terhadap ukuran kafein, ukuran kristal, gugus fungsi, konsentrasi polimer dan MIP nano
kafein dan ukuran serta jumlah rongga yang terbentuk pada MIP nano kafein.

1.3. Batasan Masalah


Batasan masalah pada penelitian ini meliputi:
1. Waktu milling kafein dilakukan selama 10 menit, 15 menit dan 20 menit.
2. Sintesis MIP Kafein menggunakan metode cooling-heating.

1.4. Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini diantaranya:
1. Mengetahui pengaruh waktu milling terhadap ukuran kafein.
2. Dapat menganalisis ukuran kristal dari polimer.
3. Mengetahui gugus fungsi yang terdapat dalam NIP, Polimer dan MIP nano
kafein.
4. Menganalisis pengaruh ukuran kafein terhadap konsentrasi kafein yang terdapat
dalam polimer.
5. Dapat mengetahui ukuran dan jumlah rongga yang dihasilkan pada MIP nano
kafein.

1.5. Manfaat Penelitian


Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini meliputi:
1. Dalam pengaplikasiannya sebagai material membran sensor MIP nano kafein
diharapkan dapat menghasilkan sensor dengan sensitivitas yang tinggi.
2. Memberikan informasi mengenai pemanfaatan teknologi nanopartikel dalam
bidang material khususnya polimer.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian


 Lama waktu penelitian: Agustus 2019 sampai dengan Desember 2019
 Tempat penelitian: Laboratorium Fisika Material jurusan Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya.
 Karakterisasi FTIR: Laboratorium Farmasi jurusan Farmasi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
 Karakterisasi XRD: Laboratorium XRD jurusan Fisika Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya.
 Karakterisasi SEM: Laboratorium Forensik POLDA Sumatera Selatan.
 Karakterisasi HPLC: Laboratorium Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya.

3.2. Alat dan Bahan Penelitian


3.2.1. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan MIP kafein adalah sebagai berikut:
 Tabung reaksi berfungsi sebagai tempat untuk pencucian bahan.
 Rak Tabung Reaksi berfungsi sebagai tempat meletakkan tabung reaksi.
 Gelas Beker berfungsi untuk mencampurkan bahan yang akan digunakan.
 Kertas Saring berfungsi sebagai alas untuk menimbang bahan.
 Botol Kaca Kecil berfungsi sebagai wadah penyimpanan larutan.
 Pipet Pirek berfungsi untuk mengambil larutan yang ada pada botol larutan.
 Spatula berfungsi untuk mengambil bahan.
 Cawan dan Penggerus berfungsi untuk menghancurkan dan menghaluskan.
 Timbangan Analitik berfungsi sebagai alat pengukur massa.
 Magnetic Stirrer berfungsi sebagai pengaduk larutan pada hor plate.
 Hot Plate berfungsi untuk memanaskan serta menghomogenkan campuran
sampel.
 Furnace berfungsi untuk memanaskan sampel.
 Lemari Pendingin berfungsi untuk mendinginkan larutan.
 Mesin Shaker Mill berfungsi untuk mengubah ukuran bahan.
 High Energy Milling Jar keramik berfungsi sebagai tempat meletakkan bahan
yang akan dilakukan proses milling.
 Ball Milling berfungsi sebagai bola penghancur.

3.2.2. Bahan Penelitian


Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
 Kafein (C8H10N4O2) berfungsi sebagai analit atau template.
 Kloroform (CHCl3) berfungsi sebagai pelarut organik.
 Methacrylic Acid atau MAA (C4H6O2) berfungsi sebagai monomer fungsi.
 Benzoil Peroksida atau BPO (C14H10O4) berfungsi sebagai inisiator reaksi.
 Ethylene Glycol Dimethacrylate atau EDMA (C10H14O4) berfungsi sebagai
cross-linker.
 Acetonitrile (C2H3N) berfungsi sebagai pelarut organik.
 Metanol (CH3OH) berfungi sebagai larutan yang dapat membersihkan template.
 Asam Asetat (CH3COOH) berfungsi sebagai larutan yang dapat membersihkan
template.
 Aquabides (H2O) berfungsi sebagai pelarut murni.

3.3. Variabel dan Data


3.3.1. Variabel Terikat
Variabel terikat yag digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran partikel kafein.

3.3.2. Variabel Bebas


Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah waktu milling, rasio bola
milling dan massa MIP kafein.

3.3.3. Data
Data yang dihasilkan pada penelitian ini adalah:
 Hasil Uji Kafein menggunakan XRD (X-Ray Diffraction)
Analisis kafein menggunakan XRD (X-Ray Diffraction) bertujuan untuk
mengetahui ukuran partikel kafein yang akan digunakan dalam sintesis MIP
setelah proses milling. Ukuran partikel dari hasil XRD dianalisis menggunakan
metode Schrrer seperti rumusan 2.1. Semakin lama waktu milling maka ukuran
partikel kafein akan semakin kecil. Ukuran partikel kafein diharapkan berada di
bawah 100 nm sesuai definisi nanopartikel. Semakin kecil ukuran partikel yang
dihasilkan diharapankan akan semakin banyak kandungan kafein pada polimer
dan proses ekstraksi kafein dalam polimer akan menghilangkan kafein lebih
banyak.
 Hasil Uji NIP, Polimer dan MIP Kafein menggunakan FTIR (Fourier Transform
Infra Red)
Analisis NIP, Polimer dan MIP Kafein menggunakan FTIR (Fourier Transform
Infra Red) bertujuan untuk mengetahui gugus fungsi yang terkandung di dalam
sampel. Selain itu dapat melihat persen terbuang kafein yang telah dilakukan
ekstraksi melalui nilai transmitansi yang didapat dari masing-masing gugus
fungsi. Nilai transmitansi dari gugus fungsi kafein setelah proses ekstraksi
mencapai 100% yang berarti kandungan kafein di dalam polimer benar-benar
hilang.
 Hasil Uji NIP, Polimer dan MIP Kafein menggunakan XRD (X-Ray Diffraction)
Analisis NIP, Polimer dan MIP Kafein menggunakan XRD (X-Ray Diffraction)
bertujuan untuk mengetahui ukuran kristal dari sampel.
 Hasil Uji NIP, Polimer dan MIP Kafein Menggunakan SEM (Scanning Electron
Miscroscope)
Analisis NIP, Polimer dan MIP Kafein menggunakan SEM (Scanning Electron
Miscroscope) bertujuan untuk mengetahui ukuran dan jumlah rongga. Hasil dari
SEM hanya berupa morfologi permukaan, untuk mengetahui jumlah dan ukuran
rongga maka dianalisis menggunakan software matlab.
 Hasil Uji NIP, Polimer dan MIP Kafein menggunakan HPLC
Uji menggunakan alat HPLC bertujuan untuk mengetahui konsentrasi yang
terdapat dalam NIP, Polimer dan MIP kafein.

3.4. Tahapan Penelitian


3.4.1. Proses Milling Kafein
Proses sintesis nanopartikel kafein (kafein didapatkan secara komersil dari
Sigma Aldrich) dibuat dengan menggunakan mesin Shaker Mill-Miller 1st. Lakukan
proses milling dengan rasio 1:7 (1 gr kafein dan 7 gr ball milling), letakkan ball milling
kedalam HEM jar yang telah terisi serbuk kafein (C8H10N4O2). Kemudian letakkan
HEM jar tersebut ke dalam mesin HEM lalu atur waktu milling dengan variasi 10, 15
dan 20 menit.

3.4.2. Sintesis MIP dan NIP


 Masukkan kloroform (CHCl3) sebanyak 2,01 ml ke dalam gelas beker.
Tambahkan nano kafein (C8H10N4O2) sebanyak 0,025 gr dan Methacrylic Acid
(C4H6O2) sebanyak 0,3 ml. Lalu masukkan Ethylene Glycol Dimethacrylate
(C10H14O4) sebanyak 0,525 ml dan Benzoil Peroksida (C14H10O4) sebanyak 0,07
gr.
 Setelah semua bahan dimasukkan, letakkan magnetic stirrer ke dalam gelas
beker, kemudian letakkan gelas beker diatas hot plate dengan suhu 40°C dan
kecepatan sedang selama 15 menit untuk memperoleh campuran yang homogen.
 Larutan pra-polimer yang dihasilkan kemudian dimasukan dalam vial atau botol-
botol kecil dan ditutup rapat, lakukan proses pendinginan dengan memasukan
botol-botol kecil tersebut kedalam freezer dengan suhu -5°C selama 1 jam.
 Kemudian dilakukan proses pemanasan dengan memasukan botol-botol kecil
tersebut kedalam furnace dengan suhu 75°C selama 3 jam, 80°C selama 2 jam
dan 85°C selama 1 jam.
 Lakukan langkah-langkah diatas untuk membuat NIP tanpa menggunakan
kafein.

3.4.3. Pembuangan Template Kafein


 Polimer padat yang dihasilkan digerus terlebih dahulu menggunakan cawan
mortar sampai berbentuk serbuk.
 Serbuk polimer direndam dengan menggunakan acetonitrile sebanyak 8,5 ml
selama 16 jam, 16 jam, 16 jam secara berurutan.
 Selanjutnya larutan acetonitril tersebut dibuang dengan menggunakan suntikan.
 Rendam kembali larutan polimer dengan menggunakan larutan metanol/asam
asetat (0,625 ml/12,5ml) selama 1 jam, 1 jam, 1 jam.
 Selanjutnya larutan metanol/asam asetat tersebut dibuang dengan menggunakan
suntikan.
 Terakhir rendam polimer menggunakan larutan metanol/aquabides (0,625
ml/12,5 ml) selama 1 jam kemudian buang larutan tersebut.
 Diamkan polimer yang didapat selama 24 jam dalam suhu ruang sampai polimer
yang dihasilkan kering.

3.4.4. Karakterisasi Sampel


Serbuk polimer yang dilakukan pencucian inilah yang disebut MIP. Selanjutnya
MIP dapat dikarakterisasi menggunakan FTIR, XRD dan HPLC.
3.5. Bagan Alir Penelitian
Diagram alir penelitiaan sintesis dan ekstraksi MIP:

Mulai

Kafein

Lakukan proses milling kafein (C8H10N4O2) dengan rasio 1:7 dengan variasi waktu
milling 10, 15 dan 20 menit.

Kafein yang telah halus

Karakterisasi menggunakan XRD

Masukkan kloroform (CHCl3) sebanyak 2,01 ml ke dalam gelas beker.


Tambahkan nano kafein (C8H10N4O2) sebanyak 0,025 gr dan
Methacrylic Acid (C4H6O2) sebanyak 0,3 ml. Lalu masukkan Ethylene Ulangi
Glycol Dimethacrylate (C10H14O4) sebanyak 0,525 ml dan Benzoil proses
Peroksida (C14H10O4) sebanyak 0,07 gr.

Aduk dengan suhu 40°C pada hot plate selama 15 menit

Masukkan ke dalam vial

Dinginkan pada suhu -5°C selama 1 jam

Masukkan ke dalam furnace pada suhu 75°C selama 3 jam, 80°C


selama 2 jam dan 85°C selama 1 jam

A A
A A

Polimer padat

Polimer padatan digerus

Rendam menggunakan acetonitril sebanyak 8,5 ml secara


berulang selama 16 jam, 16 jam, 16 jam

Lakukan perendaman dengan metanol/asam asetat sebanyak 0,625


ml/12,5 ml secara berulang selama 1 jam, 1 jam, 1 jam

Lakukan perendaman dengan metanol sebanyak 3 ml secara


berulang selama 1 jam, 1 jam, 1 jam

Lakukan perendaman dengan metanol/aquabidest sebanyak


0,625/12,5 ml secara berulang selama 1 jam, 1 jam, 1 jam

Pengeringan

Karakterisasi

XRD FTIR SEM HPLC

Analisa dan kesimpulan

Selesai

Anda mungkin juga menyukai