Anda di halaman 1dari 2

Kelompok 7

1. Inayah Hanun Salsabila (K4419047)


2. Laily Nailul Muna (K4419056)
3. Muhammad Ath Thaariq A. (K4419061)
4. Muhammad Miftah Nur ‘A. (K4419062)

Kehidupan Agama Kerajaan Pagan

Menurut Coedes (1964: 131), Buddhisme Theravada terbukti ada sebelum


abad ke-7 M dalam fragmen-fragmen dari teks mendasar bahasa Pali yang disebut
lebih dahulu. Namun, saat itu di Pagan, aliran Mahayana rupanya sudah berakar
kuat dan di bawah pengaruh Benggala mengambil gaya yang kadangkala dikatakan
gaya tantris.

Mulai abad ke-11, hancurnya agama Buddha di anak benua India oleh
serbuan Islam menyebabkan kemunduran aliran Mahayana di Asia Tenggara. Rute
daratan lewat anak benua India menjadi bahaya, maka arah perjalanan laut langsung
di antara Timur Tengah lewat Sri Lanka dan ke Cina terjadi, menyebabkan
merebaknya aliran Theravada Pali kanon, kemudian diperkenalkan ke daerah
sekitarnya sekitar abad ke-11 dari Sri Lanka.

Pada akhir abad ke-12 di Pagan, Buddhisme Theravada perlahan-lahan


mulai menyebar ke tingkat desa meskipun praktik Tantra, Mahayana,
Brahmanisme, dan animisme masih sangat mengakar di semua strata sosial. Orang
kaya menyumbangkan tanah bebas pajak kepada otoritas agama.

Raja Pagan mendirikan sekolah Buddha, yang telah mundur di tempat lain
di Asia Selatan dan Asia Tenggara, penangguhan hukuman yang sangat dibutuhkan
dan tempat berlindung yang aman. Pada 1070-an, Pagan telah muncul sebagai
benteng Theravada utama. Pada 1071, berkembang kembali Buddhisme Theravada
di Ceylon yang ulama Buddhanya telah dimusnahkan oleh Cholas. Perkembangan
kunci lain menurut keilmuan tradisional adalah kemunculan naskah Burma, yang
diyakini berasal dari naskah Mon pada 1058, satu tahun setelah penaklukan Thaton.
Namun penelitian terbaru, meskipun belum diselesaikan, menunjukkan bahwa
naskah Burma mungkin berasal dari abad ke-10 dari naskah Pyu.

Raja Anawrahta (1044–1077), pendiri sejarah kekaisaran Birma,


mempersatukan negara dan memeluk aliran Theravada. Ia memerintahkan untuk
membangun ribuan kuil. Maka berdirilah lebih dari 10.000 kuil Buddha. Ada candi,
pagoda, dan biara. Bangunan keagamaan itu menyebar di kota Bagan seluas 13 x 8
km. Sekitar 2.000 di antaranya masih berdiri hingga kini. Kekuasaan orang Birma
surut dengan kenaikan orang Thai, dan dengan ditaklukannya ibu kota Pagan oleh
orang Mongolia pada 1287, tetapi aliran Buddha Theravada masih merupakan
kepercayaan utama rakyat Myanmar sampai hari ini.

Kuil-kuil itu banyak dikunjungi biarawan dan ilmuwan. Ada yang berasal
dari Pagan, ada pula yang datang dari India, Sri Langka, dan Kamboja. Mereka
belajar agama, tata bahasa, astrologi, kimia, obat-obatan, dan hukum.

Pada tahun 1287, kerajaan Pagan diserbu kerajaan Mongol. Zaman


keemasan Bagan pun berakhir. Banyak kuil yang roboh. Meskipun demikian, masih
banyak biarawan yang berkunjung ke kuil-kuil yang tersisa. Sayangnya, mereka
hanya mengunjungi kuil-kuil besar. Kuil-kuil kecil menjadi terlantar dan akhirnya
roboh. Selain itu ada juga kuil yang roboh karena gempa. Sekarang yang masih
berdiri kokoh tinggal 2.200 kuil saja.

Sejak tahun 1990 pemerintah Myanmar telah merenovasi kuil-kuil yang


sudah runtuh dengan tujuan untuk menarik wistawan. Sayangnya, dalam renovasi
itu mereka tidak mempertahankan gaya arsitektur asli. Mereka juga menggunakan
bahan-bahan bangunan modern. Akibatnya, UNESCO menolak memberikan status
sebagai warisan dunia.

Anda mungkin juga menyukai