Disusun oleh :
Laily Nailul Muna (K4419056)
Pendidikan Sejarah 2019
I. Pendahuluan
Berbicara tentang masa depan, apalagi masa depan suatu bangsa atau
peradaban, kita tidak dapat melepaskannya dari lingkup masa lalu. Karena keduanya
akan saling berkaitan, tidak peduli bagaimana suatu dimensi menghalangi jarak
keduanya yang semula dekat dan erat. Masa lalu adalah tempat di mana bekal untuk di
masa depan dipupuk sebanyak-banyaknya. Masa lalu juga merupakan tempat di mana
pengalaman ditulis seruntut-runtutnya sebagai penentu jalan di masa depan. Masa depan
yang penuh ketidakpastian akan sulit dijalani tanpa pengalaman yang panjang di masa
lalu. Ini tidak hanya menyangkut kehidupan manusia secara sedarhana semata, tetapi
juga menyangkut sebuah peradaban yang besar di masa depan. Dalam hal inilah sejarah
berperan. Melalui sejarah dan metode-metode penulisannya yang sangat kompleks,
disanalah masa depan direncanakan dengan hati-hati. Disana pula masa lalu yang
panjang dan penuh liku ditulis dan diabadikan. Sebagaimana ungkapan lama Yunani
“Historia Magistra Vitae” yang berarti sejarah adalah guru kehidupan, sejarah benar-
benar penunjuk arah bagi sebuah bangsa untuk merencanakan masa depan.
Sejarah merupakan sebuah peristiwa dan juga kisah. Peristiwa bersejarah yang
penting dan hanya berlangsung satu kali kemudian ditulis dalam bentuk historiografi.
Sejarah juga merupakan sebuah kisah yang diturunkan secara turun temurun antar
generasi secara lisan, baik sebagai tradisi suatu adat atau bahkan dongeng pengantar
tidur semasa kanak-kanak. Di satu sisi, sejarah juga merupakan sebuah ilmu yang tentu
saja tidak akan terlepas dari unsur ilmiah dan empiris. Sejarah juga berisi fakta-fakta
yang diiringi alur waktu yang berurutan meskipun sarat akan subjektivitas yang tinggi
dan unsur kepentingan segelintir pihak yang berkuasa. Tanpa melupakan pentingnya
sejarah, perlu dilakukan pengkajian ulang terhadap cerita-cerita sejarah yang beredar
luas di masyarakat atau yang biasa dikenal dengan istilah rekonstruksi sejarah.
1
II. Mengenal Hakikat Rekonstruksi dan Kaitannya dengan Sejarah
Dalam mengkaji hubungan antara masa lalu dan masa depan yang
menggunakan metode rekonstruksi, kita perlu mengenal terlebih dahulu apa hakikat
sesungguhnya dari kata rekonstruksi tersebut. Rekonstruksi sendiri terdiri dua frasa,
frasa “re” yang berarti kembali dan “konstruksi” yang berarti penyusunan. Sebagaimana
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, rekonstruksi berarti pengembalian seperti
semula, atau juga bisa diartikan sebagai penyusunan kembali seperti halnya arti
gabungan kedua frasa pembentuknya. Dalam lingkup yang lebih luas, kata
“rekonstruksi” atau penyusunan kembali ini tidak hanya terkenal dan digunakan dalam
bidang sejarah, tetapi kata itu juga sering ditemukan dalam berbagai bidang, seperti
bidang kewilayahan, hukum, dan bahkan pemerintahan.
Alasan lain mengapa rekonstruksi sejarah sangat perlu, karena dalam penulisan
cerita sejarah atau historiografi di tempat manapun tidak akan pernah terlepas dari
kepentingan suatu rezim yang berkuasa. Sejarah selalu dijadikan alat politik segelintir
politikus untuk melegitimasi kekuasaanya. Hal itu dapat dibuktikan pada buku teks
pembelajaran sejarah dari SD sampai SMA yang nihil penceritaan buruk tentang
bangsanya sendiri atau suatu rezim yang berkuasa. Hal yang seperti itu sebenarnya tidak
hanya terjadi di Indonesia saja, tetapi juga di negara-negara besar lain misalnya seperti
India yang terlalu mengangung-agungkan raja-raja masa Hindhu-Buddha yang pernah
berkuasa di India. Misalnya dengan menceritakan Raja Asoka yang agung dengan
beberapa pencapaiannya yang gemilang dan seolah tanpa keburukan sedikitpun.
III. Sejarah Bukan Hanya Sekadar Kisah Masa Lalu atau Dongeng yang Usang
Sejarah juga merupakan sebuah ilmu. Pada hakikatnya, ilmu itu memuat fakta-
fakta yang bersifat ilmiah dan empiris. Dalam ilmu, suatu fakta akan dijabarkan secara
objektif. Dengan tujuan agar tidak terjadi kesesatan dalam pendidikan peserta didik.
Sehingga, meskipun keburukan suatu bangsa yang padahal terdapat bukti-bukti
sejarahnya itu dianggap aib bagi bangsanya sendiri, tetap perlu dimuat dalam kurikulum
sejarah di sekolah. Kurikulum sejarah di sekolah tidak boleh hanya memuat unsur
kejayaan dan kelebihan bangsa sendiri, karena hal itu akan menyebabkan pemikiran
peserta didik bersifat monokausal. Maksudnya peserta didik akan gampang
menyimpulkan sesuatu hanya dari satu pendapat saja dan tidak mau repot-repot mencari
kebenaran yang lain atau menyangkal pendapat yang sudah ada. Hal itu menyebabkan
kemampuan penalaran peserta didik tidak berkembang atau cenderung stagnan di
tempat karena terlalu sering menerima kebenaran mutlak tentang sesuatu. Satu hal lagi
yang paling fundamental adalah kebenaran tidak boleh dibungkam termasuk fakta
3
sejarah tersebut meskipun separah apapun akibat yang menyertainya apabila
diungkapkan.
IV. Antara Garis Nasib Suatu Bangsa dan Cara Mengubah Masa Depan
Sebagai masyarakat timur yang percaya akan mitos dan ramalan, bangsa
Indonesia percaya bahwa garis nasib bangsanya sudah ditentukan. Mereka berpendapat
bahwa usaha sekeras apapun tidak akan berpengaruh dalam mengubah garis nasib di
masa depan. Meskipun pemikiran yang seperti ini tentu saja tidak dimiliki oleh bangsa
Indonesia secara keseluruhan, namun sudut pandang yang seperti ini jumlahnya
mayoritas seolah mendarah daging dan menjadi ciri kepribadian bangsa Indonesia.
Tetapi sebagaimana sejarah yang mengajarkan untuk tidak berpikiran monokausal atau
tidak boleh mudah menyimpulkan sesuatu hanya dengan satu pendapat saja, pemikiran
yang seperti di atas bisa dihilangkan.
Memang pada dasarnya maasa depan itu penuh dengan ketidakpastian, dan
masa lalu juga penuh hal-hal yang menyakitkan dan menjadikan manusia waspada agar
tidak terjatuh ke lubang yang serupa. Masa depan suatu bangsa bisa direkonstruksi
melalui sejarah, tergantung bagaimana generasi sekarang dan generasi penerus
menyikapinya dengan membuat perubahan-perubahan sekecil-kecilnya berbekal dari
sejarah bangsa masa lalu yang banyak dilukiskan, baik tentang kemenangan maupun
kegagalannya.
V. Penutup
Terlepas dari semua itu, kita sebagai generasi yang hidup di masa sekarang
memiliki kewajiban untuk menyusun kembali puzzle yang bercecer antara masa lalu dan
masa depan. Puzzle yang sudah dimulai di masa lalu dan belum selesai hingga kini
menjadi tantangan tersendiri untuk menyelesaikannya demi membangun masa depan
bangsa yang lebih baik. Misalnya kita mencotohkan puzzle tersebut sebagai sejarah
pengentasan korupsi di Indonesia yang titik awalnya pada pembentukan KPK pada
tahun 2002, setelah itu proses pengentasan korupsi berjalan hingga kini namun sampai
sejauh ini proses pengentasan korupsi belum efektif karena belum mampu membasmi
sampai tuntas. Dengan demikian, dengan memelajari sejarah pengentasan korupsi dari
titik awal pendirian KPK hingga penyelesaian masalah koruspsi di masa kini,
diharapkan akan terus ada kajian-kajian ulang untuk meningkatkan kinerja KPK lebih
baik dan lebih efektif lagi dalam membasmi korupsi di masa depan.
Jika saja semua itu dilambangkan sebagai sebuah siklus yang terus berputar
dan berlanjut, maka akan ditemukan hubungan yang erat antara masa lalu, sekarang, dan
masa depan. Sebagaimana siklus yang tidak boleh terputus, dan apabila terputus akan
menyebabkan suatu hal yang tidak diharapkan. Seperti itulah sistem kerjanya, masa
depan hanya akan diperoleh dengan memelajari masa lalu, dan disitulah gunanya
sejarah yang berfungsi menghubungkan antar dimensi waktu yang panjang tersebut.
Sehingga, sejarah adalah salah satu disiplin ilmu yang sangat penting dalam memajukan
suatu bangsa dan membangun peradaban di masa depan yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
5
Hamid, Abdul Rahman dan Muhammad Saleh Majid. 2011. Pengantar Ilmu Sejarah.
Yogyakarta : Ombak
Purwanta, Hieronymus. 2019. Hakekat Pendidikan Sejarah. Surakarta : UNS Press.