PENDAHULUAN
2
haruslah lebih tinggi dari presentase pertambahan jumlah penduduk dan ada
kecenderungan dalam jangka panjang bahwa pertumbuhan itu akan berlanjut.
Keberadaan transportasi sebagai pendukung pergerakan masyarakat akan
memberikan implikasi positif terhadap semakin meningkatnya pertumbuhan dan
perkembangan suatu kota. Namun, perkembangan transportasi sampai saat ini tidak
hanya memberikan implikasi positif tetapi juga implikasi negatif, seperti kemacetan,
kesemrawutan, dan kecelakaan lalu lintas. Menurut Bayu A. Wibawa (1996), terdapat
kecenderungan bahwa berkembangnya suatu kota bersamaan pula dengan
berkembangnya masalah transportasi yang terjadi. Implikasi negatif yang ditimbulkan
oleh perkembangan transportasi salah satunya disebabkan oleh meningkatnya
pertumbuhan penduduk yang memberikan pengaruh pada meningkatnya demand
terhadap sarana maupun prasarana transportasi. Transportasi juga sangat berkaitan
erat dengan kebijakan tata ruang. Pakar ilmu transportasi Warpani (1987) berpendapat
bahwa ruang merupakan kegiatan yang ditempatkan di atas lahan kota, sedangkan
transportasi merupakan sistem jaringan yang secara fisik menghubungkan satu ruang
kegiatan dan ruang kegiatan lainnya. Perencanaan kota tanpa mempertimbangkan
keadaan dan pola transportasi akibat dari perencanaan itu sendiri akan menimbulkan
keruwetan lalu lintas dikemudian hari yang berakibat dengan meningkatnya
kemacetan lalu lintas dan akhirnya meningkatkan pencemaran udara (Sukarto, 2006).
Meningkatnya mobilitas orang memerlukan sarana dan prasarana transportasi
yang memadai, aman, nyaman dan terjangkau bagi masyarakat. Peningkatan
pendapatan membuat masyarakat mampu untuk membeli kendaraan seperti sepeda
motor maupun mobil sebagai sarana transportasi pribadi. Peningkatan perekonomian
daerah juga menyebabkan kebutuhan akan sarana transportasi lain seperti bus dan
truk meningkat. Akibatnya, semakin hari jumlah arus lalu lintas dan jenis kendaraan
yang menggunakan ruas-ruas jalan semakin bertambah. Hal ini menimbulkan
masalah di bidang transportasi, salah satunya adalah masalah kemacetan yang
ditimbulkan oleh lalu lintas, yang salah satunya adalah kawasan sekolah. Kemacetan
jalan merupakan suatu masalah yang harus dipecahkan bersama. Karena dengan
kondisi kemacetan seperti ini akan terjadi pembebanan yang berlebihan pada jalan,
3
yang pada akhirnya mengakibatkan kemacetan lalu lintas, kenyamanan perjalanan
terganggu, kebosanan, kelelahan, pemborosan waktu dan materi, yang pada akhirnya
terjadi pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas. Saat ini lalu-lintas Kota Medan yang
macet merupakan masalah sehari-hari warga Kota Medan, khususnya di daerah
sekitar lokasi sekolah. Hal ini terjadi karena pertumbuhan jalan dan pertambahan
jumlah kendaraan bermotor tidak seimbang dan perilaku masyarakat yang tidak
mematuhi peraturan sehingga membuat lalu-lintas di Kota Medan macet.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling
menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.
Secara administratif, batas wilayah Kota Medan adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Selat Malaka
Sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang
Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang
Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang
6
adalah perubahan pola pikir masyarakat dan perubahan sosial ekonominya.
Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai berbagai
dinamika social yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural.
Menurunnya tingkat kelahiran dan tingkat kematian, meningkatnya arus perpindahan
antar daerah dan proses urbanisasi, mempengaruhi kebijakan kependudukan yang
diterapkan.
Dalam kependudukan dikenal istilah transisi penduduk. Istilah ini mengacu
pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan
kematian tinggi ke keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian rendah.
Penurunan pada tingkat kelahiran ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain
perubahan pola berfikir masyarakat akibat pendidikan yang diperolehnya, dan juga
disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi. Penurunan tingkat kematian
disebabkan oleh membaiknya gizi masyarakat akibat dari pertumbuhan pendapatan
masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan penduduk mulai menurun. Pada akhir proses
transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah tidak banyak berubah lagi,
akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak banyak berubah, kecuali
disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi. Komponen kependudukan lainnya
umumnya menggambarkan berbagai berbagai dinamika sosial yang terjadi di
masyarakat, baik secara sosial maupun kultural.
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kota Medan
7
Secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan
sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan
keuangan regional/nasional. pada tahun 2011, sektor tertier mendominasi
perekonomian Kota Medan, yaitu sebesar 70,92 persen, subsektor sekunder sebesar
26,57 persen dan perolehan dari sektor primer hanya sebesar 2,50 persen. Hal ini
dikarenakan memang Kota Medan memang bukan daerah pertanian sehingga struktur
PDRB Kota Medan didominasi oleh subsektor tersier.Kualitas perekonomian daerah
terkait erat dengan aspek ketenagakerjaan dan kemiskinan. Peningkatan kualitas
perekonomian daerah seyogyanya dapat meningkatkan produktivitas, nilai tambah
dan menyerap angkatan kerja sehingga tingkat pengangguran dan kemiskinan
semakin berkurang, karena ketersediaan kesempatan kerja yang menjamin perolehan
pendapatan.
Perubahan struktur ekonomi umumnya disebut transformasi struktural dan
didefinisikan sebagai rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan lainnya
dalam komposisi permintaan agregat (produksi dan pengangguran faktor-faktor
produksi, seperti tenaga kerja dan modal) yang diperlukan guna mendukung proses
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Berdasarkan
perbandingan peranan dan kontribusi antar lapangan usaha terhadap PDRB pada
kondisi harga berlaku tahun 2005-2007 menunjukkan, pada tahun 2005 sektor tertier
memberikan sumbangan sebesar 70,03 persen, sektor sekunder sebesar 26,91 persen
dan sektor primer sebesar 3,06 persen. Lapangan usaha dominan yaitu perdagangan,
hotel dan restoran menyumbang sebesar 26,34 persen, sub sektor transportasi dan
telekomunikasi sebesar 18,65 persen dan sub sektor industri pengolahan sebesar
16,58 persen.
Kontribusi tersebut tidak mengalami perubahan berarti bila dibandingkan
dengan kondisi tahun 2006. Sektor tertier memberikan sumbangan sebesar 68,70
persen, sekunder sebesar 28,37 persen dan primer sebesar 2,93 persen. Masing-
masing lapangan usaha yang dominan yaitu perdagangan, hotel dan restoran sebesar
25,98 persen, sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar 18,65 persen, industri
jasa pengolahan sebesar 16,58 persen dan jasa keuangan 13,41 persen. Demikian juga
8
pada tahun 2007, sektor tertier mendominasi perekonomian Kota Medan, yaitu
sebesar 69,21 persen, disusul sektor sekunder sebesar 27,93 persen dan sektor primer
sebesar 2,86 persen.
Masing-masing lapangan usaha yang dominan memberikan kontribusi sebesar
25,44 persen dari lapangan usaha perdagangan/hotel/restoran, lapangan usaha
transportasi/telekomunikasi sebesar 19,02 persen dan lapangan usaha industri
pengolahan sebesar 16,28 persen. Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan tahun 2009
berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000
terjadi peningkatan sebesar 6,56 persen terhadap tahun 2008. Pertumbuhan tertinggi
dicapai oleh sektor pengangkutan dan komunikasi 9,22 persen. Disusul oleh sektor
perdagangan, hotel, dan restoran 8,47 persen, sektor bangunan 8,22 persen, sektor
jasa-jasa 7,42 persen, sektor listrik ,gas dan air bersih 5,06 persen, sektor pertanian
4,18 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh sebesar 2,94
persen, sektor industri 1,71 persen, dan penggalian tumbuh 0,46 persen. Besaran
PDRB Kota Medan pada tahun 2009 atas dasar harga berlaku tercapai sebesar
Rp.72,67 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp. 33,43 triliun.
Terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan tahun 2009 sebesar 6,56 persen,
sektor perdagangan, hotel, dan restoran menyumbang perumbuhan sebesar 2,20
persen Disusul oleh sektor pengangkutan dan komunikasi 1,85 persen, sektor
bangunan 0,91 persen, sektor jasa-jasa 0,76 persen, sektor keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan 0,43 persen, sektor industri 0,25 persen, sektor pertanian 0,10 persen,
sektor listrik ,gas dan air bersih 0,07 persen dan sektor pertambangan dan penggalian
menyumbang pertumbuhan 0,00 persen.
Dari sisi penggunaan, sebagian besar PDRB Kota Medan pada tahun 2009
digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga yang mencapai 36,20 persen,
disusul oleh ekspor neto 30,53 persen (ekspor 50,82 persen dan impor 20,29 persen),
pembentukan modal tetap bruto 20,61 persen, konsumsi pemerintah 9,54 persen dan
pengeluaran konsumsi lembaga nirlaba 0,64 persen. PDRB per Kapita atas dasar
harga berlaku pada tahun 2009 mencapai Rp. 34,26 juta, lebih tinggi dibandingkan
dengan tahun 2008 sebesar Rp. 31,07 juta.
9
Gambar 2.2 Kondisi Ekonomi di Kota Medan
Sumber: hariansib.com
10
2.1.6 Kondisi Kultural di Kota Medan
Sebagai pusat perdagangan baik regional maupun internasional, sejak awal
Kota Medan telah memiliki keragaman suku (etnis), dan agama. Oleh karenanya,
budaya masyarakat yang ada juga sangat pluralis yang berdampak beragamnya nilai –
nilai budaya tersebut tentunya sangat menguntungkan, sebab diyakini tidak satupun
kebudayaan yang berciri menghambat kemajuan (modernisasi), dan sangat diyakini
pula, hidup dan berkembangnya nilai-nilai budaya yang heterogen, dapat menjadi
potensi besar dalam mencapai kemajuan. Keragaman suku, tarian daerah, alat musik,
nyanyian, makanan, bangunan fisik, dan sebagainya, justru memberikan kontribusi
besar bagi upaya pengembangan industri pariwisata di Kota Medan.
Adanya prularisme ini juga merupakan peredam untuk munculnya isu-isu
primordialisme yang dapat mengganggu sendi-sendi kehidupan sosial. Oleh
karenanya, tujuannya, sasarannya, strategi pembangunan Kota Medan dirumuskan
dalam bingkai visi, dan misi kebudayaan yang harus dipelihara secara harmonis.
11
Suasana kejiwaan dan kebatinan inilah yang pada dasarnya menjadi semangat
penyusunan dan diperlakukannya UU No 32 Tahun 2004 dan UU No 33 Tahun 2004,
yang saat ini berlaku sebagai dasar-dasar penyelenggaraan pemerintahan di daerah,
dengan prinsip demokratis, peran serta masyarakat, pemerataan, keadilan dan
memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Adanya pemerintahan daerah
berkonsekuensi adanya Pemerintahan Daerah. Pemerintah Daerah Kota Medan adalah
Walikota Medan beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai unsur
penyalenggara pemerintah daerah. Secara garis besar struktur organisasi Pemerintah
Kota Medan, dapat digambarkan sebagai berikut:
12
1. Urusan pemerintahan teknis yang pelaksanaannya diselenggarakan oleh
Dinas-dinas daerah (Dinas Kesehatan, Pekerjaan Umum),
2. Urusan pemerintahan umum.
Kewenangan mengatur yang diselengarakan bersama-sama dengan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Medan, sebagi Badan Legislatif Kota.
Kewenagan yang tidak bersifat mengatur (segala sesuatu yang dicakup dalam
kekuasaan melaksanakan kesejahteraan umum), yang diselenggarakan oleh
Wlikota/Wakil Walikota, sebagai pimpinan tertinggi Badan Eksekutif Kota.
Bersasarkan fungsi dan kewenagan tersebut, Walikota Medan membawahi (pimpinan
Eksekutif tertinggi) seluruh Instansi pelaksana Eksekutif Kota.
13
Pemanfaatan sebagian besar dana perimbangan tersebut oleh Pemerintah Kota
Medan digunakan untuk pengembangan jaringan infrastruktur kota terpadu, termasuk
pemeliharaannya. Dengan keterpaduan tersebut infrastruktur yang dibangun benar-
benar memperlancar arus barang dan jasa antar daerah sehingga dapat menggerakkan
kegiatan sosial ekonomi warga Kota Medan. Kegiatan ekonomi yang berkembang
pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kemampuan Pemerintah Kota dalam
pembiayaan pembangunan kota, sekaligus memperkecil ketergantungan Pemerintah
Kota kepada Pemerintah Pusat.
Tabel 2.2 Realisasi APBD Pemerintah Kota Medan
Tahun Rencana Realisasi Presentase
2006 1.415.485.418 1.322.425.420 93,43
2007 1.751.826.796 1.392.698.097 79,50
2008 1.881.236.641 1.477.958.513 75,56
2009 2.350.106.262 * -
Sumber: BPS Kota Medan
14
Pemerintah Kota Medan dan swadaya masyarakat, hal ini dapat dilihat pada tabel
berikut berdasarkan pada panjang jalan menurut kondisinya di kota Medan.
Tabel 2.3 Panjang Jalan Menurut Kondisi di Kota Medan tahun 2000
15
tetap. Ini merupakan sebuah gambaran bahwa belum adanya sistem transportasi
terpadu di Kota Medan pada saat itu.
Tabel 2.5 Data jumlah kendaraan tak bermotor di Kota Medan dari tahun 2004-2009
16
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Medan (2010)
Sementara pada Tabel 2.6 berikut disajikan jumlah kendaraan angkutan
penumpang umum tidak dalam trayek. Dari data tersebut dapat dilihat dominasi
becak bermotor sebagai alternatif angkutan umum tidak dalam trayek. Pada tahun
2005 jumlah becak bermotor mencapai 90.58%, pada tahun 2006 turun menjadi
82.82% dan pada tahun 2007 sebesar 83.05%, pada tahun 2008 sebesar 84,95 % serta
pada tahun 2009 sebesar 85,00 %.
Data tersebut juga memperlihatkan kecenderungan menurunnya jumlah taksi
dengan argometer, sementara untuk taksi tanpa argo meter memiliki kecenderungan
yang meningkat. Keadaan ini sangat kontradiktif dengan tujuan Kota Medan sebagai
kota jasa dan industri.
Tabel 2.6 Data jumlah kendaraan tak bermotor tahun 2004-2009
17
Kedudukan Kota Medan dan peranannya yang sangat penting, telah mendorong
perkembangan kota yang sangat pesat. Agar perkembangan yang terjadi secara
langsung, terpadu dan berkelanjutan maka untuk itu Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kotamadya Medan menetapkan adanya satuan-satuan wilayah
pengembangan pembangunan. Pembentukan satuan-satuan wilayah pembangunan
tersebut didasarkan pada hasil analisis terhadap kondisi pembangunan yang dicapai.
Oleh karena itu perlu upaya untuk meratakan laju pertumbuhan di setiap Wilayah
Pengembangan Pembangunan (WPP). Pembangunan di setiap sektor akan
dioptimalkan dan disesuaikan menjadi lima WPP, yaitu:
1. WPP A, meliputi tiga kecamatan yaitu Kecamatan Medan Belawan, Medan
Labuhan, dan Medan Marelan dengan pusat pengembangan di Belawan.
Wilayah ini dibangun untuk pelabuhan, industri, permukiman, rekreasi air, dan
usaha kegiatan pembangunan jalan baru, jaringan air minum, septik tank, sarana
pendidikan;
2. WPP B, meliputi satu kecamatan yaitu Kecamatan Medan Deli dengan pusat
pengembangan di Tanjung Mulia. Wilayah ini dibangun sebagai kawasan
perkantoran, perdagangan, rekreasi indoor, dan permukiman, dengan program
kegiatan pembangunan jalan baru, jaringan air minum, pembuangan sampah
dan sarana pendidikan;
3. WPP C, meliputi enam kecamatan yaitu Kecamatan Medan Timur, Medan
Perjuangan, Medan Tembung, Medan Area, Medan Denai dan Medan Amplas
dengan pusat pengembangan di Aksara. Wilayah ini dibangun untuk
permukiman, perdagangan dan rekreasi, dengan program kegiatan
pembangunan sambungan air minum, septik tank, jalan baru, rumah permanen,
sarana pendidikan dan kesehatan;
4. WPP D, meliputi lima kecamatan yaitu Kecamatan Medan Johor, Medan Baru,
Medan Kota, Medan Maimun, dan Medan Polonia dengan pusat pengembangan
di Inti Kota. Wilayah ini dibangun untuk kawasan perdagangan, perkantoran,
rekreasi indoor dan permukiman, dengan program kegiatan pembangunan
perumahan permanen, penanganan sampah dan sarana pendidikan;
18
5. WPP E, meliputi enam kecamatan yaitu Kecamatan Medan Barat, Medan
Helvetia, Medan Petisah, Medan Sunggal, Medan Selayang dan Medan
Tuntungan dengan pusat pengembangan di Sei Sikambing. Wilayah ini
dibangun untuk permukiman, perdagangan, rekreasi, dengan program kegiatan
sambungan air minum, septik tank, jalan baru, rumah permanen, sarana
pendidikan dan kesehatan.
19
sarana penunjangnya, mencakup sistem transportasi darat, sistem jaringan
kereta api, sistem jaringan angkutan sungai dan penyeberangan, sistem jaringan
transportasi laut dan sistem jaringan transportasi udara.
4. Rencana Sistem Jaringan Utilitas adalah pengembangan sistem jaringan
pelayanan yang memungkinkan kota dapat terlayani secara optimal dengan
memperhatikan arahan pengembangan dan distribusi penduduk, sistem pusat-
pusat pelayanan serta arah pengembangan kota dalam jangka panjang.
20
Tabel 2.7 Arahan Distribusi Penduduk di Kota Medan Tahun 2030
21
Sumber: Rencana tata ruang wilayah Kota Medan Tahun 2010-2030
22
Zona perumahan penduduk commuter.
2. Teori Sektor (sector theory) yang dikembangkan oleh Homer Hoyt (1939)
menyatakan bahwa kota-kota tumbuh tidak dalam zona-zona konsentrik saja,
tetapi dalam sektor-sektor dengan jenis-jenis perkembangan yang serupa.
3. Teori Banyak Pusat (multiple nuclei theory) dikembangkan oleh Chauncy
Harris dan Edward Ullman (1945), yang mengemukakan bahwa pola-pola
penggunaan tanah dipandang sebagai serangkaian pusat, yang masing-masing
mempunyai fungsi yag berbeda. Setiap pusat berkembang dari
interdependensi ruang dari fungi-fungsi tertentu.
23
Pengembangan sistem jaringan transportasi bertujuan untuk meningkatkan
aksesibilitas penduduk, pelaku pembangunan dan pelaku ekonomi terhadap pusat
pusat kegiatan produksi atau pusat-pusat pelayanan dan pemasaran, baik yang berada
di dalam maupun di luar wilayah Kota Medan yang dilakukan dengan cara
meningkatkan dan mengembangkan prasarana dan sarana transportasi darat, laut, dan
udara.
Sistem jaringan transportasi Kota Medan yang direncanakan mencakup Sistem
Jaringan Transportasi Darat, Sistem Jaringan Transportasi Udara dan Sistem Jaringan
Transportasi Laut. Ketiga sistem jaringan tersebut akan sangat menentukan struktur
dan pola ruang Kota Medan sampai dengan tahun 2030, karena faktor yang paling
menentukan dalam pembentukan struktur kota adalah jaringan transportasi,
khususnya jaringan transportasi berupa jaringan jalan raya dan jaringan jalan kereta
api. Sedangkan sistem jaringan transportasi udara dan laut lebih terkait kepada sistem
perpindahan antar moda transportasi. Tujuan pengembangan sistem jaringan
transportasi Kota Medan, adalah untuk:
a. Meningkatkan aksessibilitas dan mobilitas orang, barang dan jasa dari dan ke
pusat primer, pusat sekunder dan pusat-pusat lingkungan.
b. Memperkuat interaksi antar pusat-pusat perkembangan/pelayanan di wilayah
Kota Medan dan ke wilayah-wilayah sekitarnya (Mebidangro) agar dapat
tercipta sinergi perkembangan wilayah.
c. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah dan mewujudkan pemerataan
pembangunan untuk meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan
pergerakan orang dan barang dan jasa serta memfungsikannya sebagai
katalisator dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.
Agar tujuan pengembangan di atas dapat tercapai, maka perlu adanya
pengembangan sistem jaringan transportasi secara terpadu dan terintegrasi antara
sistem transportasi lokal dan transportasi regional. Terminologi terminal terpadu perlu
dikembangkan secara lebih luas, yaitu terpadu dengan beberapa penggunaan lainnya,
seperti pasar dan sebagainya. Pengembangan sistem jaringan transportasi di wilayah
Kota Medan, meliputi:
24
2.6.3.1 Sistem Jaringan Transportasi Darat
Pengembangan sistem jaringan jalan di wilayah Kota Medan didasari oleh
kebijaksanaan RTRW Nasional, RTR Pulau Sumatera, RTRW Provinsi Sumatera
Utara, RTR Kawasan Perkotaan Mebidangro, sistem jaringan jalan eksisting, pola
pemanfaatan ruang dan sebaran pusat-pusat pelayanan kegiatan kota. Pengembangan
sistem jaringan jalan Kota Medan ini akan lebih difokuskan pada sistem primer dan
sekunder, baik untuk fungsi Jalan Arteri, Kolektor, maupun Lokal.
Jaringan jalan yang direncanakan pengembangannya adalah:
1. Jalan Arteri Primer
Fungsi Jalan Arteri Primer terhadap transportasi Kota Medan adalah jalan-
jalan yang menghubungkan kota tersebut dengan kota-kota besar lainnya
(ibukota provinsi), atau ruas-ruas jalan yang menghubungkan antara satu
kawasan andalan dengan kawasan andalan lainnya dalam satu provinsi, atau
ruas-ruas jalan yang menghubungkan antara Pusat Primer dan Pusat Primer
lainnya dalam wilayah Kota Medan. Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai
jalan Arteri Primer antara lain seperti pada tabel berikut ini:
25
Sumber: RUTRK Kota Medan 2005
26
Fungsi Jalan Kolektor Primer terhadap transportasi Kota Medan adalah ruas
ruas jalan yang melayani pergerakan dari Pusat Primer ke Pusat Sekunder
maupun. Jalan ini terkoneksi ke sistem pelayanan jalan kolektor primer dan
arteri sekunder.
Tabel 2.10 Fungsi Jaringan Jalan Kolektor Primer Kota Medan
27
Pengembangan sistem angkutan umum massal direncanakan untuk
menghubungkan sistem pusat primer, Pusat primer, primer dan sekunder, serta
sekunter antar sekunder. Serta dikawasan CBD Polonia. Adapun pengembangan
terminal angkutan umum massal di Kota Medan meliputi:
a. Terminal Amplas, Tipe A, ditetapkan di Kelurahan Harjosari Kecamatan
Medan Amplas;
b. Terminal Pinang Baris, Tipe A, ditetapkan di Kelurahan Sunggal Kecamatan
Medan Sunggal;
c. Terminal Belawan, Tipe A, ditetapkan di Kelurahan Belawan II Kecamatan
Medan Belawan;
d. Terminal Agribisnis, Tipe A, ditetapkan di Kelurahan Ladang Bambu
Kecamatan Medan Tuntungan;
e. Terminal Terpadu, Tipe B, ditetapkan di CBD Polonia; dan
f. Terminal Sambu, Tipe C, ditetapkan di Kelurahan Gang Buntu Kecamatan
Medan Timur.
28
Sistem jaringan perkeretaapian adalah sistem jaringan untuk memperlancar
perpindahan orang dan/atau barang secara massal, menunjang pemerataan,
pertumbuhan dan stabilitas serta sebagai pendorong dan penggerak pembangunan
kawasan.
1. Terminal dan Stasiun Kereta Api
Rencana pengembangan sistem terminal ialah dengan membangun terminal
terpadu di CBD Polonia yang terintegrasi dengan stasiun Kereta Api dan
terminal-terminal kelas A yang telah ada seperti Terminal Amplas, Terminal
Belawan dan Terminal Pinang Baris. Untuk mendukung pengembangan
kawasan Utara, maka pada Pusat Primer Utara juga akan dibangun sebuah
terminal yang terintegrasi dengan Stasiun Kereta api. Pengembangan terminal
terpadu, selain terintegrasi dengan Stasiun Kereta Api juga terpadu dengan
guna lahan lainnya (multi use), seperti:
Terpadunya dengan trayek angkutan, seperti: AKAP dan AKDP.
Terpadunya dengan moda transportasi, seperti: bus, minibus, angkot,
mobil pribadi dan pejalan kaki.
Terpadunya dengan tata guna lahan, seperti: fasilitas umum dan sosial,
pasar, perdagangan dan jasa, permukiman maupun perkantoran.
2. Angkutan Kereta Api
Fungsi Jalan/Rel Kereta Api terhadap sistem jaringan transportasi Kota Medan
diarahkan sebagai salah satu alternatif angkutan moda transportasi darat, baik
untuk mengangkut orang maupun barang inter dan intra regional, yaitu dengan
mendorong percepatan realisasi dari pengoperasian jaringan jalan/rel kereta
api dengan terkoneksi dalam sistem jaringan kereta api Sumatera. Jaringan
jalan/rel kereta api dari Kota Medan yang dapat dikembangkan dimasa
mendatang adalah;
jalur kereta api Jalur Medan – Binjai – Tanjung Pura – hingga Banda Aceh;
jalur kereta Medan – Tebing Tinggi – Rantau Prapat – hingga Pekan Baru;
Jalur kereta api Medan – Belawan;
29
Jalur kereta api Medan – Deli Tua;
Jalur kereta api Medan – Pancur Batu;
jalur kereta api Medan – Kuala Namo;
Jalur kereta api Medan – Gabion.
30
Gambar 2.8 Prasarana Transportasi Sungai/danau di Kota Medan
Sumber: Wikipedia.com
31
dapat melayani kapal pesiar dan kapal barang dari luar negeri, khususnya dari/ke
negara-negara Asia. Beberapa kegiatan dan pelayanan yang akan dikembangkan di
Kawasan Pelabuhan Hubungan Internasional Belawan, antara lain:
Zona penumpang;
Zona industri dan pergudangan;
Zona peti kemas;
Zona proses ekspor–import;
Zona perkantoran, dan
Zona perikanan samudera
32
Medan dan sekitarnya dengan kota-kota seperti Bandung, Padang, Pekanbaru, Batam,
Palembang, Jakarta, Gunung Sitoli serta Kuala Lumpur, Penang, Ipoh, di Malaysia
dan Singapura.
33
dibuat pemisah antara jalur cepat, jalur lambat dan jalur khusus pejalan kaki. Jalur
khusus pejalan kaki tersebut sekaligus dapat berfungsi sebagai jalur hijau jalan.
Pedestrian adalah jalur sirkulasi khusus bagi pejalan kaki, terpisah jelas dari
jalur kendaraan, dapat ditempatkan sepanjang jalur kendaraan atau pada kawasan
lainnya, menghubungkan dua atau lebih kawasan, tempat atau bangunan.
Keberhasilan sebuah kota atau areal kota yang berkembang bergantung pada
bagaimana sistem penghubungnya bekerja. Ukuran keberhasilannya tidak terletak
pada tampilan fisiknya, tetapi lebih kepada kontribusinya pada kualitas dan
pembentukan karakter ruang kota. Ruang kota sebagai tempat untuk berinteraksi
dipengaruhi oleh sistem pergerakan. Sistem pergerakan di dalam ruang kota
dikatakan berhasil apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Tersedianya beberapa pilihan rute bagi pelaku perjalanan untuk mencapai
tujuannya.
Perkembangan kota didukung oleh semua jenis pergerakan baik kendaraan
umum, kendaraan pribadi, pemakai sepeda dan pejalan kaki.
Jalur-jalur dan fasilitas-fasilitas perkotaan terhubung dengan baik.
34
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Sarana dan Prasarana Transportasi yang terdapat di Kota Medan adalah:
Sistem Transportasi Darat.
Sistem Transportasi Laut.
Sistem Transportasi Udara.
Sistem Transportasi Sungai.
Sistem Transportasi Perkretaapian.
2. Sistem Tata Guna Lahan dalam Wilayah Pengembangan Pembangunan (WPP)
pada setiap sektor di Kota Medan terdiri dari:
WPP A (Kecamatan Medan Belawan, Medan Labuhan, dan Medan
Marelan) Wilayah ini dibangun untuk pelabuhan, industri, permukiman,
rekreasi air, dan usaha kegiatan pembangunan jalan baru, jaringan air
minum, septik tank, sarana pendidikan.
WPP B (Kecamatan Medan Deli) Wilayah ini dibangun sebagai kawasan
perkantoran, perdagangan, rekreasi indoor, dan permukiman, dengan
program kegiatan pembangunan jalan baru, jaringan air minum,
pembuangan sampah dan sarana pendidikan.
WPP C (Kecamatan Medan Timur, Medan Perjuangan, Medan Tembung,
Medan Area, Medan Denai dan Medan Amplas) Wilayah ini dibangun
untuk permukiman, perdagangan dan rekreasi, dengan program kegiatan
pembangunan sambungan air minum, septik tank, jalan baru, rumah
permanen, sarana pendidikan dan kesehatan.
WPP D (Kecamatan Medan Johor, Medan Baru, Medan Kota, Medan
Maimun, dan Medan Polonia) Wilayah ini dibangun untuk kawasan
perdagangan, perkantoran, rekreasi indoor dan permukiman, dengan
35
program kegiatan pembangunan perumahan permanen, penanganan
sampah dan sarana pendidikan.
WPP E (Kecamatan Medan Barat, Medan Helvetia, Medan Petisah, Medan
Sunggal, Medan Selayang dan Medan Tuntungan) Wilayah ini dibangun
untuk permukiman, perdagangan, rekreasi, dengan program kegiatan
sambungan air minum, septik tank, jalan baru, rumah permanen, sarana
pendidikan dan kesehatan.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan dalam menganalisis Sistem
Transportasi dan Tata Guna Lahan di Kota yang ditinjau adalah sebagai berikut:
1. Jika mencari data untuk pembuatan laporan, sebaiknya menggunakan data
terbaru yang dapat diambil dari berbagai sumber. Hal ini perlu
dikarenakan data yang kami pergunakan dalam mendukung penyusunan
laporan ini adalah data tahun 2005 sampai 2009.
36