Arie S. Hutagalung
Pengantar
Februari 1994
15
yang sudah "Sold Out" dimana lokasinya masih berupa tanah kosong yang
belum dibangun, dimana di atasnya masih berdiri SD Umum dan perumahan
rakyat setempat yang belum dibebaskan. Bak membeli kucing dalam karung,
demikian komentar beberapa pakar hukum yang ada di negara kita.
Sebenarnya istilah "Strata title" tidak ada dalam kamus kepustakaan hukum
di negara kita, tetapi di dalam iklan-iklan seringkali digunakan untuk
menarik konsumen dalam rangka pembangunan kondominium.
Sebenarnya sistem pemilikan itu berasal dari kata Condominium, Co
berarti bersama-sama, dominium berarti pemilikan. Istilah yang dipakai
berbeda menurut sistem hukum dari negara yang bersangkutan, misalnya di
Inggeris disebut Joint Property, di Italia menggunakan istilah condominium,
sedangkan di Singapura dan Australia menggunakan istilah Strata Title. Di
antara istilah-istilah tersebut di atas, istilah Strata Title yang lebih
memungkinkan adanya pemilikan bersama secara horisontal disamping
pemilikan bersama secara vertikal.
Menurut hukum di negara bagian New South Wales, Australia, yang
dimaksud dengan Strata Scheme adalah:
A Strata scheme is a legally recognised arrangement whereby a
building and the land upon which it is erected is subdivided into lots
or lots and common property, the lots (or units as they are commonly
cal/ed) having separate title, the transfer of which is not inherently
restricted, the common property being used by the occupiers of the
lots but owned by a body corporate as agent for the owners of the
lots in specified proportions.
Karena pemilikan SRS meliputi juga hak atas tanah bersama, maka SRS
hanya dapat dimiliki oleh perorangan dan badan hukum yang memenuhi
syarat sebagai pemegang hak atas tanah bersama yang bersangkutan.
Demikian ditegaskan dalam Pasal 8 (UURS).
Menurut Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA), tanah Hak Milik
(HM) hanya dapat dipunyai orang perorangan warganegara Indonesia tunggal
dan badan-badan hukum tertentu, yang disebut dalam PP 38 tahun 1963.
Tanah Hak Guna Bangunan (HGB) dapat dipunyai oleh perorangan
warganegara Indonesia dan badan-badan hukum yang didirikan menurut
hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia. Sedang Hak Pakai (HP)
dapat juga dipunyai oleh orang-orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia dan badan-badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di
Indonesia. Dengan adanya ketentuan tersebut, maka dengan sendirinya yang
boleh membeli SRS adalah perorangan dan badan-badan hukum yang
memenuhi persyaratan tersebut.
Dalam UURS tidak ada ketentuan mengenai akibat pewarisan tanpa
wasiat kepada orang yang tidak memenuhi syarat sebagai pemilik SRS yang
diterimanya sebagai warisan. Juga tidak ada ketentuan apa yang harns
dilakukan pemilik SRS yang memperoleh atau berganti kewarganegaraan
asing, hingga tidak lagi memenuhi syarat sebagai pemilik SRS-nya. Kiranya
dalam hal yang demikian, secara analogi, dapat diperlakukan ketentuan Pasal
21 ayat (3) dan Pasal36 ayat (2) UUPA, yang mewajibkan penerima warisan
dan pemilik SRS yang bersangkutan untuk mengalihkan haknya kepada pihak
yang memenuhi syarat dalam waktu satu tahun sejak saat tidak dipenuhi
syarat sebagai pemilik.
Masalah yuridis praktis yang ditemukan dalam pemasaran SRS ini
apabila konsumennya WNA yang tinggal di Indonesia dan Badan Hukum
Asing.
Febnmri 1994
Condominium 17
Satu-satunya jalan keluar saat ini adalah menyewa SRS dari pihak
developer langsung atau pihak konsumen yang memenuhi persyaratan sebagai
pemegang hak atas tanah yang tersedia.
Dalam mencari jalan keluar dari masalah ini harus dipertanyakan 2 (dua)
hal:
Februan 1994
Condominium 19
Februari 1994
Condominium 21
dan HMSRS sebagai jaminan kredit dengan dibebani hipotik atau fidusia,
tatacara pembebanannya, pember ian surat tanda buktinya, royanya dan
kemungkinan eksekusinya tanpa melalui pelelangan umum.
Bagi Hukum Jaminan Indonesia, ketentuan tersebut sebagian memberikan
pengukuhan 'pada tafsiran dan praktek yang berlaku sebelumnya. Sebagian
merupakan ketentuan-ketentuan baru, yang akan dapat melayani kegiatan
perkreditan modern secara yang lebih memuaskan, selama menunggu
kelahiran Hukum Jaminan Nasional.
Biarpun dimuat dalam UURS, bukan berarti bahwa ketentuan-ketentuan
tersebut tidak dapat diberlakukan juga terhadap kasus-kasus perkreditan non-
rumah-susun. Memberlakukan ketentuan-ketentuan tersebut bagi kasus-kasus
non-rumah-susun secara analogi , dengan penyesuaian yang diperlukan, tidak
akan menimbulkan kerugian bagi siapapun. Bahkan sebaliknya akan
menciptakan kepastian hukum mengenai hal-hal yang semula diragukan.
Di sini yang dijadikan obyek pokok jaminan adalah Hak Milik SRS dan
bukan tanahnya. Oleh karena itu hipotik atau fiducia yang dibebankan
meliputi SRS beserta bangunan bersama, bend a bersama dan tanah bersama
pemilik Hak Milik SRS. Yang menjadi masalah, developer tidak dapat
menunggu penjualan sebelum sertifikat HMSRS selesai. Lalu bagaimana
perlindungan bank yang bermaksud memberikan KPR kepada konsumen.
Sertifikat hipotik inilah yang menjadi tanda bukti adanya hipotik. Hipotik
lahir pada saat dibuatnya buku tanah hipotik. Tanggal pembuatan buku tanah
ditetapkan 7 hari setelah · penerimaan secara lengkap surat-surat yang
diperlukan untuk pendaftaran hipotik yang bersangkutan oleh Kantor
Februari 1994
Condominium 23
Pertanahan. Ketentuan ini hanya berlaku jika tanda hak yang akan
dibebankan hipotik sudah bersertifikat.
E. Fiducia
F. Roya Partial
(l) pemberitahuan tertulis dalam 2 surat kabar atau media mass a yang
beredar di daerah yang bersangkutan;
(2) pelaksanaan penjualan didahulukan setelah lewat I bulan sejak
pemberitahuan;
(3) tidak ada pihak yang berkeberatan.
Februari 1994
Corrdominium 25
yang akan diberikan kepada konsumen jika developer tidak menepati janji
dan sebagainya.
X. Penutup
Sum••a4aa
..arah aad9.
meaolen, ,.wa.
NSa.- maaus••
Februari 1994