Anda di halaman 1dari 8

EKOTON Vol. 8, No.

2:41-48, Oktober 2008 ISSN 1412-3487

TINJAUAN

UPAYA PEREDAMAN LAJU PENINGKATAN SUHU UDARA


PERKOTAAN MELALUI OPTIMASI PENGHIJAUAN

Sangkertadi & Reny Syafriny

Staf pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi, Manado

Abstract. Urban activities are not controlled is one element of the causes of global
warming, which affects the increase in air and water temperature in the city and
surrounding areas. Increasing the total area of pavement materials and the use of metal
or other materials that are reflective of solar radiation on the building envelope, is a
consequence of consumption of construction technology recently. It was precisely to
encourage the acceleration of the Urban Heat Island phenomenon. In addition, transport
activities, industry and households in the city also produces various types of waste gases
causing the greenhouse effect. The use of vegetation elements are inexpensive
components that can inhibit the rate of increase in temperature in urban areas.
Determination of the number of green basic coefficient (KDH), a minimum percentage of
Forest City and Green Open Space (RTH), a strategic reason to face the effects of global
warming, especially for the tropics and humid. This paper specifically raised the role of
urban greening to fortify the system of sustainable development in the face of global
warming.

Keywords: climate change, humid tropical city, reforestation, urban heat island

PENDAHULUAN Selain itu juga terbit Peraturan Presiden


Menghadapi pemanasan global dan Nomor 33 tahun 2005 Tentang Amandemen
perubahan iklim direspon oleh Indonesia Beijing atas protokol Montreal tentang
diantaranya melalui Undang Undang no 17 bahan-bahan yang merusak lapisan ozon,
Tahun 2004 Tentang Pengesahan Kyoto selanjutnya diturunkan berbagai peraturan
Protocol to The United Nations Framework menteri yang diantaranya mengatur angka
Convention on Climate Change yang juga maksimum dan jenis gas buang suatu sistim
merupakan kelanjutan dari UU no 6 Tahun teknologi, peraturan tentang garis sempadan
1994, suatu pembuktian keseriusan dan pantai, dll. Berbagai peraturan tersebut juga
ketaatan Pemerintah Indonesia dalam menunjukkan “perilaku” positif Pemerintah
menunjang pembangunan berkelanjutan Indonesia dalam menghadapi efek
pada skala global. Bentuk kepulauan yang pemanasan global.
memiliki garis pantai yang sangat panjang, Definisi umum menjelaskan bahwa
didaerah tropis, menyebabkan kerentanan permanasan global adalah meningkatnya
dalam menghadapi perubahan iklim akibat suhu rata-rata diatmosfer, laut dan daratan di
terjadinya pemanasan global. Berbagai bumi. Penyebab dari peningkatan yang
peraturan yang diturunkan dan cukup drastis ini adalah pembakaran bahan
dikembangkan di Indonesia, sudah mengarah bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi
kepada pentingnya menghadapi persoalan (yang diolah menjadi bensin, minyak tanah,
tersebut, diantaranya adalah UU no 26 tahun avtur, pelumnas oli) dan gas alam sejenis
2007 tentang Penataan Ruang, yang turut yang tidak dapat diperbaharui. Pembakaran
mengatur besarnya prosentasi Ruang dari bahan bakar fosil ini melepaskan
Terbuka Hijau pada kawasan perkotaan. karbondioksida dan gas gas lainnya yang
____________________________________________________________
© Pusat Penelitian Lingkungan Hidup & Sumberdaya Alam (PPLH-SDA),
Lembaga Penelitian, Universitas Sam Ratulangi, Manado, Indonesia,
Oktober 2008
42 SANGKERTADI & R. SYAFRINY

dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer saling berhimpitan, menimbulkan resiko
bumi. Ketika atmosfir semakin banyak naiknya suhu udara, dikarenakan semakin
mengandung gas-gas rumah kaca ini, maka banyaknya elemen pemantul panas matahari
atmosfir menjadi insulator yang menahan serta adanya panas dari hasil produksi
lebih banyak radiasi panas matahari yang kehidupan seperti asap dapur, kendaraan
dipancarkan ke bumi. bermotor dan lain-lain, yang diantaranya
Efek pemanasan global telah memproduksi gas-gas rumah kaca seperti
menaikkan suhu rata-rata global sekitar 1,4 – karbondioksida, karbonmonoksida dan
5,8 derajat celcius pada tahun 2100 (menurut metana.
para spesialis). Selama kurun waktu dari Kondisi tersebut ditambah lagi
tahun 1861 sampai 2005 telah terjadi dengan berkurangnya jumlah vegetasi yang
kenaikan suhu global rata-rata 0,6-0,7 berfungsi sebagai penahan radiasi matahari
derajat celcius, menurut temuan IPCC sekaligus menyerap karbondioksida.
(Intergovernmental Panel and Climate Tingginya suhu udara di pusat kota yang
Change). berbeda jauh dibandingkan dengan suhu
Sebagai catatan penting, kenaikan udara di pinggiran kota, dikatakan sebagai
suhu global sampai 1 derajat celcius akan “urban heat island” (Gambar 1).

KAWASAN URBAN HEAT ISLAND

GARIS SUHU UDARA

ZONA PEMUKIMAN ZONA PEMUKIMAN ZONA PUSAT PERDAGANGAN - ZONA PEMUKIMAN DEKAT
PINGGIRAN KOTA DEKAT PUSAT KOTA PERKANTORAN - PUSAT KOTA PUSAT KOTA

Gambar 1. Pola temperatur udara disuatu kota dimana didalamnya terdapat


kawasan “urban heat island

menyebabkan 30 persen spesies mengalami Banyaknya karbondioksida yang


resiko kepunahan, kenaikan suhu permukaan terdapat diudara menyebabkan panas tidak
air laut sampai 27 derajat celcius, beresiko bisa langsung diserap oleh atmosfer. Emisi
menimbulkan badai tropis. inframerah menyebabkan gelombang panas
Pemanasan global telah terjadi dan yang dipancarkan oleh kawasan dampak
diperkirakan akan terus melaju meningkat. permukaan konstruksi (bangunan, jalan)
Harapan untuk menahan atau mengendalikan tertahan di udara. Akibatnya udara menjadi
lebih banyak tergantung pada perilaku semakin panas. Pemanasan perkotaan ini
manusia penghuni bumi ini. Upaya gerakan memberi konstribusi terhadap terjadinya
penghijauan sambil menghambat laju pemanasan global.
deforestasi serta gerakan mengurangi emisi Naeem Irfan et al (2001),
gas rumah kaca menjadi andalan dalam mengungkapkan pola linier peningkatan
menghadapi bencana akibat pemanasan suhu (akibat urban heat island) terhadap
global tersebut. tingkat populasi perkotaan, melalui
pembandingan suhu udara perkotaan
Urban Heat Island terhadap pedesaan (Gambar 2), dengan kasus
Dipusat kota yang dipadati oleh kota-kota di Amerika Utara dan di Eropa.
bangunan-bangunan tinggi dan bahkan
UPAYA PEREDAMAN LAJU PENINGKATAN … 43

daerah sekitarnya dalam jangkauan tertentu),


Resiko dan Tantangan Kawasan yakni berupa resiko peningkatan permukaan
Perkotaan air laut, dan resiko menghadapi perubahan
Dari uraian diatas, jelas nampak, serta penetrasi arus laut yang menghantam
bahwa kawasan perkotaan selain pantai. Karena itu di bagian pesisir,
memproduksi panas yang memberi diperlukan strategi menghadapi resiko
kontribusi pada pemanasan global, juga tersebut, melalui berbagai pendekatan seperti
menerima resiko, baik dari dirinya maupun penataan ruang ataupun teknik konstruksi,
dari kawasan lain sebagai efek pemanasan misalnya pengaturan kembali sempadan

Gambar 2. Hubungan antara tingkat populasi kota dan intensitas


Urban Heat Island (Naeem Irfan et al, 2001)

global. pantai, pembatasan kepadatan (bangunan


Oleh karena itu, untuk dan populasi), kategorisasi jenis bangunan
meminimumkan resiko tersebut, setidaknya yang diijinkan, standar teknis bangunan
harus memliki langkah kebijakan pantai, aturan reklamasi, dll. Di bagian pusat
mengurangi intensitas Urban Heat Island. pertumbuhan dan/atau pusat/sub pusat kota,
Pada kasus kota pesisir, memiliki resiko sering dianggap sebagai sumber terbesar
lebih tinggi akibat pemanasan global yang pemanasan kota, harus menghadapi
datang dari segala penjuru (atmosfer dan tantangan untuk mereduksi produksi panas

Gambar 3. Fungsi elemen pohon sebagai benteng menghadapi


pemanasan global (Naeem Irfan et al, 2001)
44 SANGKERTADI & R. SYAFRINY

lingkungan, diantaranya melalui kebijakan yang tumbuh menjadi hutan besar atau rimba
pengaturan ruang dan tata bangunan yang melainkan tidak terlalu diatur seperti taman.
disertai dengan pengaturan untuk mengubah Sedangkan menurut Zoer’aini
perilaku penduduknya. Djamal (1997), hutan kota adalah komunitas
vegetasi berupa pohon dan asosiasinya yang
Peran Utama Penghijauan Kota tumbuh di lahan kota atau sekitarnya,
Sudah banyak artikel, buku referensi berbentuk jalur, menyebar atau bergerombol
dan laporan penelitian yang menganjurkan (menumpuk), struktur meniru (menyerupai)
pemanfaatan hutan kota yang diantaranya hutan alam, membentuk habitat yang
untuk mencegah tingginya panas udara memungkinkan kehidupan bagi satwa liar
lingkungan di kota-kota beriklim tropis dan menimbulkan lingkungan sehat, suasana
lembab. Akan tetapi dalam prakteknya, nyaman, sejuk dan estetis.
masih banyak yang belum menerapkan Jadi hutan kota bukanlah sekedar
konsep dasar tersebut, terutama di negara- taman kota, juga bukan sekedar jalur hijau,
negara yang sedang berkembang. Terlalu bukan sekedar penghijauan kota dan tentu
banyak pertimbangan lain yang cukup kuat saja bukan hutan pinggiran kota. Hutan kota
sehingga menyebabkan dikorbankannya adalah tetap hutan di tengah kota. Tetapi
konsep hutan kota ini. fungsi utama hutan kota berbeda dengan
hutan pada umumnya. Hutan kota memiliki
Diantaranya adalah pertimbangan
fungsi utama untuk menanggulangi
harga lahan di pusat kota yang lumayan
permasalahan lingkungan fisik di kota,
tinggi sehingga memberi pemasukan
khususnya lingkungan iklim mikro sampai
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sangat
meso, kualitas udara serta lingkungan
signifikan. Sebaliknya apabila lahan tersebut
hidrogeologi. Kalaupun hutan tersebut
hanya dimanfaatkan untuk hutan kota maka
dirawat dengan baik sehingga nampak
hilanglah peluang PAD tersebut. Apalagi
bersih, asri dan nampak seperti taman kota
akhir-akhir ini dalam euforia otonomi
serta dimanfaatkan untuk kegiatan rekreasi,
daerah, bahwa setiap kota otonom sudah
riset, dll, maka hal ini merupakan bentuk
harus mampu mencapai PAD untuk
nilai tambah dan fungsi tambahan dari
membiayai kota tersebut secara mandiri.
adanya hutan kota. Contoh hutan kota di
Yang terjadi justru kota tersebut Indonesia misalnya Kebun Raya Bogor yang
bernafsu sekali mencari peningkatan PAD terletak hampir di tengah kota Bogor, Kebun
dengan cara diantaranya menjual lahan-lahan Binatang Surabaya, dll. Sementara itu,
di pusat kota kepada para investor, tanpa penulis berpendapat bahwa hutan lindung di
sekalipun mempertimbangkan Gunung Tumpa di Manado tidak dapat
pemanfaatannya untuk hutan kota. dikatakan sebagai hutan kota, karena
Padahal hutan kota sangat letaknya masih cenderung tidak di pusat
bermanfaat untuk menjadikan kota semakin kota.
sehat, nyaman, asri serta mendukung fungsi- Dengan mencermati pengertian
fungsi ekologis. Bukankah pendudukan kota mendasar tersebut, maka hutan kota
menginginkan kehidupan kota yang sehat, seharusnya memilki luas dan kepadatan
tidak polusi, adem dan asri? Hutan kota lah penghijauan yang cukup signifikan agar
salah satu jawabannya. dapat berfungsi baik sebagai elemen fisik
Menurut Nazaruddin (1994), Hutan kota yang berfungsi mencegah degradasi
kota merupakan suatu kawasan dalam kota lingkungan.
yang didominasi oleh pepohonan yang Hutan kota dimanfaatkan untuk
habitatnya dibiarkan tumbuh secara alami. menahan terjadinya urban heat island
Pengertian alami disini bukan berarti hutan tersebut, melalui proses konveksi kalor
UPAYA PEREDAMAN LAJU PENINGKATAN … 45

dengan memanfaatkan sifat-sifat isolasi dan fungsi perlindungan suhu, disimpulkan


kapasitas kalor dari sistim struktur anatomi bahwa terdapat keterbatasan kemampuan
pepohonan dan tanahnya. pengendalian suhu pada masing-masing
Zoer’aini Djamal (1997 & 2005) bentuk hutan kota tersebut, namun
dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa disarankan menerapkan tipe hutan kota
suhu udara dibawah naungan hutan kota bergerombol berstrata banyak yang memiliki
dapat mencapai suhu udara 3 derajat celcius kemampuan terbesar dalam pengendalian
lebih rendah dibanding suhu sekitarnya suhu.

Gambar 4. Fluktuasi suhu udara dibawah naungan hutan kota


dibandingkan dengan sekitarnya (Zoer’aini Djamal 2005)

(Gambar 4). Dalam hal tersebut, hutan kota Penghijauan kota dalam bentuk
mengklasifikasikan bentuk hutan kota Ruang Terbuka Hijau tidak memiliki
menjadi tipe jalur strata dua, menyebar strata kemampuan signifikan sebagai pengendali
dua, bergerombol strate dua dan suhu lingkungan perkotaan (Sangkertadi,
bergerombol strata banyak (diurut 1998). Umumnya bentuk fisik ruang terbuka
berdasarkan intensitas dan posisi hijau cenderung bersifat terbuka, disertai

Gambar 5. Pengaruh rasio perkerasan - penghijauan (rumput) terhadap suhu udara


dengan kecepatan angin yang berbeda (Sangkertadi, 1998)

pepohonan). Dalam kaitannya terhadap komposisi material permukaan berjenis


46 SANGKERTADI & R. SYAFRINY

perkerasan, rerumputan dan pepohonan yang penggunaan atap yang terbuat dari material
tidak bergerombol. Faktor suhu konvektif metal yang merefleksikan radiasi matahari
mempengaruhi peran pengendalian suhu cukup besar. Khusus pada daerah pesisir,
oleh ruang terbuka hijau, selain komposisi fungsi penghijauan pantai tidak diarahkan
antara bidang hijau rerumputan dan untuk pengendalian suhu sebagai fungsi
perkerasan (Gambar 5). Apabila aliran angin utama, dalam konteks pemanasan global ini.
membawa pengaruh suhu udara yang sudah Namun diarahkan sebagai pelindung
cukup tinggi (misalnya pengaruh dari efek terhadap fisik pantai. Peningkatan suhu
pemantulan radiasi oleh bahan perkerasan permukaan air laut dan udara atmosfer yang
dan akibat gas buang kendaraan bermotor) dapat mempengaruhi kecepatan angin dan
maka peran penghijauan pada ruang terbuka arus laut, beresiko mendatangkan tekanan
hijau tidak cukup kuat mempengaruhi suhu gelombang air laut yang cukup kuat untuk
udara lingkungannya tersebut. Radiasi sinar menghantam fisik pantai. Peran penghijauan
matahari pada daerah tropis yang sangat pesisir, dengan demikian cenderung
besar, tidak mampu diredam secara diarahkan untuk menghambat laju kerusakan
signifikan oleh ruang terbuka hijau. pantai akibat penetrasi angin dan gelombang
Sangkertadi (2007), melakukan air laut.
simulasi untuk mendapatkan angka KDH Peningkatan Ruang Terbuka Hijau
optimal pada suatu kasus kompleks Rumah menjadi “Seperti” Hutan Kota
Sakit di Sulawesi Utara. Hasilnya Bagi kota-kota yang pusat kotanya
menunjukkan bahwa minimal KDH adalah sudah terlanjur padat dengan bangunan
60%, guna mendapatkan beda suhu bahkan juga padat dengan perkerasan jalan,
maksimal 1 s/d 1.5 derajat celcius antara sangat sulit bahkan hampir tidak mungkin
lingkungan halaman kompleks dan kawasan untuk mengubahnya menjadi hutan kota.
sekitarnya yang berkepadatan rendah Tentu pemerintah kota tidak mampu
(Gambar 6). mengganti rugi lahan-lahan komersial
Tingginya suhu lingkungan tersebut hanya untuk sebuah hutan kota.
kompleks bangunan disebabkan juga oleh Lalu bagaimana caranya agar hutan kota

Gambar 6. Simulasi untuk mendapatkan KDH optimal pada suatu


kapling kompleks Rumah Sakit (Sangkertadi, 2007)
UPAYA PEREDAMAN LAJU PENINGKATAN … 47

tetap hadir di tengah-tengah kehidupan kota, itu sendiri. Selain itu dikenal juga istilah
sementara itu kehidupan fungsi jasa Jalur Hijau (JH), yang merupakan elemen
komersial juga berjalan tanpa terganggu. hijau di wilayah jalan (terletak di pembatas
Dan lebih dari itu, diperlukan biaya semurah jalan, bahu jalan ataupun berupa pohon
mungkin untuk mewujudkan suatu hutan peneduh di trotoirnya).
kota. Adapun teknis peningkatan RTH
Salah satu cara yang diusulkan disini menjadi “seperti hutan kota” berarti
adalah berupa peningkatan kualitas taman diadakan pekerjaan-pekerjaan utama seperti
kota/halaman bangunan / ruang terbuka hijau penggantian elemen vegetasinya. Perlu ada
(RTH) dan jalur hijau menjadi "seperti” analisis lingkungan dan vegetatif untuk
hutan kota. Sehingga yang akan nampak menentukan apakah dibutuhkan jenis
pada pemandangan kota, adalah adanya pepohonan berdaun lebat berjenis tertentu,
gedung-gedung tinggi seperti dibalut dengan serta apakah diperlukan penanaman
penghijauan (green belt) (Gambar 7). rerumputan, dll. Selain itu, juga dibutuhkan
Biayanya juga tidak mahal karena tidak ada suatu pekerjaan sosialisasi untuk melibatkan
pembelian lahan, yang ada hanyalah biaya masyarakat agar menyenangi untuk
untuk pembelian tanaman, penanaman menghijaukan lingkungannya secara baik
kembali, pemeliharaan serta sosialisasi pada dan benar. Unsur administrasi kelembagaan
masyarakat. kota yang terlibat aktif diantaranya adalah

Gambar 7. Peningkatan RTH menjadi “seperti” hutan kota

Selama ini dalam pemahaman Bapedalda Kota, Dinas Tata Kota, Dinas
RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kota Kebersihan, dll, dan diperlukan juga
maupun Rencana Detail turunannya pendelegasian kegiatan penghijauan di
(RDTRK, RTBL, dll) telah dikenal istilah tingkat Kecamatan sampai Kelurahan.
yang berhubungan dengan upaya Barangkali tindakan pertama yang mudah
penghijauan lingkungan selain RTH kota, untuk dilaksanakan adalah peningkatan
yaitu KDH (Koefisien Dasar Hijau), yang kualitas hijau pada Jalur Hijau, pada TPU
merupakan angka rasio (perbandingan) (Tempat Pemakaman Umum) dan pada
untuk menunjukkan luasnya kapling yang halaman-halaman perkantoran serta
harus dihijaukan dan bebas perkerasan. pertokoan. Setelah itu, baru diadakan
Dimaksudkan bahwa implementasi sosialisasi pada masyarakat di tingkat
persyaratan KDH dapat menjadi pendorong Kelurahan. Secara paralel juga dilakukan
bagi kesadaran menghijaukan lingkungan penghijauan di daerah sempadan sungai dan
bangunan yang dimulai dari pemilik kapling pantai
48 SANGKERTADI & R. SYAFRINY

KESIMPULAN mencegah meluasnya efek rumah kaca di


Tulisan ini menyimpulkan beberapa lingkungan perkotaan.
pokok pemikiran sebagai berikut:
a) Pemanasan global tengah berjalan dan DAFTAR PUSTAKA
beresiko mengancam kehidupan Agung S, 2007, Analisis Dampak
berkelanjutan, sehingga diperlukan Lingkungan Perairan, dalam Andal RS
keseriusian semua pihak, baik Ratatotok, Sulawesi Utara, YPBSU
pemerintah pusat, daerah dan Dadang Rusbiantoro, 2008, Global Warming
masyarakat umumnya serta para For Beginner – Pengantar Komprehensif
industrialis, agar menekan laju Tentang Pemanasan Global, O2,
peningkatan volume berbagai jenis gas Yogyakarta
rumah kaca. Ketaatan terhadap Nazaruddin, 1994, Penghijauan Kota,
kesepakatan protokol Kyoto menjadi Penebar Swadaya, Jakarta
tolok ukur akan keberhasilan menekan Naeem Irfan, Adnan Zahoor, Nadeemullah
laju pemanasan global tersebut. Khan, 2001, Minimising The Urban
b) Kawasan perkotaan yang memproduksi Heat Island Effect Through Lanscaping,
berbagai jenis gas rumah kaca memiliki NED Journal of Architecture and
resiko tinggi menghadapi dampak Planning, Vol One, Nov. 2001.
pemanasan global, akibat produksi panas Robert Sadourny, 1994, Le Climat de La
sendiri maupun akibat perubahan iklim Terre, Dominos Flammarion, Paris.
global. Kerusakan pantai disertai Rustam Hakim, Hardi Utomo, 2003,
perubahan garis pantai akibat naikknya Komponen Perancangan Arsitektur
permukaan air laut dan kekuatan arus Lansekap, Bumi Aksara, Jakarta
laut harus diantisipasi melalui tindakan Sangkertadi, 1998, Memprediksi Suhu Udara
penataan ruang dan pengembangan Ruang Luar Karena Pengaruh Bahan
teknologi konstruksi bangunan pantai Perkerasan, Makalah Seminar
c) Penghijuan kota dalam bentuk hutan Peningkatan Kebutuhan dan Kualitas
kota di pusat kota/ sub pusat kota sangat Ruang Luar di Wilayah Perkotaan,
dianjurkan diabndingkan sekedar ruang Surabaya, 31 Oktober 1998.
terbuka hijau, dalam fungsinya turut Sangkertadi, 2007, Kajian penetapan KDB
meredam laju peningkatan suhu udara dan KDH pada Rumah Sakit Ratatotok.
global. Penghijauan khusus kawasan Dalam Andal RS Ratatotok, Sulawesi
pesisir cenderung diarahkan untuk Utara, YPBSU.
perlindungan fisik pantai, karena itu Tutut Subadyo, 1997, Dampak Pantulan
diperlukan pengaturan jenis vegetasi Radiasi Matahari Dari Gedung
yang sesuai. Pengurangan material Berdinding Kaca Terhadap Lingkungan
perkerasan pada konteks urban desain, Sekitarnya (Kasus Jakarta), Thesis
khususnya yang merefleksikan radiasi Magister Sains Ilmu Lingkungan, Pasca
panas matahari ckup besar, perlu Sarjana Program Studi Ilmu
dilakukan. Tanpa tindakan tersebut, Lingkungan, Universitas
maka bentuk upaya penghijauan kota IndonesiaZoer’aini Djamal Irwan, 1997,
tidak ada artinya. Penghijauan kota Tantangan Lingkungan dan Lansekap
dalam meredam laju peningkatan suhu Hutan Kota, CIDES, Jakarta
udara perkotaan tidak dapat berdiri Zoer’aini Djamal Irwan, 2005, Tantangan
sendiri sebagai pelindung andal, tanpa Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota,
tindakan lain seperti upaya pengurangan Bumi Aksara, Jakarta.
emisi gas buang, dan upaya lain untuk ISSN 1412-3487

Anda mungkin juga menyukai