Anda di halaman 1dari 5

Nama : Karina Gilda Safira

Nim : 20180610018
HUKUM PIDANA
Pengertian delik :
1. Delik Materiil : Tindak pidana dinyatakan terjadi jika telah ada akibatnya.
2. Delik Formiil : Tidak diperlukan adanya akibat, dengan terjadinya tindak pidana sudah
dinyatakan tindak pidana tersebut telah terjadi.
3. Delik Komisi : Delik yang karena rumusan Undang-undang bersifat larangan untuk
dilakukan.
4. Delik Omisi : Delik yang mengetahui ada komplotan jahat tetapi orang itu tidak
melaporkan kepada yang berwajib
5. Delik Dolus : Perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana yang dilakukan
dengan sengaja.
6. Delik Culpa : Perbuatan tersebut dilakukan karena kelalaiannya, kealpaannya atau
kurang hati-hatinya atau karena salahnya seseorang yang mengakibatkan orang lain
menjadi korban.
7. Delik Biasa : Hanya dapat dilakukan penuntutannya apabila ada pengaduan dari orang
yang merasa dirugikan.
8. Delik Aduan : Tanpa harus ada yang melakukan pengaduan, penuntutan dapat
dilakukan.
9. Delik Kejahatan : Merupakan perbuatan yang bertentangan dengan kepentingan hukum,.
10. Delik Pelanggaran : Perbuatan-perbuatan yang sifat melawan hukumnya baru dapat
diketahui setelah ada wet yang menentukan demikian.

Mengklasifikasi pasal 257-261, 263, 264, 338, 447 dan 464.


A. Pasal 257
“Barangsiapa dengan sengaja memakai, menjual, menawarkan, menyerahkan,
mempunyai persediaan untuk dijual, atau memasukkan ke Indonesia, meterai, tanda atau
merek yang tidak asli, dipalsu atau dibikin secara melawan hukum, ataupun benda-benda
di mana merek itu dibubuhkannya secara melawan hukum seolah-olah meterai, tanda atau
merek itu asli, tidak dipalsu dan tidak dibikin secara melawan hukum, ataupun tidak
dibubuhkan secara melawan hukum pada benda-benda itu, diancam dengan pidana
penjara sama dengan yang ditentukan dalam pasal 253 - 256, menurut perbedaan yang
ditentukan dalam pasal-pasal itu.”

Termasuk delik :
a) Delik dolus, karena adanya kata “sengaja”
b) Delik formiil, karena tidak perlu adanya akibat untuk dapat dikatakan tindak
pidana.

B. Pasal 258
1. Barang siapa memalsu ukuran atau takaran, anak timbangan atau timbangan sesudah
dibubuhi tanda tera, dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain
memakai barang itu seolah-olah asli dan tidak dipalsu, diancam dengan pidana
penjara paling lama tiga tahun.
2. Diancam dengan pidana yang sama barang siapa dengan sengaja memakai ukuran
atau takaran, anak timbangan atau timbangan yang dipalsu, seolah-olah barang itu asli
dan tidak dipalsu.

Termasuk delik:
a) Delik biasa karena dapat disebut tindak pidana ketika ada pengaduan dari
seseorang yg dirugikan, seperti seseorang tertipu oleh org lain yg mengatakan
bahwa barang itu asli tidak palsu.
b) Delik omisi, karena orang yang sengaja memakai barang palsu tersebut tahu
bahwa itu melanggar hukum tapi tidak dilaporkan kepada pihak berwajib.
c) Delik dolus, karena adanya kata “sengaja”.

C. Pasal 259
1. Barang siapa menghilangkan tanda apkir pada barang yang ditera dengan maksud
hendak memakai atau menyuruh orang lain memakai barang itu seolah-olah tidak
diapkir, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan.
2. Diancam dengan pidana yang sama barang siapa dengan sengaja memakai, menjual,
menawarkan, menyerahkan atau mempunyai persediaan untuk dijual suatu benda
yang dihilangkan tanda apkirnya seolah-olah benda itu tidak diapkir.

Termasuk delik :
a) Delik dolus, karena adanya kata “sengaja”
b) Delik komisi, karena perbuatan itu sudah dilarang tetapi tetap dilakukan.
c) Delik omisi, karena orang yang sengaja memakai barang palsu tersebut tahu
bahwa itu melanggar hukum tapi tidak dilaporkan kepada pihak berwajib.

D. Pasal 260
1. Diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah:
1) barangsiapa pada meterai Pemerintah Indonesia yang telah dipakai,
menghilangkan cap yang gunanya untuk tidak memungkinkan dipakainya
lagi, dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai,
seolah-olah meterai itu belum dipakai;
2) barangsiapa pada meterai Pemerintah Indonesia yang telah dipakai, dengan
maksud yang sama menghilangkan tanda tangan, ciri atau tanda saat
dipakainya, yang menurut ketentuan undang-undang harus dihubuhkan di
atas atau pada meterai-meterai tersebut.
2. Diancam dengan pidana yang sama barang siapa dengan sengaja memakai, menjual,
menawarkan, menyerahkan, mempunyai persediaan untuk dijual atau memasukkan ke
Indonesia meterai yang capnya, tanda tangannya, ciri atau tanda saat dipakainya
dihilangkan, seolah-olah meterai belum dipakai.
Termasuk delik :
a) Delik komisi, karena perbuatan tersebut dilarang tetapi tetap dilakukan
b) Delik dolus, karena adanya kata “sengaja”
c) Delik aduan, tanpa adanya pengaduan dapat dilakukan penuntutan.

E. Pasal 260bis
1. Ketentuan dalam pasal 253, 256, 257, dan 260 berlaku juga menurut perbedaan yang
ditentukan dalam pasal-pasal itu, jika perbuatan yang diterangkan di situ dilakukan
terhadap meterai atau merek yang dipakai oleh Jawatan Pos Indonesia atau suatu
negara asing.
2. Jika kejahatan dilakukan terhadap meterai atau merek yang dipakai oleh jawatan pos
negara asing, maksimum pidana pokok yang ditentukan bagi kejahatan itu dikurangi
sepertiga.

Termasuk delik :
a) Delik komisi, karena perbuatan tersebut sudah dilarang tapi tetap dilakukan.
b) Delik aduan, tanpa adanya pengaduan dapat dilakukan penuntutan.

F. Pasal 261
1. Barang siapa menyimpan bahan atau benda yang diketahuinya diperuntukkan untuk
melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 253 atau dalam pasal
260 bis, berhubung dengan pasal 253, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
2. Bahan-bahan dan barang-barang itu dirampas.

Termasuk delik :
a) Delik kejahatan, karena menyimpan benda/bahan yang digunakan sebagai
tindakan melawan hokum/kejahatan
b) Delik materiil, karena dapat dikatakan tindak pidana karena jika sudah terjadi
akibat.

G. Pasal 263
1. Barangsiapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat menimbulkan
sesuatu hak, perikatan atau pembebasan hutang, atau yang diperuntukkan sebagai
bukti daripada sesuatu hal dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain
memakai surat tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak dipalsu, diancam jika
pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian, karena pemalsuan surat, dengan
pidana penjara paling lama enam tahun.
2. Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja
memakai surat palsu atau yang dipalsukan seolah-olah sejati, jika pemakaian surat itu
dapat menimbulkan kerugian.

Termasuk delik :
a) Delik biasa, karena dapat dikatakan sebagai tindak pidana jika ada seseorang yang
merasa dirugikan.
b) Delik dolus, karena adanya kata “sengaja”

H. Pasal 264
1. Pemalsuan surat diancam dengan pidana penjara paling lama delapan tahun, jika
dilakukan terhadap:
1) akta-akta otentik;
2) surat hutang atau sertifikat hutang dari sesuatu negara atau bagiannya ataupun
dari suatu lembaga umum;
3) surat sero atau hutang atau sertifikat sero atau hutang dari suatu perkumpulan,
yayasan, perseroan atau maskapai:
4) talon, tanda bukti dividen atau bunga dari salah satu surat yang diterangkan
dalam 2 dan 3, atau tanda bukti yang dikeluarkan sebagai pengganti surat-
surat itu;
5) surat kredit atau surat dagang yang diperuntukkan untuk diedarkan.
2. Diancam dengan pidana yang sama barang siapa dengan sengaja
memakai surat tersebut dalam ayat pertama, yang isinya tidak sejati atau yang
dipalsukan seolah-olah benar dan tidak dipalsu, jika pemalsuan surat itu dapat
menimbulkan kerugian.

Termasuk delik :
a) Delik dolus, karena adanya kata “sengaja”
b) Delik biasa, dapat dikatakan tindak pidana jika ada yang melakukan pengaduan
karena merasa dirugikan.

I. Pasal 338
“ Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan
dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.”

Termasuk delik :
a) Delik dolus, karena adanya kata “sengaja”
b) Delik materiil, karena terjadi akibat baru dapat dikatakan sebagai tindakan pidana.

J. Pasal 447
Barangsiapa dengan sengaja menyerahkan sebuah kapal Indonesia dalam kekuasaan
bajak laut, bajak tepi laut, bajak pantai, dan bajak sungai, diancam :
1. Dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun, jika ia adalah nahkoda
kapal itu;
2. Dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, dalam hal-hal lain.

Termasuk delik :
a) Delik dolus, karena adanya kata “sengaja”
b) Delik aduan, tanpa adanya penuntut dapat dipidanakan.
K. Pasal 464
1. Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupial seorang penumpang kapal Indonesia;
1) yang sengaja tidak menurut perintah nakoda yang diberikan untuk keamanan
atau untuk meneguhkan ketertiban dan disiplin di atas kapal;
2) yang tidak memberi pertolongan menurut kemampuannya kepada nakoda,
ketika diketahuinya bahwa dia dirampas kemerdekaanya untuk bergerak;
3) yang sengaja tidak memberitahukan kepada nakoda ketika diketahuinya
adanya niat untuk melakukan insubordinasi.
2. Ketentuan tersebut pada no. 3 tidak berlaku jika insuhordinasi tidak terjadi.

Termasuk delik :
a) Delik dolus, karena adanya kata “sengaja”
b) Delik culpa, karena kelalaiannya/kealpaannya dapat mengakibatkan orang lain
merasa dirugikan
c) Delik materiil, karena dapat dikatan tindak pidana ketika sudah terjadi akibat

Anda mungkin juga menyukai