BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berkembang. Secara global, diperkirakan 17 juta orang mengidap penyakit ini tiap tahunnya.
Di Indonesia diperkirakan insiden demam typhoid adalah 300 – 810 kasus per 100.000
penduduk pertahun, dengan angka kematian 2%. Demam typhoid merupakan salah satu dari
penyakit infeksi terpenting. Penyakit ini di seluruh daerah di provinsi ini merupakan penyakit
infeksi terbanyak keempat yang dilaporkan dari seluruh 24 kabupaten. Di Sulawesi Selatan
Demam tifoid atau typhus abdominalls adalah suatu infeksi akut yang terjadi pada usus
kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi. Typhi dengan masa tunas 6-14 hari.
Demam tifoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada iklim. Kebersihan
perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit ini meskipun lingkungan hidup
umumnya adalah baik. Di Indonesia penderita Demam Tifoid cukup banyak diperkirakan
800/ 100.000 penduduk per tahun dan tersebar di mana-mana. Ditemukan hampir sepanjang
tahun, tetapi terutama pada musim panas. Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur,
tetapi yang paling sering pada anak besar, umur 5- 9 tahun dan laki-laki lebih banyak dari
Penularan dapat terjadi dimana saja, kapan saja, sejak usia seseorang mulai dapat
mengkonsumsi makanan dari luar, apabila makanan atau minuman yang dikonsumsi kurang
bersih. Biasanya baru dipikirkan suatu demam tifoid bila terdapat demam terus-menerus lebih
dari 1 minggu yang tidak dapat turun dengan obat demam dan diperkuat dengan kesan anak
baring pasif, nampak pucat, sakit perut, tidak buang air besar atau diare beberapa hari
Sekarang ini penyakit typhus abdominalis masih merupakan masalah yang penting bagi
anak dan masih menduduki masalah yang penting dalam prevalensi penyakit menular. Hal ini
disebabkan faktor hygiene dan sanitasi yang kurang, masih memegang peranan yang tidak
habis diatas satu tahun, maka memerlukan perawatan yang khusus karena anak ini masih
dalam taraf perkembangan dan pertumbuhan. Dalam hal ini perawatan dirumah sakit sangat
dianjurkan untuk mendapatkan perawatan isolasi untuk mencegah komplikasi yang lebih
berat (Suharyo hadisaputro, 1989, dan Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985).
Berdasarkan hal tersebut, maka kami tertarik untuk menerapkan asuhan keperawatan
pada klien dengan demam typhoid di ruang rawat inap RSI Ibnu Sina Bukittinggi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada An. AM dengan Demam Thyphoid
C. Metode Penulisan
1. Metode Penulisan
Penulisan makalah ini dilakukan dengan metode deskripsi. Tipe studi kasus yang
dilaksanakan terhadap salah satu klien dengan demam thyphoid yaitu analisa tentang suatu
keadaan subjektif (individu dan keluarga). Tinjauan dari pengembangan subjek tersebut
melalui pengumpulan data yang digunakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan klien
2. Lokasi Penelitian
Studi kasus ini dilakukan diruang rawat anak yaitu paviliun Siti Pathimah RSI Ibnu
Sina Bukittingggi karena merupakan tempat pendidikan yang menjadi lahan praktek bagi
a. Wawancara
Dilakukan pada klien, keluarga klien, tenag medis dan tim kesehatan lainnnya.
b. Observasi/ pengukuran
Pengamatan langsung terhadap klien melalui indra penglihatan, perabaan dan alat yang
c. Study Dokumenter
Teknik pengumpulan data tentang klien yang didokumentasikan baik dari hasil laboratorium,
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Defenisi
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi Salmonella Thypi.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses
dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella ( Bruner and Suddart, 1994 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella
thypi dan salmonella para thypi A,B,C. Sinonim dari penyakit ini adalah typhoid dan
Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga paratyphoid fever,
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang
disebabkan oleh Salmonella Typhosa, Salmonella type A.B.C. Penularan terjadi secara pecal,
oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief. M. 1999).
B. Etiologi
Etiologi dari typhoid adalah Salmonella thypi/ salmonella thyphosa, basil gram negatif
yang bergerak dengan rambut getar dan tidak berspora. (Suriadi, Yuliani Rita, 2001).
Salmonella thyposa, basil gram negatif yang bergerak dengan rambut getar dan tidak
berspora, masa inkubasi 10-20 hari dan hanya didapatkan pada manusia. Penularan penyakit
ini hampir selalu terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan
pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus
mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
C. Gambaran Klinis
Gambaran klinis demam typhoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang
dewasa. Masa tunas 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan,
sedangkan melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin
ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan
1. Demam
Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remitten dan suhu tidak
tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya
menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua
pasien terus berada dalam keadaan demam, pada minggu ketiga suhu tubuh berangsur turun
tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai
tremor. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan
limpa membesar disertai nyeri perabaan. Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi juga dapat
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak dalam yaitu apatis sampai samnolen,
jarang terjadi stupor, koma atau gelisah (kecuali penyakitnya berat dan terlambat
mendapatkan pengobatan). Disamping gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada
punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola, yaitu bintik-bintik kemerahan karena
emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam.
Kadang-kadang ditemukan pula bradikardi dan epistaksis pada anak besar ( Ngastiyah, 2005)
D. Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan
5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan
melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi
kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan
hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut
kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang
tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian
kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung
dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam
jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-
sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan
kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh
bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada
patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam
disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat
Sallmonella Typhosa
Saluran pencernaan
Terjadi peregangan pada usus halus Masuk aliran limfe dan kelenjer
limfe
Sel hiposa dan endotoksinya
merangsang Spelenomegeli pelepasan zat pirogen
dan lekosit
Masuk
ke aliran darah Inflamasi lokal pada jaringan tempat (
baktermia primer )
kuman berkembang
Hati ( Hepatomegali )
guan metabolisme : anoreksia, mual dan muntah Otak,otot, kadung kemih, tulang,
ginjal dan kardiovaskuler
Mk : gangguan pemenuhan nutrisi kebutuhan tubuh
ntoleransi Aktivitas
Mk : potensi terjadi infeksi
E. Pemeriksaan Diagnostik
- Limfositosis relatif
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal
c. Biakan Darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah
negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil
disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan
darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang
pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah
klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan
kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
d. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin
yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga
terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal
adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji
widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka
menderita typhoid.
Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu:
1. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
2. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
3. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk
diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid. Faktor – faktor yang
2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai dalam darah setelah
klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke-5 atau ke-6.
3. Penyakit – penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat menyertai demam typhoid
yang tidak dapat menimbulkan antibodi seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma
lanjut.
4. Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat anti mikroba dapat
6. Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan kotipa atau tipa, titer
aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai
1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh
sebab itu titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai
diagnostik.
7. Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya : keadaan ini dapat
mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun dengan hasil titer yang rendah.
8. Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin terhadap salmonella
thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang bukan typhoid pada seseorang yang
b. Faktor-faktor Teknis
1. Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung antigen O dan H yang
sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat menimbulkan reaksi aglutinasi pada
2. Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil uji widal.
3. Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada penelitian yang berpendapat
bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari strain salmonella setempat lebih baik dari
F. Komplikasi
1. Komplikasi Intestinal
a. Perdarahan usus
Dapat terjadi pada saat demam masih tinggi, ditandai dengan suhu mendadak turun, nadi
meningkat/ cepat dan kecil, tekanan darah menurun. Jika perdarahan ringan mungkin
gejalanya tidak terlihat jelas, karena darah dalam feses hanya dapat dibuktikan dengan tes
b. Perforasi usus
Komplikasi ini dapat terjadi pada minggu ketiga ketika suhu sudah turun. Gejala perforasi
usus adalah pasien mengeluh sakit perut hebat dan akan lebih nyeri lagi jika ditekan, perut
tegang/ kembung. Anak menjadi pucat, dapat juga keringan dingin, nadi lembut; pasien dapat
2. Komplikasi Ekstraintestinal
tromboplebitis.
G. Penatalaksanaan Medis
Pasien yang dirawat dengan diagnosis observasi demam typus abdominalis harus
dianggap dan diperlakukan langsung sebagai pasien typus abdominalis dan diberikan
3. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal kembali (istirahat
total), kemudian boleh duduk; jika tidak panas lagi boleh berdiri kemudian berjalan di
runagan.
4. Diit makanan harus cukup cairan, kalori, dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh
mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas. Bila kesadaran
pasien menurun diberikan makanan cair, melalui sonde lambung. Jika kesadaran dan nafsu
5. Obat pilihan ialah kloramfenikol, kecuali jika pasien tidak cocok dapat diberikan obat
lainnya seperti kotrimoksazol. Pemberian kloramfenikol dengan dosis tinggi, yaitu 100 mg/kg
BB/ hari (maksimum 2 gram perhari), diberikan 4 kali sehari per oral atau intravena.
Pemberian kloramfenikol dengan dosis tinggi tersebut mempersingkat waktu perawatan dan
mencegah relaps. Efek negatifnya adalah mungkin pembentukan zat anti kurang karena basil
6. Bila terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakitnya. Bila terjadi dehidrasi dan
H. Pencegahan
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan setelah dari
toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu
mentah (yang belum dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan
I. Discharge Planning
- Penderita harus dapat diyakinkan cuci tangan dengan sabun setelah defekasi
- Diit lunak yang tidak merangsang dan rendah serat (Samsuridjal D dan Heru S, 2003)
- Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktivitas sesuai dengan tingkat
- Menjelaskan gejala-gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk
- Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan (Suriadi & Rita Y, 2001)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
DEMAM TYPHOID
A. PENGKAJIAN
1. Biodata klien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, tanggal masuk RS, tanggal
pengkajian, no. MR, diagnosa medis, nama orang tua, umur orang tua, pekerjaan,
2. Keluhan Utama
Biasanya klian datang dengan keluhan perasaan tidak enak badan, pusing demam, nyeri
tekan pada ulu hati, nyeri kepala, lesu dan kurang bersemangat, nafsu makan berkurang
3. Riwayat kesehatan
Kaji tentang penyakit yang pernah dialami oleh klien, baik yang ada hubungannya
dengan saluran cerna atau tidak. Kemudian kaji tentang obat-obatan yang biasa dikonsumsi
oleh klien, dan juga kaji mengenai riwayat alergi pada klien, apakah alergi terhadap obat-
Kaji mengenai keluhan yang dirasakan oleh klien, misalnya nyeri pada epigastrium,
mual, muntah, peningkatan suhu tubuh, sakit kepala atau pusing, letih atau lesu.
Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien atau
d. Riwayat psikologis
Kaji bagaimana keadaan suasana hati (emosional) klien dan keluarga dalam menghadapi
penyakit yang diderita, biasanya suasana hati klien kurang baik (gelisah) dan keluarga
biasanya cemas.
dan tinggal bersama siapa klien. Bagaimana interaksi klien baik di kehidupan sosial maupun
f. Kebiasaan sehari-hari
Kaji tentang aktivitas atau kebiasaan yang dilakukan oleh klien sebelum sakit dan saat
sakit. Hai ini berguna dalam perbandingan antara pengobatan dan perawatan pasien, biasanya
mencakup :
- Nutrisi
- Eliminasi
- Pola kebersihan
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
b. Tanda vital :
Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah ada kelainan atau lesi
pada kepala
d. Wajah
e. Mata
Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak, sclera ikterik/ tidak, keadaan
f. Hidung
Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung serta cairan yang keluar,
g. Mulut
Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah kotor/ tidak, apakah ada
kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada gangguan dalam menelan, apakah ada kesulitan
dalam berbicara.
h. Leher
Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan distensi vena jugularis
i. Thoraks
Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah ada wheezing, apakah
j. Abdomen
Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah terdapat nyeri tekan pada
abdomen, apakah perut terasa kembung, lakukan pemeriksaan bising usus, apakah terjadi
k. Genitalia
Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin ,warna rambut kelamin. Pada laki-
laki lihat keadaan penis, apakah ada kelainan/tidak. Pada wanita lihat keadaan labia minora,
l. Integumen
Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/ tidak, apakah ada nyeri tekan
m. Ekstremitas atas
Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta kelainan bentuk.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi kuman salmonella
typhosa, ditandai dengan suhu tubuh meningkat, demam, nyeri kepala, pusing.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
3. Resiko tinggi defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan pemasukan yang
kurang, pengeluaran yang berlebihan, ditandai dengan mual, muntah, membran mukosa
kering
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : An. I
Umur : 19 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Pelajar
No.MR : 082198
Nama : Susanti
Umur : 39 tahun
Pendidikan : SD
Agama : Islam
2. Alasan Masuk
Klien kiriman UGD masuk ke ruang rawat inap anak pada hari sabtu 11 Juni 2011 jam
08.30 wib diantar oleh keluarga dengan keluhan demam naik turun sejak hari selasa 7 Juni
2011, nafsu makan tidak ada, lemah, letih, muntah 4x sejak hari senin. Keluarga mengatakan
pada hari selasa tersebut telah berobat ke puskesmas tetapi panasnya tidak turun, kemudian
pada hari kamis klien berobat ke poly anak RSI Ibnu Sina dengan Dr.Hj. Rahmi Yetti K, SpA
dan beliau menganjurkan agar klien periksa darah ke lab dan dirawat di rumah sakit.
a. Prenatal
Ibu klien mengatakan saat hamil klien, ibu klien mengatakan tidak mengalami kelainan
atau masalah serius selama kehamilan. Ibu klien juga tidak mengalami mual, muntah dan
b. Intranatal
Klien lahir dalam keadaan normal dan tidak ada kelainan bawaan, ditolong oleh bidan
dengan usia kehamilan 9 bulan. Klien dilahirkan secara spontan dengan BB 4100 gram dan
TB 45 cm.
c. Postnatal
Klien langsung disusui oleh ibu klien, setelah lahir klien tidak pernah mengalami
4. Riwayat Kesehatan
Ibu klien mengatakan klien demam naik turun sejak hari selasa 7 Juni 201, suhu tubuh
meningkat pada sore dan malam hari, nafsu makan tidak ada, tidak mau minum, klien juga
merasa pusing dan nyeri pada bagian perutnya. Ibu klien juga mengatakan BB klien sebelum
sakit 28 kg dan setelah sakit turun menjadi 25 kg. Observasi selama pengkajian klien terlihat
lemah, badan klien terasa panas, mukosa bibir kering, mulut kering, bibir pecah-pecah, lidah
Ibu klien mengatakan klien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya. Klien
juga belum pernah mengalami penyakit serius lainnya hanya sakit perut dan demam. Apabila
klien sakit perut dan demam biasanya ibu klien membawa klien berobat ke puskesmas dan
Saat ini tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien.
Ibu klien juga mengatakan saat ini abang klien dirawat di rumah sakit yang sama.
4. Riwayat Sosial
Ibu klien mengatakan klien adalah anak kedua dari dua bersaudara, klien tinggal bersama
kedua orangtua dan abangnya. Hubungan klien dengan anggota keluarga baik, klien sangat
Hubungan klien dengan teman sebaya baik dan mudah bergaul sesama temannya.
c. Interaksi dengan lingkungan
Klien tinggal dalam lingkungan rumah yang sehat dan nyaman. Klien juga
5. Kebutuhan Dasar
1 Pola Nutrisi
b. Diit MB ML
2 Pola Eliminasi
BAB
pencahar
BAK
3 Pola Istirahat
4 Personal Hygiene
5. Pemeriksaan Fisik
KU pasien :Sedang
Kesadaran : Composmentis
Tanda – tanda vital :
S : 38,4 oC
P : 28 x/i
N : 84 x/i
Kepala : Simetris ki/ka, rambut berwarna hitam, panjang dan tidak berminyak, tidak ada lesi pada
kepala
Mata : Simetris ki/ka, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, palpebra tidak edema, pupil
Hidung : Simetris ki/ka, tidak terdapat secret pada hidung, bernafas tidak menggunakan cuping
Mulut : Mukosa mulut kering, bibir pecah-pecah, lidah terlihat kotor dan berwarna putih
Telinga : Simetris ki/ka, tidak terdapat serumen, tidak ada gangguan dalam pendengaran
Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid, tidak ditemukan distensi vena jugularis
Thoraks :
Abdomen :
P : Perut kembung
Integumen : Integritas kulit utuh, turgor kulit kering, tidak ada dekubitus
Ekstremitas :
- Pada ekstremitas atas bagian dextra terpasang IVFD RL 12 gtt/i, teraba nadi 92 x/i pada
arteri radialis
- Pada ekstremitas bawah terdapat bekas gigitan nyamuk berupa bercak-bercak berwarna
hitam.
6. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
7. Penatalaksanaan
Pengobatan meliputi :
a. Oral
b. IVFD
- RL 12 gtt/i
c. Diit
- ML
8 Analisa Data
1. DS :
1. Keluarga mengatakan klien demam naik turun Peningkatan suhu tubuh (hipertermi)
DO :
DS :
1. Keluarga mengatakan klien tidak mau minum
6. Bibir pecah-pecah
DS :
BB sebelum sakit : 28 kg
BB sesudah sakit : 25 kg
B. Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhosa.
2. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan pemasukan yang kurang, output yang berlebihan.
3. Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
C. Intervensi Keperawatan
1 Peningkatan suhu tubuh Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV tiap 4 jam 1. Untuk memonitor terjadinya peningkatan
(hipertermi) berhubungan keperawatan2x24 jam, suhu suhu tubuh dan untuk merencanakan intervensi
dengan proses infeksi tubuh kembali normal yang diperlukan untuk mengatasi masalah
kuman salmonella KH : klien.
normal (36-37oC) 2. Anjurkan klien banyak penguapan tubuh meningkat sehingga perlu
Ditandai dengan : - Keluarga/ klienmengatakan minum 2 - 3 liter/ 24 jam diimbangi dengan asupan cairan yang banyak
- suhu tubuh meningkat klien tidak demam lagi 3. Kompres hangat dapat menyebabkan dilatasi
- demam - TTV dalam batas normal pembuluh darah sehingga terjadi penguapan
menyerap keringat
dan antibiotik
2 Defisit volume cairan dan Kekurangan cairan tubuh tidak 1. Kaji tanda-tanda dehidrasi 1. Perubahan status hidrasi menggambarkan
elektrolit berhubungan terjadi seperti mukosa bibir kering, berat ringannya kekurangan cairan
dengan pemasukan yang turgor kulit tidak elastis dan
kekurangan cairan cairan dalam 24 jam 2. Untuk mengetahui keseimbangan cairan dan
Ditandai dengan : - TTV dalam batas normal pedoman untuk menggantikan cairan yg hilang
kering - Membran mukosa lembab 3. Monitor tanda-tanda vital keadaan umum klien.
- turgor kulit jelek - Intake dan output seimbang 4. Untuk pemenuhan kebutuhan cairan
3 Resiko gangguan Kebutuhan nutrisi terpenuhi KH1. Jelaskan pentingnya 1. Dapat memotivasi klien dalam pemenuhan
intake yang tidak adekuat.- klien dapat menghabis kan makanan klien 2. Untuk mengukur intake makanan
porsi yg disediakan 3. Kaji makanan yang disukai
Ditandai dengan : - mual dan muntah dapat dan yang tidak disukai klien. 3. Makanan kesukaan dapat meningkatkan
keadaan hangat
dicerna
7. Catat porsi yang dihabiskan 7. Membantu untuk melakukan intervensi
mual
S : 38º C
N : 87 x/i
P : 28 x/i
3. Menganjurkan keluarga untuk mengompres hangat pada axilla dan temporal dan ibu klien tam
dan kaos
5. Memberikan informasi kepada keluarga bahwa penyebab dari peningkatan suhu tubuh klien
yaitu
Input + 1.000 cc
Output + 500 cc
3. Menganjurkan klien minum banyak 2-3 liter/ hari
4. Mencatat laporan atau keluhan klien seperti mual, muntah dan klien mengatakan sudah tidak
lagi
5. Memberi penjelasan kepada keluarga/ klien tentang pentingnya kebutuhan cairan untuk klien
6. Berkolaborasi dengan dokter untuk terapi cairan yaitu terpasang IVFD RL 12 gtt/i
III 1. Menjelaskan pentingnya nutrisi bagi klien untuk mempercepat proses penyembuhan.
2. Melihat dan memperhatikan seberapa banyak makanan yang dihabiskan dari porsi yang telah
3. Menanyakan kepada klien makanan apa yang disukai dan yang tidak disukainya.
4. Melibatkan keluarga dalam perencanaan makan klien dengan membujuk klien supaya mau m
5. Menyajikan makanan dalam keadaan hangat agar klien mau menghabiskan makanan yang
disajikan.
6. Menganjurkan klien makan dalam porsi kecil tapi sering dan mudah dicerna sehingga klien t
mual
8. Menciptakan suasana yang menyenangkan, lingkungan yg bebas dari bau sewaktu makan.
9. Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit yaitu makanan yang mengandung cukup
S : 37,8º C
N : 88 x/i
P : 28 x/i
3. Menganjurkan keluarga untuk mengompres hangat pada axilla dan temporal dan
7. yaitu
- Amoxicillin, 3x2 cth
Input + 1.000 cc
Output + 500 cc
4. Mencatat laporan atau keluhan klien seperti mual, muntah dan klien mengatakan sudah tidak
lagi
5. Memberi penjelasan kepada keluarga/ klien tentang pentingnya kebutuhan cairan untuk klien
6. Berkolaborasi dengan dokter untuk terapi cairan yaitu terpasang IVFD RL 12 gtt/i
III 1. Menjelaskan pentingnya nutrisi bagi klien untuk mempercepat proses penyembuhan.
2. Melihat dan memperhatikan seberapa banyak makanan yang dihabiskan dari porsi yang telah
4. Melibatkan keluarga dalam perencanaan makan klien dengan membujuk klien supaya mau m
5. Menyajikan makanan dalam keadaan hangat agar klien mau menghabiskan makanan yang
disajikan.
6. Menganjurkan klien makan dalam porsi kecil tapi sering dan mudah dicerna sehingga klien t
mual
8. Menciptakan suasana yang menyenangkan, lingkungan yg bebas dari bau sewaktu makan.
Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit yaitu makanan yang mengandung cukup c
S : 37º C
N : 87 x/i
P : 28 x/i
3. Menganjurkan keluarga untuk mengompres hangat pada axilla dan temporal dan ibu klien tam
4. Menganjurkan klien untuk memakai pakaian yang bahannya dapat menyerap keringat seperti
dan kaos
5. Memberikan informasi kepada keluarga bahwa penyebab dari peningkatan suhu tubuh klien
2. Melihat dan memperhatikan seberapa banyak makanan yang dihabiskan dari porsi yang telah
3. Menanyakan kepada klien makanan apa yang disukai dan yang tidak disukainya.
4. Melibatkan keluarga dalam perencanaan makan klien dengan membujuk klien supaya mau m
5. Menyajikan makanan dalam keadaan hangat agar klien mau menghabiskan makanan yang
disajikan.
6. Menganjurkan klien makan dalam porsi kecil tapi sering dan mudah dicerna sehingga klien t
mual
8. Menciptakan suasana yang menyenangkan, lingkungan yg bebas dari bau sewaktu makan.
9. Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit yaitu makanan yang mengandung cukup
III 1. Mengkaji tanda-tanda dehidrasi seperti mukosa bibir kering, turgor kulit tidak elastis dan
Output + 500 cc
4. Mencatat laporan atau keluhan klien seperti mual, muntah dan klien mengatakan sudah tidak
lagi
5. Memberi penjelasan kepada keluarga/ klien tentang pentingnya kebutuhan cairan untuk klie
6. Berkolaborasi dengan dokter untuk terapi cairan yaitu terpasang IVFD RL 12 gtt/i
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil proses keperawatan yang dilaksanakan terhadap klien dengan typhoid di Ruangan Rawat Inap Zal Anak RSI Ibnu Sina
1. Pada klien dengan typhoid ditemukan tanda dan gejala dengan demam yang berlangsung 3 minggu, bersifat febris remitten dan suhu
tidakterlalu tinggi, pada mulut terdapat bau tidak sedap, bibir kering dan umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak dalam yaitu apatis
sampai samolen.
2. Dari hasil pengkajian dapat dirumuskan masalah keperawatan pada klien dengan typhoid adalah peningkatan suhu tubuh (hipertermi),
gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan, dan resiko tinggi devisit volume cairan.
3. Perencanaan
Dalam merumuskan perencanaan diperlukan literatur yang lengkap serta membantu dari tenaga keperawatan dan tim kesehatan lainnya yang ada
di Rumah Sakit serta kerjasama yang baik dari klien dan keluarga.
4. Implementasi
Pada pelaksanaan tidak semua perencanaan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana, karena adanya kendala atau hambatan sehingga pada
implementasi ini sangat diperlukan kerjasama yang baik antara tim kesehatan yang ada.
5. Evaluasi
Asuhan keperawatan yang dilakukan hanya sebagian yang tercapai sesuai dengan tujuan, karena dalam melakukan asuhan keperawatan pada
klien dengan typhoid memerlukan waktu yang cukup lama dalam menyelesaikan masalah sesuai kriteria
B. SARAN
Berdasarkan hasilpenerapan asuhan keperawatan yang dilakukan maka penulis dapat memberi saran, antara lain :
1. Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan typhoid hendaklah benar-benar memperhatikan keluhan yang dirasakan oleh klien
2. Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan typhoid agar memenuhi kebutuhan dari klien maka diperlukan adanya kerjasama
yang baik antara tim kesehatan dengan klien dan keluarga klien.