Anda di halaman 1dari 69

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN TYPOID

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam typhoid merupakan permasalahan kesehatan penting dibanyak negara

berkembang. Secara global, diperkirakan 17 juta orang mengidap penyakit ini tiap tahunnya.

Di Indonesia diperkirakan insiden demam typhoid adalah 300 – 810 kasus per 100.000

penduduk pertahun, dengan angka kematian 2%. Demam typhoid merupakan salah satu dari

penyakit infeksi terpenting. Penyakit ini di seluruh daerah di provinsi ini merupakan penyakit

infeksi terbanyak keempat yang dilaporkan dari seluruh 24 kabupaten. Di Sulawesi Selatan

melaporkan demam typhoid melebihi 2500/100.000 penduduk (Sudono, 2006).

Demam tifoid atau typhus abdominalls adalah suatu infeksi akut yang terjadi pada usus

kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi. Typhi dengan masa tunas 6-14 hari.

Demam tifoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada iklim. Kebersihan

perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit ini meskipun lingkungan hidup

umumnya adalah baik. Di Indonesia penderita Demam Tifoid cukup banyak diperkirakan

800/ 100.000 penduduk per tahun dan tersebar di mana-mana. Ditemukan hampir sepanjang
tahun, tetapi terutama pada musim panas. Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur,

tetapi yang paling sering pada anak besar, umur 5- 9 tahun dan laki-laki lebih banyak dari

perempuan dengan perbandingan 3 : 1.

Penularan dapat terjadi dimana saja, kapan saja, sejak usia seseorang mulai dapat

mengkonsumsi makanan dari luar, apabila makanan atau minuman yang dikonsumsi kurang

bersih. Biasanya baru dipikirkan suatu demam tifoid bila terdapat demam terus-menerus lebih

dari 1 minggu yang tidak dapat turun dengan obat demam dan diperkuat dengan kesan anak

baring pasif, nampak pucat, sakit perut, tidak buang air besar atau diare beberapa hari

(Bahtiar Latif, 2008).

Sekarang ini penyakit typhus abdominalis masih merupakan masalah yang penting bagi

anak dan masih menduduki masalah yang penting dalam prevalensi penyakit menular. Hal ini

disebabkan faktor hygiene dan sanitasi yang kurang, masih memegang peranan yang tidak

habis diatas satu tahun, maka memerlukan perawatan yang khusus karena anak ini masih

dalam taraf perkembangan dan pertumbuhan. Dalam hal ini perawatan dirumah sakit sangat

dianjurkan untuk mendapatkan perawatan isolasi untuk mencegah komplikasi yang lebih

berat (Suharyo hadisaputro, 1989, dan Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985).
Berdasarkan hal tersebut, maka kami tertarik untuk menerapkan asuhan keperawatan

pada klien dengan demam typhoid di ruang rawat inap RSI Ibnu Sina Bukittinggi.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu menyusun asuhan keperawatan kepada An.AM dengan Demam Thyphoid

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada An. AM dengan Demam Thyphoid.

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An. AM dengan Demam Thyphoid

c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada An. AM dengan Demam Thyphoid

d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada An. AM dengan Demam Thyphoid

e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada An.AM dengan Demam Thyphoid

f. Mampu mendokumentasikan proses keperawatan yang telah dilaksanakan dalam rangka

memenuhi kebutuhan klien.

C. Metode Penulisan

1. Metode Penulisan
Penulisan makalah ini dilakukan dengan metode deskripsi. Tipe studi kasus yang

dilaksanakan terhadap salah satu klien dengan demam thyphoid yaitu analisa tentang suatu

keadaan subjektif (individu dan keluarga). Tinjauan dari pengembangan subjek tersebut

melalui pengumpulan data yang digunakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan klien

adalah pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.

2. Lokasi Penelitian

Studi kasus ini dilakukan diruang rawat anak yaitu paviliun Siti Pathimah RSI Ibnu

Sina Bukittingggi karena merupakan tempat pendidikan yang menjadi lahan praktek bagi

mahasiswa Stikes Yarsi Bukittinggi.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Dilakukan pada klien, keluarga klien, tenag medis dan tim kesehatan lainnnya.

b. Observasi/ pengukuran

Pengamatan langsung terhadap klien melalui indra penglihatan, perabaan dan alat yang

digunakan seperti stetoskop, termometer

c. Study Dokumenter
Teknik pengumpulan data tentang klien yang didokumentasikan baik dari hasil laboratorium,

catatan perawat dan tim kesehatan lain.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Defenisi

Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi Salmonella Thypi.

Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses

dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella ( Bruner and Suddart, 1994 ).

Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella

Thypi ( Arief Maeyer, 1999 ).


Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella

thypi dan salmonella para thypi A,B,C. Sinonim dari penyakit ini adalah typhoid dan

paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1996 ).

Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga paratyphoid fever,

enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis (Seoparman, 1996).

Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang

disebabkan oleh Salmonella Typhosa, Salmonella type A.B.C. Penularan terjadi secara pecal,

oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief. M. 1999).

B. Etiologi

Etiologi dari typhoid adalah Salmonella thypi/ salmonella thyphosa, basil gram negatif

yang bergerak dengan rambut getar dan tidak berspora. (Suriadi, Yuliani Rita, 2001).

Salmonella thyposa, basil gram negatif yang bergerak dengan rambut getar dan tidak

berspora, masa inkubasi 10-20 hari dan hanya didapatkan pada manusia. Penularan penyakit

ini hampir selalu terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.

Ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan

pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus

mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
C. Gambaran Klinis

Gambaran klinis demam typhoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang

dewasa. Masa tunas 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan,

sedangkan melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin

ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan

tidak bersemangat, nafsu makan kurang.

Gambaran klinis yang biasa ditemukan ialah :

1. Demam

Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remitten dan suhu tidak

tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya

menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua

pasien terus berada dalam keadaan demam, pada minggu ketiga suhu tubuh berangsur turun

dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.

2. Gangguan pada saluran pencernaan


Pada mulut terdapat bau nafas tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah (regaden). Lidah

tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai

tremor. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan

limpa membesar disertai nyeri perabaan. Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi juga dapat

diare atau normal.

3. Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak dalam yaitu apatis sampai samnolen,

jarang terjadi stupor, koma atau gelisah (kecuali penyakitnya berat dan terlambat

mendapatkan pengobatan). Disamping gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada

punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola, yaitu bintik-bintik kemerahan karena

emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam.

Kadang-kadang ditemukan pula bradikardi dan epistaksis pada anak besar ( Ngastiyah, 2005)

D. Patofisiologi

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan

5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan

melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi

kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan

hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut

kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang

tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian

kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung

dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam

jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-

sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam

sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan

kandung empedu.

Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh

endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia

bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada

patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam

disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat

pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.


Woc (Lynda juall, 2002)

Sallmonella Typhosa

Saluran pencernaan

Lambung (sebagai ) dimusnakan oleh asam


lambung, sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfase flasue poyeridi
ulkumterminal), berkembangbiak dan menyerang villi usus halus

Terjadi peregangan pada usus halus Masuk aliran limfe dan kelenjer
limfe
Sel hiposa dan endotoksinya
merangsang Spelenomegeli pelepasan zat pirogen
dan lekosit

Masuk
ke aliran darah Inflamasi lokal pada jaringan tempat (
baktermia primer )
kuman berkembang

Hati ( Hepatomegali )

MK : peningkatan suhu tubuh

Observasi Pelepasan kuman


kedalam
peredaran darah

guan metabolisme : anoreksia, mual dan muntah Otak,otot, kadung kemih, tulang,
ginjal dan kardiovaskuler
Mk : gangguan pemenuhan nutrisi kebutuhan tubuh

iti devisit volume cairan tubuh

ntoleransi Aktivitas
Mk : potensi terjadi infeksi
E. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium,

yang terdiri dari :

a. Pemeriksaan Darah Tepi

- Terdapat gambaran leukopenia

- Limfositosis relatif

- Ameosinofila pada permulaan sakit

- Mungkin terdapat anemia dan trombositopenia ringan

b. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal

setelah sembuhnya typhoid.

c. Biakan Darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah

negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil

biakan darah tergantung dari beberapa faktor :

 Teknik pemeriksaan Laboratorium


Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini

disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan

darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.

 Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.

Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang

pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.

 Vaksinasi di masa lampau

Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah

klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.

 Pengobatan dengan obat anti mikroba.

Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan

kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.

d. Uji Widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin

yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga

terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal
adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji

widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka

menderita typhoid.

Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu:

1. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).

2. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).

3. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk

diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid. Faktor – faktor yang

mempengaruhi uji widal :

a. Faktor yang berhubungan dengan klien :

1. Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.

2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai dalam darah setelah

klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke-5 atau ke-6.

3. Penyakit – penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat menyertai demam typhoid

yang tidak dapat menimbulkan antibodi seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma

lanjut.
4. Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat anti mikroba dapat

menghambat pembentukan antibodi.

5. Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut dapat menghambat

terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem retikuloendotelial.

6. Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan kotipa atau tipa, titer

aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai

1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh

sebab itu titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai

diagnostik.

7. Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya : keadaan ini dapat

mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun dengan hasil titer yang rendah.

8. Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin terhadap salmonella

thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang bukan typhoid pada seseorang yang

pernah tertular salmonella di masa lalu.

b. Faktor-faktor Teknis
1. Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung antigen O dan H yang

sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat menimbulkan reaksi aglutinasi pada

spesies yang lain.

2. Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil uji widal.

3. Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada penelitian yang berpendapat

bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari strain salmonella setempat lebih baik dari

suspensi dari strain lain.

F. Komplikasi

Komplikasi demam typhoid dapat dibagi atas dua bagian :

1. Komplikasi Intestinal

a. Perdarahan usus

Dapat terjadi pada saat demam masih tinggi, ditandai dengan suhu mendadak turun, nadi

meningkat/ cepat dan kecil, tekanan darah menurun. Jika perdarahan ringan mungkin

gejalanya tidak terlihat jelas, karena darah dalam feses hanya dapat dibuktikan dengan tes

benzidin. Jika perdarahan berat ditemukan melena.

b. Perforasi usus
Komplikasi ini dapat terjadi pada minggu ketiga ketika suhu sudah turun. Gejala perforasi

usus adalah pasien mengeluh sakit perut hebat dan akan lebih nyeri lagi jika ditekan, perut

tegang/ kembung. Anak menjadi pucat, dapat juga keringan dingin, nadi lembut; pasien dapat

syok (Ngastiyah, 2005)

2. Komplikasi Ekstraintestinal

a. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis,

tromboplebitis.

b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik.

c. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.

d. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.

e. Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.

f. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.

g. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningismus, meningitis, polineuritis perifer,

Sindroma Guillain Bare dan Sidroma Katatonia.

G. Penatalaksanaan Medis
Pasien yang dirawat dengan diagnosis observasi demam typus abdominalis harus

dianggap dan diperlakukan langsung sebagai pasien typus abdominalis dan diberikan

pengobatan sebagai berikut :

1. Isolasi klien, desinfeksi pakaian dan ekskreta

2. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi

3. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal kembali (istirahat

total), kemudian boleh duduk; jika tidak panas lagi boleh berdiri kemudian berjalan di

runagan.

4. Diit makanan harus cukup cairan, kalori, dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh

mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas. Bila kesadaran

pasien menurun diberikan makanan cair, melalui sonde lambung. Jika kesadaran dan nafsu

makan baik dapat juga diberikan makanan lunak.

5. Obat pilihan ialah kloramfenikol, kecuali jika pasien tidak cocok dapat diberikan obat

lainnya seperti kotrimoksazol. Pemberian kloramfenikol dengan dosis tinggi, yaitu 100 mg/kg

BB/ hari (maksimum 2 gram perhari), diberikan 4 kali sehari per oral atau intravena.

Pemberian kloramfenikol dengan dosis tinggi tersebut mempersingkat waktu perawatan dan
mencegah relaps. Efek negatifnya adalah mungkin pembentukan zat anti kurang karena basil

terlalu cepat dimusnahkan.

6. Bila terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakitnya. Bila terjadi dehidrasi dan

asidosis diberikan cairan secara intravena dan sebagainya (Ngastiyah, 2005)

H. Pencegahan

Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan setelah dari

toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu

mentah (yang belum dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan

hindari makanan pedas.

I. Discharge Planning

- Penderita harus dapat diyakinkan cuci tangan dengan sabun setelah defekasi

- Mereka yang diketahui sebagai karier dihindari untuk mengelola makanan

- Lalat perlu dicegah menghinggapi makanan dan minuman.

- Penderita memerlukan istirahat

- Diit lunak yang tidak merangsang dan rendah serat (Samsuridjal D dan Heru S, 2003)
- Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktivitas sesuai dengan tingkat

perkembangan dan kondisi fisik anak

- Jelaskan terapi yang diberikan: dosis, dan efek samping

- Menjelaskan gejala-gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk

mengatasi gejala tersebut

- Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan (Suriadi & Rita Y, 2001)

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

DEMAM TYPHOID

A. PENGKAJIAN

1. Biodata klien

Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, tanggal masuk RS, tanggal

pengkajian, no. MR, diagnosa medis, nama orang tua, umur orang tua, pekerjaan,

agama,alamat, dan lain-lain.

2. Keluhan Utama

Biasanya klian datang dengan keluhan perasaan tidak enak badan, pusing demam, nyeri

tekan pada ulu hati, nyeri kepala, lesu dan kurang bersemangat, nafsu makan berkurang

(terutama selama masa inkubasi)

3. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan dahulu

Kaji tentang penyakit yang pernah dialami oleh klien, baik yang ada hubungannya

dengan saluran cerna atau tidak. Kemudian kaji tentang obat-obatan yang biasa dikonsumsi
oleh klien, dan juga kaji mengenai riwayat alergi pada klien, apakah alergi terhadap obat-

obatan atau makanan.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Kaji mengenai keluhan yang dirasakan oleh klien, misalnya nyeri pada epigastrium,

mual, muntah, peningkatan suhu tubuh, sakit kepala atau pusing, letih atau lesu.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien atau

penyakit gastrointestinal lainnya.

d. Riwayat psikologis

Kaji bagaimana keadaan suasana hati (emosional) klien dan keluarga dalam menghadapi

penyakit yang diderita, biasanya suasana hati klien kurang baik (gelisah) dan keluarga

biasanya cemas.

e. Riwayat sosial ekonomi


Mengkaji kehidupan sosial ekonomi klien, tipe keluarga bagaimana dari segi ekonomi

dan tinggal bersama siapa klien. Bagaimana interaksi klien baik di kehidupan sosial maupun

masyarakat atau selama di rumah sakit.

f. Kebiasaan sehari-hari

Kaji tentang aktivitas atau kebiasaan yang dilakukan oleh klien sebelum sakit dan saat

sakit. Hai ini berguna dalam perbandingan antara pengobatan dan perawatan pasien, biasanya

mencakup :

- Nutrisi

- Eliminasi

- Pola istirahat/ tidur

- Pola kebersihan

4. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat.

b. Tanda vital :

Bagaimana suhu, nadi, persafasan dan tekanan darah klien


c. Kepala

Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah ada kelainan atau lesi

pada kepala

d. Wajah

Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak.

e. Mata

Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak, sclera ikterik/ tidak, keadaan

pupil, palpebra dan apakah ada gangguan dalam penglihatan

f. Hidung

Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung serta cairan yang keluar,

ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan dalam penciuman

g. Mulut
Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah kotor/ tidak, apakah ada

kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada gangguan dalam menelan, apakah ada kesulitan

dalam berbicara.

h. Leher

Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan distensi vena jugularis

i. Thoraks

Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah ada wheezing, apakah

ada gangguan dalam pernafasan.

j. Abdomen

Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah terdapat nyeri tekan pada

abdomen, apakah perut terasa kembung, lakukan pemeriksaan bising usus, apakah terjadi

peningkatan bising usus/tidak.

k. Genitalia

Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin ,warna rambut kelamin. Pada laki-

laki lihat keadaan penis, apakah ada kelainan/tidak. Pada wanita lihat keadaan labia minora,

biasanya labia minora tertutup oleh labia mayora.

l. Integumen
Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/ tidak, apakah ada nyeri tekan

pada kulit, apakah kulit teraba panas.

m. Ekstremitas atas

Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta kelainan bentuk.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi kuman salmonella

typhosa, ditandai dengan suhu tubuh meningkat, demam, nyeri kepala, pusing.

2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

yang tidak adekuat, ditandai dengan mual, muntah anoreksia.

3. Resiko tinggi defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan pemasukan yang

kurang, pengeluaran yang berlebihan, ditandai dengan mual, muntah, membran mukosa

kering

4. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik


BAB IV

TINJAUAN KASUS DEMAM TYPHOID

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Klien

Nama : An. I

Umur : 19 tahun

Jenis kelamin : Laki-Laki

Alamat : Kp Petey Desa Gabus Kec.Kopo

Agama : Islam

Pendidikan : SMK

Pekerjaan : Pelajar

Tanggal masuk RS : 11 November 2019

Tanggal pengkajian : 15 November 2019

No.MR : 082198

Dx medis : Demam Typhoid


Penanggung jawab

Nama : Susanti

Umur : 39 tahun

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Ibu Rumah tangga

Agama : Islam

2. Alasan Masuk

Klien kiriman UGD masuk ke ruang rawat inap anak pada hari sabtu 11 Juni 2011 jam

08.30 wib diantar oleh keluarga dengan keluhan demam naik turun sejak hari selasa 7 Juni

2011, nafsu makan tidak ada, lemah, letih, muntah 4x sejak hari senin. Keluarga mengatakan

pada hari selasa tersebut telah berobat ke puskesmas tetapi panasnya tidak turun, kemudian

pada hari kamis klien berobat ke poly anak RSI Ibnu Sina dengan Dr.Hj. Rahmi Yetti K, SpA

dan beliau menganjurkan agar klien periksa darah ke lab dan dirawat di rumah sakit.

3. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

a. Prenatal
Ibu klien mengatakan saat hamil klien, ibu klien mengatakan tidak mengalami kelainan

atau masalah serius selama kehamilan. Ibu klien juga tidak mengalami mual, muntah dan

mengidam makanan tertentu.

b. Intranatal

Klien lahir dalam keadaan normal dan tidak ada kelainan bawaan, ditolong oleh bidan

dengan usia kehamilan 9 bulan. Klien dilahirkan secara spontan dengan BB 4100 gram dan

TB 45 cm.

c. Postnatal

Klien langsung disusui oleh ibu klien, setelah lahir klien tidak pernah mengalami

kelainan atau penyakit serius tertentu dan imunisasi klien lengkap.

4. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat kesehatan sekarang

Ibu klien mengatakan klien demam naik turun sejak hari selasa 7 Juni 201, suhu tubuh

meningkat pada sore dan malam hari, nafsu makan tidak ada, tidak mau minum, klien juga

merasa pusing dan nyeri pada bagian perutnya. Ibu klien juga mengatakan BB klien sebelum

sakit 28 kg dan setelah sakit turun menjadi 25 kg. Observasi selama pengkajian klien terlihat
lemah, badan klien terasa panas, mukosa bibir kering, mulut kering, bibir pecah-pecah, lidah

kelihatan kotor dan berwarna putih. Klien terpasang infus RL 12 gtt/i.

2. Riwayat kesehatan dahulu

Ibu klien mengatakan klien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya. Klien

juga belum pernah mengalami penyakit serius lainnya hanya sakit perut dan demam. Apabila

klien sakit perut dan demam biasanya ibu klien membawa klien berobat ke puskesmas dan

meminum obat dari puskesmas.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Saat ini tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien.

Ibu klien juga mengatakan saat ini abang klien dirawat di rumah sakit yang sama.

4. Riwayat Sosial

a. Hubungan dengan keluarga

Ibu klien mengatakan klien adalah anak kedua dari dua bersaudara, klien tinggal bersama

kedua orangtua dan abangnya. Hubungan klien dengan anggota keluarga baik, klien sangat

dekat dengan ayah, ibu dan abangnya.

b. Hubungan dengan teman sebaya

Hubungan klien dengan teman sebaya baik dan mudah bergaul sesama temannya.
c. Interaksi dengan lingkungan

Klien tinggal dalam lingkungan rumah yang sehat dan nyaman. Klien juga

dapat berinteraksi dengan lingkungan dengan baik.

5. Kebutuhan Dasar

No Aktifitas Sebelum sakit Sakit

1 Pola Nutrisi

a. Frekuensi makan 3 x 1 porsi 3 x 1 porsi, habis ¼ porsi

b. Diit MB ML

c. Intake cairan + 6-7 gelas/ perhari 4-5 gelas/ hari, klien

terpasang infus RL 12gtt/i

d. Nafsu makan Biasa Kurang

2 Pola Eliminasi

BAB

a. Frekuensi 1 x 2 hari 1 x 2 hari

b. Warna Kuning Kuning

c. Konsistensi Lembek Lembek


d. Penggunaan Tidak ada Tidak ada

pencahar

BAK

a. Frekuensi + 5x sehari + 4-5 x sehari

b. Warna Kuning muda Kuning muda

c. Bau Urine khas Urine khas

3 Pola Istirahat

a. Tidur siang + 1-2 jam sehari + 1-2 jam sehari

b. Tidur malam + 8 jam sehari + 5-6 jam sehari

4 Personal Hygiene

a. Mandi 2x sehari Dilap oleh keluarga

b. Gosok gigi 2x sehari 1x sehari

c. Keramas 1x2 hari Tidak pernah

5. Pemeriksaan Fisik

KU pasien :Sedang

Kesadaran : Composmentis
Tanda – tanda vital :

S : 38,4 oC

P : 28 x/i

N : 84 x/i

Kepala : Simetris ki/ka, rambut berwarna hitam, panjang dan tidak berminyak, tidak ada lesi pada

kepala

Mata : Simetris ki/ka, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, palpebra tidak edema, pupil

bereaksi terhadap cahaya, dan tidak ada gangguan dalam penglihatan

Hidung : Simetris ki/ka, tidak terdapat secret pada hidung, bernafas tidak menggunakan cuping

hidung, tidak ada gangguan dalam penciuman.

Mulut : Mukosa mulut kering, bibir pecah-pecah, lidah terlihat kotor dan berwarna putih

Telinga : Simetris ki/ka, tidak terdapat serumen, tidak ada gangguan dalam pendengaran

Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid, tidak ditemukan distensi vena jugularis

Thoraks :

I : Simetris ki/ka, pergerakan dinding dada normal, P=28 x/i

P : Tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan

P : Sonor pada kedua area paru


A : Bunyi nafas vesikuler, tidak ada wheezing

Abdomen :

I : Simetris ki/ka, warna kulit sawo matang

P : Nyeri pada epigastrium dan perut kanan atas

P : Perut kembung

A : Bising usus (+)

Integumen : Integritas kulit utuh, turgor kulit kering, tidak ada dekubitus

Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas :

- Pada ekstremitas atas bagian dextra terpasang IVFD RL 12 gtt/i, teraba nadi 92 x/i pada

arteri radialis

- Pada ekstremitas bawah terdapat bekas gigitan nyamuk berupa bercak-bercak berwarna

hitam.

6. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium :

- Kimia Klinik, tanggal 10 Juni 2011


Tes Widal

Sty O : (+)1/80, (+)1/160

Sty H : (+)1/80, (+)1/160, (+)1/320

- Darah, tanggal 10 Juni 2011

WBC : 3,9. 103/ mm3 (3,0 – 11,0)

RBC : 4,51. 106/ mm3 (3,20 – 6,00)

HGB : 12,4 g/dl (9,0 – 17,5)

HCT : 36,8 g/dl (9,0 – 17,5)

PLT : 262. 103/mm3

LED : 37/70. 103/mm3

- Darah, tanggal 11 Juni 2011

WBC : 5,1. 103/ mm3 (3,0 – 11,0)

RBC : 4,73. 106/ mm3 (3,20 – 6,00)

HGB : 12,9 g/dl (9,0 – 17,5)

HCT : 38,8 g/dl (9,0 – 17,5)

PLT : 143. 103/mm3


- Hematologi, tanggal 12 Juni 2011

Hemoglobin : 12,0 gr/dl n : 11-14 gr/dl

Leukosit : 5500 / mm3

Trombosit : 124.000/ mm3

Hematokrit : 37,4 n : 37-43, 100%

7. Penatalaksanaan

Pengobatan meliputi :

a. Oral

- Amoxicillin, 3x2 cth

- Kloramfenikol, 4x2 tab

- Dumin 250, 3x1 tab

b. IVFD

- RL 12 gtt/i

c. Diit

- ML
8 Analisa Data

NO DATA – DATA MASALAH KEPERAWATAN

1. DS :

1. Keluarga mengatakan klien demam naik turun Peningkatan suhu tubuh (hipertermi)

2. Klien mengatakan nyeri dan sakit pada kepala

DO :

3. Klien tampak gelisah

4. Suhu tubuh meningkat pada sore dan malam hari

DS :
1. Keluarga mengatakan klien tidak mau minum

2. Keluarga mengatakan klien muntah di rumah + 5 kali

2 DO : Defisit volume cairan

3. Klien terlihat lemah dan letih

4. Mukosa bibir terlihat kering

5. Turgor kulit jelek

6. Bibir pecah-pecah

DS :

1. Keluarga mengatakan klien tidak ada nafsu makan


2. Keluarga mengatakan makanan yang diberikan cuma habis 1/4 porsi

3. Klien mengatakan mual

3 DO : Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

4. Mukosa bibir kering

5. Perut klien kembung

6. Berat badan berkurang :

BB sebelum sakit : 28 kg

BB sesudah sakit : 25 kg
B. Diagnosa Keperawatan

1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhosa.

2. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan pemasukan yang kurang, output yang berlebihan.

3. Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan/ KH Intervensi Rasional

1 Peningkatan suhu tubuh Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV tiap 4 jam 1. Untuk memonitor terjadinya peningkatan

(hipertermi) berhubungan keperawatan2x24 jam, suhu suhu tubuh dan untuk merencanakan intervensi

dengan proses infeksi tubuh kembali normal yang diperlukan untuk mengatasi masalah
kuman salmonella KH : klien.

typhosa. - Suhu tubuh dalam batas 2. Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan

normal (36-37oC) 2. Anjurkan klien banyak penguapan tubuh meningkat sehingga perlu

Ditandai dengan : - Keluarga/ klienmengatakan minum 2 - 3 liter/ 24 jam diimbangi dengan asupan cairan yang banyak

- suhu tubuh meningkat klien tidak demam lagi 3. Kompres hangat dapat menyebabkan dilatasi

- demam - TTV dalam batas normal pembuluh darah sehingga terjadi penguapan

- nyeri kepala 4. Membantu mengurangi penguapan tubuh

- pusing. 3. Beri kompres hangat pada

daerah axila, lipat paha dan

temporal 5. Membantu mengurangi kecemasan yang

4. Anjurkan klien untuk timbul


memakai pakaian yg dapat

menyerap keringat

5. Beri penjelasan kepada

keluarga/ klien tentang

penyebab peningkatan suhu 6. Mempercepat proses penyembuhan karena

tubuh antipiretik dan antibiotik berguna untuk

6. Kolaborasi dengan dokter mengatasi keluhan klien.

dalam pemberian antipiretik

dan antibiotik

2 Defisit volume cairan dan Kekurangan cairan tubuh tidak 1. Kaji tanda-tanda dehidrasi 1. Perubahan status hidrasi menggambarkan

elektrolit berhubungan terjadi seperti mukosa bibir kering, berat ringannya kekurangan cairan
dengan pemasukan yang turgor kulit tidak elastis dan

kurang, output yang KH : peningkatan suhu tubuh

berlebihan - klien tidak mengalami 2. Pantau intake dan output

kekurangan cairan cairan dalam 24 jam 2. Untuk mengetahui keseimbangan cairan dan

Ditandai dengan : - TTV dalam batas normal pedoman untuk menggantikan cairan yg hilang

- membran mukosa - Turgor kulit normal 3. Perubahan TTV dapat menggambarkan

kering - Membran mukosa lembab 3. Monitor tanda-tanda vital keadaan umum klien.

- turgor kulit jelek - Intake dan output seimbang 4. Untuk pemenuhan kebutuhan cairan

4. Anjurkan klien minum

banyak 2-3 liter/ hari 5. Berguna dalam intervensi selanjutnya

5. Catat laporan atau hal-hal


seperti mual, muntah 6. Membantu mempermudah pemberian cairan

6. Beri penjelasan kepada kepada klien

keluarga /klien tentang

pentingnya kebutuhan cairan

7. Kolaborasi dengan dokter 7. Membantu memenuhi kebutuhan cairan yang

untuk terapi cairan tidak terpenuhi.

3 Resiko gangguan Kebutuhan nutrisi terpenuhi KH1. Jelaskan pentingnya 1. Dapat memotivasi klien dalam pemenuhan

pemenuhan nutrisi kurang : makanan untuk proses kebutuhan nutrisi

dari kebutuhan tubuh - terjadi peningkatan berat penyembuhan.

berhubungan dengan badan 2. Observasi pemasukan

intake yang tidak adekuat.- klien dapat menghabis kan makanan klien 2. Untuk mengukur intake makanan
porsi yg disediakan 3. Kaji makanan yang disukai

Ditandai dengan : - mual dan muntah dapat dan yang tidak disukai klien. 3. Makanan kesukaan dapat meningkatkan

- mual diatasi. masukan nutrisi yang adekuat

- muntah - Nafsu makan klien ada 4. Libatkan keluarga dalam

- anoreksia perencanaan makan klien 4. Dapat memberikan informasi pada keluarga

klien untuk memahami kebutuhan nutrisi klien

5. Sajikan makanan dalam 5. Meningkatkan nafsu makan klien

keadaan hangat

6. Anjurkan makan dlm porsi 6. Dapat mengurangi rangsangan mual dan

kecil tapi sering dan mudah muntah

dicerna
7. Catat porsi yang dihabiskan 7. Membantu untuk melakukan intervensi

oleh klien selanjutnya

8. Berikan perawatan mulut 8. Keadaan mulut yang kotor dapat mengurangi

sebelum dan sesudah makan nafsu makan serta menimbulkan rangsangan

mual

9. Ciptakan suasana yg 9. Bau dan pemandangan yang tidak

menyenangkan, lingkungan yg menyenangkan selama makan dapat

bebas dari bau sewaktu makan. mengurangi nafsu makan.

10. Kolaborasi dengan ahli gizi

dalam pemberian diit 10. Membantu mengkaji kebutuhan nutrisi klien

dalam perubahan pencernaan


Catatan Perkembangan

Nama klien : An. AM Ruangan : Zaal Anak (2A)

Umur : 7 tahun No Mr : 132709

Hari/ Tanggal Dx. Kep Implementasi

13 Juni 2011jam 17.00 Wib I 1. Memonitor TTV

S : 38º C

N : 87 x/i

P : 28 x/i

2. Menganjurkan klien untuk banyak minum + 2000-2500/ hari

3. Menganjurkan keluarga untuk mengompres hangat pada axilla dan temporal dan ibu klien tam

mengganti kapas kompres sekali dalam 10 menit


4. Menganjurkan klien untuk memakai pakaian yang bahannya dapat menyerap keringat seperti

dan kaos

5. Memberikan informasi kepada keluarga bahwa penyebab dari peningkatan suhu tubuh klien

disebabkan karena infeksi

6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antipiretik dan antibiotik

yaitu

- Amoxicillin, 3x2 cth

- Kloramfenikol, 4x2 tab

- Dumin 250, 3x1tab


II 1. Mengkaji tanda-tanda dehidrasi seperti mukosa bibir kering, turgor kulit tidak elastis dan

peningkatan suhu tubuh

2. Memantau intake dan output cairan dalam 24 jam

Input + 1.000 cc

Output + 500 cc
3. Menganjurkan klien minum banyak 2-3 liter/ hari

4. Mencatat laporan atau keluhan klien seperti mual, muntah dan klien mengatakan sudah tidak

lagi

5. Memberi penjelasan kepada keluarga/ klien tentang pentingnya kebutuhan cairan untuk klien

6. Berkolaborasi dengan dokter untuk terapi cairan yaitu terpasang IVFD RL 12 gtt/i
III 1. Menjelaskan pentingnya nutrisi bagi klien untuk mempercepat proses penyembuhan.

2. Melihat dan memperhatikan seberapa banyak makanan yang dihabiskan dari porsi yang telah

disediakan. Klien menghabiskan ¼ porsi

3. Menanyakan kepada klien makanan apa yang disukai dan yang tidak disukainya.

4. Melibatkan keluarga dalam perencanaan makan klien dengan membujuk klien supaya mau m

dan menyuapi klien saat makan.

5. Menyajikan makanan dalam keadaan hangat agar klien mau menghabiskan makanan yang
disajikan.

6. Menganjurkan klien makan dalam porsi kecil tapi sering dan mudah dicerna sehingga klien t

mual

7. Menganjurkan kepada klien supaya berkumur-kumur sebelum dan sesudah makan.

8. Menciptakan suasana yang menyenangkan, lingkungan yg bebas dari bau sewaktu makan.

9. Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit yaitu makanan yang mengandung cukup

cairan, tinggi kalori dan protein yaitu ML

14 Juni 2011jam 17.00 Wib I 1. Memonitor TTV

S : 37,8º C
N : 88 x/i

P : 28 x/i

2. Menganjurkan klien untuk banyak minum + 2000-2500/ hari

3. Menganjurkan keluarga untuk mengompres hangat pada axilla dan temporal dan

klien tampak mengganti kapas kompres sekali dalam 10 menit

4. Menganjurkan klien untuk memakai pakaian yang bahannya dapat menyerap ke

seperti katun dan kaos

5. Memberikan informasi kepada keluarga bahwa penyebab dari peningkatan suh

tubuh klien disebabkan karena infeksi

6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antipiretik dan antibiotik

7. yaitu
- Amoxicillin, 3x2 cth

- Kloramfenikol, 4x2 tab

- Dumin 250, 3x1tab


II 1. Mengkaji tanda-tanda dehidrasi seperti mukosa bibir kering, turgor kulit tidak elastis dan

peningkatan suhu tubuh

2. Memantau intake dan output cairan dalam 24 jam

Input + 1.000 cc

Output + 500 cc

3. Menganjurkan klien minum banyak 2-3 liter/ hari

4. Mencatat laporan atau keluhan klien seperti mual, muntah dan klien mengatakan sudah tidak

lagi

5. Memberi penjelasan kepada keluarga/ klien tentang pentingnya kebutuhan cairan untuk klien

6. Berkolaborasi dengan dokter untuk terapi cairan yaitu terpasang IVFD RL 12 gtt/i
III 1. Menjelaskan pentingnya nutrisi bagi klien untuk mempercepat proses penyembuhan.

2. Melihat dan memperhatikan seberapa banyak makanan yang dihabiskan dari porsi yang telah

disediakan. Klien menghabiskan ¼ porsi


3. Menanyakan kepada klien makanan apa yang disukai dan yang tidak disukainya.

4. Melibatkan keluarga dalam perencanaan makan klien dengan membujuk klien supaya mau m

dan menyuapi klien saat makan.

5. Menyajikan makanan dalam keadaan hangat agar klien mau menghabiskan makanan yang

disajikan.

6. Menganjurkan klien makan dalam porsi kecil tapi sering dan mudah dicerna sehingga klien t

mual

7. Menganjurkan kepada klien supaya berkumur-kumur sebelum dan sesudah makan.

8. Menciptakan suasana yang menyenangkan, lingkungan yg bebas dari bau sewaktu makan.

Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit yaitu makanan yang mengandung cukup c

tinggi kalori dan protein yaitu ML


7.

15 Juni 2011jam 21.00 Wib I 1. Memonitor TTV

S : 37º C

N : 87 x/i

P : 28 x/i

2. Menganjurkan klien untuk banyak minum + 2000-2500/ hari

3. Menganjurkan keluarga untuk mengompres hangat pada axilla dan temporal dan ibu klien tam

mengganti kapas kompres sekali dalam 10 menit

4. Menganjurkan klien untuk memakai pakaian yang bahannya dapat menyerap keringat seperti
dan kaos

5. Memberikan informasi kepada keluarga bahwa penyebab dari peningkatan suhu tubuh klien

disebabkan karena infeksi

6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antipiretik dan antibiotik yaitu :

- Amoxicillin, 3x2 cth

- Kloramfenikol, 4x2 tab

- Dumin 250, 3x1tab


III 1. Menjelaskan pentingnya nutrisi bagi klien untuk mempercepat proses penyembuhan.

2. Melihat dan memperhatikan seberapa banyak makanan yang dihabiskan dari porsi yang telah

disediakan. Klien menghabiskan ¼ porsi

3. Menanyakan kepada klien makanan apa yang disukai dan yang tidak disukainya.

4. Melibatkan keluarga dalam perencanaan makan klien dengan membujuk klien supaya mau m

dan menyuapi klien saat makan.

5. Menyajikan makanan dalam keadaan hangat agar klien mau menghabiskan makanan yang
disajikan.

6. Menganjurkan klien makan dalam porsi kecil tapi sering dan mudah dicerna sehingga klien t

mual

7. Menganjurkan kepada klien supaya berkumur-kumur sebelum dan sesudah makan.

8. Menciptakan suasana yang menyenangkan, lingkungan yg bebas dari bau sewaktu makan.

9. Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit yaitu makanan yang mengandung cukup

cairan, tinggi kalori dan protein yaitu ML

III 1. Mengkaji tanda-tanda dehidrasi seperti mukosa bibir kering, turgor kulit tidak elastis dan

peningkatan suhu tubuh

2. Memantau intake dan output cairan dalam 24 jam


Input + 1.000 cc

Output + 500 cc

3. Menganjurkan klien minum banyak 2-3 liter/ hari

4. Mencatat laporan atau keluhan klien seperti mual, muntah dan klien mengatakan sudah tidak

lagi

5. Memberi penjelasan kepada keluarga/ klien tentang pentingnya kebutuhan cairan untuk klie

6. Berkolaborasi dengan dokter untuk terapi cairan yaitu terpasang IVFD RL 12 gtt/i
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil proses keperawatan yang dilaksanakan terhadap klien dengan typhoid di Ruangan Rawat Inap Zal Anak RSI Ibnu Sina

Bukitting, maka penulis dapat mengambil kesimpulan :

1. Pada klien dengan typhoid ditemukan tanda dan gejala dengan demam yang berlangsung 3 minggu, bersifat febris remitten dan suhu

tidakterlalu tinggi, pada mulut terdapat bau tidak sedap, bibir kering dan umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak dalam yaitu apatis

sampai samolen.
2. Dari hasil pengkajian dapat dirumuskan masalah keperawatan pada klien dengan typhoid adalah peningkatan suhu tubuh (hipertermi),

gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan, dan resiko tinggi devisit volume cairan.

3. Perencanaan

Dalam merumuskan perencanaan diperlukan literatur yang lengkap serta membantu dari tenaga keperawatan dan tim kesehatan lainnya yang ada

di Rumah Sakit serta kerjasama yang baik dari klien dan keluarga.

4. Implementasi

Pada pelaksanaan tidak semua perencanaan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana, karena adanya kendala atau hambatan sehingga pada

implementasi ini sangat diperlukan kerjasama yang baik antara tim kesehatan yang ada.

5. Evaluasi

Asuhan keperawatan yang dilakukan hanya sebagian yang tercapai sesuai dengan tujuan, karena dalam melakukan asuhan keperawatan pada

klien dengan typhoid memerlukan waktu yang cukup lama dalam menyelesaikan masalah sesuai kriteria
B. SARAN

Berdasarkan hasilpenerapan asuhan keperawatan yang dilakukan maka penulis dapat memberi saran, antara lain :

1. Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan typhoid hendaklah benar-benar memperhatikan keluhan yang dirasakan oleh klien

guna mendapatkan diagnosa yang tepat dan hasil yang baik.

2. Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan typhoid agar memenuhi kebutuhan dari klien maka diperlukan adanya kerjasama

yang baik antara tim kesehatan dengan klien dan keluarga klien.

Anda mungkin juga menyukai