makalah PLTS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara tropis yang hanya mengalami dua musim, panas dan hujan.
Matahari akan bersinar sepanjang tahun, meskipun pada musim hujan intensitasnya berkurang.
Kondisi iklim ini menyebabkan matahari dapat menjadi alternatif sumber energi masa depan di
Indonesia. Selain matahari, Indonesia juga mempunyai cadangan minyak dan gas bumi yang relatif
banyak. Sebagian telah dieksploitasi. Masalahnya minyak dan gas bumi adalah sumber energi yang
tidak terbaharui. Tanpa pemakaian yang bijaksana suatu saat sumber tersebut akan habis Selain itu,
pembakaran minyak dan gas bumi menimbulkan polusi udara. Ketika isu lingkungan makin keras
disuarakan oleh kelompok ‘hijau’, sumber energi yang ramah lingkungan dan terbarui menjadi aset
berharga. Apalagi penggunaan energy surya Indonesia saat ini masih kurang dari 5% total pemakaian
energi nasional. kondisi bumi kita kian lama kian mengenaskan karena tercemarnya lingkungan dari
efek rumah kaca (green house effect) yang menyebabkan global warming, hujan asam, rusaknya
lapisan ozon hingga hilangnya hutan tropis. Semua jenis polusi itu rata-rata akibat dari penggunaan
bahan bakar fosil seperti minyak bumi, uranium, plutonium, batu bara dan lainnya yang tiada
hentinya. Padahal kita tahu bahwa bahan bakar dari fosil tidak dapat diperbaharui, tidakb seperti
bahan bakar non-fosil. Dengan kondisi yang sudah sedemikian memprihatinkan, gerakan hemat
energy sudah merupakan keharusan di seluruh dunia. Salah satunya dengan hemat bahan bakar dan
menggunakan bahan bakar dari non-fosil yang dapat diperbaharui seperti tenaga angin, tenaga air,
energi panas bumi, tenaga matahari, dan lainnya. Duniapun sudah mulai merubah tren produksi dan
penggunaan bahan bakarnya, dari bahan bakar fosil beralih ke bahan bakar non-fosil, terutama
tenaga surya yang tidak terbatas. Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) akan lebih diminati
karena dapat digunakan untuk keperluan apa saja dan di mana saja : bangunan besar, pabrik,
perumahan, dan lainnya. Selain persediaannya tanpa batas, tenaga surya nyaris tanpa dampak buruk
terhadap lingkungan dibandingkan bahan bakar lainnya.Di negara- negara industri maju seperti
Jepang, Amerika Serikat, dan beberapa negara di Eropa dengan bantuan subsidi dari pemerintah
telah diluncurkan program-program untuk memasyarakatkan listrik tenaga surya ini. Tidak itu saja di
negara-negara sedang berkembang seperti India, Mongol promosi pemakaian sumber energi yang
dapat diperbaharui ini terus dilakukan. Untuk lebih mengetahui apa itu pembangkit listrik tenaga
surya atau kami singkat dengan PLTS maka dalam tulisan ini akan dijelaskan secara singkat
komponen-komponen yang membentuk PLTS, sistem kelistrikan tenaga surya.
B. Maksud dan Tujuan
C. Rumusan Masalah
Dalam makah ini kami membahas tentang Pembangkit Listrik Tenaga Surya secara
umum meliputi, Prinsip kerja sitem Pembangkit Listrik Tenaga Surya, Komponen
BAB II
PEMBAHASAN
Sebagian besar kebutuhan listrik di catu melalui jaringan distribusi listrik (PLN). Konsumen yang
membutuhkan harus berada di dekat jaringan listrik atau jika tidak, maka perlu dibuatkan
sambungan tersendiri.
1. Mencatu Listrik Rumah Tangga bagi konsumen yang tinggal di wilayah dimana jaringan listrik
tidak tersedia: Pedesaan (terpencil), daerah terisolasi, pulau-pulau terpencil dll.
2. Mencatu Listrik untuk peralatan yang ditempatkan di tempat-tempat terpencil yang dapat
bekerja secara otomatis tanpa operator: TV Repeater, Relay Station dll.
3. Mencatu peralatan (baik di kota maupun di tempat terpencil) yang memerlukan kualitas dan
keandalan supply listrik yang tinggi, baik berfungsi sebagai back up maupun sebagai tandem dari
listrik jaringan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), adalah pembangkit yang memanfaatkan sinar
matahari sebagai sumber penghasil listrik. Alat utama untuk menangkap, perubah dan penghasil
listrik adalah Photovoltaic yang disebut secara umum Modul / Panel Solar Cell. Dengan alat tersebut
sinar matahari dirubah menjadi listrik melalui proses aliran-aliran elektron negatif dan positif
didalam cell modul tersebut karena perbedaan elektron. Hasil dari aliran elektron-elektron akan
menjadi listrik DC yang dapat langsung dimanfatkan untuk mengisi battery / aki sesuai tegangan dan
ampere yang diperlukan.
Pembangkit listrik tenaga surya itu konsepnya sederhana. Yaitu mengubah cahaya matahari
menjadi energi listrik. Cahaya matahari merupakan salah satu bentuk enrgi dari sumber daya alam.
Sumber daya alam matahari ini sudah banyak digunakan untuk memasok daya listrik di satelit
komunikasi melalui sel surya. Sel surya ini dapat menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang tidak
terbatas langsung diambil dari matahari, tanpa ada bagian yang berputar dan tidak memerlukan
bahan bakar. Sehingga sistem sel surya sering dikatakan bersih dan ramah lingkungan. Badingkan
dengan sebuah generator listrik, ada bagian yang berputar dan memerlukan bahan bakar untuk
dapat menghasilkan listrik. Suaranya bising. Selain itu gas buang yang dihasilkan dapat
menimbulkan efek gas rumah kaca (green house gas) yang pengaruhnya dapat merusak ekosistem
planet bumi kita.
1. Panel Surya :
Berfungsi merubah cahaya matahari menjadi listrik. Bentuk moduler dari panel surya
skala kebutuhan.
sel surya fotovoltaik. Untuk membuat modul fotovoltaik secara pabrikasi bisa
menggunakan teknologi kristal dan thin film. Modul fotovoltaik kristal dapat dibuat dengan teknologi
yang relatif sederhana, sedangkan untuk membuat sel fotovoltaik diperlukan teknologi tinggi. Modul
fotovoltaik tersusun dari beberapa sel fotovoltaik yang dihubungkan secara seri dan paralel. Biaya
yang dikeluarkan untuk membuat modul sel surya yaitu sebesar 60ari biaya total. Jadi, jika modul sel
surya itu bias diproduksi di dalam negeri berarti akan bisa menghemat biaya pembangunan PLTS.
Untuk itulah, modul pembuatan sel surya di Indonesia tahap pertama adalah membuat bingkai
(frame), kemudian membuat laminasi dengan sel-sel yang masih diimpor. Jika permintaan pasar
banyak maka pembuatan sel dilakukan di dalam negeri. Hal ini karena teknologi pembuatan sel surya
dengan bahan silikon single dan poly cristal secara teoritis sudah dikuasai. Dalam bidang fotovoltaik
yang digunakan pada PLTS, Indonesia ternyata telah melewati tahapan penelitian dan
pengembangan dan sekarang menuju tahapan pelaksanaan dan instalasi untuk elektrifikasi untuk
pedesaan. Teknologi ini cukup canggih dan keuntungannya adalah harganya murah,bersih, mudah
dipasang dan dioperasikan dan mudah dirawat. Sedangkan kendala utama yang dihadapi dalam
pengembangan energi surya fotovoltaik adalah investasi awal yang besar dan harga per kWh listrik
yang dibangkitkan relatif tinggi, karena memerlukan subsistem yang terdiri atas baterai, unit
pengatur dan inverter sesuai dengan kebutuhannya.
2. Controller regulator
Controller regulator adalah alat elektronik pada system Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Berfungsi mengatur lalu lintas listrik dari modul surya ke battery/accu (apabila battery/accu sdh
penuh maka listrik dari modul surya tidak akan dimasukkan ke battery/accu dan sebaliknya), dan dari
battery/accu ke beban (apabila listrik dalam battery/accu tinggal 20-30%, maka listrik ke beban
otomatis dimatikan.
3. Battrey ACCU
Berfungsi menyimpan arus listrik yang dihasilkan oleh Panel Surya (Solar Panel)
listrik
4. InverterAC
sehingga sudah tidak memerlukan alat setabilizer lagi,serta aman dan berprotexion
tinggi. Sangat flexible dalam penempatan Design Pembangkit Listrik Tenaga
Gambar 4. InverterAC
Sistem PLTS terdiri dari beberapa blok meliputi: panel surya, solar charge controller,
baterai, dan inverter. Dibawah ini menunjukkan digram blok keseluruhan sistem.
(a)
Panel Surya
(b)
(d)
inverter
Beban
(c)
Baterai
Berdasarkan gambar diatas, dapat dijelaskan fungsi masing-masing blok diagram sebagai berikut: (a)
panel Surya adalah komponen PLTS yang fungsinya merubah cahaya matahari menjadi energi listrik,
(b) solar charge controller adalah komponen PLTS yang fungsinya mengatur pengisian arus ke
baterai dan mengatur arus yang diambil dari baterai ke beban, (c) baterai adalah komponen PLTS
yang fungsinya sebagai penyimpan tenaga listrik arus searah (DC) dari tenaga surya sebelum
dimanfaatkan untuk beban, dan (d) inverter adalah komponen PLTS yang fungsinya
mengkonversikan tegangan searah (DC) menjadi tegangan bolak balik (AC).
Pembangkit listrik tenaga surya sangat tergantung kepada sinar matahari, maka diperlukan
perencanaan yang baik. Perencanaan kebutuhan PLTS yang dihitung dari sisi listrik yang dihasilkan
panel surya atau dari sisi listrik yang akan dipakai oleh beban. Perencanaan dari sisi panel surya akan
menghasilkan listrik yang penggunaannya pada sisi beban harus menyesuaikan listrik yang dihasilkan
panel surya, sedangkan perencanaan dari sisi beban penyesuaian terjadi pada panel surya
maksudnnya panel surya harus mampu menghasilkan listrik sesuai dengan beban yang terpasang.
Perencanaan dari sisi beban langkah awalnya adalah menentukan jumlah daya yang dibutuhkan
dalam pemakaian sehari-hari (wattjam). Karena dengan menghitung besarnya daya yang
dibutuhkan, pihak perencana dapat mempersiapkan PLTS yang ideal sesuai dengan kebutuhan
beban. Setelah mendapat seluruh kebutuhan daya listrik, selanjutnya perhitungan terhadap jumlah
panel surya.
Kemudian adalah menentukan berapa banyak baterai yang digunakan. Untuk mengetahui berapa
daya yang mampu disimpan. Untuk mengetahui berapa banyak baterai yang digunakan, harus
ditentukan berapa daya yang dibutuhkan dalam pemakaian sehari-hari dan berapa lama PLTS ini
digunakan untuk mensuplai beban tanpa penyinaran matahari. Dengan begitu dapat ditentukan
berapa besar kapasitas dan banyaknya baterai yang dibutuhkan oleh PLTS. Berikutnya pemilihan
Solar Charge Controller (SCC).
Beban pada sistem PLTS mengambil energi dari baterai melalui SCC. Jadi tegangan kerja SCC harus
sama dengan tegangan pada baterai dan SCC harus dapat dilalui arus maksimal sesuai dengan beban
maksimal yang terpasang. Selanjutnya pemilihan inverter. Spesifikasi inverter harus sesuai dengan
SCC yang digunakan. Berdasarkan tegangan ystem dan perhitungan SCC, maka tegangan masuk
(input) dari inverter 12 VDC. Tegangan keluaran dari inverter yang tersambung ke beban adalah 220
VAC. Arus yang mengalir melewati inverter juga harus sesuai dengan arus yang melalui SCC.
Perencanaan dari sisi panel surya langkah awalnya adalah menentukan kapasitas panel surya yang
akan dipasang, selanjutnya adalah menentukan beban yang akan dipasang sesuai dengan kapasitas
panel surya yang terpasang, kemudian adalah menentukan berapa banyak baterai yang digunakan.
Untuk mengetahui berapa daya yang mampu disimpan. Untuk mengetahui berapa banyak baterai
yang digunakan, harus ditentukan berapa daya yang dibutuhkan dalam pemakaian sehari-hari dan
berapa lama PLTS ini digunakan untuk mensuplai beban tanpa penyinaran matahari. Dengan begitu
dapat ditentukan berapa besar kapasitas dan banyaknya baterai yang dibutuhkan oleh PLTS.
Berikutnya pemilihan Solar Charge Controller (SCC). Beban pada sistem PLTS mengambil energi dari
baterai melalui SCC. Jadi tegangan kerja SCC harus sama dengan tegangan pada baterai dan SCC
harus dapat dilalui arus maksimal sesuai dengan beban maksimal yang terpasang. Selanjutnya
pemilihan inverter. Spesifikasi inverter harus sesuai dengan SCC yang digunakan. Berdasarkan
tegangan dan perhitungan SCC, maka tegangan masuk (input) dari inverter 12 VDC. Tegangan
keluaran dari inverter yang tersambung ke beban adalah 220 VAC. Arus yang mengalir melewati
inverter juga harus sesuai dengan arus yang melalui SCC.
bentuk foton. Pada siang hari modul surya menerima cahaya matahari yang kemudian diubah
menjadi listrik melalui proses fotovoltaik. Ketika foton ini mengenai permukaan sel surya, elektron-
elektronnya akan tereksitasi dan menimbulkan aliran listrik. Prinsip ini di kenal sebagai prinsip
photoelectric. Sel surya dapat tereksitasi karena terbuat dari material semikonduktor; yang
mengandung silicon . Silikon ini terdiri atas dua jenis lapisan sensitif: lapisan (tipe-n) dan lapisan
positif (tipe-p) Listrik yang dihasilkan oleh modul dapat langsung disalurkan ke beban ataupun
disimpan dalam baterai sebelum digunakan ke beban: lampu, radio, dll. Pada malam hari, dimana
modul surya tidak menghasilkan listrik, beban sepenuhnya dicatu oleh battery. Demikian pula
apabila hari mendung, dimana modul surya menghasilkan listrik lebih rendah dibandingkan pada
saat matahari benderang.
Sebagian besar orang selalu menanyakan kapasitas PLTS dengan ukuran listrik PLN, seperti 450W,
900 W dan seterusnya. Kapasitas terpasang tersebut dalam PLTS sering disebut sebagai Wp (Watt
Peak) yang menunjukkan kapasitas dari modul surya pada saat matahari dalam kondisi
terik/puncak. Kapasitas modul surya yang tersedia sangat banyak: 10 Wp, 30 Wp, 40 Wp, 50 Wp, 65
Wp, 70 Wp, 80 Wp, 100 Wp, 125 Wp, 150 Wp, dan 160 Wp.
Untuk menghitung berapa PLTS yang dibutuhkan, dapat diikuti tahapan sebagai berikut:
a. Modul surya akan menghasilkan listrik sesuai dengan tingkat radiasi matahari yang
diterimanya. Tingkat radiasi ini berbeda dari satu tempat ke lainnya, dipengaruhi oleh letak lokasi
dari khatulistiwa (latitude), ketinggian dari permukaan laut (altitude), awan, tingkat polusi,
kelembaban, dan suhu. Namun demikian untuk memudahkan, di Indonesia dapat dipakai patokan
1 modul surya kapasitas 50Wp dapat menghasilkan listrik sebesar 150 Wh (Watt hour atau Watt
Jam) per hari.
b. Untuk menghitung berapa listrik yang akan diperlukan untuk mengoperasikan peralatan
elektronik (Wh), kalikan Watt (AC ataupun DC) peralatan dengan lamanya (Jam) peralatan tersebut
akan dipakai setiap hari (kumulatif). Misal, jika 1 buah lampu 10 watt, ingin dinyalakan dalam satu
hari kumulatif selama 15 jam, maka akan dibutuhkan listrik sebanyak 10 Watt x 1 buah x 15 Jam =
150 Wh (Watt Jam-Watt Hour). Masukkan peralatan lainnya dalam tabel berikut:
Jenis Peralatan
Watt
Jumlah Peralatan
1. Lampu Teras
10
15
150
2. Lampu Kamar
90
3. Radio/Tape
15
30
……………… dst
……….
……….
……….
……….
JUMLAH (Wh)
270
c. Maka akan dibutuhkan PLTS sebesar: 270 Wh ÷ 150 Wh = 1.8 buah, dibulatkan menjadi 2 buah
PLTS dengan modul surya @ 50 Wp.
Pembagian sistem PLTS Secara garis besar sistem kelistrikan tenaga surya dapat
dibagi menjadi :
a. Sistem Terintegrasi
Sistem ini dapat diterangkan secara visual, listrik yang dihasilkan oleh array dirubah
menjadi listrik AC melalui power conditioner, lalu dialirkan ke AC load. AC load disini dapat berupa
listrik yang diperlukan di perumahan atau kantor. Yang menjadi ciri utama dari sistem ini adalah
dihubungkannya AC load ke jaringan distribusi listrik yang dimiliki oleh perusahaan listrik. Jadi
apabila listrik yang dihasilkan oleh solar panel cukup banyak -melebihi yang dibutuhkan oleh AC load
maka listrik tersebut dapat dialirkan ke jaringan distribusi yang ada. Sebaliknya apabila listrik yang
dihasilkan solar panel sedikit –kurang dari kebutuhan ac load maka kekurangan itu dapat diambil
dari listrik yang dihasilkan perusahaan listrik. Hal ini di banyak negara-negara industri maju secara
peraturan telah memungkinkan.
b. Sistem Independensi
Selain sistem terintegrasi yang diterangkan diatas terdapat pula sistem independensi yang
merupakan sistem yang selama ini banyak dipakai. Contoh dari sistem yang dihubungkan dengan dc
load adalah pembangkit listrik untuk peralatan komunikasi. Misalnya peralatan komunikasi yang
dipasang dipegunungan. Sedangkan yang dihubungakan dengan AC load adalah system pembangkit
listrik untuk pulau-pulau yang terpencil.Dalam sistem ini, battery memainkan peranan yang sangat
vital. Bila ada kelebihan listrik yang dihasilkan, misalnya pada siang hari, listrik ini disimpan di
battery. Dan pada malam hari listrik yang disimpan ini dialirkan ke load.
Ø Persediaan energi surya hampir tak terbatas, yang bersumber dari matahari (surya).
Ø Tanpa polusi dan emisi gas rumah kaca sehingga dapat mengurangi pemanasan global.
Ø Dapat dibangun di daerah terpencil karena tidak memerlukan transmisi energi maupun
transportasi sumber energi.
Ø Efisiensi sel surya sangat dipengaruhi oleh polusi udara dan kondisi cuaca.
Ø Sel surya hanya mampu membangkitkan energi sepanjang siang hari saja.
Karena berbagai kekurangan tersebut, kemampuan sel surya dalam menghasilkan tenaga
listrik belum dapat mencapai efisiensi tertinggi. Tambahan pula sel-sel surya tersebut jika belum
dapat diproduksi sendiri maka harus diadakan dengan cara impor. Maka pemanfaatannya menjadi
lebih mahal dibandingkan dengan pemanfaatan energi fosil (minyak, gas dan batubara). Saat ini
biaya energi surya diperkirakan mencapai dua kali lipat biaya energi fosil.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
cahaya matahari menjadi energi listrik. Cahaya matahari merupakan salah satu
bentuk energi dari sumber daya alam. Sumber daya alam matahari ini sudah
banyak digunakan untuk memasok daya listrik di satelit komunikasi melalui sel
surya. Sel surya ini dapat menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang tidak
terbatas langsung diambil dari matahari, tanpa ada bagian yang berputar dan
tidak memerlukan bahan bakar. Sehingga sistem sel surya sering dikatakan
B. Saran
1. Agar dalam pembuatan makalah yang selanjutnya, mohon sebaiknya waktu penyelesaiannya
diperpanjang agar dapat memperoleh makalah dengan hasil yang lebih baik.
2. Agar semua pihak kiranya dapat membantu kami dengan lebih baik lagi dalam pembuatan
makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://punyahamdy.blogspot.com/2010/01/pemanfaatan-pembangkit-listrik- tenaga.html
http://levinhalim308.wordpress.com/artikel-keprofesian-2/
http://blogodril.com/energi/energi-surya-keuntungan-kerugian-dan-potensi-nya-di-indonesia- 6
http://rhazio.wordpress.com/2007/09/12/pembangkit-listrik-tenaga-surya/
http://levinhalim308.wordpress.com/artikel-keprofesian-2/
BAB I
PENDAHULUAN
Permintaan energi dunia terus meningkat sepanjang sejarah peradaban umat manusia. Proyeksi
permintaan energi pada tahun 2050 hampir mencapai tiga kali lipat dari permintaan di tahun 2012[1].
Tampaknya masalah energi akan tetap menjadi topik yang harus dicarikan solusinya bersama.
Usaha-usaha untuk mendapatkan energi alternatif telah lama dilakukan untuk mengurangi
ketergantungan terhadap sumber daya minyak bumi. Pemanfaatan minyak bumi diperkirakan akan
habis dalam waktu yang tidak lama jika pola pemakaian seperti sekarang ini yang justru semakin
meningkat dengan meningkatnya industri maupun transportasi. Selain itu dari berbagai penelitian
telah didapat gambaran bahwa kualitas udara telah semakin mengkawatirkan akibat pembakaran
minyak bumi.
Dalam menanggapi krisis energi yang terjadi, pemerintah mengupayakan berbagai cara untuk
mengembangkan berbagai energi alternatif. Sebagaimana kita ketahui, Indonesia berada pada
daerah khatulistiwa dan akan selalu disinari matahari selama 10 – 12 jam dalam sehari. Maka potensi
untuk mengembangkan energi surya sangatlah besar. Total intensitas penyinaran rata-rata 4,5 kWh
per meter persegi perhari, matahari bersinar berkisar 2000 jam per tahun, sehingga tergolong kaya
sumber energi matahari. Data Ditjen Listrik dan Pengembangan Energi pada tahun 1997, kapasitas
terpasang listrik tenaga surya di Indonesia mencapai 0,88 MW dari potensi yang tersedia 1,2 x
109 MW.[2] Dengan potensi yang cukup besar tersebut diharapkan energi surya ini dapat membantu
dalam memenuhi kebutuhan energi bangsa ini dan juga mengurangi ketergantungan kita terhadap
pemakaian energi fosil.
PEMBAHASAN
Jika kita melihat tingkat konsumsi energi di seluruh dunia saat ini, penggunaan energi diprediksikan
akan meningkat sebesar 70 persen antara tahun 2000 sampai 2030. Sumber energi yang berasal dari
fosil, yang saat ini menyumbang 87,7 persen dari total kebutuhan energi dunia diperkirakan akan
mengalami penurunan disebabkan tidak lagi ditemukannya sumber cadangan baru.
Cadangan sumber energi yang berasal dari fosil diseluruh dunia diperkirakan hanya sampai 40 tahun
untuk minyak bumi, 60 tahun untuk gas alam, dan 200 tahun untuk batu bara. Kondisi keterbatasan
sumber energi di tengah semakin meningkatnya kebutuhan energi dunia dari tahun ketahun
(pertumbuhan konsumsi energi tahun 2004 saja sebesar 4,3 persen), serta tuntutan untuk melindungi
bumi dari pemanasan global dan polusi lingkungan membuat tuntutan untuk segera mewujudkan
teknologi baru bagi sumber energi yang terbaharukan.
Di antara sumber energi terbaharukan yang saat ini banyak dikembangkan [seperti turbin angin,
tenaga air (hydro power), energi gelombang air laut, tenaga surya, tenaga panas bumi, tenaga
hidrogen, dan bio-energi], tenaga surya atau solar sel merupakan salah satu sumber yang cukup
menjanjikan.
Energi yang dikeluarkan oleh sinar matahari sebenarnya hanya diterima oleh permukaan bumi
sebesar 69 persen dari total energi pancaran matahari. Suplai energi surya dari sinar matahari yang
diterima oleh permukaan bumi sangat luar biasa besarnya yaitu mencapai 3 x 1024 joule pertahun,
energi ini setara dengan 2 x 1017 Watt.
Jumlah energi sebesar itu setara dengan 10.000 kali konsumsi energi di seluruh dunia saat ini.
Dengan kata lain, dengan menutup 0,1 persen saja permukaan bumi dengan divais solar sel yang
memiliki efisiensi 10 persen sudah mampu untuk menutupi kebutuhan energi di seluruh dunia saat ini.
Karena sel surya sanggup menyediakan energi listrik bersih tanpa polusi, mudah dipindah, dekat
dengan pusat beban sehingga penyaluran energi sangat sederhana serta sebagai negara tropis,
Indonesia mempunyai karakteristik cahaya matahari yang baik (intensitas cahaya tidak fluktuatif)
dibanding tenaga angin seperti di negara-negara 4 musim, utamanya lagi sel surya relatif efisien,
tidak ada pemeliharaan yang spesifik dan bisa mencapai umur yang panjang serta mempunyai
keandalan yang tinggi.
Untuk memanfaatkan potensi energi surya tersebut, ada 2 (dua) macam teknologi yang sudah
diterapkan, yaitu:
• Teknologi energi surya fotovoltaik, energi surya fotovoltaik digunakan untuk memenuhi kebutuhan
listrik, pompa air, televisi, telekomunikasi, dan lemari pendingin di Puskesmas dengan kapasitas total
± 6 MW.
• Teknologi energi surya termal, energi surya termal pada umumnya digunakan untuk memasak
(kompor surya), mengeringkan hasil pertanian (perkebunan, perikanan, kehutanan, tanaman pangan)
dan memanaskan air.(dunia listrik.blogspot.2008)
Salah satu cara penyediaan energi listrik alternatif yang siap untuk diterapkan secara masal pada
saat ini adalah menggunakan suatu sistem teknologi yang diperkenalkan sebagai Sistem Energi
Surya Fotovoltaik (SESF) atau secara umum dikenal sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Fotovoltaik (PLTS Fotovoltaik). Sebutan SESF merupakan istilah yang telah dibakukan oleh
pemerintah yang digunakan untuk mengidentifikasikan suatu sistem pembangkit energi yang
memanfaatkan energi matahari dan menggunakan teknologi fotovoltaik. Dibandingkan energi listrik
konvensional pada umumnya, SESF terkesan rumit, mahal dan sulit dioperasikan. Namun dari
pengalaman lebih dari 15 tahun operasional di beberapa kawasan di Indonesia, SESF merupakan
suatu sistem yang mudah didalam pengoperasiannya, handal, serta memerlukan biaya pemeliharaan
dan operasi yang rendah menjadikan SESF mampu bersaing dengan teknologi konvensional pada
sebagian besar kondisi wilayah Indonesia yang terdiri atas pulau – pulau kecil yang tidak terjangkau
oleh jaringan PLN dan tergolong sebagai kawasan terpencil.
Selain itu SESF merupakan suatu teknologi yang bersih dan tidak mencemari lingkungan. Beberapa
kondisi yang sesuai untuk penggunaan SESF antara lain pada pemukiman desa terpencil, lokasi
transmigrasi, perkebunan, nelayan dan lain sebagainya, baik untuk penerangan rumah maupun untuk
fasilitas umum. Akan tetapi sesuai dengan perkembangan jaman, pada saat ini di negara-negara
maju penerapan SESF telah banyak digunakan untuk suplai energi listrik di gedung-gedung dan
perumahan di kota-kota besar.
Pada umumnya modul fotovoltaik dipasarkan dengan kapasitas 50 Watt-peak (Wp) dan kelipatannya.
Unit satuan Watt-peak adalah satuan daya (Watt) yang dapat dibangkitkan oleh modul fotovoltaik
dalam keadaan standar uji (Standard Test Condition – STC). Efisiensi pembangkitan energi listrik
yang dihasilkan modul fotovoltaik pada skala komersial saat ini adalah sekitar 14 – 15 %.
A. Sel Surya dan Komponen Utamanya
Sel surya atau juga sering disebut fotovoltaik adalah peralatan yang mampu mengkonversi langsung
cahaya matahari menjadi listrik. Sel surya bisa disebut sebagai pemeran utama untuk
memaksimalkan potensi sangat besar energi cahaya matahari yang sampai kebumi, walaupun selain
dipergunakan untuk menghasilkan listrik, energi dari matahari juga bisa dimaksimalkan energi
panasnya melalui sistem solar thermal. Sel surya dapat dianalogikan sebagai device dengan dua
terminal atau sambungan, dimana saat kondisi gelap atau tidak cukup cahaya berfungsi seperti
dioda, dan saat disinari dengan cahaya matahari dapat menghasilkan tegangan. Ketika disinari,
umumnya satu sel surya komersial menghasilkan tegangan dc sebesar 0,5 sampai 1 volt, dan arus
short-circuit dalam skala milliampere per cm2. Besar tegangan dan arus ini tidak cukup untuk
berbagai aplikasi, sehingga umumnya sejumlah sel surya disusun secara seri membentuk modul
surya. Satu modul surya biasanya terdiri dari 28-36 sel surya, dan total menghasilkan tegangan dc
sebesar 12 V dalam kondisi penyinaran standar (Air Mass 1.5). Modul surya tersebut bisa
digabungkan secara paralel atau seri untuk memperbesar total tegangan dan arus outputnya sesuai
dengan daya yang dibutuhkan untuk aplikasi tertentu.
Gambar 2. Modul surya biasanya terdiri dari 28-36 sel surya yang dirangkai seri untuk memperbesar total
daya output. (Gambar :”The Physics of Solar Cell”, Jenny Nelson)
Gambar 3. Struktur dari sel surya komersial yang menggunakan material silikon sebagai semikonduktor.
(Gambar:HowStuffWorks)
Gambar diatas menunjukan ilustrasi sel surya dan juga bagian-bagiannya. Secara umum terdiri dari :
1. Substrat/Metal backing
Substrat adalah material yang menopang seluruh komponen sel surya. Material substrat juga harus
mempunyai konduktifitas listrik yang baik karena juga berfungsi sebagai kontak terminal positif sel
surya, sehinga umumnya digunakan material metal atau logam seperti aluminium atau molybdenum.
Untuk sel surya dye-sensitized (DSSC) dan sel surya organik, substrat juga berfungsi sebagai
tempat masuknya cahaya sehingga material yang digunakan yaitu material yang konduktif tapi juga
transparan sepertii ndium tin oxide (ITO) dan flourine doped tin oxide (FTO).
2. Material semikonduktor
Material semikonduktor merupakan bagian inti dari sel surya yang biasanya mempunyai tebal sampai
beberapa ratus mikrometer untuk sel surya generasi pertama (silikon), dan 1-3 mikrometer untuk sel
surya lapisan tipis. Material semikonduktor inilah yang berfungsi menyerap cahaya dari sinar
matahari. Untuk kasus gambar diatas, semikonduktor yang digunakan adalah material silikon, yang
umum diaplikasikan di industri elektronik. Sedangkan untuk sel surya lapisan tipis, material
semikonduktor yang umum digunakan dan telah masuk pasaran yaitu contohnya material
Cu(In,Ga)(S,Se)2 (CIGS), CdTe (kadmium telluride), dan amorphous silikon, disamping material-
material semikonduktor potensial lain yang dalam sedang dalam penelitian intensif
seperti Cu2ZnSn(S,Se)4 (CZTS) dan Cu2O (copper oxide).
Bagian semikonduktor tersebut terdiri dari junction atau gabungan dari dua material semikonduktor
yaitu semikonduktor tipe-p (material-material yang disebutkan diatas) dan tipe-n (silikon tipe-n,
CdS,dll) yang membentuk p-n junction. P-n junction ini menjadi kunci dari prinsip kerja sel surya.
Pengertian semikonduktor tipe-p, tipe-n, dan juga prinsip p-n junction dan sel surya akan dibahas
dibagian “cara kerja sel surya”.
Selain substrat sebagai kontak positif, diatas sebagian material semikonduktor biasanya dilapiskan
material metal atau material konduktif transparan sebagai kontak negatif.
4.Lapisan antireflektif
Refleksi cahaya harus diminimalisir agar mengoptimalkan cahaya yang terserap oleh semikonduktor.
Oleh karena itu biasanya sel surya dilapisi oleh lapisan anti-refleksi. Material anti-refleksi ini adalah
lapisan tipis material dengan besar indeks refraktif optik antara semikonduktor dan udara yang
menyebabkan cahaya dibelokkan ke arah semikonduktor sehingga meminimumkan cahaya yang
dipantulkan kembali.
Bagian ini berfungsi sebagai enkapsulasi untuk melindungi modul surya dari hujan atau kotoran.
Gambar 4. Junction antara semikonduktor tipe-p (kelebihan hole) dan tipe-n (kelebihan elektron). (Gambar
: eere.energy.gov)
Peran dari p-n junction ini adalah untuk membentuk medan listrik sehingga elektron (dan hole) bisa
diekstrak oleh material kontak untuk menghasilkan listrik. Ketika semikonduktor tipe-p dan tipe-n
terkontak, maka kelebihan elektron akan bergerak dari semikonduktor tipe-n ke tipe-p sehingga
membentuk kutub positif pada semikonduktor tipe-n, dan sebaliknya kutub negatif
pada semikonduktor tipe-p. Akibat dari aliran elektron dan hole ini maka terbentuk medan listrik yang
mana ketika cahaya matahari mengenai susuna p-n junction ini maka akan mendorong elektron
bergerak dari semikonduktor menuju kontak negatif, yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai listrik,
dan sebaliknya hole bergerak menuju kontak positif menunggu elektron datang, seperti diilustrasikan
pada gambar dibawah.
Gambar 5. Ilustrasi cara kerja sel surya dengan prinsip p-n junction. (Gambar : sun-nrg.org)
Karena pembangkit listrik tenaga surya sangat tergantung kepada sinar matahari, maka perencanaan
yang baik sangat diperlukan. Perencanaan terdiri dari:
Dari diagram pembangkit listrik tenaga surya diatas: beberapa solar panel di paralel untuk
menghasilkan arus yang lebih besar. Combiner pada gambar diatas menghubungkan kaki positif
panel surya satu dengan panel surya lainnya. Kaki/ kutub negatif panel satu dan lainnya juga
dihubungkan. Ujung kaki positif panel surya dihubungkan ke kaki positif charge controller, dan kaki
negatif panel surya dihubungkan ke kaki negatif charge controller. Tegangan panel surya yang
dihasilkan akan digunakan oleh charge controller untuk mengisi baterai. Untuk menghidupkan beban
perangkat AC (alternating current) seperti Televisi, Radio, komputer, dll, arus baterai disupply oleh
inverter.
Instalasi pembangkit listrik dengan tenaga surya membutuhkan perencanaan mengenai kebutuhan
daya:
Jumlah pemakaian
Jumlah solar panel
Jumlah baterai
F. Contoh Perhitungan Sederhana Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Langkah Pertama : Menentukan jumlah total beban di rumah yang akan menggunakan tenaga dari
solar panel.
Dari tagihan listrik, bisa dilihat tingkat konsumsinya dalam bentuk kWh (kilowatt per jam) setiap bulan.
Sehingga dari situ kita bisa identifikasikan berapa kWh yang dibutuhkan tiap hari, misalnya 200 watt.
Langkah Kedua : Menentukan lama beban yang totalnya 200 watt tersebut akan dihidupkan
dengan menggunakan sistem solar panel.
Boleh diasumsikan misalnya 12 jam. Jika 12 jam, berarti total konsumsi daya beban dalam sehari
adalah 12 x 200 kWh = 2.400 watt.
Tentunya lebih diuntungkan jika beban yang menggunakan solar panel dinyalakan pada malam hari.
Dengan begini, penggunaan baterai relatif tidak berat dan dimungkinkan jumlah baterai dapat pula
dikurangi jumlahnya, karena listrik yang disupply tidak hanya oleh baterai tetapi sinar matahari masih
turut memberikan supply.
Mari kita ambil contoh penggunaan sistem solar panel adalah pada pukul 18.00 s/d 06.00 (12 jam).
Langkah Ketiga : Menghitung berapa besar dan jumlah baterai yang dibutuhkan untuk mensupply
beban sejumlah total 2.400 watt:
Jumlah total 2.400 watt perlu ditambahkan sekitar 20% yang adalah listrik yang digunakan oleh
perangkat selain panel surya, yakni inverter sebagai pengubah arus DC (searah) menjadi AC (bolak –
balik) (karena pada umumnya peralatan rumah tangga menggunakan arus AC), dan controller
(sebagai pengatur arus) yakni menutup arus ke baterai jika tegangan sudah berlebih di baterai dan
memberhentikan pengambilan arus dari baterai jika baterai sudah hampir kosong.
Sehingga jika ditambahkan 20%, maka total daya yang dibutuhkan adalah 2.400 x (2.400 x 20%) =
2.880 watt.
Dari 2.880 watt tersebut, jika dibagi 12 V ( tegangan umum yang dimiliki baterai) maka kuat arus yang
dibutuhkan adalah 240 Ampere. Maka, jika kita menggunakan baterai yang sebesar 65 Ah 12 V,
maka kita membutuhkan 4 baterai (65 x 12 x 4 = 3.120 watt).
Dengan mendapatkan 3.120 watt ini, akan didapatkan jumlah panel yang dibutuhkan, termasuk
besarannya yakni sebagai berikut. Jika menggunakan ukuran panel yang 100 wp (watt peak), maka
dalam sehari panel ini kurang lebih menghasilkan supply sebesar 100wp x 5 (jam) = 500 watt.
Adapun 5 jam didapat dari efektivitas rata-rata waktu sinar matahari bersinar di negara tropis seperti
Indonesia, dan 5 jam ini sudah menjadi semacam perhitungan rumus baku efektivitas sinar matahari
yang diserap oleh panel surya. Maka jika 1 panel yang 100 wp mampu memberikan listrik sejumlah
500 watt, didapatkan total panel yang dibutuhkan adalah sejumlah 3.120 watt / 500 watt = 7 panel
(baiknya kita lebihkan).
Kesimpulan : Telah berhasil didapatkan kombinasi antara jumlah panel surya dan baterai
untuk mensupply listrik sejumlah total 3.120 watt yang dinyalakan selama 12 jam sehari dimana
beban yang menggunakannya dinyalakan pada malam hari antara pukul 18.00 s/d 06.00 yakni : 7
PANEL SURYA YANG 100 WP DAN 4 BUAH BATERAI 65Ah 12 V.
Mengenai harga, 1 buah panel surya dengan daya 100 wp adalah sebesar Rp.2.100.000, sehingga
total uang yang harus dikeluarkan untuk pembelian panel surya adalah Rp.14.700.000,-
BAB III
KESIMPULAN
Energi surya merupakan energi alternatif yang memiliki potensi cukup besar di Indonesia. Energi
terbarukan ini telah dikembangkan dengan dua metode yaitu energi surya fotovoltaik yang secara
umum dikenal sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Surya Fotovoltaik (PLTS Fotovoltaik). Pembangkit
listrik tenaga surya ini sangat tergantung kepada sinar matahari, maka perencanaan yang baik sangat
diperlukan. Perencanaan terdiri dari: Jumlah daya yang dibutuhkan dalam pemakaian sehari-hari
(Watt), berapa besar arus yang dihasilkan solar cells panel (dalam Ampere hour), dalam hal ini
memperhitungkan berapa jumlah panel surya yang harus dipasang dan berapa unit baterai yang
diperlukan untuk kapasitas yang diinginkan dan pertimbangan penggunaan tanpa sinar matahari
(Ampere hour).
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sejarah Teknologi Panel Surya
Menurut bahasa, kata Photovoltaic berasal dari bahasa Yunani photos yang berarti cahaya dan
volta yang merupakan nama ahli fisika dari Italia yang menemukan tegangan listrik. Secara
sederhana dapat diartikan sebagai listrik dari cahaya. Photovoltaic merupakan sebuah proses
untuk mengubah energi cahaya menjadi energi listrik. Proses ini bisa dikatakan kebalikan dari
penciptaan laser.
Efek photovoltaic pertama kali berhasil diidentifikasi oleh seorang ahli Fisika berkebangsaan
Prancis Alexandre Edmond Becquerel pada tahun 1839. Baru pada tahun 1876, William Grylls
Adams bersama muridnya, Richard Evans Day menemukan bahwa material padat selenium
dapat menghasilkan listrik ketika terkena paparan sinar.Dari percobaan tersebut, meskipun bisa
dibilang gagal karena selenium belum mampu mengonversi listrik dalam jumlah yang
diinginkan, namun hal itu mampu membuktikan bahwa listrik bisa dihasilkan dari material
padat tanpa harus ada pemanasan ataupun bagian yang bergerak.
Tahun 1883, Charles Fritz mencoba melakukan penelitian dengan melapisi semikonduktor
selenium dengan lapisan emas yang sangat tipis. Photovoltaic yang dibuatnya menghasilkan
efisiensi kurang dari 1 %. Perkembangan berikutnya yang berhubungan dengan ini adalah
penemuan Albert Einstein tentang efek fotolistrik pada tahun 1904. Tahun 1927, photovoltaic
dengan tipe yang baru dirancang menggunakan tembaga dan semikonduktor copper oxide.
Namun kombinasi ini juga hanya bisa menghasilkan efisiensi kurang dari 1 %.
Pada tahun 1941, seorang peneliti bernama Russel Ohl berhasil mengembangkan teknologi sel
surya dan dikenal sebagai orang pertama yang membuat paten peranti solar cell modern. Bahan
yang digunakan adalah silicon dan mampu menghasilkan efisiensi berkisar 4%. Barulah
kemudian di tahun 1954, Bell Laboratories berhasil mengembangkannya hingga mencapai
efisiensi 6% dan akhirnya 11%. 5 Pada tengah hari yang cerah radiasi sinar matahari mampu
mencapai 1000 watt permeter persegi. Jika sebuah piranti semikonduktor seluas satu meter
persegi memiliki efisiensi 10 persen, maka modul sel surya ini mampu memberikan tenaga listrik
sebesar 100 watt.
Sampai saat ini modul sel surya komersial memiliki efisiensi berkisar antara 5 hingga 15 persen
tergantung material penyusunnya. Tipe silikon kristal merupakan jenis piranti sel surya yang
memiliki efisiensi tinggi meskipun biaya pembuatannya relatif lebih mahal dibandingkan jenis
sel surya lainnya. Tipe modul sel surya inilah yang banyak beredar di pasaran. Sebenarnya ada
produk sel surya yang efisiensinya bisa mencapai 40%, namun belum dijual secara masal.
Prestasi ini dicapai oleh DoE yang sudah mengembangkannya sejak awal tahun 1980. DoE
memulai penelitian yang dikenal dengan “multi-junction gallium arsenide-based solar cell
devices,” solar sel multilayer yang dapat mengonversi 16 persen energi menjadi listrik.
Pada tahun 1994, laboratorium energi terbarukan (National Renewable Energy laboratory)
milik DoE berhasil memecahkan rekor efisiensi 30 persen yang sangat menarik minat bagi dunia
industri angkasa luar untuk memanfaatkannya. Hampir semua satelit saat ini memanfaatkan
teknologi multi-junction cells. Pencapaian efisiensi hingga 40% tersebut dilakukan dengan
mengkonsentrasikan cahaya matahari. Teknologi ini menggunakan konsentrator optik yang
mampu meningkatkan intensitas cahaya matahari sehingga konversi listriknya pun juga
meningkat.
Sedangkan pada umumnya teknologi sel surya hanya mengandalkan cahaya matahari alami
atau dikenal dengan “one sun insolation” yang hanya mampu menghasilkan efisiensi 12 hingga
18 persen. Boeing-Spectrolab memakai struktur yang bernama multi-junction solar cell. Struktur
ini mampu menangkap spectrum sinar matahari lebih banyak dan mengubahnya menjadi energi
listrik. Sel individunya dibuat dalam beberapa lapis dan setiap lapisan mampu menangkap
cahaya yang melewati sel.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Panel Tenaga Surya
Panel Tenaga Surya adalah alat yang terdiri dari sel surya yang
mengubah cahaya menjadi listrik. Mereka disebut surya atas Matahari atau "sol" karena
Matahari merupakan sumber cahaya terkuat yang dapat dimanfaatkan. Panel surya sering kali
disebut sel photovoltaic, photovoltaic dapat diartikan sebagai "cahaya-listrik". Sel surya atau
sel PV bergantung pada efek photovoltaic untuk menyerap energi Matahari dan menyebabkan
arus mengalir antara dua lapisan bermuatan yang berlawanan.
Jumlah penggunaan panel surya di porsi pemroduksian listrik dunia sangat kecil,
tertahan oleh biaya tinggi per wattnya dibandingkan dengan bahan bakar fosil - dapat lebih
tinggi sepuluh kali lipat, tergantung keadaan. Mereka telah menjadi rutin dalam beberapa
aplikasi yang terbatas seperti, menjalankan "buoy" atau alat di gurun dan area terpencil
lainnya, dan dalam eksperimen lainnya mereka telah digunakan untuk memberikan tenaga
untuk mobil balap dalam kontes seperti Tantangan surya dunia di Australia.
2.3 Komponen – komponen yang diperlukan untuk instalasi tenaga surya terdiri dari :
Panel surya / solar panel
Solar panel / panel surya mengkonversikan tenaga matahari menjadi listrik. Sel silikon
(disebut juga solar cells) yang disinari matahari/ surya, membuat photon yang menghasilkan
arus listrik.
Sebuah solar cells menghasilkan kurang lebih tegangan 0.5 Volt. Jadi sebuah panel surya 12
Volt terdiri dari kurang lebih 36 sel (untuk menghasilkan 17 Volt tegangan maksimum).
Umumnya kita menghitung maksimum sinar matahari yang diubah menjadi tenaga listrik
sepanjang hari adalah 5 jam. Tenaga listrik pada pagi – sore disimpan dalam baterai, sehingga
listrik bisa digunakan pada malam hari, dimana tanpa sinar matahari.
Solar charge controller
Solar charge controller berfungsi mengatur lalu lintas dari solar cell ke baterai dan beban.
Alat elektronik ini juga mempunyai banyak fungsi yang pada dasarnya ditujukan untuk
melindungi baterai.
Inverter
Inverter dalah perangkat elektrik yang mengkonversikan tegangan searah (DC – direct
current) menjadi tegangan bolak balik (AC – alternating current).
Baterai
Baterai berfungsi menyimpan arus listrik yang dihasilkan oleh panel surya sebelum
dimanfaatkan untuk menggerakkan beban. Beban dapat berupa lampu penerangan atau
peralatan elektronik lainnya yang membutuhkan listrik.
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Panel Tenaga Surya
Kelebihan dari memasang panel surya:
1. Energi gratis
Matahari menyediakan bahan bakar panas yang berfungsi menyalakan sistem komponen
elektrik di rumah Anda. Hanya dengan menampung energi panas di siang hari, Anda bisa
menyimpan banyak biaya yang digunakan untuk membayar tagihan listrik.
3. Insentif pemerintah
Masyarakat kini bisa menjual listrik ke PT PLN (Persero) jika di rumahnya terpasang
pembangkit listrik tenaga surya. Program ini dilakukan untuk mendukung pengadaan energi
listrik menggunakan tenaga surya.
Akan tetapi, kapasitas solar cell tak bisa melebihi daya terpasang dari PLN. Contohnya, jika
daya listrik PLN terpasang di rumah sebesar 30.000 watt, maka permohonan
pemasangan solar cell tak bisa melebihi daya terpasang tersebut.
4. Mengurangi ketergantungan
Dengan memasang panel surya, secara langsung Anda juga telah mandiri dan tidak
bergantung lagi kepada PLN untuk menyuplai kebutuhan listrik harian.
Selain beberapa kelebihan di atas, ada juga kekurangan yang bisa menjadi
pertimbangan Anda, antara lain:
Matahari tentu tidak bersinar 24 jam dalam sehari. Pada beberapa rumah yang lokasinya
tertutup oleh pohon atau gedung tinggi juga akan kesulitan mendapat sinar matahari yang
maksimal.
Bahkan pada musim panas sekalipun, sinar matahari tidak selalu terang. Itu terjadi
apabila tertutup oleh awan. Pada saat-saat tertentu, asupan tenaga listrik Anda bisa saja
berkurang dan ini menjadi kelemahan utama.
Meski banyak kelebihannya, biaya pasang solar cell masih terbilang cukup tinggi. Inilah
yang membuat banyak orang berpikir puluhan kali sebelum yakin memasang instalasi panel
surya di atapnya.
3. Perawatan
Menjalankan tenaga listrik sendiri, artinya Anda harus siap melakukan perbaikan jika
sewaktu-waktu terdapat kerusakan pada sistemnya.
Panel surya harus dibersihkan secara rutin sehingga kotoran dan debu yang menempel tidak
mengurangi kinerja listrik. Bila terdapat kerusakan akibat petir dan lain sebagainya Anda
juga harus segera menghubungi tukang yang ahli untuk memperbaikinya.
BAB III
KESIMPULAN
Panel Tenaga Surya adalah alat yang terdiri dari sel surya yang
mengubah cahaya menjadi listrik.
Manfaat penggunaan listrik tenaga surya atau panel surya yaitu :
Hemat, karena tidak perlu memerlukan bahan bakar;
Dapat di pasang dimana saja dan dapat dipindahkan sesuai dengan yang dibutuhkan
Dapat diterapkan secara sentralisasi (PLTS ditetapkan di suatu area dan listrik yang
dihasilkan disalurkan melalui jaringan distribusi ketempat-tempat yang membutuhkan)
maupun desentralisasi (setiap system berdiri sendiri/individual, tidak memerlukan jaringan
distribusi);
Bersifat moduler. Kapasitas listrik yang dihasilkan dapat disesuaikan dengan cara merangkai
modul secara seri dan parallel;
Dapat dioperasikan secara otomatis maupun menggunakan operasi;
Tanpa suara dan tidak menimbulkan operasi lingkungan
Cara kerja sel surya sendiri sebenarnya identik dengan piranti semi konduktor dioda. Ketika
cahaya bersentuhan dengan sel surya dan diserap oleh bahan semi- konduktor, terjadi
pelepasan elektron. Apabila elektron tersebut bisa menempuh perjalanan menuju bahan semi-
konduktor pada lapisan yang berbeda, terjadi perubahan sigma gaya-gaya pada bahan. Gaya
tolakan antar bahan semi-konduktor, menyebabkan aliran medan listrik. Dan menyebabkan
elektron dapat disalurkan ke saluran awal dan akhir untuk digunakan pada perabot listrik
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Solar Cell (Photovoltaic). Solar cell atau panel surya adalah
alat untuk mengkonversi tenaga matahari menjadi energi listrik.photovoltaic adalah teknologi yang
berfungsi untuk mengubah atau mengkonversi radiasi matahari menjadi energi listrik secara
langsung. PV biasanya dikemas dalam sebuah unit yang disebut modul. Dalam sebuah modul surya
terdiri dari banyak sel surya yang bisa disusun secara seri maupun paralel. Sedangkan yang dimaksud
dengan surya adalah sebuah elemen semikonduktor yang dapat mengkonversi energi surya menjadi
energi listrik atas dasar efek fotovoltaik. Solarcell mulai popular akhir-akhir ini, selain mulai
menipisnya cadangan enegi fosil dan isu global warming. energi yang dihasilkan juga sangat murah
karena sumber energi (matahari) bisa didapatkan secara gratis.Solar cell dapat dilihat pada Gambar
2.1. Gambar 2.1.Skema solarcell. (Sumber : http://trebuchet-magazine.com/wp-
content/uploads/2013/02/solar-cells.jpg) Sebelumnya pernah dilakukan penelitian semikondukor
dengan metode yang sama namun hanya dapat menghasilkan arus maksimal 50 mA. Melalui
penelitian sederhana ini kami melakukan penelitian lanjutan dengan mengembangkan rangkaian seri
dan pararel dan variasi terhadap jarak antar tembaga hingga dapat mengetahui peluang
pemanfaatan solarcell tembaga ini. (sumber: home made solarcell, http//www.alpensteel.com) 2.2.
Prinsip dasar teknologi solarcell (Photovoltaic) dari bahan silicon. Solar cell merupakan suatu
perangkat semi konduktor yang dapat menghasilkan listrik jika diberikan sejumlah energi cahaya.
Proses penghasilan energi listrik terjadi jika pemutusan ikatan elektron pada atom-atom yang
tersusun dalam Kristal semikonduktor ketika diberikan sejumlah energy. Salah satu bahan
semikonduktor yang biasa digunakan sebagai sel surya adalah Kristal silicon (Ady Iswanto : 2008
Gambar 2.7. Cara Kerja Solar Cell. (Sumber : http://energisurya.files.wordpress.com/2007/solar-
cell.jpg. Diakses : 23-04-2013. Jam : 14:10 WIB) 2.2.1. Semikonduktor Tipe P dan Tipe N. Gambar 2.2.
Semikonduktor Tipe-P (Kiri) dan Tipe-N (Kanan). (Sumber : Ady Iswanto, Staf Divisi Riset 102FM ITB,
2008) Ketika suatu Kristal silikon ditambahkandengan unsur golongan kelima, misalnya arsen, maka
atom-atom arsen itu akan menempati ruang diantara atom-atom silicon yang mengakibatkan
munculnya electron bebas pada material campuran tersebut. Elektron bebas tersebut berasal dari
kelebihan elektron yang dimiliki oleh arsen terhadap linkungan sekitarnya, dalam hal ini adalah
silicon. Semikonduktor jenis ini kemudian diberi nama semikonduktor tipe-n. Hal yang sebaliknya
terjadi jika Kristal silicon ditambahkan oleh insur golongan ketiga, misalnya boron, maka kurangnya
electron valensi boron dibandingkan dengan silicon mengakibatkan munculnya hole yang bermuatan
positif pada semikonduktor tersebut. Semikonduktor ini dinamakan semikonduktor tipe-p. Adanya
tambahan pembawa muatan tersebut mengakibatkan semikonduktor ini akan lebih banyak
menghasilkan pembawa muatan ketika diberikan sejumlah energi tertentu, baik pada
semikonduktor tipe-n maupun tipe-p. 2.2.2. Sambungan P-N. Gambar 2.4. Diagram Energi
Sambungan P-N Munculnya Daerah Deplesi. (Sumber : Ady Iswanto, Staf Divisi Riset 102FM ITB,
2008) Gambar 2.6. Struktur Solar Cell Silikon p-n Junction. (Sumber : http://solarcell.com.jpg. Diakses
: 23-04-2013. Jam : 14:00 WIB) Ketika semikonduktor tipe-p dan tipe-n disambungkan maka akan
terjadi difusi hole dari tipe-p menuju tipe-n dan difusi electron dari tipe-n menuju tipe-p. Difusi
tersebut akan meninggalkan daerah yang lebih positif pada batas tipe-n dan daerah lebih negative
pada batas tipe-p. Adanya perbedaan muatan pada sambungan p-n disebut dengan daerah deplesi
akan mengakibatkan munculnya medan listrik yang mampu menghentikan laju difusi selanjutnya.
Medan listrik tersebut mengakibatkan munculnya arus drift. Arus drift yaitu arus yang dihasilkan
karena kemunculan medan listrik. Namun arus ini terimbangi oleh arus difusi sehingga secara
keseluruhan tidak ada arus listrik yang mengalir pada semikonduktor sambungan p-n tersebut (Ady
Iswanto : 2008). Sebagaimana yang kita ketahui bersama, electron adalah partikel bermuatan yang
mampu dipengaruhi oleh medan listrik. kehadiran medan listrik pada electron dapat mengakibatkan
electron bergerak. Hal inilah yang dilakukan pada solar cell sambungan p-n, yaitu dengan
menghasilkan medan listrik pada sambungan p-n agar electron dapat mengalir akibat kehadiran
medan listrik tersebut. Ketika junction disinari, photon yang mempunyai 5lectr sama atau lebih besar
dari lebar pita 5lectr5lectron tersebut akan menyebabkan eksitasi electron dari pita valensi ke pita
konduksi dan akan meninggalkan hole pada pita valensi. Elektron dan hole ini dapat bergerak dalam
material sehingga menghasilkan pasangan 5lectronhole. Apabila ditempatkan hambatan pada
terminal sel surya, maka 5lectron dari arean akan kembali ke area-p sehingga menyebabkan
perbedaan potensial dan arus akan mengalir. (Sumber : http://energisurya.files.wordpress.com) 2.3.
Prinsip dasar solarcell (Photovoltaic) dari bahan tembaga. Photovoltaic berdasarkan bentuk dibagi
dua, yaitu photovoltaic padat dan photovoltaic cair. Photovoltaic cair prinsip kerjanya hampir sama
dengan prinsip elektrovolta, namun perbedaanya tidak adanya reaksi oksidasi dan reduksi secara
bersamaan (redoks) yang terjadi melainkan terjadinya pelepasan elektron saat terjadi penyinaran
oleh cahaya matahari dari pita valensi (keadaan dasar) ke pita konduksi ( keadaan elektron bebas)
yang mengakibatkan terjadinya perbedaan potensial dan akhirnya menimbulkan arus.Pada solarcell
cair dari bahan tembaga terdapat dua buah tembaga yaitu tembaga konduktor dan tembaga
semikonduktor. Tembaga semikonduktor akan menghasilkan muatan elektron negatif jika terkena
cahaya matahari, sedangkan tembaga konduktor akan menghasilkan muatan elektron positif. Karena
adanya perbedaan potensial akhinya akan menimbulkan arus. 2.4. Sistem Instalasi Solar Cell. 2.4.1.
Rangkaian Seri Solar Cell. Hubungan seri suatu sel surya didapat apabila bagian depan (+) sel surya
utama dihubungkan dengan bagian belakang (-) sel surya kedua (Owen Bishop : 2004). Hubungan
seri dari sel surya dapat dilihat pada Gambar 2.7. Gambar 2.7. Hubungan Seri. (Sumber :
http://elektronikadasar.wordpress.com.jpg) Tegangan sel surya dijumlahkan apabila dihubungkan
seri satu sama lain. 𝑈𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑈1+ 𝑈2 + 𝑈3 +𝑈𝑛 Arus sel eurya sama apabila dihubungkan seri satu
sama lain. 𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐼1 = 𝐼2 = 𝐼3 = 𝐼𝑛 (Sumber : Widianto, Stevanus. :2011) 2.4.2. Rangkaian Pararel
Solar Cell. Rangkaian parallel solar cell didapat apabila terminal kutub positif dan negatif solar cell
dihubungkan satu sama lain(Owen Bishop : 2004). Hubungan parallel dari solar cell dapat dilihat
pada Gambar 2.8. Gambar 2.5. Hubungan Parallel. (Sumber :
http://elektronikadasar.wordpress.com.jpg) Tegangan solarcell yang dihubungkan parallel sama
dengan satu solar cell. 𝑈𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑈1= 𝑈2 = 𝑈3 = 𝑈𝑛 Arus yang timbul dari hubungan ini langsung
dijumlahkan. 𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐼1 +𝐼2 +𝐼3 +𝐼𝑛 (Sumber : Widianto, Stevanus. : 2011) 2.5 Tembaga Sebagai
Bahan Semikonduktor. Tembaga adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki nama
unsurCu dan nomor atom 29. Nama unsurnya berasal dari bahasa latin Cuprum. Tembaga
merupakan konduktor panas dan listrik yang baik. Selain itu unsur ini memiliki sifat korosi yang cepat
sekali. Tembaga murni sifatnya halus dan lunak, dengan permukaan berwarna jingga kemerahan.
Tembaga dapat dilihat padaGambar 2.6. Gambar 2.6. Lembaran Tembaga. (Sumber :
http://tembaga.wordpress.com) 2.5.1. Sifat fisik Tembaga. Pembuatan tembaga dilakukan dalam
beberapa tahap. Tembaga terikat secara kimia di dalam bijih pada bahan yang disebut batu gang.
Untuk mengumpulkan bijihbijh itu biasanya dilakukan dengan membersihkannya dalam cairan
berbuih, di mana di situ ditiupkan udara. Ikatan tembaga dari bijih yang digiling sampai halus
dicampur dengan air dan zat-zat kimia sehingga menjadi pulp (bubur) pada suatu bejana silinder.
Sifat fisik tembaga bisa dilihat sebagai berikut : 1. Nomor atom : 29. 2. Berat atom : 63,546. 3. Titik
lebur : 1.0830C. 4. Titik didih : 2.5670C. 5. Kekuatan Tarik : Mendekati 19.000 psi. 2.5.2.
Semikonduktor dari Tembaga (Cu). Semikonduktor adalah sebuah bahan dengan konduktivitas listrik
yang berada diantara isolator dan konduktor. Sebuah semikonduktor bersifat sebagai isolator pada
temperature yang sangat rendah, namun pada temperature ruangan bersifat sebagai konduktor.
Bahan semikonduktor yang sering digunakan adalah silicon, germanium dan gallium arsenide.
Semikonduktor sangat berguna dalam bidang elektronik, karena konduktansinya yang dapat
berubah-ubah dengan menyuntikkan materi lain (biasa disebut pendonor elektron). Bahan-bahan
logam seperti tembaga (Cu), besi (Fe), timah disebut sebagai konduktor yang baik sebab logam
memiliki susunan atom yang sedemikian rupa, sehingga electronnya dapat bergerak bebas.
Sebenarnya atom tembaga dengan nama unsur kimia Cu memiliki inti 29 ion (+) dikelilingi oleh 29
elektron (-). Sebanyak 28 elektron menempati orbit-orbit bagian dalam membentuk inti yang disebut
nucleus. Dibutuhkan energi yang sangat besar untuk dapat melepaskan ikatan electron-elektron ini.
Satu buah elektron lagi yaitu yang ke-29, berada pada orbit paling luar. Orbit terluar ini disebut pita
valensi dan electron yang berada pada pita inidinamakan electron valensi. Karena hanya ada satu
electron dan jaraknya ‘jauh’ dari nucleus, ikatannya tidaklah terlalu kuat. Hanya dengan energi yang
sedikit saja electron terluar ini mudah terlepas dari ikatannya (Iqbal Rifqi, 2012). Ikatan atom
tembaga (Cu) dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Ikatan Atom Tembaga (Cu). (Sumber : Iqbal
Rifqi, 2012) 2.6. Larutan Air Garam. Larutan air garam adalah senyawaionik yang terdiri dari ion
positif (kation) dan ion negatif (anion), sehingga membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan).
Garam terbentuk dari hasil reaksiasam dan basa. Komponen kation dan anion ini dapat berupa
senyawa anorganik seperti klorida (Cl− ), dan bisa juga berupa senyawa organik seperti asetat
(CH3COO− ) dan ion monoatomik seperti fluorida (F− ), serta ion poliatomik seperti sulfat (SO4 2−).
Natrium klorida (NaCl), bahan utama garam dapur adalah suatu garam. Ada banyak macam-macam
garam. Garam yang terhidrolisa dan membentuk ion hidroksida ketika dilarutkan dalam air maka
dinamakan garam basa. Garam yang terhidrolisa dan membentuk ion hidronium di air disebut
sebagai garam asam. Garam netral adalah garam yang bukan garam asam maupun garam basa.
Larutan Zwitterion mempunyai sebuah anionik dan kationik di tengah di molekul yang sama, tapi
tidak disebut sebagai garam. Contohnya adalah asam amino, metabolit, peptida, dan protein.
Larutan garam dalam air (Misalnya natrium klorida dalam air) merupakan larutan elektrolit, yaitu
larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Cairan dalam tubuh makhluk hidup mengandung
larutan garam, misalnya sitoplasma dan darah. Tapi, karena cairan dalam tubuh ini juga mengandung
banyak ion-ion lainnya, maka tidak akan membentuk garam setelah airnya diuapkan.
Page 1
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Defenisi Umum Solar Cell
Photovoltaic adalah teknologi yang berfungsi untuk mengubah atau
mengkonversi radiasi matahari menjadi energi listrik secara langsung. Photovoltaic
biasanya dikemas dalam sebuah unit yang disebut modul. Dalam sebuah modul
surya terdiri dari banyak sel surya yang bisa disusun secara seri maupun paralel.
Sedangkan yang dimaksud dengan surya adalah sebuah elemen semikonduktor
yang dapat mengkonversi energi surya menjadi energi listrik atas dasar efek
photovoltaic. Solar cell mulai popular akhir-akhir ini, selain mulai menipisnya
cadangan enegi fosil dan isu global warming. energi yang dihasilkan juga sangat
murah karena sumber energi (matahari) bisa didapatkan secara gratis.
2.1.1. Jenis-jenis Panel Surya
Berdasarkan jenis bahan dalam pembuatannya panel surya dibagi menjadi
empat jenis yaitu monokristal, polikristal, amourphous dan coumpound atau
gallium arsenide.
2.1.1.1 Monokristal
Sel surya yang terdiri atas p-n junction monokristal silikon atau yang
disebut juga monocrystalline photovoltaic, mempunyai kemurnian yang tinggi
yaitu 99,999%. Efisiensi sel fotovoltaik jenis silikon monokristal mempunyai
efisiensi konversi yang cukup tinggi yaitu sekitar 15 sampai 20%.
Universitas Sumatera Utara
Page 2
5
Kelemahan dari panel jenis ini adalah tidak akan berfungsi baik ditempat
yang cahaya mataharinya kurang (teduh), efisiensinya akan turun drastis dalam
cuaca berawan. Sel surya jenis ini jika disusun membentuk solar modul (panel
surya) akan menyisakan banyak ruangan yang kosong karena sel surya seperti ini
umumnya berbentuk segi enam atau bulat, sehingga memiliki tingkat kerapatannya
yang rendah. Bisa saja produsen membuat bentuk persegi dengan proses
pemotongan tetapi kerugian proses produksi tentu menjadi lebih besar dan
menjadikan harga jauh lebih mahal lagi. Seperti terlihat pada gambar berikut.
Gambar 2.1. Monokristal
Keterangan gambar:
1. Batangan kristal silikon murni.
2. Irisan kristal silikon yang sangat tipis.
3. Sebuah sel surya monokristal yang sudah jadi.
4. Sebuah solar cell monokristal yang berisi susunan sel surya monokristal.
Nampak area kosong yang tidak tertutup karena bentuk sel surya jenis ini.
(Legenda, Sanford. 2011)
Universitas Sumatera Utara
Page 3
6
2.1.2. Prinsip Kerja Solar Cell
Pembangkit listrik tenaga surya itu konsepnya sederhana yaitu mengubah
cahaya matahari menjadi energi listrik. Cahaya matahari merupakan salah satu
bentuk energi dari sumber daya alam.
Sumber daya alam matahari ini sudah banyak digunakan untuk mensuplai
daya listrik di satelit komunikasi melalui solar cell. Solar cell ini dapat
menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang tidak terbatas langsung diambil dari
matahari, tanpa ada bagian yang berputar dan tidak memerlukan bahan bakar.
Sehingga sistem solar cell sering dikatakan bersih dan ramah lingkungan.
Panel solar cell merupakan modul yang terdiri beberapa solar cell yang digabung
dalam hubungkan seri dan paralel tergantung ukuran dan kapasitas yang
diperlukan. Yang sering digunakan adalah modul solar cell 20 watt. Modul solar
cell itu menghasilkan energi listrik yang proporsional dengan luas permukaan panel
yang terkena sinar matahari.
Solar cell terbuat dari potongan silikon yang sangat kecil dengan dilapisi
bahan kimia khusus untuk membentuk dasar dari solar cell. Solar cell pada
umumnya memiliki ketebalan minimum 0,3 mm yang terbuat dari irisan bahan
semikonduktor dengan kutub positif dan negatif. Tiap solar cell biasanya
menghasilkan tegangan 0,5 volt. Solar cell merupakan elemen aktif
(Semikonduktor) yang memanfaatkan efek photovoltaic untuk merubah energi
surya menjadi energi listrik. Berikut adalah diagram kerja solar cell pada gambar
2.1.
Universitas Sumatera Utara
Page 4
7
Gambar 2.2. Diagram Kerja Solar Cell
Sel surya dapat dianalogikan sebagai divais dengan dua terminal atau
sambungan, dimana saat kondisi gelap atau tidak cukup cahaya berfungsi seperti
dioda, dan saat disinari dengan cahaya matahari dapat menghasilkan tegangan.
Ketika disinari, umumnya satu sel surya komersial menghasilkan tegangan dc
sebesar 0,5 sampai 1 volt, dan arus short-circuit dalam skala milliampere per cm
2
.
Besar tegangan dan arus ini tidak cukup untuk berbagai aplikasi, sehingga
umumnya sejumlah sel surya disusun secara seri membentuk modul surya. Satu
modul surya biasanya terdiri dari 28-36 sel surya, dan total menghasilkan tegangan
dc sebesar 12 V dalam kondisi penyinaran standar (Air Mass 1.5). Modul surya
tersebut bisa digabungkan secara paralel atau seri untuk memperbesar total
tegangan dan arus outputnya sesuai dengan daya yang dibutuhkan untuk aplikasi
tertentu. Gambar dibawah menunjukan ilustrasi dari modul surya.
Universitas Sumatera Utara
Page 5
8
Gambar 2.3. Modul surya biasanya terdiri dari 28-36 sel surya yang
dirangkai seri untuk memperbesar total daya output.
Pada solar cell terdapat sambungan (junction) antara dua lapisan tipis yang
terbuat dari bahan semikonduktor yang masing-masing diketahui sebagai
semikonduktor jenis “P” (positif) dan semikonduktor jenis “N” (negatif).
Semikonduktor jenis negatif dibuat dari kristal silikon dan terdapat juga
sejumlah material lain (umumnya posfor) dalam batasan bahwa material tersebut
dapat memberikan suatu kelebihan elektron bebas.
Elektron adalah partikel sub atom yang bermuatan negatif, sehingga silikon
paduan dalam hal ini disebut sebagai semikonduktor jenis-N (negatif).
Semikonduktor jenis-P juga terbuat dari kristal silikon yang didalamnya terdapat
sejumlah kecil materi lain (umumnya boron) yang mana menyebabkan material
tersebut kekurangan satu elektron bebas. Kekurangan atau hilangnya elektron ini
disebut lubang (hole). Karena tidak ada atau kurangnya elektron yang bermuatan
listrik negatif maka silikon paduan dalam hal ini sebagai semikonduktor jenis-P
(positif).
Universitas Sumatera Utara
Page 6
9
Pengaruh medan listrik dalam sel Photovoltaic
Operasi sel Photovoltaic
Struktur dasar dari sel Photovoltaic silikon
Gambar 2.4. PN Junction Solar Cell
Sehingga pada bagian kiri terbentuk silikon yang tidak murni lagi dan
dinamakan silikon jenis P, sedangkan yang sebelah kanan dinamakan silikon jenis
N. Didalam silikon murni terdapat dua macam pembawa muatan listrik yang
seimbang. Pembawa muatan listrik yang positip dinamakan hole, sedangkan yang
Universitas Sumatera Utara
Page 7
10
negatif dinamakan elektron. Setelah dilakukan proses penodaan itu, didalam silikon
jenis P terbentuk hole (pembawa muatan listrik positif) dalam jumlah yang sangat
besar dibandingkan dengan elektronnya. Oleh karena itu didalam silikon jenis P
hole merupakan pembawa muatan mayoritas, sedangkan elektron merupakan
pembawa muatan minoritas. Sebaliknya, di dalam silikon jenis N terbentuk
elektron dalam jumlah yang sangat besar sehingga disebut pembawa muatan
mayoritas dan hole disebut pembawa muatan minoritas.
Didalam batang silikon itu terjadi pertemuan antara bagian P dan N. Oleh
karena itu dinamakan PN junction. Bila sekarang, bagian P dihubungkan dengan
kutub positif dari sebuah baterai, sedangkan kutub negatifnya dihubungkan dengan
bagian N, maka terjadi hubungan yang dinamakan “forward bias”.
Tapi, bila bagian positif dihubungkan dengan kutub negatif dari baterai dan
bagian negatif dihubungkan dengan kutub positifnya, maka sekarang terbentuk
hubungan yang dinamakan “reverse bias”. Dengan keadaan seperti ini, maka hole
(pembawa muatan positif) dapat tersambung langsung ke kutub positif, sedangkan
elektron juga langsung ke kutub positif. Jadi, jelas di dalam PN junction tidak ada
gerakan pembawa muatan mayoritas baik yang hole maupun yang elektron.
Sedangkan pembawa muatan minoritas (elektron) didalam bagian P bergerak
berusaha untuk mencapai kutub positif baterai. Demikian pula pembawa muatan
minoritas (hole) di dalam bagian N juga bergerak berusaha mencapai kutub negatif.
Karena itu, dalam keadaan reverse bias, di dalam PN junction ada juga arus yang
timbul meskipun dalam jumlah yang sangat kecil (mikro ampere). Arus ini sering
disebut dengan reverse saturation current atau leakage current (arus bocor)
(Septina, Wilman. 2013)
Universitas Sumatera Utara
Page 8
11
2.2. Solar Charge Controller
Solar charge controller adalah charger baterai yang disuplai dari panel surya
/ photovoltaic. Perangkat elektronik ini berfungsi untuk mengatur arus dari solar
sel ke dalam baterai. Perangkat ini memiliki fitur yang lengkap dan pengoperasian
yang mudah dengan satu potensiometer untuk pengaturan tegangan mengambang /
floating voltage, dan kompensasi suhu ruang otomatis, sehingga masa pakai baterai
akan lebih lama. Dilengkapi juga dioda untuk proteksi kutub terbalik.
Gambar 2.5. Solar Charge Controller
Solar Charge Controller adalah peralatan elektronik yang digunakan untuk
mengatur arus searah yang diisi ke baterai dan diambil dari baterai ke beban. Solar
charge controller mengatur overcharging (kelebihan pengisian - karena batere
sudah 'penuh') dan kelebihan voltase dari panel surya / solar cell. Kelebihan voltase
dan pengisian akan mengurangi umur baterai.
Universitas Sumatera Utara
Page 9
12
2.2.1. Fungsi Solar Charge Controller
Beberapa fungsi detail dari solar charge controller adalah sebagai berikut:
Mengatur arus untuk pengisian ke baterai, menghindari overcharging, dan
overvoltage.
Mengatur arus yang dibebaskan/ diambil dari baterai agar baterai tidak 'full
discharge', dan overloading.
Monitoring temperatur baterai
(Jeperson, Sefto. 2014)
2.3. Baterai
Baterai adalah alat elektro kimia yang dibuat untuk mensuplai listrik ke
komponen kelistrikan. Baterai menyimpan listrik dalam bentuk energi kimia, yang
dikeluarkannya bila diperlukan dan mensuplainya ke masing-masing sistem
kelistrikan atau alat yang memerlukannya.
Gambar 2.6. Baterai
Universitas Sumatera Utara
Page 10
13
Baterai merupakan suatu proses kimia listrik, dimana pada saat pengisian
energi listrik diubah menjadi energi kimia dan saat pengeluaran energi kimia
diubah menjadi energi listrik.
Baterai yang digunakan adalah baterai aki ini berfungsi untuk menyimpan
tegangan yang dihasilkan oleh solar cell dan dimanfaatkan kembali untuk
menyalakan lampu.
2.3.1 Cara Kerja Baterai Aki
Baterai (dalam hal ini adalah aki mobil/motor/mainan) terdiri dari sel-sel
dimana tiap sel memiliki tegangan sebesar 2 V, artinya aki mobil dan aki motor
yang memiliki tegangan 12 V terdiri dari 6 sel yang dipasang secara seri (12 V = 6
x 2 V) sedangkan aki yang memiliki tegangan 6 V memiliki 3 sel yang dipasang
secara seri (6 V = 3 x 2 V).
Gambar 2.7. Sel Baterai
Antara satu sel dengan sel lainnya dipisahkan oleh dinding penyekat yang
terdapat dalam bak baterai, artinya tiap ruang pada sel tidak berhubungan karena
itu cairan elektrolit pada tiap sel juga tidak berhubungan (dinding pemisah antar sel
tidak
boleh
ada
yang
bocor/merembes).
Di dalam satu sel terdapat susunan pelat pelat yaitu beberapa pelat untuk kutub
Universitas Sumatera Utara
Page 11
14
positif (antar pelat dipisahkan oleh kayu, ebonit atau plastik, tergantung teknologi
yang digunakan) dan beberapa pelat untuk kutub negatif. Bahan aktif dari plat
positif terbuat dari oksida timah coklat (PbO2) sedangkan bahan aktif dari plat
negatif ialah timah (Pb) berpori (seperti bunga karang). Pelat-pelat tersebut
terendam oleh cairan elektrolit yaitu asam sulfat (H2SO4).
Pada saat baterai mengeluarkan arus, oksigen (O2) pada pelat
positif terlepas karena bereaksi/ bersenyawa/ bergabung dengan hidrogen (H)
pada cairan elektrolit yang secara perlahan-lahan keduanya bergabung/berubah
menjadi air (H2O). Asam (SO4) pada cairan elektrolit bergabung dengan timah (Pb)
di pelat positif maupun pelat negatif sehingga menempel dikedua pelat tersebut.
Reaksi ini akan berlangsung terus sampai isi (tenaga baterai) habis alias
dalam keadaan discharge. Pada saat baterai dalam keadaan discharge maka hampir
semua asam melekat pada pelat-pelat dalam sel sehingga cairan eletrolit
konsentrasinya sangat rendah dan hampir melulu hanya terdiri dari air (H2O),
akibatnya berat jenis cairan menurun menjadi sekitar 1,1 kg/dm3 dan ini mendekati
berat jenis air yang 1 kg/dm3. Sedangkan baterai yang masih berkapasitas penuh
berat jenisnya sekitar 1,285 kg/dm
3
. Nah, dengan perbedaan berat jenis inilah
kapasitas isi baterai bisa diketahui apakah masih penuh atau sudah berkurang yaitu
dengan menggunakan alat hidrometer. Hidrometer ini merupakan salah satu alat
yang wajib ada di bengkel aki / ruang aki di kapal. Selain itu pada saat baterai
dalam keadaan discharge maka 85% cairan elektrolit terdiri dari air (H2O) dimana
air ini bisa membeku, bak baterai pecah dan pelat - pelat menjadi rusak.
Universitas Sumatera Utara
Page 12
15
Ilustrasi baterai dalam keadaan terisi penuh
Ilustrasi baterai saat mengeluarkan arus
Ilustrasi baterai dalam keadaan tak terisi (discharge)
Gambar 2.8 Ion Senyawa Baterai
Air memiliki berat jenis 1 kg/dm
3
(1 kg per 1000 cm
3
atau 1 liter) dan asam sulfat
memiliki berat jenis 1,285 kg/dm
3
pada suhu 20 derajat Celcius.
Keterangan :
kg = Kilogram
dm
3
= Decimeter kubik = liter
cm
3
= Centimeter kubik / cc (centimeter cubic)
1 dm = 1 liter = 1000 cm
3
= 1000 cc
2.3.2 Cara Pengisian Baterai Aki
Pengisian arus dialirkan berlawanan dengan waktu pengeluaran isi yang
berarti juga bahwa beban aktif dan elektrolit diubah supaya energi kimia baterai
mencapai maksimum.
Universitas Sumatera Utara
Page 13
16
Ada tiga metode pengisian baterai :
1. Pengisian perawatan (maintenance charging) digunakan untuk
mengimbangi kehilangan isi (self discharge), dilakukan dengan arus rendah
sebesar
1
/1000 dari kapasitas baterai. Ini biasa dilakukan pada baterai tak
terpakai untuk melawan proses penyulfatan. Bila baterai memiliki kapasitas
45 Ah maka besarnya arus pengisian perawatan adalah 45 mA
(miliAmpere).
2. Pengisian lambat (slow charging) adalah suatu pengisian yang lebih normal.
Arus pengisian harus sebesar
1
/10 dari kapasitas baterai. Bila baterai
memiliki kapasitas 45 Ah maka besarnya arus pengisian lambat adalah 4,5
A. Waktu pengisian ini bergantung pada kapasitas baterai, keadaan baterai
pada permulaan pengisian, dan besarnya arus pengisian. Pengisian harus
sampai gasnya mulai menguap dan berat jenis elektrolit tidak bertambah
walaupun pengisian terus dilakukan sampai 2 - 3 jam kemudian.
3. Pengisian cepat (fast charging) dilakukan pada arus yang besar yaitu
mencapai 60 - 100 A pada waktu yang singkat kira-kira 1 jam dimana
baterai akan terisi sebesar tiga per empatnya. Fungsi pengisian cepat adalah
memberikan baterai suatu pengisian yang memungkinkannya dapat
menstarter motor yang selajutnya generator memberikan pengisian ke
baterai.
2.4. Driver
Relay adalah saklar elektronik yang dikendalikan oleh arus listrik. Secara
prinsip, relai merupakan tuas saklar dengan lilitan kawat pada batang besi
(solenoid) di dekatnya. Ketika solenoid dialiri arus listrik, tuas akan tertarik karena
Universitas Sumatera Utara
Page 14
17
adanya gaya magnet yang terjadi pada solenoid sehingga kontak saklar akan
menutup. Pada saat arus dihentikan, gaya magnet akan hilang, tuas akan kembali ke
posisi semula dan kontak saklar kembali terbuka. Relay biasanya digunakan untuk
menggerakkan arus/tegangan yang besar.
Gambar 2.9. relay
Cara kerja komponen ini dimulai pada saat mengalirnya arus listrik melalui
koil,lalu membuat medan magnet sekitarnya sehingga dapat merubah posisi saklar
yang ada di dalam relay terserbut, sehingga menghasilkan arus listrik yang lebih
besar. Disinilah keutamaan komponen sederhana ini yaitu dengan bentuknya yang
minimal bisa menghasilkan arus yang lebih besar.
Pemakaian relay dalam perangkat-perangkat elektronika mempunyai
keuntungan yaitu :
- Dapat mengontrol sendiri arus serta tegangan listrik yang diinginkan.
- Dapat memaksimalkan besarnya tegangan listrik hingga mencapai batas
maksimalnya.
- Dapat menggunakan baik saklar maupun koil lebih dari satu, disesuaikan
dengan kebutuhan.
1. Energi gratis
Matahari menyediakan bahan bakar panas yang berfungsi menyalakan sistem komponen elektrik di rumah
Anda. Hanya dengan menampung energi panas di siang hari, Anda bisa menyimpan banyak biaya yang
digunakan untuk membayar tagihan listrik.
Berbeda dengan listrik tenaga batu bara, energi tenaga surya digerakkan oleh panas matahari yang tidak
mengeluarkan emisi gas rumah kaca penyebab pemanasan global.
3. Insentif pemerintah
Masyarakat kini bisa menjual listrik ke PT PLN (Persero) jika di rumahnya terpasang pembangkit listrik
tenaga surya. Program ini dilakukan untuk mendukung pengadaan energi listrik menggunakan tenaga
surya.
Akan tetapi, kapasitas solar cell tak bisa melebihi daya terpasang dari PLN. Contohnya, jika daya listrik
PLN terpasang di rumah sebesar 30.000 watt, maka permohonan pemasangan solar cell tak bisa melebihi
daya terpasang tersebut.
4. Mengurangi ketergantungan
Dengan memasang panel surya, secara langsung Anda juga telah mandiri dan tidak bergantung lagi kepada
PLN untuk menyuplai kebutuhan listrik harian.
Selain beberapa kelebihan di atas, ada juga kekurangan yang bisa menjadi pertimbangan Anda,
antara lain:
Matahari tentu tidak bersinar 24 jam dalam sehari. Pada beberapa rumah yang lokasinya tertutup oleh
pohon atau gedung tinggi juga akan kesulitan mendapat sinar matahari yang maksimal.
Bahkan pada musim panas sekalipun, sinar matahari tidak selalu terang. Itu terjadi apabila tertutup oleh
awan. Pada saat-saat tertentu, asupan tenaga listrik Anda bisa saja berkurang dan ini menjadi kelemahan
utama.
Meski banyak kelebihannya, biaya pasang solar cell masih terbilang cukup tinggi. Inilah yang membuat
banyak orang berpikir puluhan kali sebelum yakin memasang instalasi panel surya di atapnya.
3. Perawatan
Menjalankan tenaga listrik sendiri, artinya Anda harus siap melakukan perbaikan jika sewaktu-waktu
terdapat kerusakan pada sistemnya.
Panel surya harus dibersihkan secara rutin sehingga kotoran dan debu yang menempel tidak mengurangi
kinerja listrik. Bila terdapat kerusakan akibat petir dan lain sebagainya Anda juga harus segera
menghubungi tukang yang ahli untuk memperbaikinya.