Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas
Referat ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik di bagian Ilmu
Penyakit Dalam di RSU UKI. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
kami yaitu Dr. dr. Sahala Panggabean, Sp.PD-KGH yang ikut membantu memberikan semangat
Penulis menyadari bahwa referat ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga referat
ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca.
Penulis
1
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
NEFROPATI IgA
Telah disetujui
Disusun Oleh:
Pembimbing,
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................................2
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................................................4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................6
A. DEFINISI NEFROPATI IgA ...................................................................................................6
B. EPIDEMIOLOGI NEFROPATI IgA .......................................................................................6
C. ETIOLOGI NEFROPATI IgA ................................................................................................7
D. PATOGENESIS NEFROPATI IgA ........................................................................................8
E. MEKANISME YANG BERPENGARUH PADA PROGRESIFITAS NEFROPATI IgA ...13
F. MANIFESTASI KLINIS NEFROPATI IgA .........................................................................15
G. GAMBARAN LABORATORIK NEFROPATI IgA.............................................................16
H. GAMBARAN PATOLOGI ANATOMIK NEFROPATI IgA .............................................16
I. DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING NEFROPATI IgA ........................................17
J. KLASIFIKASI NEFROPATI IgA .........................................................................................17
K. TATALAKSANA NEFROPATI IgA ....................................................................................18
L. PROGNOSIS NEFROPATI IgA ...........................................................................................19
BAB III. PENUTUP .....................................................................................................................20
3.1 KESIMPULAN ......................................................................................................................20
3.2 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................21
3
BAB I
PENDAHULUAN
imun yang secara khas dengan gambaran histopatologik ditemukan adanya deposit IgA pada area
biasanya dijumpai pada pasien dengan glomerulonephritis akut sindroma nefrotik, hipertensi, dan
gagal ginjal kronik. Nefropati IgA juga sering dijumpai pada kasus dengan gangguan hepar,
saluran cerna atau kelainan sendi. Gejala nefropati IgA asimtomatis dan terdiagnosis karena
didahului infeksi saluran nafas atas atau infeksi lain atau non infeksi.
Penyakit N-IgA pertama kali dilaporkan oleh Berger and Hinglais pada tahun 1960.
Kejadian N-IgA sering dijumpai di seluruh penjuru dunia dan dilaporkan sekitar 20% partikel IgA
ditemukan dari specimen biopsi ginjal pada sekitar 1,6% calon donor ginjal di Jepang. Di beberapa
negara Asia, nefropati IgA mulai tampak sebagai kelainan yang sering atau paling sering dijumpai.
(30-40% dari jumlah biopsi ginjal). Immunoglobulin A diproduksi oleh sel limfosit B dan sel
plasma pada membrane mukosa. Terdapat 2 sub tipe IgA yaitu: IgA monomeric dan IgA polimerik;
sub tipe IgA polimerik merupakan penyebab IgA nefropati, yang terbentuk karena defisiensi enzim
β,3 galactosyl transferase A. Pencetus stimulasi antigen yang menyebabkan ekspresi IgA polimer
berlebihan belum diketahui dengan jelas, diperkiran oleh karena infeksi saluran pernapasan, diet,
Sekitar 40% nefropati IgA mengalami perjalanan klinik progresif menjadi penyakit ginjal
tahap akhir (PGTA). Hampir semua pasien N-IgA mengalami hematuria yang juga sering disertai
dengan adanya infeksi saluran pernapasan atas, pneumonia, gastroenteritis, atau infeksi saluran
4
kencing. Nefropati IgA tipe proliferative dan kresentik ditemukan sekitar 30% kasus dengan
berbagai tingkatan proteinuria, hipertensi, penurunan fungsi ginjal hingga peyakit ginjal terminal.
Regimen terapi N-IgA berdasarkan pada manifestasi klinik glomerulonephritis yang muncul dan
gambaran histopatologi.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Nefropati IgA adalah suatu sindrom klinik yang ditandai adanya hematuria berulang yang
ditemukan adanya deposit IgA pada jaringan mesangial glomerulus baik fokal atau difus.
Penyakit Berger
Nefropati IgAIgG
IgA nefropati atau disebut juga penyakit Berger adalah jenis penyakit ginjal yang terjadi
akibat penumpukan IgA di ginjal yang menyebabkan peradangan yang merusak jaringan
ginjal. IgA adalah antibodi berupa protein yang dibuat oleh sistem imun untuk melindungi
Berger menamakannya sebagai deposisi IgA yang idioptik pada mesangium. Kelainan ini
adalah suatu bentuk glomerulonefritis yang ditandai oleh deposit, terutama IgA, pada setiap
glomerulus. Deposit yang difus ini disertai pula dengan kelainan fokal dan segmental.
Penyakit sistematik yang juga disertai dengan deposit IgA perlu disingkirkan, seperti
B. EPIDEMIOLOGI
Nefropati IgA dapat terjadi pada semua tingkat usia, walaupun jarang ditemukan pada usia
<10 tahun atau >50 tahun. Laki-laki lebih sering mendapat kelainan ini daripada wanita
6
(6:1). Hematuria makroskopik yang berulang terjadi 13 hari setelah infeksi saluran nafas,
atau setelah suatu infeksi yang tidak jelas merupakan gejala permulaan yang sering
dijumpai di Eropa.
IgA nefropati adalah salah satu jenis penyakit ginjal yang paling umum terjadi, selain
penyakit ginjal yang disebabkan oleh diabetes atau tekanan darah tinggi. Meski semua
orang bisa terkena penyakit Berger, orang-orang Asia dan ras Kaukasia biasanya lebih
rentan.
C. ETIOLOGI
Nefropati IgA merupakan glomerulonefritis terkait autoimun dimana terjadi deposit IgA
mempunyai peran pada sistem kekebalan tubuh untuk melawan mikroorganisme maupun
infeksi. Deposit IgA pada glomerulus bisa merupakan penyakit glomerulus primer atau
bisa juga ditemukan pada penyakit lain. Akumulasi/deposit protein IgA yang membentuk
endapan pada glomerulus ini menyebabkan glomerulus tidak dapat melakukan fungsinya
secara normal sebagai penyaring (filter). Glomerulus berfungsi sebagai penyaring limbah
maupun kelebihan air dari darah dan mengirimkannya ke kandung kemih sebagai urin.
Tidak tahu pasti apa yang menyebabkan penumpukan IgA di ginjal, namun kondisi dan
faktor berikut ini dianggap berhubungan dengan kemunculan IgA nefropati pada tubuh
seseorang:
Genetik. IgA nefropati lebih umum terjadi di dalam keluarga dan di ras tertentu.
7
Adanya penyakit hati (liver) termasuk sirosis, hepatitis B, dan hepatitis C
Penyakit Celiac, yaitu gangguan pencernaan yang dipicu oleh makan gluten
gluten
Imunoglobulin A
Imunoglobulin A (IgA) adalah protein yang dihasilkan oleh sel limfosit B. IgA merupakan
imunoglobulin utama yang ditemukan pada mukosa, sehingga disebut juga sebagai
pertahanan tubuh. IgA merupakan pertahanan primer tubuh, terdapat banyak pada air liur,
air mata, sekresi bonchus, mukosa hidung, cairan prostat, sekresi vagina dan mukus dari
usus halus. Di dalam serum manusia, 85-90% dari total IgA adalah monomer, sedangkan
sisanya berbentuk polimer. Tiap molekul SIgA terdiri atas 2 unit dasar berantai 4, di mana
terdapat komponen sekresi (secretory component) dan rantai J (J-chain). Jadi SIgA adalah
suatu bentuk dimer dari IgA, dengan berat molekul 400.000. Bentuk polimer inilah yang
dapat membentuk kompleks imun yang terdapat pada deposit di mesangium, karena
kompleks imun yang terbentuk mempunyai ukuran yang besar, sehingga tertahan pada
mesangium.
Mukosa usus adalah tempat utama bagi pembentukan IgA. Setelah masuknya antigen per
oral akan terbentuk zat anti yang terdiri dari IgA. Zat anti ini dapat keluar ke dalam lumen
usus atau masuk ke dalam peredaran darah yang selanjutnya akan merangsang
8
pembentukan IgG dan IgM. Pada proses eliminasi antigen yang terdapat pada mukosa, IgA
tidak mengundang timbulnya reaksi radang yang hebat, karena berfungsi melindungi
mukosa yang lembut. Tidak terdapat aktifasi sistem komplemen maupun mobilisasi lekosit.
SIgA dalam bentuk dimerik yang stabil akan mengikat antigen, membentuk molekul makro
yang tidak dapat diserap. Dengan cara ini, virus, bakteri dan antigen makanan dapat
dibuang dari tubuh setelah berikatan dengan lendir (mucin), yang dibentuk terus menerus.
Seandainya lapisan mukosa dengan SIgA ini dapat ditembus oleh antigen, akan terjadi
reaksi radang karena diaktifkannya pertahanan tubuh, yaitu IgG, IgM dan lekosit.
Pendapat bahwa IgA yang berasal dari mukosa dan kemudian menjadi deposit pada
glomerulus stelah melalui proses polimerisasi adalah pendapat yang paling mudah
diterima. Pendapat ini didukung oleh kenyataan, IgA terdapat banyak sekali pada mukosa,
ditemukannya nefropati IgA setelah infeksi saluran nafas bagian atas, dan tingginya
frekuensi nefropati IgA pada daerah-daerah di mana didapatkan enteropati karena gluten.
Namun demikian masih diselidiki apakah memang benar IgA yang diendapkan pada
glomerulus memang dibentuk oleh sel-sel mukosa. Sudah dipastikan, IgA yang terdapat
pada mesangium adalah IgAl, bukan IgA2. Dengan berdasarkan hal ini, diperkirakan
Nefropati IgA adalah suatu penyakit yang berdasarkan pembentukan kompleks imun, yang
diendapkan pada mesangium. Pendapat ini didukung oleh gambaran endapan IgA yang
tidak merata pada membrana basalis, yang terlihat pada pemeriksaan imunoflouresens.
Selain daripada itu, ginjal yang terkena nefropati IgA bila ditransplantasikan kepada
9
resipien yang sehat, maka gambaran nefropati IgA akan menghilang. Kadar IgA pada
plasma pasien didapatkan meninggi pada 50% pasien, peningkatan kadar kompleks imun
IgA yang sejalan dengan aktifitas penyakit, peningkatan produksi IgA in vitro oleh
limfosit, serta didapatkannya endapan IgA pada kapiler kulit, merupakan data tambahan
yang menyokong adanya kompleks imun sebagai dasar nefropati IgA. Namun demikian
antigen yang merangsang pembentukan kompleks imun tersebut masih belum dapat
dikenal dengan jelas. Beberapa hal yang dapat menjelaskan terjadinya nefropati IgA
adalah:
Hematuria pada nefropati IgA terjadi dalam 13 hari setelah infeksi saluran nafas
bagian atas. Hal ini jelas membedakan nefropati IgA dengan glomerulonefritis
pasca streptokokus. Infeksi virus yang berulang pada mukosa akan menyebabkan
pembentukan IgA lokal yang berlebihan. Rangsangan oleh antigen dari makanan
dapat pula merangsang produksi IgA yang berlebihan pada mukosa usus. Selain itu,
limfosit tonsil pasien juga menunjukkan kemampuan membentuk IgA yang lebih
masuk ke dalam peredaran darah. Kemudian dapat terjadi reaksi peradangan yang
berdasarkan pembentukan kompleks imun. Contoh dari hal ini adalah hubungan
10
3. Eliminasi yang terganggu
Kompleks imun ini dapat terlihat diendapkan pada sinusoid hati dan kapiler kulit.
Dijumpai adanya nefropati IgA pada pasien sirosis, mendukung pendapat ini.
4. Peranan komplemen
Kompleks imun IgA tidak mampu berikatan dengan Cl, sehingga tidak terjadi
imun yang berukuran besar. Seperti dibicarakan sebelumnya, kompleks imun yang
Selain itu C3b ini dapat mengikatkan kompleks imun pada reseptor eritrosit,
5. Faktor genetik
nefropati IgA dengan sistem HLA, yaitu HLA DR4, sedangkan di Eropa
6. Faktor geografis
dengan jelas. Faktor antigen setempat, faktor reaksi terhadap antigen dapat
dipertimbangkan. Seleksi dan pencarin kasus yang intensif, indikasi biopsi ginjal
yang lebih lunak, tentu akan menghasilkan penemuan kasus yang lebih banyak.
11
3 hal penting yang merupakan kunci proses pathogenesis nefropati IgA, yaitu:
pathogenesis N-IgA.
yang disebut Hing1 dan molekul IgA1 yang berikatan dengan antibody IgA (IgA-
kompleks IgA
b. Adanya injuri dan proliferasi sel mesangial yang dimediasi oleh interaksi dari
c. IgA-mediated mesangial injury yang berakibat penyakit ginjal kronik. Deposit IgA
(plgA1), deposit plgA1 ini mengakibatkan injuri dan inflamasi pada glomerulus
yang dapat terjadi dengan atau tanpa deposit komplemen C3 atau IgG. Polymeric
IgA1 (plgA1) dikenal oleh antibody anti-glican IgG dan plgA1 yang kemudian
menjadi sangat berlebihan sehingga tidak dapat seluruhnya ditangkap oleh reseptor
asialoglicoprotein pada sel hepatosit (ASGP-R), dan ditangkap oleh reseptor yang
12
terletak pada jaringan mesangial ginjal (CD89, ASGP-R, polymeric
immunoglobulin receptor/CD71)
Diduga ada hubungan atau pengaruh genetic yang ditemukan pada N-IgA yaitu
gp70 yang terekspresi pada jaringan limfoid dan mesangial glomerulus pada pasien
berkolerasi dengan intensitas deposit IgA pada glomerulus dengan kadar IgA.
Deposit komplemen C3 dan IgG tidak menunjukkan aktivitas penyakit pada N-IgA,
lamanya sakit, proteinuria, hipertensi, serta glomerulus yang mengalami sclerosis. Faktor-
faktor yang berpengaruh pada perkembangan dan terjadinya eksaserbasi akut antara lain:
1. Aktivasi komplemen
6. Apoptosis
13
7. Injuri podosit
Reseptor IgA1 yang ada pada jaringan mesangial antara lain CD71 (reseptor transferin).
Ekspresi dari CD71 akan mengikat IgA1 dan mengaktivasi proliferasi sel mesangial
glomerulus pada pasien N-IgA. Beberapa teori lain yang menjelaskan kerusakan podosit
antara lain:
II
b. Ekspansi dari IgA1-CD71 dan kompleks imun IgG-plgA yang berlebihan akan
podosit dan tubulus, berakhir dengan pembentukan fibrosis. Keadaan ini mendasari
progresifitas glomerulosklerosis
c. Kerusakan tubulus oleh karena proteinuria dan IL-6. Adanya pembengkakan pada
glomerulus dan foot processes serta hipertrofi podosit menyebabkan area podosit
berkurang dan tanda N-IgA menjadi progresif. Hipotesis yang berkaitan dengan
IgA nefropati antara lain : analisis morfometrik, kliren kreatinin, hitung 1/serum kreatinin.
14
Infiltrasi Sel Mast ke Jaringan Mesangial
Sel mast berasal dari jaringan progenitor hematopoetik yang bermigrasi ke jaringan yang
mengalami inflamasi pada nefropati IgA, mempunyai peran pada proses fibrosis,
angiogenesis, dan remodelling pada jaringan mesangial serta tubulointerstisial. Kadar sel
pernapasan atas sehingga disebut hematuria simtomatik. Episode ini dipicu oleh
tonsillitis.
sekitar 20-25%
Disuria dapat pula menyertai hematuria, sehingga mungkin terjadi pemikiran ke arah
infeksi saluran kencing. Gambaran gagal ginjal akut mungkin pula terjadi, bersamaan
dengan saat terjadinya hematuria makroskopik, disebabkan sumbatan tubulus oleh sel
darah merah. Selain itu mungkin ditemukan sindrom nefrotik. Laporan dari Indonesia
adalah 35,71% dengan gambaran sindrom nefrotik, 3,57% dengan glmerulonefritis cepat
15
antaranya dengan gagal ginjal kronik. Purpura HenochSchonlein juga menunjukkan
deposit IgA pada mesangium, tetapi ditemukan gejala artralgia, sakit perut dan purpura
nontrmbositopenik.
G. GAMBARAN LABORATORIK
Hematuria makroskopik merupakan kelainan utama yang hilang timbul, tetapi hematuria
pada urin menunjukkan bahwa eritrosit berasal dari glomerulus, walaupun mungkin
ditemukan bentuk eritrosit normomorfik dan dismorfik. Proteinuria sering (60% dari
kasus) diditeksi pada pemeriksaan urin rutin dengan kadar kurang dari 1 gram/hari.
Proteinuria yang berat (nephrotic range) ditemukan pada kira-kira pada 10% penderita.
Faal ginjal umumnya masih normal, tetapi gambaran gagal ginjal akut maupun gagal ginjal
kronik dapat dideteksi pada beberapa pasien. Kadar komplemen juga normal, walaupun
dapat dijumpai fragmen C3 yang meningkat, karena proses nefropati IgA berjalan melalui
alternate pathway. Peningkatan kadar serum IgA terdapat pada 50% penderita, dalam
bentuk dimerik.
Meskipun semua jenis gambaran glomerulonefritis dapat ditemukan pada nefropati IgA,
tetapi gambaran proliferasi mesangial adalah gambaran yang paling menonjol. Menarik
pula untuk dikemukakan adanya gambaran bulan sabit dan sklerosis fokal. Prognosis lebih
buruk bila terdapat gambaran bulan sabit. Sidabutar melaporkan sebagai berikut:
16
deposit IgA yang granular mesangium. Endapan IgM dan IgG juga dapat terlihat. Dapat
Purpura Henoch Schonlein, SLE, infeksi saluran kencing, dapat dipertimbangkan sebagai
diagnosis banding.
J. KLASIFIKASI
Berdasarkan konsensus ahli patologi anatomi dan IgA nephropathy network berdasar hasil
biopsy ginjal:
Mesangial hypercellularity (0-3); M0: ditemukan <4 sel mesangial pada area
mesangial, M1: ditemukan 4-5 sel mesangial pada area mesangial, M3: ditemukan 6-7
Tubular atrophy/ interstisial fibrosis; persentase area korteks ginjal yang mengalami
atropi tubulus atau fibrosis interstisial: T0, T1, T2 menggambarkan luasnya korteks
17
K. TATALAKSANA
N-IgA berdasarkan perjalanan penyakit akan mengalami progresi menjadi gagal ginjal
terminal dalam kurun waktu 20 tahun. Obat-obatan yang dipakai untuk terapi antara lain :
metil prednisolone oral, fish oil, penghambat enzim konversi angiotensin (angiotensin
dilakukan pada N-IgA yang ditemukan awal untuk mencegah progresi IgA-N agar tidak
kehilangan “golden periode”. Pasien N-IgA dengan proteinuria >1 gr/hari, kliren kreatinin
<70 ml kemudian diberikan TSP; setelah evaluasi proteinuria menjadi <1 gr/hari; keadaan
2. Fish oil, dapat menurunkan agregasi platelet dan mediator inflamasi pada N-IgA
6. Terapi immunosupresi:
18
Leflunomide, menurunkan ekskresi proteinuria dan menurunkan kejadian
L. PROGNOSIS
Prediksi kurang baik pada N-IgA antara lain:
3. Hematuria persisten
Prognosis baik:
Lesi minimal
19
BAB III
PENUTUP
Nefropati IgA adalah suatu sindrom klinik yang ditandai adanya hematuria berulang yang pada
adanya deposit IgA pada jaringan mesangial glomerulus baik fokal atau difus. Mekanisme
pathogenesis N-IgA meliputi 3 peristiwa yang penting, antara lain: 1. Pembentukan polymorphic
IgA1 (plgA1) yang abnormal dan pembentukan kompleks IgA. 2. Adanya injuri dan proliferasi sel
mesangial yang dimediasi oleh interaksi dari kompleks IgA dengan reseptor IgA pada mesangial.
3. IgA-mediated mesangial injury yang berakibat penyakit ginjal kronik. Deposit IgA pada
jaringan mesangial glomerulus didominasi oleh subklas polymeric IgA1 (plgA1), deposit plgA1
ini mengakibatkan injuri dan inflamasi pada glomerulus yang dapat terjadi dengan atau tanpa
deposit komplemen C3 atau IgG. Faktor-faktor yang mempengaruhi progresifitas penyakit antara
lain: jenis kelamin, usia, lamanya sakit, proteinuria, hipertensi, genetik. Klasifikasi berdasarkan
konsensus ahli patologi anatomi dan IgA nephropathy network berdasar hasil biopsy ginjal. Obat-
obatan yang dipakai untuk terapi antara lain: metil prednisolone oral, fish oil, penghambat enzim
konversi angiotensin (angiotensin converting enzyme inhibitors, ACE-i) atau antagonis reseptor
metil prednisolone intravena, tonsilektomi, tonsilektomi plus metil prednisolon intravena (TSP).
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Hutchison, Alastar L, Anand Vardhan. Peritoneal dialysis. in: Greenberg arthur, MD, primer
on kidney disease, 7th edition. United State: National Kidney Foundation. 2015.
3. Soewanto. Pedoman Diagnosis dan Terapi, edisi III, Surabaya: RSU Dr. Soetomo. 2008
5. Suwitra K. Nefropati IgA. In: Siti S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II. 6th ed.
6. Briggs, J.P, (eds). Overview of Kidney Function and Structure, In: Greenberg Arthur, MD,
Primer on Kidney Disease. 5th edition, United State, National Kidney Foundation. 2012.
21