Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas

berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan Referat Nefropati IgA.

Referat ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik di bagian Ilmu

Penyakit Dalam di RSU UKI. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing

kami yaitu Dr. dr. Sahala Panggabean, Sp.PD-KGH yang ikut membantu memberikan semangat

dan dukungan moril.

Penulis menyadari bahwa referat ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga referat

ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca.

Jakarta, November 2019

Penulis

1
LEMBAR PENGESAHAN

REFERAT

NEFROPATI IgA

Referat ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam Kepaniteraan Klinik

Ilmu Penyakit Dalam

Rumah sakit Umum UKI

Telah disetujui

Pada: November 2019

Disusun Oleh:

Vania Alkhansa Ibrahim (1765050012)

Jakarta, November 2019

Pembimbing,

Dr. dr. Sahala Panggabean, Sp.PD-KGH

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................................2
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................................................4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................6
A. DEFINISI NEFROPATI IgA ...................................................................................................6
B. EPIDEMIOLOGI NEFROPATI IgA .......................................................................................6
C. ETIOLOGI NEFROPATI IgA ................................................................................................7
D. PATOGENESIS NEFROPATI IgA ........................................................................................8
E. MEKANISME YANG BERPENGARUH PADA PROGRESIFITAS NEFROPATI IgA ...13
F. MANIFESTASI KLINIS NEFROPATI IgA .........................................................................15
G. GAMBARAN LABORATORIK NEFROPATI IgA.............................................................16
H. GAMBARAN PATOLOGI ANATOMIK NEFROPATI IgA .............................................16
I. DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING NEFROPATI IgA ........................................17
J. KLASIFIKASI NEFROPATI IgA .........................................................................................17
K. TATALAKSANA NEFROPATI IgA ....................................................................................18
L. PROGNOSIS NEFROPATI IgA ...........................................................................................19
BAB III. PENUTUP .....................................................................................................................20
3.1 KESIMPULAN ......................................................................................................................20
3.2 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................21

3
BAB I

PENDAHULUAN

Nefropati IgA merupakan penyakit glomerulonephritis primer akibat proses kompleks

imun yang secara khas dengan gambaran histopatologik ditemukan adanya deposit IgA pada area

mesangial glomerulus melalui pemeriksaan imunohistokimia dan imunofluoresens. Nefropati IgA

biasanya dijumpai pada pasien dengan glomerulonephritis akut sindroma nefrotik, hipertensi, dan

gagal ginjal kronik. Nefropati IgA juga sering dijumpai pada kasus dengan gangguan hepar,

saluran cerna atau kelainan sendi. Gejala nefropati IgA asimtomatis dan terdiagnosis karena

ditemukannya hematuria mikroskopik. Adanya episode hematuria makroskopik biasanya

didahului infeksi saluran nafas atas atau infeksi lain atau non infeksi.

Penyakit N-IgA pertama kali dilaporkan oleh Berger and Hinglais pada tahun 1960.

Kejadian N-IgA sering dijumpai di seluruh penjuru dunia dan dilaporkan sekitar 20% partikel IgA

ditemukan dari specimen biopsi ginjal pada sekitar 1,6% calon donor ginjal di Jepang. Di beberapa

negara Asia, nefropati IgA mulai tampak sebagai kelainan yang sering atau paling sering dijumpai.

(30-40% dari jumlah biopsi ginjal). Immunoglobulin A diproduksi oleh sel limfosit B dan sel

plasma pada membrane mukosa. Terdapat 2 sub tipe IgA yaitu: IgA monomeric dan IgA polimerik;

sub tipe IgA polimerik merupakan penyebab IgA nefropati, yang terbentuk karena defisiensi enzim

β,3 galactosyl transferase A. Pencetus stimulasi antigen yang menyebabkan ekspresi IgA polimer

berlebihan belum diketahui dengan jelas, diperkiran oleh karena infeksi saluran pernapasan, diet,

atau adanya infeksi gastrointestinal.

Sekitar 40% nefropati IgA mengalami perjalanan klinik progresif menjadi penyakit ginjal

tahap akhir (PGTA). Hampir semua pasien N-IgA mengalami hematuria yang juga sering disertai

dengan adanya infeksi saluran pernapasan atas, pneumonia, gastroenteritis, atau infeksi saluran

4
kencing. Nefropati IgA tipe proliferative dan kresentik ditemukan sekitar 30% kasus dengan

berbagai tingkatan proteinuria, hipertensi, penurunan fungsi ginjal hingga peyakit ginjal terminal.

Regimen terapi N-IgA berdasarkan pada manifestasi klinik glomerulonephritis yang muncul dan

gambaran histopatologi.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Nefropati IgA adalah suatu sindrom klinik yang ditandai adanya hematuria berulang yang

pada gambaran histopatologi melalui pemeriksaan imunohistokimia dan imunofluoresens

ditemukan adanya deposit IgA pada jaringan mesangial glomerulus baik fokal atau difus.

Kelainan ini dikenal juga sebagai:

 Penyakit Berger

 Nefropati IgAIgG

IgA nefropati atau disebut juga penyakit Berger adalah jenis penyakit ginjal yang terjadi

akibat penumpukan IgA di ginjal yang menyebabkan peradangan yang merusak jaringan

ginjal. IgA adalah antibodi berupa protein yang dibuat oleh sistem imun untuk melindungi

tubuh dari zat asing seperti bakteri atau virus.

Berger menamakannya sebagai deposisi IgA yang idioptik pada mesangium. Kelainan ini

adalah suatu bentuk glomerulonefritis yang ditandai oleh deposit, terutama IgA, pada setiap

glomerulus. Deposit yang difus ini disertai pula dengan kelainan fokal dan segmental.

Penyakit sistematik yang juga disertai dengan deposit IgA perlu disingkirkan, seperti

kelainan hepato-bilier dan purpura HenochSchonlein.

B. EPIDEMIOLOGI

Nefropati IgA dapat terjadi pada semua tingkat usia, walaupun jarang ditemukan pada usia

<10 tahun atau >50 tahun. Laki-laki lebih sering mendapat kelainan ini daripada wanita

6
(6:1). Hematuria makroskopik yang berulang terjadi 13 hari setelah infeksi saluran nafas,

atau setelah suatu infeksi yang tidak jelas merupakan gejala permulaan yang sering

dijumpai di Eropa.

IgA nefropati adalah salah satu jenis penyakit ginjal yang paling umum terjadi, selain

penyakit ginjal yang disebabkan oleh diabetes atau tekanan darah tinggi. Meski semua

orang bisa terkena penyakit Berger, orang-orang Asia dan ras Kaukasia biasanya lebih

rentan.

C. ETIOLOGI

Nefropati IgA merupakan glomerulonefritis terkait autoimun dimana terjadi deposit IgA

pada organ ginjal (glomerulus). Imunoglobulin A (IgA) merupakan antibodi yang

mempunyai peran pada sistem kekebalan tubuh untuk melawan mikroorganisme maupun

infeksi. Deposit IgA pada glomerulus bisa merupakan penyakit glomerulus primer atau

bisa juga ditemukan pada penyakit lain. Akumulasi/deposit protein IgA yang membentuk

endapan pada glomerulus ini menyebabkan glomerulus tidak dapat melakukan fungsinya

secara normal sebagai penyaring (filter). Glomerulus berfungsi sebagai penyaring limbah

maupun kelebihan air dari darah dan mengirimkannya ke kandung kemih sebagai urin.

Deposit IgA menyebabkan kerusakan glomerulus, sehingga terjadi kebocoran darah

maupun protein ke dalam urin.

Tidak tahu pasti apa yang menyebabkan penumpukan IgA di ginjal, namun kondisi dan

faktor berikut ini dianggap berhubungan dengan kemunculan IgA nefropati pada tubuh

seseorang:

 Genetik. IgA nefropati lebih umum terjadi di dalam keluarga dan di ras tertentu.

7
 Adanya penyakit hati (liver) termasuk sirosis, hepatitis B, dan hepatitis C

 Penyakit Celiac, yaitu gangguan pencernaan yang dipicu oleh makan gluten

 Dermatitis herpetiformis, yaitu bintil-bintil gatal yang muncul akibat intoleransi

gluten

 Infeksi, termasuk HIV dan infeksi bakteri

D. PATOGENESIS NEFROPATI IgA

Imunoglobulin A

Imunoglobulin A (IgA) adalah protein yang dihasilkan oleh sel limfosit B. IgA merupakan

imunoglobulin utama yang ditemukan pada mukosa, sehingga disebut juga sebagai

secretory immunoglobulin (SIgA). IgA memiliki peranan penting dalam mekanisme

pertahanan tubuh. IgA merupakan pertahanan primer tubuh, terdapat banyak pada air liur,

air mata, sekresi bonchus, mukosa hidung, cairan prostat, sekresi vagina dan mukus dari

usus halus. Di dalam serum manusia, 85-90% dari total IgA adalah monomer, sedangkan

sisanya berbentuk polimer. Tiap molekul SIgA terdiri atas 2 unit dasar berantai 4, di mana

terdapat komponen sekresi (secretory component) dan rantai J (J-chain). Jadi SIgA adalah

suatu bentuk dimer dari IgA, dengan berat molekul 400.000. Bentuk polimer inilah yang

dapat membentuk kompleks imun yang terdapat pada deposit di mesangium, karena

kompleks imun yang terbentuk mempunyai ukuran yang besar, sehingga tertahan pada

mesangium.

Mukosa usus adalah tempat utama bagi pembentukan IgA. Setelah masuknya antigen per

oral akan terbentuk zat anti yang terdiri dari IgA. Zat anti ini dapat keluar ke dalam lumen

usus atau masuk ke dalam peredaran darah yang selanjutnya akan merangsang

8
pembentukan IgG dan IgM. Pada proses eliminasi antigen yang terdapat pada mukosa, IgA

tidak mengundang timbulnya reaksi radang yang hebat, karena berfungsi melindungi

mukosa yang lembut. Tidak terdapat aktifasi sistem komplemen maupun mobilisasi lekosit.

SIgA dalam bentuk dimerik yang stabil akan mengikat antigen, membentuk molekul makro

yang tidak dapat diserap. Dengan cara ini, virus, bakteri dan antigen makanan dapat

dibuang dari tubuh setelah berikatan dengan lendir (mucin), yang dibentuk terus menerus.

Seandainya lapisan mukosa dengan SIgA ini dapat ditembus oleh antigen, akan terjadi

reaksi radang karena diaktifkannya pertahanan tubuh, yaitu IgG, IgM dan lekosit.

Akibatnya akan terjadi reaksi radang yang hebat.

Pendapat bahwa IgA yang berasal dari mukosa dan kemudian menjadi deposit pada

glomerulus stelah melalui proses polimerisasi adalah pendapat yang paling mudah

diterima. Pendapat ini didukung oleh kenyataan, IgA terdapat banyak sekali pada mukosa,

ditemukannya nefropati IgA setelah infeksi saluran nafas bagian atas, dan tingginya

frekuensi nefropati IgA pada daerah-daerah di mana didapatkan enteropati karena gluten.

Namun demikian masih diselidiki apakah memang benar IgA yang diendapkan pada

glomerulus memang dibentuk oleh sel-sel mukosa. Sudah dipastikan, IgA yang terdapat

pada mesangium adalah IgAl, bukan IgA2. Dengan berdasarkan hal ini, diperkirakan

pembentukan IgA berasal dari sel limfosit B dari sumsum tulang.

Deposisi kompleks imun IgA pada mesangium

Nefropati IgA adalah suatu penyakit yang berdasarkan pembentukan kompleks imun, yang

diendapkan pada mesangium. Pendapat ini didukung oleh gambaran endapan IgA yang

tidak merata pada membrana basalis, yang terlihat pada pemeriksaan imunoflouresens.

Selain daripada itu, ginjal yang terkena nefropati IgA bila ditransplantasikan kepada

9
resipien yang sehat, maka gambaran nefropati IgA akan menghilang. Kadar IgA pada

plasma pasien didapatkan meninggi pada 50% pasien, peningkatan kadar kompleks imun

IgA yang sejalan dengan aktifitas penyakit, peningkatan produksi IgA in vitro oleh

limfosit, serta didapatkannya endapan IgA pada kapiler kulit, merupakan data tambahan

yang menyokong adanya kompleks imun sebagai dasar nefropati IgA. Namun demikian

antigen yang merangsang pembentukan kompleks imun tersebut masih belum dapat

dikenal dengan jelas. Beberapa hal yang dapat menjelaskan terjadinya nefropati IgA

adalah:

1. Produksi IgA yang berlebihan

Hematuria pada nefropati IgA terjadi dalam 13 hari setelah infeksi saluran nafas

bagian atas. Hal ini jelas membedakan nefropati IgA dengan glomerulonefritis

pasca streptokokus. Infeksi virus yang berulang pada mukosa akan menyebabkan

pembentukan IgA lokal yang berlebihan. Rangsangan oleh antigen dari makanan

dapat pula merangsang produksi IgA yang berlebihan pada mukosa usus. Selain itu,

limfosit tonsil pasien juga menunjukkan kemampuan membentuk IgA yang lebih

banyak. Rangsangan kronis antigen ini memungkinkan dibentuk endapan pada

glomerulus. Diperkirakan kompeks imun terbentuk in situ.

2. Defek pada mukosa

Kerusakan mukosa, menyebabkan eliminasi antigen tidak sempurna. Antigen dapat

masuk ke dalam peredaran darah. Kemudian dapat terjadi reaksi peradangan yang

berdasarkan pembentukan kompleks imun. Contoh dari hal ini adalah hubungan

nefropati IgA dengan dermatitis herpetiformis dan enteropati gluten.

10
3. Eliminasi yang terganggu

Penyakit hati, akan menghambat eliminasi kompleks imun-IgA dari sirkulasi.

Kompleks imun ini dapat terlihat diendapkan pada sinusoid hati dan kapiler kulit.

Dijumpai adanya nefropati IgA pada pasien sirosis, mendukung pendapat ini.

4. Peranan komplemen

Kompleks imun IgA tidak mampu berikatan dengan Cl, sehingga tidak terjadi

pembentukan C3b. Padahal C3b ini berfungsi mencegah pembentukan kompleks

imun yang berukuran besar. Seperti dibicarakan sebelumnya, kompleks imun yang

berukuran besar lebih mudah diendapkan, sehingga timbul kerusakan jaringan.

Selain itu C3b ini dapat mengikatkan kompleks imun pada reseptor eritrosit,

sehingga memudahkan pengangkutan kompleks imun ini ketempat

penghancurannya pada sistem retikuloendotelial.

5. Faktor genetik

Keluarga pasien penderita nefropati IgA terbukti mempunyai kemampuan sintesis

IgA poliklonal yang meninggi. Penelitian di Jepang menunjukkan kaitan antara

nefropati IgA dengan sistem HLA, yaitu HLA DR4, sedangkan di Eropa

menunjukkan golongan lain (HLA B35 dan HLA B12).

6. Faktor geografis

Perbedaan frekuensi nefropati IgA di beberapa negara belum dapat diterangkan

dengan jelas. Faktor antigen setempat, faktor reaksi terhadap antigen dapat

dipertimbangkan. Seleksi dan pencarin kasus yang intensif, indikasi biopsi ginjal

yang lebih lunak, tentu akan menghasilkan penemuan kasus yang lebih banyak.

11
3 hal penting yang merupakan kunci proses pathogenesis nefropati IgA, yaitu:

a. Glikosilasi abnormal IgA membentuk molekul polimerik IgA1 sebagai inti

pathogenesis N-IgA.

b. Berkurangnya aktivitas enzim 1,3-galactosyltransferase (C1,3Gal-T) pada sel B

yang mengganggu regulasi sistim imun dimana glikosilasi abnormal IgA

merupakan stimulus excessiversialyl transferase.

c. Defisiensi enzim galactose O-glikan pada hinge region menyebabkan terbentuknya

IgA polimerik yang berlebihan, kemudian membentuk kompleks imun (IgA-IC)

yang disebut Hing1 dan molekul IgA1 yang berikatan dengan antibody IgA (IgA-

IgG) disebut Hing2 yang independen menyebabkan kerusakan pada glomerulus.

Mekanisme pathogenesis N-IgA meliputi 3 peristiwa yang penting, antara lain:

a. Pembentukan polymorphic IgA1 (plgA1) yang abnormal dan pembentukan

kompleks IgA

b. Adanya injuri dan proliferasi sel mesangial yang dimediasi oleh interaksi dari

kompleks IgA dengan reseptor IgA pada mesangial

c. IgA-mediated mesangial injury yang berakibat penyakit ginjal kronik. Deposit IgA

pada jaringan mesangial glomerulus didominasi oleh subklas polymeric IgA1

(plgA1), deposit plgA1 ini mengakibatkan injuri dan inflamasi pada glomerulus

yang dapat terjadi dengan atau tanpa deposit komplemen C3 atau IgG. Polymeric

IgA1 (plgA1) dikenal oleh antibody anti-glican IgG dan plgA1 yang kemudian

berikatan membentuk kompleks imun IgG-plgA. Pembentukan kompleks imun

menjadi sangat berlebihan sehingga tidak dapat seluruhnya ditangkap oleh reseptor

asialoglicoprotein pada sel hepatosit (ASGP-R), dan ditangkap oleh reseptor yang

12
terletak pada jaringan mesangial ginjal (CD89, ASGP-R, polymeric

immunoglobulin receptor/CD71)

Diduga ada hubungan atau pengaruh genetic yang ditemukan pada N-IgA yaitu

gp70 yang terekspresi pada jaringan limfoid dan mesangial glomerulus pada pasien

N-IgA. Kompleks imun-plgA1 pada jaringan mesangial glomerulus akan

mengaktifasi inflamasi dan menghasilkan sitokin IL-6, TGF-β.

Stimulasi antigen yang berlebihan menghasilkan IgA polimer yang berlebihan

menghasilkan kompleks imun bersifat independen yang terakumulasi pada

glomerulus. Kondisi ini akan merangsang proliferasi jaringan mesangial

glomerulus yang terekspresi sebagai glomerulonephritis. Kerusakan glomerulus

berkolerasi dengan intensitas deposit IgA pada glomerulus dengan kadar IgA.

Deposit komplemen C3 dan IgG tidak menunjukkan aktivitas penyakit pada N-IgA,

hanya untuk tambahan penyerta untuk menegakkan diagnosis.

E. MEKANISME YANG BERPENGARUH PADA PROGRESIFITAS N-IgA


Faktor-faktor yang mempengaruhi progresifitas penyakit antara lain: jenis kelamin, usia,

lamanya sakit, proteinuria, hipertensi, serta glomerulus yang mengalami sclerosis. Faktor-

faktor yang berpengaruh pada perkembangan dan terjadinya eksaserbasi akut antara lain:

1. Aktivasi komplemen

2. Aktivasi koagulasi dan atau inhibisi plasma

3. Aktivasi sitokin dan growth factors

4. Aktivasi reactive oxygen species (ROS)

5. Aktivasi molekul adesi

6. Apoptosis

13
7. Injuri podosit

8. Infiltrasi sel mast pada jaringan interstisial

Kerusakan Sel Epitel Glomerulus (Podosit)

Reseptor IgA1 yang ada pada jaringan mesangial antara lain CD71 (reseptor transferin).

Ekspresi dari CD71 akan mengikat IgA1 dan mengaktivasi proliferasi sel mesangial

glomerulus pada pasien N-IgA. Beberapa teori lain yang menjelaskan kerusakan podosit

antara lain:

a. Hipotesis glomerular-tubular cross-talk melalui aktivasi TNF-α, IL-6 dan angiotensin

II

b. Ekspansi dari IgA1-CD71 dan kompleks imun IgG-plgA yang berlebihan akan

mengaktivasi proliferasi jaringan mesangial glomerulus dan mendesak/ekspansi ke

podosit dan tubulus, berakhir dengan pembentukan fibrosis. Keadaan ini mendasari

progresifitas glomerulosklerosis

c. Kerusakan tubulus oleh karena proteinuria dan IL-6. Adanya pembengkakan pada

glomerulus dan foot processes serta hipertrofi podosit menyebabkan area podosit

berkurang dan tanda N-IgA menjadi progresif. Hipotesis yang berkaitan dengan

berkurangnya podosit antara lain:

1. Hipertropi glomerulus dan hipertensi menyebabkan rusaknya podosit

2. Ekspansi mesangial menyebabkan obliterasi pada kapiler glomerulus dan podosit

Parameter yang dapat digunakan untuk memprediksi progresifitas glomerulosklerosis pada

IgA nefropati antara lain : analisis morfometrik, kliren kreatinin, hitung 1/serum kreatinin.

14
Infiltrasi Sel Mast ke Jaringan Mesangial

Sel mast berasal dari jaringan progenitor hematopoetik yang bermigrasi ke jaringan yang

mengalami inflamasi pada nefropati IgA, mempunyai peran pada proses fibrosis,

angiogenesis, dan remodelling pada jaringan mesangial serta tubulointerstisial. Kadar sel

mast berkorelasi dengan fibrosis tubulointerstisial dan progresi glomerulosklerosis.

F. MANIFESTASI KLINIK N-IgA


1. Urin berwarna kecokelatan (akibat adanya sel darah merah di urin)

2. Darah dalam urin

3. Urin berbusa akibat adanya protein albumin

4. Nyeri pinggang bawah

5. Edema pada tangan dan kaki

6. Tekanan darah tinggi

7. Hematuria mikroskopik berulang sekitar 40-50% sering didahului infeksi saluran

pernapasan atas sehingga disebut hematuria simtomatik. Episode ini dipicu oleh

tonsillitis.

8. Gambaran hematuria disertai proteinuria sekitar 20-40% sedangkan gross hematuria

sekitar 20-25%

Disuria dapat pula menyertai hematuria, sehingga mungkin terjadi pemikiran ke arah

infeksi saluran kencing. Gambaran gagal ginjal akut mungkin pula terjadi, bersamaan

dengan saat terjadinya hematuria makroskopik, disebabkan sumbatan tubulus oleh sel

darah merah. Selain itu mungkin ditemukan sindrom nefrotik. Laporan dari Indonesia

adalah 35,71% dengan gambaran sindrom nefrotik, 3,57% dengan glmerulonefritis cepat

progresif dan 60,75% menunjukkan glomerulonefritis tanpa sindrom nefrotik, 17,85% di

15
antaranya dengan gagal ginjal kronik. Purpura HenochSchonlein juga menunjukkan

deposit IgA pada mesangium, tetapi ditemukan gejala artralgia, sakit perut dan purpura

nontrmbositopenik.

G. GAMBARAN LABORATORIK
Hematuria makroskopik merupakan kelainan utama yang hilang timbul, tetapi hematuria

mikroskopik menetap di antara saat terjadinya hematuria makroskopik. Dismofik eritrosit

pada urin menunjukkan bahwa eritrosit berasal dari glomerulus, walaupun mungkin

ditemukan bentuk eritrosit normomorfik dan dismorfik. Proteinuria sering (60% dari

kasus) diditeksi pada pemeriksaan urin rutin dengan kadar kurang dari 1 gram/hari.

Proteinuria yang berat (nephrotic range) ditemukan pada kira-kira pada 10% penderita.

Faal ginjal umumnya masih normal, tetapi gambaran gagal ginjal akut maupun gagal ginjal

kronik dapat dideteksi pada beberapa pasien. Kadar komplemen juga normal, walaupun

dapat dijumpai fragmen C3 yang meningkat, karena proses nefropati IgA berjalan melalui

alternate pathway. Peningkatan kadar serum IgA terdapat pada 50% penderita, dalam

bentuk dimerik.

H. GAMBARAN PATOLOGI ANATOMI

Meskipun semua jenis gambaran glomerulonefritis dapat ditemukan pada nefropati IgA,

tetapi gambaran proliferasi mesangial adalah gambaran yang paling menonjol. Menarik

pula untuk dikemukakan adanya gambaran bulan sabit dan sklerosis fokal. Prognosis lebih

buruk bila terdapat gambaran bulan sabit. Sidabutar melaporkan sebagai berikut:

Glomerulonefritis mesangio proliferatif 35,71%, lesi fokal-segmental 32,14%, kelainan

minor 17,85% dan sklerosis pada 17,86%. Mikroskop imunofluoresens menunjukkan

16
deposit IgA yang granular mesangium. Endapan IgM dan IgG juga dapat terlihat. Dapat

pula dijumpai endapan C3 dan antigen yang berkaitan dengan fibrin.

I. DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING


1. Biopsy ginjal merupakan kunci diagnosis N-IgA, yakni dengan ditemukannya deposit

IgA pada pemeriksaan imunofluoresen atau imunoperoksidase

2. Kadar IgA darah meningkat, tetapi tidak menggambarkan beratnya penyakit.

Purpura Henoch Schonlein, SLE, infeksi saluran kencing, dapat dipertimbangkan sebagai

diagnosis banding.

J. KLASIFIKASI

Berdasarkan konsensus ahli patologi anatomi dan IgA nephropathy network berdasar hasil

biopsy ginjal:

 Mesangial hypercellularity (0-3); M0: ditemukan <4 sel mesangial pada area

mesangial, M1: ditemukan 4-5 sel mesangial pada area mesangial, M3: ditemukan 6-7

sel mesangial pada area mesangial

 Segmental glomerulosclerosis (0-1); S1: sebagian glomerulus mengalami sclerosis, S0:

tidak ada glomerulus yang mengalami sclerosis

 Endocapillary hypercellularity; kategori E1 bila ditemukan hiperselular pada dinding

lumen kapiler glomerulus dan mengakibatkan penyempitan lumen, E0 bila tidak

ditemukan adanya hiperselular pada glomerulus

 Tubular atrophy/ interstisial fibrosis; persentase area korteks ginjal yang mengalami

atropi tubulus atau fibrosis interstisial: T0, T1, T2 menggambarkan luasnya korteks

yang mengalami fibrosis 0-25, 26-50, >50%

17
K. TATALAKSANA

N-IgA berdasarkan perjalanan penyakit akan mengalami progresi menjadi gagal ginjal

terminal dalam kurun waktu 20 tahun. Obat-obatan yang dipakai untuk terapi antara lain :

metil prednisolone oral, fish oil, penghambat enzim konversi angiotensin (angiotensin

converting enzyme inhibitors, ACE-i) atau antagonis reseptor angiotensin II (angiontensin

II receptor antagonists, AIIRA/ Angiotensin Receptor Blocker, ARB), metil prednisolone

intravena, tonsilektomi, tonsilektomi plus metil prednisolon intravena (TSP). TSP

dilakukan pada N-IgA yang ditemukan awal untuk mencegah progresi IgA-N agar tidak

kehilangan “golden periode”. Pasien N-IgA dengan proteinuria >1 gr/hari, kliren kreatinin

<70 ml kemudian diberikan TSP; setelah evaluasi proteinuria menjadi <1 gr/hari; keadaan

ini dikatakan melewati “golden periode”

1. ACE-i atau AIIRA/ARB, mengurangi proteinuria, dengan hipertensi atau ekskresi

protein >0.5 gr/hari.

2. Fish oil, dapat menurunkan agregasi platelet dan mediator inflamasi pada N-IgA

3. Statin, efek pleiotrofik anti-proliferatif pada jaringan mesangial glomerulus

4. Anti-platelet/antikoagulan, efek memblokade pelepasan serotonin dari platelet dan

platelet derived growth factors. Memperbaiki proteinuria/ fungsi ginjal

5. Tonsillectomy plus steroid pulse dose (TSP)

6. Terapi immunosupresi:

 Mofetil mikofenolat (MMF), dapat menurunkan ekskresi protein

 Siklofosfamid, menurunkan frekuensi PGTA (perubahan perangai histologi

pada N-IgA) bila dikombinasi dengan metilprednisolon

 Siklosporin, mengurangi ekskresi protein lebih baik daripada ACE-i

18
 Leflunomide, menurunkan ekskresi proteinuria dan menurunkan kejadian

penurunan fungsi ginjal

L. PROGNOSIS
Prediksi kurang baik pada N-IgA antara lain:

1. Hipertensi (tekanan darah >140/90 mmHg)

2. Peningkatan serum kreatinin

3. Hematuria persisten

4. Ditemukan glomerulosklerosis atau lesi tubulointerstisial pada biopsy ginjal

5. Protein urin >1 g / 24 jam

6. Polimorfisme genetik. Adanya reseptor antibodi IgA1 pada jaringan mesangial

mempunyai peran sebagai mediator aktivasi stimuli terhadap transcriptional factor

nuclear, factor-KB, sebagai inisiasi proses proinflamasi dan sclerosis

Dikatakan prognosis buruk bila:

 Pada mikroskop cahaya didapatkan gambaran capsular adhesions dan crescents

(>30%), sclerosis glomerulus, atrofi tubulus, fibrosis jaringan interstisial, penebalan

dinding pembuluh darah

 Pemeriksaan imunohistokimia: ditemukan deposit IgA pada kapiler loop

Prognosis baik:

 Lesi minimal

19
BAB III

PENUTUP

Nefropati IgA adalah suatu sindrom klinik yang ditandai adanya hematuria berulang yang pada

gambaran histopatologi melalui pemeriksaan imunohistokimia dan imunofluoresens ditemukan

adanya deposit IgA pada jaringan mesangial glomerulus baik fokal atau difus. Mekanisme

pathogenesis N-IgA meliputi 3 peristiwa yang penting, antara lain: 1. Pembentukan polymorphic

IgA1 (plgA1) yang abnormal dan pembentukan kompleks IgA. 2. Adanya injuri dan proliferasi sel

mesangial yang dimediasi oleh interaksi dari kompleks IgA dengan reseptor IgA pada mesangial.

3. IgA-mediated mesangial injury yang berakibat penyakit ginjal kronik. Deposit IgA pada

jaringan mesangial glomerulus didominasi oleh subklas polymeric IgA1 (plgA1), deposit plgA1

ini mengakibatkan injuri dan inflamasi pada glomerulus yang dapat terjadi dengan atau tanpa

deposit komplemen C3 atau IgG. Faktor-faktor yang mempengaruhi progresifitas penyakit antara

lain: jenis kelamin, usia, lamanya sakit, proteinuria, hipertensi, genetik. Klasifikasi berdasarkan

konsensus ahli patologi anatomi dan IgA nephropathy network berdasar hasil biopsy ginjal. Obat-

obatan yang dipakai untuk terapi antara lain: metil prednisolone oral, fish oil, penghambat enzim

konversi angiotensin (angiotensin converting enzyme inhibitors, ACE-i) atau antagonis reseptor

angiotensin II (angiontensin II receptor antagonists, AIIRA/ Angiotensin Receptor Blocker, ARB),

metil prednisolone intravena, tonsilektomi, tonsilektomi plus metil prednisolon intravena (TSP).

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Hutchison, Alastar L, Anand Vardhan. Peritoneal dialysis. in: Greenberg arthur, MD, primer

on kidney disease, 7th edition. United State: National Kidney Foundation. 2015.

2. Pernefri. 9 th report of Indonesian renal registry 2016;12–3.

3. Soewanto. Pedoman Diagnosis dan Terapi, edisi III, Surabaya: RSU Dr. Soetomo. 2008

4. Steddon S, Neil A, Alistair C, John C. Oxford Handbook of Nephrology and Hypertension,

Second edition. London: Oxford University Press. 2013.

5. Suwitra K. Nefropati IgA. In: Siti S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II. 6th ed.

Jakarta: Internal Publishing; 2014. p. 2159.

6. Briggs, J.P, (eds). Overview of Kidney Function and Structure, In: Greenberg Arthur, MD,

Primer on Kidney Disease. 5th edition, United State, National Kidney Foundation. 2012.

21

Anda mungkin juga menyukai