Anda di halaman 1dari 30

CASE REPORT

ASMA BRONKIALE

Disusun oleh:
Vania Alkhansa Ibrahim
1765050012

Pembimbing:
dr. Persadaan Bukit, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

PERIODE 24 FEBRUARI – 2 MEI 2020

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

2020
BAB I

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan Case Report berjudul “Asma Bronkiale”.

Penulis dapat menyelesaikan laporan ini tidak lepas dari bimbingan, perhatian,

dan doa. Untuk itu, dengan penuh hormat penulis menyampaikan terima kasih

kepada dr. Persadaan Bukit, Sp.A yang telah meluangkan waktu untuk memberi

arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan tugas ini.

Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi,

bahasa, maupun cara penulisannya. Oleh sebab itu penulis dengan lapang dada

bersedia menerima segala kritik dan saran, guna menambah pengetahuan dan

pemahaman penulis di masa yang akan datang.

Jakarta, Maret 2020

Penulis,

Vania Alkhansa (1765050012)

4
BAB I

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama Lengkap : An. S.P

Tanggal Lahir : 08/08/2014

Umur : 5 tahun 6 bulan 18 hari

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : Belum sekolah

Alamat : Jalan Raden Saleh No. 47 RT 008/002 Johar Baru

Orang Tua/Wali

Ayah

Nama : Tn. I.S

Tanggal Lahir : 20 Juli 1980

Suku Bangsa : Jawa

Alamat : Jalan Raden Saleh No. 47 RT 008/002 Johar Baru

Agama : Islam

5
Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Penghasilan : ± Rp 3.000.000,-

Ibu

Nama : Ny. S

Tanggal Lahir : 17 Desember 1983

Suku Bangsa : Jawa

Alamat : Jalan Raden Saleh No. 47 RT 008/002 Johar Baru

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Penghasilan : Tidak ada

Hubungan dengan orang tua: Anak kandung

2.2 Riwayat Kehamilan

Perawatan Antenatal : Trimester I 1 kali/bulan di Puskesmas

Trimester II 1 kali/bulan di Puskesmas

6
Trimester III 2 kali/bulan di Puskesmas

Penyakit kehamilan : Disangkal oleh ibu pasien

2.3 Riwayat Kelahiran

Tempat lahir : Rumah sakit

Penolong persalinan : Dokter

Cara persalinan : Sectio caesaria

Penyulit : pinggul ibu kecil

Masa gestasi : Cukup bulan

Keadaan Bayi

Bayi perempuan lahir dengan BBL 3.700 kg, PBL 50 cm, LK (ibu pasien tidak

ingat) saat lahir bayi langsung menangis, tidak pucat/biru/kejang. Ibu pasien tidak

mengingat nilai APGAR. Tidak ada kelainan bawaan.

2.4 Riwayat Tumbuh Kembang

Gigi pertama : 6 bulan

Psikomotor

7
 Tengkurap : 3 bulan

 Duduk : 6 bulan

 Berdiri : 9 bulan

 Berjalan : 12 bulan

 Berbicara : 12 bulan (dapat mengatakan 1/2 kata seperti “mama” / “papa”)

 Menulis : 4 tahun

 Membaca : 4 tahun
Kesan : Tahapan perkembangan sesuai usia menurut Milestone

8
2.5 Riwayat Imunisasi

Vaksin Dasar (Umur) Ulangan (Umur)

BCG 1 Bulan - - - - -
DPT 2 bulan 4 bulan 6 bulan - - -
POLIO 2 bulan 4 bulan 6 bulan - - -
Campak 9 bulan - - 18 bulan -
Hepatitis B 0 bulan 1 bulan 6 bulan - - -
MMR - - - - - -
TIPA - - - - - -

Kesan: Imunisasi lengkap sesuai usia menurut IDAI 2014

2.6 Riwayat Makanan

Waktu 0-6 bulan 6-9 bulan 9-12 bulan 12-24 bulan 24 bulan-

sekarang

Pagi ASI ASI setiap 3 ASI 3x/hari Nasi dengan 1 Nasi dengan 1

(06:00 eksklusif jam selama ± selama ± 10- potong kecil potong kecil

-11:00 setiap 2 10-15 menit, 15 menit, ikan/daging ikan/daging

jam hisapan kuat hisapan kuat ayam/telur 1 ayam/telur 1

selama ± bergantian bergantian mangkok anak mangkok anak

15-20 payudara payudara penuh + ¼ gelas penuh + 1

menit, kanan dan kanan dan kiri sayur sebanyak potong kecil

hisapan kiri + bubur nasi + + susu formula tempe/tahu + ¼

kuat bubur susu ½ potongan 1 botol (120 cc) gelas sayur

bergantian mangkok ayam/ikan sebanyak + susu

payudara anak+ ½ dicincang ¾ formula 1 botol

kanan dan potong


3
kiri pisang mangkok anak (120 cc)

sebagai

selingan

ASI setiap 5
Siang ASI selama ± Nasi dengan 1 Nasi dengan 1
jam selama ±
(12:00 10-15 menit, potong kecil potong kecil
10-15 menit,
- hisapan kuat ikan/daging ikan/daging
hisapan kuat
17:00) bergantian ayam/telur ayam/telur 1
bergantian
payudara sebanyak 1 mangkok anak
payudara
kanan dan kiri mangkok anak penuh + 1
kanan dan
+ bubur nasi + + ¼ gelas sayur potong kecil
kiri + Bubur
potongan penuh + 1 tempe/tahu + ¼
susu ½
ayam/ikan keping biscuit gelas sayur
mangkok
dicincang ¾
kecil + ½
mangkok anak
potong
+ susu
pisang
formula 1

botol kecil (50

cc)

Malam susu formula Susu formula Nasi + 1 potong Nasi dengan 1

(18:00 1 botol kecil 1 botol (90- kecil potong kecil

- (50 cc) + 120 cc) + ikan/daging ikan/daging

24:00) Bubur susu bubur nasi + ayam/telur ayam/telur 1

½ mangkok potongan sebanyak 1 mangkok anak

4
ayam/ikan mangkok anak penuh + 1

dicincang ¾ + susu formula potong kecil

mangkok anak 1 botol (120 cc) tempe/tahu + ¼

gelas sayur

sebanyak + susu

formula 1 botol

(120 cc)

Kesan: Kualitas dan kuantitas makanan cukup sesuai dengan pertumbuhan usia

berdasarkan Kementrian Kesehatan RI.

2.7 Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita

Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur

Alergi - Difteri - Peny. Jantung -


Cacingan - Diare + Peny. Ginjal -
Demam - Kejang - Peny. Darah -

berdarah demam
Demam tifoid - Kecelakaan - Radang Paru -
Otitis - Morbili - Tuberkulosis -
Parotitis - Operasi - Asma +

2.8 Riwayat Keluarga

No Tanggal Jenis Hidup Lahir Abortu Mati Keterangan

Lahir Kelamin Mati s (sebab) Kesehatan

1 15-06- Laki - - - - Sakit

5
2011 Laki (Pasien)
2 08-08- Perempua - - - Sehat

2014 n
3 - - −¿ - - - -

2.9 Data Keluarga

Keterangan Ayah/Wali Ibu/Wali

Perkawinan ke 1 1
Umur saat menikah 33 tahun 30 tahun
Keadaan kesehatan Sehat Sehat

2.10 Data Perumahan

Kepemilikan rumah : Pribadi

Keadaan rumah : Ukuran/tipe 70 m2

Dinding terbuat dari tembok

Atap terbuat dari Genteng

Ventilasi cukup, cahaya matahari masuk

Jarak septic tank ke sumber air bersih ±10 meter

Keadaan Lingkungan : Berupa perumahan padat penduduk

Ada tempat pembuangan sampah

6
2.11 Anamnesis

Anamnesis dilakukan di Bangsal Flamboyan RS PGI Cikini pada hari Rabu

tanggal 26 Februari 2020 secara aloanamnesis kepada ibu kandung pasien.

Keluhan Utama : Sesak

Keluhan Tambahan : Batuk berdahak

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke RS PGI Cikini diantar oleh kedua orang tuanya dengan

keluhan sesak sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit. Sesak dirasakan terus menerus

dan semakin lama semakin berat. Saat sesak pasien lebih nyaman dalam posisi

setengah duduk, tidur dengan bantal yang lebih tinggi. Sebelum muncul sesak ibu

pasien mengatakan anaknya batuk sejak satu hari sebelum timbul sesak. Batuk

dirasakan terus menerus disertai dengan dahak berwarna putih dan sulit dikeluarkan.

Di rumah ibu pasien memberikan Ambroxol sirup dan Ventolin inhaler namun

keluhan tidak berkurang. Pilek disangkal, demam disangkal, BAB dan BAK tidak ada

keluhan. Nafsu makan baik.

Riwayat Penyakit Dulu

Pasien memiliki riwayat asma sejak umur 1 tahun

Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu pasien memiliki riwayat asma

Riwayat Alergi

7
Ibu pasien menyangkal adanya riwayat alergi terhadap obat, susu sapi, dan

makanan pada pasien.

2.12 Pemeriksaan Fisik

Tanggal : 26 Februari 2020

Jam : 13:00

Pemeriksaan Umum

Keadaan umum :Tampak Sakit Sedang

Kesadaran : Composmentis

Tanda Vital

 Frekuensi nadi : 110 kali / menit (Regular, isi cukup, kuat angkat)

 Tekanan darah : 90/60 mmHg

 Frekuensi nafas : 38 kali / menit (Regular, dalam)

 Suhu : 37,5°C (axilla)

Data Antropometri

Berat Badan : 15 kg

Tinggi Badan : 118 cm

Berat Badan Ideal (CDC 2000) : kg

Indeks Massa Tubuh :

Berdasarkan kurva CDC (2000) (terlampir)

8
- BB/U : 23/26 x 100% = 88% (berat badan baik)

- TB/U : 130/130x 100% = 100% (baik/normal)

- BB/TB : 23/26 x 100% = 88 % (gizi kurang)

2.14 Pemeriksaan Sistem

Kepala

● Bentuk : Normocephali

● Rambut : Warna hitam, tumbuh merata, tidak mudah dicabut

● Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

● Telinga : Liang telinga lapang kanan dan kiri, Sekret (-/-), serumen (-/-)

● Hidung : Cavum nasi lapang, septum deviasi (-), sekret (-/-)

Mulut

● Bibir : Sianosis sirkum oral (-), mukosa bibir kering (-),

● Gigi : Karies Dentis (-), gigi berlubang (-)

● Lidah : Terletak di tengah, geographic tongue (-), coated tongue (-)

● Tonsil : T1– T1, hiperemis (-/-)

● Faring : Arcus faring simetris, Hiperemis (-)

Leher :Kelenjar Getah Bening retroauricula, infraauricula, submandibular,

submentalis, coli anterior et posterior tidak teraba membesar. Nyeri

tekan (-)

Thoraks

● Dinding thoraks : Diameter laterolateral > anteroposterior

● Paru

9
▪ Inspeksi : Pergerakan dinding thorax simetris, retraksi sela iga (-)

▪ Palpasi : Stem fremitus simetris kanan dan kiri

▪ Perkusi : Sonor / sonor

▪ Auskultasi : Bunyi nafas dasar vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing

(-/-)

● Jantung

o Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak terlihat

o Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba pada ICS IV linea midclavicularis

sinistra

o Perkusi : Batas jantung kanan di linea parasternalis dextra ICS IV, batas

jantung kiri di linea midclavicula sinistra ICS V

o Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

● Inspeksi : Perut tampak mendatar

● Auskultasi : Bising Usus (+), 4 kali/menit

● Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-)

● Palpasi : Supel, nyeri tekan (-) hepar dan limpa tidak teraba membesar

(-), turgor kembali cepat

Anus dan rektum : Tidak ada kelainan

Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

Anggota gerak

● Atas : Akral hangat, CRT < 2”, edema -/-, normotonus

● Bawah : Akral hangat, CRT < 2”, edema -/-, normotonus

10
Tulang belakang : Lordosis (-), kifosis (-), skoliosis (-)

Kulit : Turgor kembali cepat, warna sawo matang, ikterik (-)

Nervus Kranialis

 I : tidak dilakukan  VII : Wajah simetris, angkat alis +/+,

 II: visus kasar baik lagoftalmus -/-

 III : Refleks cahaya langsung +/+,  VIII : pendengaran baik

Refleks cahaya tidak langsung +/+  IX : disfagia -

 IV : Pergerakan bola mata ke tengah  X : disfoni -

bawah baik  XI : dapat mengangkat bahu

 V : raba dan nyeri simetris  XII : lidah ditengah, tonus otot lidah baik

 VI: pergerakan bola mata ke lateral

baik

Pemeriksaan Refleks

 Refleks Fisiologis : Refleks biceps ++/++, refleks triceps ++/++, refleks KPR ++/

++, APR ++/++

 Refleks Patologis : Babinski -/-, chaddock -/-, gordon-/-, schaffer -/-, oppeinheim

-/-, klonus lutut -/-, klonus kaki -/-, Rossalimo -/-, Mandel Bachtrew -/-

2.15 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah perifer lengkap pada Rabu, 26/03/2020 pukul 05:00

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Laju Endap Darah 20 mm/jam 0 - 20 mm/jam


11
Hemoglobin 13.0 g/dL 10,8 – 15.6 g/dl
Leukosit 11.9 ribu/µL 10 ribu/ µL
Eritrosit 5.11 juta/ml 4 - 4.5 juta/ ml
Hematokrit 37 % 37 - 43 %
Trombosit 417 x 103/µL 150.000-450.000/ µL
HitungJenis Basofil 0% 0-1%

Leukosit
Eosinofil 6% 1 - 3%

Neutrofil batang 0% 2 - 6%

Neutrofil segmen 56% 50 - 70%

Limfosit 31% 20 - 40%

Monosit 7% 2 - 8%
MCV 73/ fl 81 - 92 fL
MCH 25.4/ pg 27 - 32 pg

MCHC 34.9 g/dl 32 - 37 g/dL

2.16 Resume

 An. MZ usia 8 tahun 3 bulan mengalami demam sejak 5 hari sebelum masuk

rumah sakit. Demam dirasakan terus menerus dan semakin hari dirasakan semakin

demam. Demam muncul hilang timbul, terutama pada saat sore hari menjelang

malam. Pasien juga mengeluhkan BAB cair satu kali pada pagi hari sebanyak

12
kurang lebih satu per empat aqua gelas. Pemeriksaan fisik didapatkan suhu

39.8ºC, coated tongue (+), nyeri tekan abdomen pada regio epigastrium dan iliaca

dextra. Pemeriksaan laboratorium didapatkan LED dan neutrofil segmen

meningkat, limfosit menurun, tes widal Salmonella typhose O (+) 1/320.

2.17 Diagnosis Kerja

Asma Bronkiale

2.18 Diagnosis Banding

 Gastroenteritis

 Demam Berdarah Dengue

 ISK

2.19 Penatalaksanaan

 Pro- Rawat Inap

 Diet : Nasi tim

 Cairan Intravena : Kaen 3A 21 tpm (makro)

 Medikamentosa :

o Inj ceftriaxone 1 x 1400mg (IV)

o Sanmol Syrup 4 x 250 mg (PO)

o Vomenta syr 3 x 6 ml (PO)

2.20 Follow Up (14/10/2019)

13
Subjektif Objektif Assesment Planning

- Demam naik KU : Tampak sakit sedang • Demam Diet : Nasi Tim

turun, mual Tifoid


Kes : Compos Mentis IVFD : Kaen 3A 21 tpm (makro)
(+), muntah
GCS : E4M6V5 Mm/
(-), BAB

(terakhir TD : 90/60 mmHg - inj ceftriaxone 1x1400 mg (IV) ha

kemarin), - sanmol syr 4x250mg (PO)


Nadi : 108x/menit
makan dan - vomenta syr 3x6 ml (PO)
RR : 24X/menit
minum
Suhu : 36,8
sedikit

Mulut: coated tongue (+)

Abdomen: Nyeri tekan regio

epigastrium dan iliaca dextra

2.21 Follow Up (15/10/2019)

Subjektif Objektif Assesment Planning

- Demam naik KU : Tampak sakit • Demam Diet : lunak

14
turun, mual sedang tifoid IVFD : D5 ½ NS maintanance

(+), muntah
Kes : Compos Mentis Mm/
(+) 2 akli,
GCS : E4M6V5 - inj ceftriaxone 1x1400 mg (IV) hari k
BAB cair 2x
- sanmol syr 4x250mg (PO)
tidak ada TD : 100/60 mmHg
- vomenta syr 3x6 ml (PO)
darah dan Nadi : 98x/menit
lendir,
RR : 26X/menit
makan dan
Suhu : 37,5 C
minum

membaik SaO2 : 99%

Mulut: coated tongue (+)

Abdomen: Nyeri tekan

regio epigastrium dan

iliaca dextra (-)

15
Lampiran

BB/U : 88% (berat badan baik)

TB/U : 100% (baik/normal)

BB/TB : 88% (gizi kurang)

16
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi

Demam tifoid meerupakan penyakit infeksi sistemik akibat Salmonella typhi.

Terminologi yang kaitannya erat adalah paratifoid dan demam enterik.

II. Etiologi

Penyebab demam tifoid adalah Salmonella typhi yaitu bakteri gram negatif,

memiliki flagel, fakultatif anaerob dan memiliki endotoksin. Bakteri ini memiliki 3

antigen, yaitu antigen O yang terdiri dari oligosakarida, falgelar antigen (H) yang

terdiri dari protein, dan envelope antigen (Vi) yang terdiri dari polisakarida.

III. Patogenesis

Bakteri masuk bersama dengan makanan/minuman ke dalam tubuh melalui

mulut. Bakteri akan melewati lambung dengan suasana asam (pH < 2). Sebagian

bakteri akan tereliminasi dan sebagian bakteri masih hidup. Bakteri yang masih hidup

akan menuju usus halus dan melekat pada sel mukosa dan menembus dinding jejunum

dan ileum melewati sel M melalui enterosit atau rute paraselular. Sel M berada diatas

jaringan limfoid.

Setelah menempel pada mikrovili, S.typhi akan melewati barier mukosa

intestinal sehingga masuk ke dalam sitemn mlimfe mesenterika. Monosit tidak


17
mampu menghancurkan basili sehingga bakteri masuk mencapai folikel limfe usus.

Bakteri dapat masuk ke dalam sistem peredaran darah emnuju organ. Proses tersebut

disebut bakteremia primer yang tidak menimbulkan gejala dan kultur darah

menunjukkan hasil negatif.

Dalam folikel limfe bakteri akan difagosit oleh sel fagosit mononuklear,

namun bakteri dapat bermultiplikasi dalam sel fagosit tersebut. Hal tersebut

diakibatkan virulensi yang dikode oleh regulon pho P. Antigen Vi pada kapsul

mengganggu fagositosis dengan mencegah pengikatan C3 pada permukaan bakteri.

Bakteri akan keluar dari habitatnya setelah melalui periode inkubasi. Bakteri

akan melewati duktus torasikus menuju sistemik, disebut bakteremia sekunder.

Bakteremia sekunder akan memunculkan gejala dan tanda sebagai akhir dari masa

inkubasi. Vesika felea rentan terinfeksi, multiplikasi pada vesika felea menghasilkan

jumlah salmonella yang besar dan dapat mencapai usus melalui empedu.

Demam yang lama ditimbulkan oleh endotoksin pada komponen

lipopolisakarida. Gejala sistemik yang ditimbulkan diakibatkan oleh produksi sitokin

oleh makrofag akibat endotoksin.

IV. Manifestasi Klinik

Masa inkubasi demam tifoid rata-rata 10-14 hari, tergantung pada inoculum

yang tertelan. Gejala demam tifoid berupa demam yang memiliki gambaran step

ladder temperature chart yang naik secara bertahap tiap harinya dan mencapai

puncaknya pada minggu pertama. Demam dirasakan terutama saat sore dan malam

hari.

18
Gejala sistemik yang dapat ditimbulkan adalah nyeri kepala, malaise,

anoreksia, nausea, myalgia, nyeri perut dan radang tenggorokan. Demam tifoid dapat

menyebabkan syok hipovolemik akibat kurang asupan cairan dan makanan. Gejala

gastrointestinal yang dapat ditimbulkan adalah diare, obstipasi atau obstipasi yang

disusul diare.

Tanda-tanda fisik berupa bradikardi relatif yang tidak seimbang dengan

tingginya demam, lidah kotor dengan warna putih di tengah dan hiperemis pada

tepinya, meteorismus, hepatomegaly, dan splenomegali.

V. Diagnosis

Penegakkan diagnosis dilakukan berdasarkan gejala klinis dan isolasi

Salmonella typhi. Sampai saat ini pemeriksaan empedu merupakan pemeriksaan baku

demam tifoid. Pada pemeriksaan darah ditemukan anemia normokromik normositik

akibat kehilangan darah dari usus atau penekanan sumsum tulang. Leukopeni sering

ditemukan pada minggu pertama atau kedua, namun tidak dibawah 2500 sel/mm3.

Leukositosis dapat terjadi jika terbentuknya abses, hingga mencapai 20.000-25.000

sel/mm3. Trombositopeni dapat terjadi dan menetap selama 1 minggu.

Pada dua minggu pertama isolasi S. typhi dilakukan pada darah, biakan tinja

dan urin positif setelah minggu pertama, biakan pada sumsum tulang positif pada

stadium akhir. Uji serologi dapat dilakukan, yaitu uji serologi Widal yang

memeriksakan antibody aglutinasi terhadar antigen somatik (O), flagella (H). Titer O

meningkat di hari ke 6-8, aglutinin >1/200 atau kenaikan lebih dari empat kali dapat

menjukkan nilai positif terinfeksi demam tifoid, dengan catatan 8 bulan terakhir tidak
19
mendapat vaksinasi atau baru sembuh dari demam tifoid. Titer aglutinin O memiliki

nilai diagnostic yang penting untuk demam tifoid. Titer aglutinin H dikaitkan dengan

pasca imunisasi atau infeksi masa lampau dan meningkat pada hari ke 10-12.

Aglutinin Vi dipakai pada deteksi pembawa kuman.

Pemeriksaan serologi terhadap spesimen darah Thypidot dan Tubex

mendeteksi antibodi IgM antigen spesifik O9 lipopolisakarida S.typhi. Enzyme-linked

immunosorbent assay (ELISA) merupakan pemeriksaan antibodi IgM dan IgG

spesifik terhadap antigen S. typhi. Pemeriksaan ELISA memiliki sensitivitas dan

spesifisitas hampir 100%. Pemeriksaan serologi dianggap positif kuat jika nilai

mencapai  6. IgG bertahan selama 6 bulan dan IgM bertahan selama 3 bulan, maka

interpretasi serologi positif harus dilakukan secara hati-hati pada tersangka demam

tifoid dia daerah endemis.

Pemeriksaan lain yang digunakan adalah polymerase chain reaction (PCR)

merupakan pemeriksaan whole blood culture dilakukan dalam waktu 8 jam dan

sensitivitasnya tinggi. Hal tersebut menjadikan PCR lebih unggul dibandingkan

biakan darah yang dilakukan dalam waktu 5-7 hari. Sampai saat ini pemeriksan yang

dilakukan untuk mendiagnosis tifoid adalah uji Widal.

20
Table 1. Perbandingan pemeriksaanpenunjang untuk demam tifoid

VI. Diagnosis Banding

Stadium dini tifoid dapat didiagnosis banding dengan influenza,

gastroenteritis, bronkitis dan bronkopneumonia. Paa tifoid kasus berat dapat

didiagnosis banding dengan sepsis, leukemia, limfoma, dan penyakit Hodgkin.

VII. Tatalaksana

21
Tatalaksana demam tifoid berupa tirah baring, isolasi yang emadai,

pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi serta pemberian antibiotik. Antibiotik yang

digunakan adalah

1. Kloramfenikol

o Merupakan pilihan pertama demam tifoid

o Dosis: 100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis

o Diberikan selama 10-14 hari

o Kelemahan pada kloramfenikol adalah tinggi angka relaps dan

karier

2. Ampisilin

o Respon terhadap perbaikan klinis kurang dibandingkan

kloramfenikol

o Dosis: 200 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis

3. Amoksisilin

o Dosis: 100 mg/kgBB/hari PO dibagi dalam 4 dosis

o Penurunan kadar bakteri lebih lama dibandingkan kloramfenikol

4. Sefalosporin generasi ke tiga

o Pada strain yang resisten, umumnya rentan terhadap Sefalosporin

generasi ke tiga

o Seftriakson: 100mg/kgBB/hari dibagi dalam 1-2 dosis, maksimal 4

gram/hari. Diberikan selama 5-7 hari

o Sefotaksim: 150-200mg/kgBB.hari dalan 3-4 dosis

22
VIII. Komplikasi

Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh demam tifoid adalah perforasi usus

halus. Peritonitis disebabkan oleh lesi radang yang menembus tunika muskularis dan

serosa usus.Penyulit dapat muncul pada minggu ke-3 sakit. Komplikasi didahului

dengan penurunan suhu, tekanan darah dan peningkatan frekuensi nadi. Perforasi

ditandai dengan nyeri abdomen kuadran kanan bawah, muntah, nyeri pada perabaan

abdomen, defance muscular, hilangnya keredupan hepar dan tanda peritonitis lain.

Komplikasi lain yang dapat ditimbulkan adalah neuropsikiatri, dengan

manifestasi gangguan kesadaran, disorientasi, delirium, obtundasi, stupor, koma,

trombosis serebral, afasia, ataksia serebral akut, tuli, ielitis transversal, neuritis

perifer, meningitis, ensefalomielitis, sindrom Guillian-Barre.

23
BAB III

ANALISIS KASUS

An. MZ usia 8 tahun 3 bulan mengalami demam sejak 5 hari sebelum masuk

rumah sakit. Demam dirasakan terus menerus dan semakin hari dirasakan semakin

demam. Demam muncul hilang timbul, terutama pada saat sore hari menjelang

malam. Pasien juga mengeluhkan BAB cair satu kali pada pagi hari sebanyak kurang

lebih satu per empat aqua gelas. Pemeriksaan fisik didapatkan suhu 39.8ºC, coated

tongue (+), nyeri tekan abdomen pada regio epigastrium dan iliaca dextra.

Pemeriksaan laboratorium didapatkan LED dan neutrofil segmen meningkat, MCV

dan limfosit menurun, tes widal Salmonella typhose O (+) 1/320

Hal ini sesuai dengan kepustakaan Infeksi dan Pediatri Tropis yang

menyebutkan Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik yang bersifat akut

disebabkan oleh Salmonella typhi. Pada kasus diatas dikatakan bahwa pasien demam.

Karakteristik demam yang ditimbulkan pada kasus tersebut adalah terus menerus dan

semakin lama semakin demam, demam terutama dirasakan sore hari menjelang

malam hari. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik demam tifoid, yaitu step ladder

temperature chart yang demamnya naik secara bertahap setiap harinya dan mencapai

titik tertinggi pada minggu ke-4.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan peningkatan suhu 39.8 C Aksila (demam)

dan pada pemeriksaan status generalis ditemukan coated tongue dan nyeri tekan pada

regio epigastrium serta iliaca dextra.

24
Pemeriksaan laboratorium didapatkan LED dan neutrofil segmen

meningkat, MCV dan limfosit menurun, tes widal Salmonella typhose O (+) 1/320.

Pada kepustakaan Infeksi dan Pediatri Tropis yang menyebutkan peningkatan titer O

agglutinin >1/200 maka diagnosis demam tifoid dapat ditegakkan.

Pada penatalaksanaan diberikan Ceftriaxone, hal ini kurang sesuai dengan

teori yang menyebutkan bahwa lini pertama antibiotik pada demam tifoid adalah

Klomfenikol dengan dosis 100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis, diberikan selama

10-14 hari. Ceftriaxone atau sefalosporin generasi ke-3 diberikan jika pada strain yang

resisten. Pada kasus ini pasien tidak terbukti memiliki bakteri yang resisten terhadap

Kloramfenikol.

Lalu untuk tatalaksana selama perawatan di rawat inap rumah sakit diberikan

Anti piretik yaitu sanmol untuk menurunkan suhu demam pasien. Diberikan sesuai

dosis dengan berat badan pasien.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Soedarmo SS, Garna H, Hadinegoro SR, Satari HI. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis.
Edisi kedua. Jakarta: IDAI; 2012

2. Ashkenazi S. Infeksi Salmonella. In: Marcdante K, Kliegman R, Jenson H, Behrman R.


Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Edisi keenam. Canada. Elseviere; 2014. p.970-3

3. Hadinegoro S, Kadim M, Devaera Y, Idris N,Ambarsari, C. Update Management of


Infectious Disease and Gastrointestinal Disorders. Jakarta; Departemen Ilmu Kesehatan
Anak FKUI-RSCM; 2012

4. Bhutta Z. Thypoid Fever: Current Concepts. Lippincot Williams & Wilkins Journal 2006;
14:266-72

26

Anda mungkin juga menyukai