ASMA BRONKIALE
Disusun oleh:
Vania Alkhansa Ibrahim
1765050012
Pembimbing:
dr. Persadaan Bukit, Sp.A
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
BAB I
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya,
Penulis dapat menyelesaikan laporan ini tidak lepas dari bimbingan, perhatian,
dan doa. Untuk itu, dengan penuh hormat penulis menyampaikan terima kasih
kepada dr. Persadaan Bukit, Sp.A yang telah meluangkan waktu untuk memberi
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi,
bahasa, maupun cara penulisannya. Oleh sebab itu penulis dengan lapang dada
bersedia menerima segala kritik dan saran, guna menambah pengetahuan dan
Penulis,
4
BAB I
LAPORAN KASUS
Agama : Islam
Orang Tua/Wali
Ayah
Agama : Islam
5
Pendidikan : SMA
Penghasilan : ± Rp 3.000.000,-
Ibu
Nama : Ny. S
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
6
Trimester III 2 kali/bulan di Puskesmas
Keadaan Bayi
Bayi perempuan lahir dengan BBL 3.700 kg, PBL 50 cm, LK (ibu pasien tidak
ingat) saat lahir bayi langsung menangis, tidak pucat/biru/kejang. Ibu pasien tidak
Psikomotor
7
Tengkurap : 3 bulan
Duduk : 6 bulan
Berdiri : 9 bulan
Berjalan : 12 bulan
Menulis : 4 tahun
Membaca : 4 tahun
Kesan : Tahapan perkembangan sesuai usia menurut Milestone
8
2.5 Riwayat Imunisasi
BCG 1 Bulan - - - - -
DPT 2 bulan 4 bulan 6 bulan - - -
POLIO 2 bulan 4 bulan 6 bulan - - -
Campak 9 bulan - - 18 bulan -
Hepatitis B 0 bulan 1 bulan 6 bulan - - -
MMR - - - - - -
TIPA - - - - - -
Waktu 0-6 bulan 6-9 bulan 9-12 bulan 12-24 bulan 24 bulan-
sekarang
Pagi ASI ASI setiap 3 ASI 3x/hari Nasi dengan 1 Nasi dengan 1
(06:00 eksklusif jam selama ± selama ± 10- potong kecil potong kecil
menit, kanan dan kanan dan kiri sayur sebanyak potong kecil
sebagai
selingan
ASI setiap 5
Siang ASI selama ± Nasi dengan 1 Nasi dengan 1
jam selama ±
(12:00 10-15 menit, potong kecil potong kecil
10-15 menit,
- hisapan kuat ikan/daging ikan/daging
hisapan kuat
17:00) bergantian ayam/telur ayam/telur 1
bergantian
payudara sebanyak 1 mangkok anak
payudara
kanan dan kiri mangkok anak penuh + 1
kanan dan
+ bubur nasi + + ¼ gelas sayur potong kecil
kiri + Bubur
potongan penuh + 1 tempe/tahu + ¼
susu ½
ayam/ikan keping biscuit gelas sayur
mangkok
dicincang ¾
kecil + ½
mangkok anak
potong
+ susu
pisang
formula 1
cc)
4
ayam/ikan mangkok anak penuh + 1
gelas sayur
sebanyak + susu
formula 1 botol
(120 cc)
Kesan: Kualitas dan kuantitas makanan cukup sesuai dengan pertumbuhan usia
berdarah demam
Demam tifoid - Kecelakaan - Radang Paru -
Otitis - Morbili - Tuberkulosis -
Parotitis - Operasi - Asma +
5
2011 Laki (Pasien)
2 08-08- Perempua - - - Sehat
2014 n
3 - - −¿ - - - -
Perkawinan ke 1 1
Umur saat menikah 33 tahun 30 tahun
Keadaan kesehatan Sehat Sehat
6
2.11 Anamnesis
Pasien datang ke RS PGI Cikini diantar oleh kedua orang tuanya dengan
keluhan sesak sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit. Sesak dirasakan terus menerus
dan semakin lama semakin berat. Saat sesak pasien lebih nyaman dalam posisi
setengah duduk, tidur dengan bantal yang lebih tinggi. Sebelum muncul sesak ibu
pasien mengatakan anaknya batuk sejak satu hari sebelum timbul sesak. Batuk
dirasakan terus menerus disertai dengan dahak berwarna putih dan sulit dikeluarkan.
Di rumah ibu pasien memberikan Ambroxol sirup dan Ventolin inhaler namun
keluhan tidak berkurang. Pilek disangkal, demam disangkal, BAB dan BAK tidak ada
Riwayat Alergi
7
Ibu pasien menyangkal adanya riwayat alergi terhadap obat, susu sapi, dan
Jam : 13:00
Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital
Frekuensi nadi : 110 kali / menit (Regular, isi cukup, kuat angkat)
Data Antropometri
Berat Badan : 15 kg
8
- BB/U : 23/26 x 100% = 88% (berat badan baik)
Kepala
● Bentuk : Normocephali
● Telinga : Liang telinga lapang kanan dan kiri, Sekret (-/-), serumen (-/-)
Mulut
tekan (-)
Thoraks
● Paru
9
▪ Inspeksi : Pergerakan dinding thorax simetris, retraksi sela iga (-)
(-/-)
● Jantung
sinistra
o Perkusi : Batas jantung kanan di linea parasternalis dextra ICS IV, batas
Abdomen
● Palpasi : Supel, nyeri tekan (-) hepar dan limpa tidak teraba membesar
Anggota gerak
10
Tulang belakang : Lordosis (-), kifosis (-), skoliosis (-)
Nervus Kranialis
V : raba dan nyeri simetris XII : lidah ditengah, tonus otot lidah baik
baik
Pemeriksaan Refleks
Refleks Fisiologis : Refleks biceps ++/++, refleks triceps ++/++, refleks KPR ++/
Refleks Patologis : Babinski -/-, chaddock -/-, gordon-/-, schaffer -/-, oppeinheim
-/-, klonus lutut -/-, klonus kaki -/-, Rossalimo -/-, Mandel Bachtrew -/-
Leukosit
Eosinofil 6% 1 - 3%
Neutrofil batang 0% 2 - 6%
Monosit 7% 2 - 8%
MCV 73/ fl 81 - 92 fL
MCH 25.4/ pg 27 - 32 pg
2.16 Resume
An. MZ usia 8 tahun 3 bulan mengalami demam sejak 5 hari sebelum masuk
rumah sakit. Demam dirasakan terus menerus dan semakin hari dirasakan semakin
demam. Demam muncul hilang timbul, terutama pada saat sore hari menjelang
malam. Pasien juga mengeluhkan BAB cair satu kali pada pagi hari sebanyak
12
kurang lebih satu per empat aqua gelas. Pemeriksaan fisik didapatkan suhu
39.8ºC, coated tongue (+), nyeri tekan abdomen pada regio epigastrium dan iliaca
Asma Bronkiale
Gastroenteritis
ISK
2.19 Penatalaksanaan
Medikamentosa :
13
Subjektif Objektif Assesment Planning
14
turun, mual sedang tifoid IVFD : D5 ½ NS maintanance
(+), muntah
Kes : Compos Mentis Mm/
(+) 2 akli,
GCS : E4M6V5 - inj ceftriaxone 1x1400 mg (IV) hari k
BAB cair 2x
- sanmol syr 4x250mg (PO)
tidak ada TD : 100/60 mmHg
- vomenta syr 3x6 ml (PO)
darah dan Nadi : 98x/menit
lendir,
RR : 26X/menit
makan dan
Suhu : 37,5 C
minum
15
Lampiran
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
II. Etiologi
Penyebab demam tifoid adalah Salmonella typhi yaitu bakteri gram negatif,
memiliki flagel, fakultatif anaerob dan memiliki endotoksin. Bakteri ini memiliki 3
antigen, yaitu antigen O yang terdiri dari oligosakarida, falgelar antigen (H) yang
terdiri dari protein, dan envelope antigen (Vi) yang terdiri dari polisakarida.
III. Patogenesis
mulut. Bakteri akan melewati lambung dengan suasana asam (pH < 2). Sebagian
bakteri akan tereliminasi dan sebagian bakteri masih hidup. Bakteri yang masih hidup
akan menuju usus halus dan melekat pada sel mukosa dan menembus dinding jejunum
dan ileum melewati sel M melalui enterosit atau rute paraselular. Sel M berada diatas
jaringan limfoid.
Bakteri dapat masuk ke dalam sistem peredaran darah emnuju organ. Proses tersebut
disebut bakteremia primer yang tidak menimbulkan gejala dan kultur darah
Dalam folikel limfe bakteri akan difagosit oleh sel fagosit mononuklear,
namun bakteri dapat bermultiplikasi dalam sel fagosit tersebut. Hal tersebut
diakibatkan virulensi yang dikode oleh regulon pho P. Antigen Vi pada kapsul
Bakteri akan keluar dari habitatnya setelah melalui periode inkubasi. Bakteri
Bakteremia sekunder akan memunculkan gejala dan tanda sebagai akhir dari masa
inkubasi. Vesika felea rentan terinfeksi, multiplikasi pada vesika felea menghasilkan
jumlah salmonella yang besar dan dapat mencapai usus melalui empedu.
Masa inkubasi demam tifoid rata-rata 10-14 hari, tergantung pada inoculum
yang tertelan. Gejala demam tifoid berupa demam yang memiliki gambaran step
ladder temperature chart yang naik secara bertahap tiap harinya dan mencapai
puncaknya pada minggu pertama. Demam dirasakan terutama saat sore dan malam
hari.
18
Gejala sistemik yang dapat ditimbulkan adalah nyeri kepala, malaise,
anoreksia, nausea, myalgia, nyeri perut dan radang tenggorokan. Demam tifoid dapat
menyebabkan syok hipovolemik akibat kurang asupan cairan dan makanan. Gejala
gastrointestinal yang dapat ditimbulkan adalah diare, obstipasi atau obstipasi yang
disusul diare.
tingginya demam, lidah kotor dengan warna putih di tengah dan hiperemis pada
V. Diagnosis
Salmonella typhi. Sampai saat ini pemeriksaan empedu merupakan pemeriksaan baku
akibat kehilangan darah dari usus atau penekanan sumsum tulang. Leukopeni sering
ditemukan pada minggu pertama atau kedua, namun tidak dibawah 2500 sel/mm3.
Pada dua minggu pertama isolasi S. typhi dilakukan pada darah, biakan tinja
dan urin positif setelah minggu pertama, biakan pada sumsum tulang positif pada
stadium akhir. Uji serologi dapat dilakukan, yaitu uji serologi Widal yang
memeriksakan antibody aglutinasi terhadar antigen somatik (O), flagella (H). Titer O
meningkat di hari ke 6-8, aglutinin >1/200 atau kenaikan lebih dari empat kali dapat
menjukkan nilai positif terinfeksi demam tifoid, dengan catatan 8 bulan terakhir tidak
19
mendapat vaksinasi atau baru sembuh dari demam tifoid. Titer aglutinin O memiliki
nilai diagnostic yang penting untuk demam tifoid. Titer aglutinin H dikaitkan dengan
pasca imunisasi atau infeksi masa lampau dan meningkat pada hari ke 10-12.
spesifisitas hampir 100%. Pemeriksaan serologi dianggap positif kuat jika nilai
mencapai 6. IgG bertahan selama 6 bulan dan IgM bertahan selama 3 bulan, maka
interpretasi serologi positif harus dilakukan secara hati-hati pada tersangka demam
merupakan pemeriksaan whole blood culture dilakukan dalam waktu 8 jam dan
biakan darah yang dilakukan dalam waktu 5-7 hari. Sampai saat ini pemeriksan yang
20
Table 1. Perbandingan pemeriksaanpenunjang untuk demam tifoid
VII. Tatalaksana
21
Tatalaksana demam tifoid berupa tirah baring, isolasi yang emadai,
digunakan adalah
1. Kloramfenikol
karier
2. Ampisilin
kloramfenikol
3. Amoksisilin
generasi ke tiga
22
VIII. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh demam tifoid adalah perforasi usus
halus. Peritonitis disebabkan oleh lesi radang yang menembus tunika muskularis dan
serosa usus.Penyulit dapat muncul pada minggu ke-3 sakit. Komplikasi didahului
dengan penurunan suhu, tekanan darah dan peningkatan frekuensi nadi. Perforasi
ditandai dengan nyeri abdomen kuadran kanan bawah, muntah, nyeri pada perabaan
abdomen, defance muscular, hilangnya keredupan hepar dan tanda peritonitis lain.
trombosis serebral, afasia, ataksia serebral akut, tuli, ielitis transversal, neuritis
23
BAB III
ANALISIS KASUS
An. MZ usia 8 tahun 3 bulan mengalami demam sejak 5 hari sebelum masuk
rumah sakit. Demam dirasakan terus menerus dan semakin hari dirasakan semakin
demam. Demam muncul hilang timbul, terutama pada saat sore hari menjelang
malam. Pasien juga mengeluhkan BAB cair satu kali pada pagi hari sebanyak kurang
lebih satu per empat aqua gelas. Pemeriksaan fisik didapatkan suhu 39.8ºC, coated
tongue (+), nyeri tekan abdomen pada regio epigastrium dan iliaca dextra.
Hal ini sesuai dengan kepustakaan Infeksi dan Pediatri Tropis yang
menyebutkan Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik yang bersifat akut
disebabkan oleh Salmonella typhi. Pada kasus diatas dikatakan bahwa pasien demam.
Karakteristik demam yang ditimbulkan pada kasus tersebut adalah terus menerus dan
semakin lama semakin demam, demam terutama dirasakan sore hari menjelang
malam hari. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik demam tifoid, yaitu step ladder
temperature chart yang demamnya naik secara bertahap setiap harinya dan mencapai
dan pada pemeriksaan status generalis ditemukan coated tongue dan nyeri tekan pada
24
Pemeriksaan laboratorium didapatkan LED dan neutrofil segmen
meningkat, MCV dan limfosit menurun, tes widal Salmonella typhose O (+) 1/320.
Pada kepustakaan Infeksi dan Pediatri Tropis yang menyebutkan peningkatan titer O
teori yang menyebutkan bahwa lini pertama antibiotik pada demam tifoid adalah
10-14 hari. Ceftriaxone atau sefalosporin generasi ke-3 diberikan jika pada strain yang
resisten. Pada kasus ini pasien tidak terbukti memiliki bakteri yang resisten terhadap
Kloramfenikol.
Lalu untuk tatalaksana selama perawatan di rawat inap rumah sakit diberikan
Anti piretik yaitu sanmol untuk menurunkan suhu demam pasien. Diberikan sesuai
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Soedarmo SS, Garna H, Hadinegoro SR, Satari HI. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis.
Edisi kedua. Jakarta: IDAI; 2012
4. Bhutta Z. Thypoid Fever: Current Concepts. Lippincot Williams & Wilkins Journal 2006;
14:266-72
26