1
Cahaya Bintang Kehidupan
2
Cahaya Bintang Kehidupan
3
Cahaya Bintang Kehidupan
4
Cahaya Bintang Kehidupan
5
Cahaya Bintang Kehidupan
6
Cahaya Bintang Kehidupan
“Maaf sat, aku kemarin tidak memberi tahu mu. Aku kemarin
pergi menemui pak Amran (Wakil kesiswaan sekaligus pembina
ekskul kesenian disekolah), aku menemui pak Amran untuk
menanyakan soal anggaran yang diambil pak Amran untuk
pelatihan kesenian bulan lalu, karena setelah aku lihat
dan diskusi dengan pak Bima (Pembina OSIS) ternyata
anggaran itu ada yang minus jadi aku pergi ke sana untuk
minta penjelasan, dan aku rasa kamu tahu kan kalau
anggarannya minus apa akibatnya.” Jawabku sambil
menjelaskan ke Satria.
“Apa hasilnya Ina?” saut Alfa. Alfa adalah pengawas OSIS
disekolah. Alfa anaknya terkadang tegas, baik dan pintar
dalam berorganisasi.
“Hasilnya aneh, pak Amran tidak mau mengakui kalau dia yang
mengambil anggaran untuk kesenian, padahal jelas – jelas
di kuitansi itu pak Amran yang tanda tangan, sepertinya
ada pembocoran anggaran.” Kataku.
“Apa? Kamu langsung mengusut perkara ini sendirian, Ina
kamu bisa nggak sih kasih tahu kami dulu kalau ada apa –
apa, ini masalah besar Ina.” Potong Satria dari pembicaraan
ku tadi.
“Benar, apa yang dibilang Satria, seharunya kemarin kamu
harus koordinasi ke kami dulu, dan kita sama – sama
menyelesaikan masalah itu.” Kata Alfa dengan nadanya yang
tenang.
“Aku sudah beberapa kali mencoba memberi tahu kalian
tentang masalah ini, Tapi apa? Kalian sibuk dengan jabatan
kalian masing – masing. Aku juga bingung mau ngomong sama
kalian tentang masalah ini.” Jawabku dengan sedikit emosi.
Mendengar kata-kataku mereka terdiam, tanpa berkata apa-
apa lagi aku pergi meninggalkan mereka dan seisi kelas,
7
Cahaya Bintang Kehidupan
aku bingung apa yang harus aku lakukan saat ini, aku pusing
dengan semua persoalan organisasi saat ini. Aku pergi ke
perpustakaan dan mengambil salah satu buku pelajaran dan
membacanya untuk menenangkan pikiranku.
Tet. . . .tet . . . .
Tet. . . .tet. . . . .
Bel berbunyi aku masuk kembali ke kelas dan belajar seperti
biasa. Saat ini aku mempunyai prinsip bahwa aku harus lebih
mementingkan belajar daripada yang lainnya.
Dan teman-teman sekelasku yang ikut dalam organisasi juga
mengerti akan hal itu, jadi dalam belajar mereka tidak
pernah mengatakan soal apapun yang berhubungan dengan
organisasi, karena saat belajar, artinya melupakan semua
masalah dan hanya terfokus dengan pelajaran yang sedang
dipelajari.
Sudah berkisar lima hari berlalu sejak kejadian panas
antara aku, Satria, dan Alfa. Tetapi kami masih tetap
terdiam dengan pendapat yang ada dipikiran masing-masing.
Saat istirahat pertama terdengar suara sepatu berjalan
dengan keras mendekati kelasku.
“Kamu, Ina, langsung ke ruangan saya sekarang!” Kata pak
Amran dengan nada marah dan menunjuk kearahku. Sesaat aku
terdiam dan dengan sekejap menuruti perintah pak Amran.
“Ina,,,Ina ka,,,” belum sempat Alfa menyelesaikan kata-
katanya aku sudah pergi meninggalkan kelas tanpa
mendengarkan kelanjutan perkataan Alfa.
Di perjalanan ke ruang pak Amran aku berjalan lambat
sambil memikirkan apa yang harus aku katakan di depan
beliau. Aku takut untuk menghadap pak Amran terlebih lagi
kalau harus mengingat masalah pembocoran anggaran dana
kemarin, aku bingung.
Tidak terasa aku sudah sampai didepan pintu ruangan pak
Amran. Sambil menarik nafas aku masuk dan duduk didepan
kursi yang telah disediakan oleh pak Amran.
8
Cahaya Bintang Kehidupan
9
Cahaya Bintang Kehidupan
10
Cahaya Bintang Kehidupan
“Kring...kring...kring...”
Mataku terbuka saat mendengar suara itu, aku melihat jam
di handphoneku sudah menunjukkan pukul 05.00. Aku bergegas
melakukan aktivitas pagiku seperti biasanya. Setelah
selesai aku pergi berangkat sekolah. Sekarang sekolah
bagiku adalah tempat yang sangat menyeramkan.
Sesampainya disekolah aku masuk kedalam kelas dan
meletakkan tas ku ditempat duduk, saat aku ingin duduk aku
melihat lembaran kertas diatasi meja dengan tanda tangan
dan cap diatasnya. Baru sekilas aku melihat kertas itu aku
sudah tahu itu surat apa. Saat itu aku sangat lega karena
surat permohonan untuk mengundurkan diri dari OSIS terwujud
dan mulai sekarang aku bukan lagi anggota OSIS.
“Ina, aku harap kamu pertimbangkan hal ini baik – baik.
Ini bukan jalan yang membuat tuntas masalah yang sedang
kamu hadapi. Ini hanya akan membuat kamu senang sesaat saya
Ina, kamu juga harus pertimbangkan Satria, kemarin dia
dimarahi habis – habisan oleh pak Harto. Kamu gak tahu itu
kan Ina.” Kata Alfa.
Mendengar kata – kata itu aku terdiam sekaligus terkejut.
“Itu urusan kalian, sekarang aku sudah bukan anggota OSIS
lagi jadi tidak ada hubungannya dengan ku.” Jawabku dengan
kata – kata egois.
Jujur, sebenarnya aku tidak mau mengatakan itu kepada Alfa,
tetapi aku bingung harus berkata apalagi. Mendengar
perkataan ku tadi Alfa pergi meninggalkanku dengan tatapan
tajam. Setelah kejadian itu aku, Satria, Alfa dan anak OSIS
lainnya tidak pernah berhubungan lagi. Teman – teman juga
tidak pernah mengatakan atau menanyakan tentang OSIS di
depanku lagi.
11
Cahaya Bintang Kehidupan
12
Cahaya Bintang Kehidupan
13
Cahaya Bintang Kehidupan
03. Keberhasilanku
14
4
Cahaya Bintang Kehidupan
-TAMAT-
15