Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN AUTISME

Fasilitator:
Lilis Maghfuroh, S.Kep., Ns., M.Kes

Di susun oleh:
Kelompok 13
1.Devi Yuniarti (1702012333)
2.Evida Wakhid (1702012338)
3.M. Syamsul Hadi (1702012353)

5A KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas keperawatan anak II
dengan judul “asuhan keperawatan pada anak dengan Autisme ”
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai media, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu
kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu saya dalam pembuatan makalah ini dan dapat selesai tepat pada waktuya.

Semoga makalah ini memberikan informasi pengetahuan bagi pembaca dan


bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.

Lamongan, 01 Desember 2019

Penyusun,
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam pendidikan kita banyak mengenal macam-macam anak berkebutuhan
khusus. Salah satunya adalah anak Autis. Anak autis juga merupakan pribadi individu
yang harus diberi pendidikan baik itu keterampilan, maupun secara akademik.
Permasalah yang dilapangan terkadang setiap orang tidak mengetahui tentang anak
autis tersebut. Oleh karena itu kita harus kaji lebih dalam tentang anak autis, dalam
pengkajian tersebut kita butuh banyak informasi mengenai siapa anak autis, penyebab
dan lainnya. Dengan adanya bantuan baik itu pendidikan secara umum. Dalam
masyarakat nantinya anak-anak tersebut dapat lebih mandiri dan anak-anak tersebut
dapat mengembangkan potensi yang ada dan dimilikinya yang selama ini terpendam
karena ia belum bisa mandiri. Oleh karena itu, makala ini nantinya dapat membantu
kita mengetahui anak autis tersebut.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud anak autis?
2. Apa yang menyebabkan anak autis?
3. Apa saja tanda dan gejala pada anak autis?
4. Bagaimana patofisiologis anak autis?
5. Bagaimana terjadinya autis?
6. Apa saja manifestasi klinis anak autis?
7. Apa saja penatalaksanaan anak autis?

1.3 Tujuan
1. Pengertian anak autis
2. Etiologi (penyebab) autis
3. Tanda dan gejala autis
4. Patofisiologis autis
5. Pathway autis
6. Pemeriksaan penunjang autis
7. Penatalaksanaan autis
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk melatih dan
menambah pengetahuan tentang anak autis. Dan diharapkan agar mahasiswa/mahasiswi
dapat membuat asuhan keperawatan anak autis. Disamping itu juga sebagai syarat dari
tugas mata kuliah keperawatan anak.
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Autisme

Kata autisme berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu
‘aut’yang berarti ‘diri sendiri’ dan ‘ism’ yang secara tidak langsung menyatakan
‘orientasi atau arah atau keadaan (state). Pengertian ini menunjuk pada bagaimana
anak-anak autis gagal bertindak dengan minat pada orang lain, tetapi kehilangan
beberapa penonjolan perilaku mereka.Ini, tidak membantu orang lain untuk
memahami seperti apa dunia mereka. Sudah sejak tahun 1938, sebenarnya dr. Leo
Keanner (seorang dokter spesialispenyakit jiwa)melaporkan bahwa dia telah
mendiagnosa dan mengobati pasien dengan sindroma autisme yang dia sebut infantile
autisme. Untuk menghormatinya autisme juga disebut dengan sindroma keanner.
Dengan gejala tidak mampu bersosialisasi, megalami kesulitan menggunakan bahasa,
berperilaku berulang-ulang, serta bereaksi tidak biasa terhadap rangsangan sekitar.

Menurut Rachmawati (dalam Setiafitri, 2014), autis merupakan kelainan


perilaku dimana penderita hanya tertarik pada aktivitas mentalnya sendiri, seperti
melamun atau berkhayal. Gangguan perilakunya dapat berupa kurangnya interaksi
sosial, penghindaran kontak mata, kesulitan dalam mengembangkan bahasa, dan
pengulangan tingkah laku. Autisme bukan suatu gejala penyakit tetapi berupa
sindroma (kumpulan gejala) dimana terjadi penyimpangan perkembangan sosial,
kemampuan berbahasa dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Sehingga anak
autisme seperti hidup dalam dunianya sendiri. Dengan kata lain pada anak autisme
terjadi kelainan emosi, intelektual dan kemauan (gangguan pervasive). Autisme
merupakan suatu keadaaan dimana seorang anak berbuat semaunya sendiri baik cara
berpikir maupun berperilaku. Keadaan ini mulai terjadi sejak usia masih kecil
biasanya sekitar usia 2-3 tahun.Autisme bisa mengenai siapa saja, baik yang sosio
ekonomi mapan maupun kurang, anak maupun dewasa, dan semua etnis.

2.2 Etiologi
Faktor penyebab atuisme masih terus dicari dan masih dalam penelitian parah
ahli. Beberapa teori terakhir mengatakan bahwa faktor genetika (keturunan
memegang peranan penting dalam proses terjadinya autisme.
A. Faktor Genetik
Lebih kurang 20% dari kasus-kasus autisme disebabkan oleh faktor
genetik. Penyakit genetik yang sering dihubungkan dengan autisme adalah
tuberous sclerosis (17-58%) dan sindrom fragile X (20-30%). Disebut fragile-X
karena secara sitogenetik penyakit ini ditandai oleh adanya kerapuhan (fragile) X
4. Sindrome fragile X merupakan penyakit yang diwariskan secara X-linked (X
terangkai) yaitu melalui kromosome X. Pola penurunannya tidak umum, yaitu
tidak seperti penyakit dengan pewarisan X-linked lainnya, karena tidak bisa
digolingkan sebagai dominan atau resesi, laki-laki dan perempuan dapat menjadi
penderita maupun pembawa sifat (carrier). (Dr. Sultana MH Faradz, Ph.D, 2003)
B. Ganguan pada Sistem Syaraf
Banyak penelitian yang melaporkan bahwa anak autis memiliki kelainan
pada hampir semua struktur otak. Tetapi kelainan yang paling konsisten adalah
pada otak kecil. Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel purkinye di
otak kecil pada autisme. Otak kecil berfungsi mengontrol fungsi luhur dan
kegiatan motorik, juga sebagai sirkuit yang mengatur perhatian dan pengindraan.
Jika sirkuit ini rusak atau terganggu maka akan mengganggu fungsi bagian lain
dari sistem saraf pusat, seperti misalnya sistem limbik yang mengatur emosi dan
perilaku.
C. Ketidakseimbangan Kimiawi
Beberapa peneliti menemukan sejumlah kecil dari gejala autistik
berhubungan dengan makanan atau kekurangan kimiawi di badan. Alergi terhadap
makanan tertentu, seperti bahan-bahan yang mengandung susu, tepung gandum,
daging, gula, bahan pengawet, penyedap rasa, bahan pewarna, dan ragi. Untuk
memastikan pernyataan tersebut, dalam tahun 2000 sampai 2001 telah dilakukan
pemeriksaan terhadap 120 orang anak yang memenuhi kriteria gangguan autisme
menurut DSM IV. Rentang umur antara 1 – 10.tahun, dari 120 orang itu 97 adalah
anak laki-laki dan 23 orang adalah anak perempuan. Dari hasil pemeriksaan
diperoleh bahwa anak anak ini mengalami gangguan metabolisme yang kompleks,
dan setelah dilakukan pemeriksaan untuk alergi, ternyata dari 120 orang anak
yang diperiksa: 100 anak (83,33%) menderita alergi susu sapi, gluten dan
makanan lain, 18 anak (15%) alergi terhadap susu dan makanan lain, 2 orang anak
(1,66 %) alergi terhadap gluten dan makanan lain. (Dr. Melly Budiman, SpKJ,
2003). Penelitian lain menghubungkan autism dengan ketidakseimbangan
hormonal, peningkatan kadar dari bahan kimiawi tertentu di otak, seperti opioid,
yang menurunkan persepsi nyeri dan motivasi.
D. Kemungkinan Lain
Autisme juga diduga dapat disebabkan oleh virus, seperti rubella, toxo,
herpes, jamur, nutrisi yang buruk, pendarahan dan keracunan makanan pada masa
kehamilan yang dapat menghambat pertuimbuhan sel otak yang menyebabkan
fungsi otak bayi yang dikandung terganggu terutama fungsi pemahaman
komunikasi dan interaksi (Depdiknas, 2002). Kemungkinan yang lain adalah
faktor psikologis, karena kesibukan orang tuanya sehingga tidak memiliki waktu
untuk berkomunikasi dengan anak, atau anak tidak pernah diajak berbicara sejak
kecil, itu juga dapat menyebabkan anak menderita autisme.

2.3 Tanda Dan Gejala


Penyebab kelainan ini masih belum diketahui secara pasti dan masih dalam
tahap penelitian, tetapi dalam beberapa asumsi menyatakan bahwa penyebab dan
faktor pencetus autisme dapat berasal, dari (Dr. Melly Budhiman, 2002) :
a. Lingkungan yang terpapar oleh organisme atau bahan beracun seperti virus,
jamur, rubella, herpes toxoplasma dalam vaksin imunisasi MMR (Mums, Measles,
Rubella), zat aditif yaitu MSG, pewarna, ethil mercury (Thimerosal) dalam
pengawetmakanan, serta beberapa logam berat seperti Arsen (As), Cadmium (Cd),
Raksa (Hg), Timbal (Pb), alergi berat, obat-obatan, jamu peluntur, muntah hebat,
perdarahan berat.
b. Adanya gangguan pencernaan dan radang dinding usus karena alergi
sehingga terjadi ketidak sempurnaan pencernaan kasein dan gluten.
c. Kelainan otak organik, hal ini dimungkinkan karena adanya kelainan SSP yaitu
jumlah serat Purkinje Cerebellum yang diikuti oleh dampak menurunnya jumlah
serotonin sehingga jumlah rangsang informasi antar otak menurun. Pada struktur
sistem limbik otak yang mengatur emosi juga mengalami kelainan.
d. Faktor genesis atau keturunan (yang diperkirakan menjadi penyebabutama) dan
kelainan gen yang dapat menyebabkan gangguan proses sekresi logam berat dari
tubuh yang dapat berdampak pada keracunan otak. Hal ini dapat menjadi pencetus
autisme jika ada faktor pemicu lain yang ikut berperan.
Faktor pemicu lain yang berperan dalam timbulnya gejala Autisme adalah:
a. Kelainan Otak Organik
Bagian otak yang mengalami kelainan adalah :
1) Lobus Parietalis otak, yang menyebabkan anak cuek terhadap lingkungannya.
2) Otak kecil (cerebellum) pada lobus VI dan VII yang bertanggung jawab pada
proses sensoris, daya ingat, berpikir, belajar berbahasa dan proses atensi
(perhatian). Juga didapatkan jumlah sel purkinje di otak kecil yang sangat
sedikit, sehingga terjadi gangguan keseimbangan serotonin dan dopamin, lalu
terjadi kekacauan impuls di otak.
3) Sistem Limbik yang disebut hippocampus dan amygdala, yang mengganggu
fungsi kontrol terhadap agresi dan emosi. Amygdala bertanggung jawab
terhadap berbagai rangsang sensoris, Hippocampus bertanggung jawab
terhadap fungsi belajar dan daya ingat, sehingga terjadilah kesulitan
menyimpan informasi baru.
b. Faktor Genetika
Diperkirakan adanya kelainan kromosom pada anak autisme.
c. Gangguan Kehamilan dan Kelahiran
1) Gangguan pada ibu saat kehamilan semester pertama. Faktor pemicunya
adalah: infeksi (toksoplasmosis, rubella, candida), logam berat (Pb, Al, Hg,
Cd), zat aditif (MSG, pengawet, pewarna), alergi berat, obat-obatan, jamu
peluntur, hiperemesis dan perdarahan hebat.
2) Kelahiran yang lama (partus lama) dimana terjadi gangguan nutrisi dan
oksigenasi pada janin serta pemakaian forcep.
d. Lingkungan
Terjadi sesudah lahir yaitu infeksi ringan-berat pada bayi oleh karena
imunisasi MMR dan Hepatitis B (masih kontroversi), logam berat, zat pewarna
dan pengawet, protein susu sapi (kasein), protein tepung terigu (gluten), infeksi
jamur akibat pemakaian antibiotik yang berlebihan.
e. Gejala
Perilaku autisme dapat digolongkan dalam 2 jenis :
1) Eksesif (berlebihan) misalnya hiperaktif, tantrum, menjerit, mengepak,
menggigit, mencakar, memukul, sering terjadi self abuse.
2) Defisit (kekurangan) misalnya gangguan bicara, perilaku sosial kurang sesuai,
defisit sensori, emosi tidak tepat (tertawa tanpa sebab, menangis tanpa sebab
dan melamun).
Umumnya penderita autis infantil memperlihatkan pertumbuhan fisik yang
wajar dan normal seperti pada tingkat kemampuan gerak (berjalan, merangkak,
berdiri), kemampuan bercakap-cakap, dan berinteraksi dengan lingkungannya. Anak
dengan autis juga dapat meniru beberapa lagu yang didengarkannya atau dapat
mengunakan panca indranya dengan normal dan luas ketika mengeksploraesi
lingkungannya. Walaupun terdapat kenormalan pada proses pertumbuhannya, pada
anak penderita autis didapati keterbatasan dalam memfungsikan organnya.
Misalnya:
a. Sulit berbicara (Aphasia), pada pertumbuhan anak normal didapati kelancaran
bicara pada usia 12-14 bulan.
b. Sulit menggerakkan badan karena gangguan saraf motorik (Apraxia).
c. Sulit menggerakkan otot (Athaxia).
d. Tangan terus bergerak dan tak terkendali (Athetoid).
e. Mengalami kesulitan membaca (Dyslexia).
f. Mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata atau kalimat yang sulit dan rumit
(Dyphasia).
g. Sulit menggerakkan kaki dan tangan (Dyskinesia) karena kekakuan otot kaki dan
tangan (Spastic) atau kelemasan otot kaki dan tangan (hipotonic) sehingga tak
mampu untuk mengembangkan kemampun duduk, berdiri, dan berjalan secara
mandiri. Pada pertumbuhan anak normal didapati kemampuan untuk berdiri
sendiri dan berjalan pada usia 6-18 bulan.
h. Terdapat kegagalan untuk memberikan respon terhadap rangsang nyeri sehingga
anak sering terlihat menyakiti diri sendiri.
i. Mungkin didapatkan adanya kelainan bentuk jari tangan dan kaki yang nantinya
juga dapat mempengaruhi perkembangan mental, kejiwaan, dan intelektual.

Anak autis dapat menunjukkan pertumbuhan fisik normal hingga sekitar usia 2
tahun setelah itu didapati penurunan kesehatan yang drastic, Kriteria DSM-IV
(Diagnostik dan Stastistikal Manual) autisme ,Harus ada sedikitnya 6 gejala dari 1,2
dan 3
a. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik. Minimal 2 gejala :
1) Tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai, kontak mata
kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak gerik kurang tertuju.
2) Tak bisa main dengan teman sebaya.
3) Tak dapat merasaka apa yang dirasa orang lain.
4) Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang timbal balik.
b. Gangguan kualitatif dalam komunikasi
1) Bicara terlambat / bahkan sama sekali tak berkembang (dan tidak ada usaha
untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara).
2) Bila bisa bicara tak dipakai untuk komunikasi.
3) Cara main kurang variatif, kurang imajinatif, kurang bisa meniru.
4) Menggunakan bahasa aneh dan diulang.
c. Suatu pola yang dipertahankan dan diulang dari perilaku, minat dan kegiatan
1) Pertahankan 1 minat atau lebih dengan cara yang khas dan berlebih.
2) Terpaku suatu kegiatan ritualistik/ rutinitas tidak berguna, menolak suatu
perubahan.
3) Gerakan aneh yang khas dan diulang.
4) Sering terpukau pada bagian benda.
d. Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan / gangguan dalam bidang :
1) Interaksi social
2) Bicara dan berbahasa
3) Cara bermain yang kurang variatif
e. Bukan disebabkan oleh Reff’s Syndrom.

2.4 Patofisiologi
Diperkirakan bahwa genetik merupakan penyebab utama dari autisme. Tapi
selain itu juga faktor lingkungan misal terinfeksi oleh bahan beracunyang akan
merusak struktur tubuh. Selain itu bahan-bahan kimia juga dapat menyebabkan
autisme.karena kita ketahui bahwa bila bahan tersebut masuk dalam tubuh akan
merusak pencernaan dan radang dinding usus karena alergi. Bahan racun masuk
melalui pembuluh darah yang bila tidak segera diatasi bisa menuju ke otak kemudian
bereaksi dengan endhorphin yang akan mengakibatkan perubahan perilaku. Anak
dengan autisme mengalami gangguan pada otaknya yang terjadi karena infeksi yang
disebabkan oleh jamur, logam berat, zat aditif, alergi berat,obat-obatan, kasein dan
gluten. Infeksi tersebut terjadi pada saat bayi dalam kandungan maupun setelah lahir.
Kelainan yang dialami anak autisme terjadi pada otak bagian lobus parietalis, otak
kecil (cerebellum) dan pada bagian sistem limbik. Kelainan ini menyebabkan anak
mengalami gangguan dalam berpikir, mengingat dan belajar berbahasa serta dalam
proses atensi. Sehingga anak dengan autisme kurang berespon terhadap berbagai
rangsang sensoris dan terjadilah kesulitan dalam menyimpan informasi baru.

2.5 Pathway

Ibu menyalahgunakan Genetika Trauma janin saat lahir


zat

Infeksi maternal Abnormalitas struktur


otak

Abnormalitas neurotransmiter

Fiksasi pada fase


prasimbiotik dari
perkembangan Ketidakacuhan pada
lingkungan
Tugas perkembangan
tidak terselesaikan
Mk : Resiko tinggi
mutilasi/mencederai
Deprivasi ibu diri
Stimulasi sensorik
yang tidak
terkontrol Ketidakmampuan
membedakan
Ketidakmampuan batasan-batasan tubuh
untuk mempercayai diri sendiri dengan
orang lain

Penolakan diri dari


diri

Penolakan & Tidak adanya orang Tingkat ansietas


Ketidakmampuan terdekat yang bertambah
berbicara

Kerusakan Gangguan konsep


3
Kerusakan interaksi sosial diri ( identifikasi
komunikasi verbal diri)
2.6 Manifestasi Klinis
1. Gangguan dalam komunikasi verbal maupun nonverbal
Meliputi kemampuan berbahasa dan mengalami keterlambatan atau sama
sekali tidak dapat bicara. Menggunakan kata-kata tanpa menghubungkannya dengan
arti yang lazim digunakan. Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan
hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat. Kata-katanya tidak dapat
dimengerti oleh orang lain. Tidak mengerti atau tidak menggunakan kata-kata dalam
konteks yang sesuai. Ekolalia (meniru atau membeo), meniru kata, kalimat atau lagu
tanpa tahu artinya. Bicara monoton seperti robot.
2. Gangguan dalam bidang interaksi sosial
Meliputi gangguan menolak atau menghindar untuk bertatap muka. Tidak
menoleh bila dipanggil, sehingga sering diduga tuli. Merasa tidak senang atau
menolak dipeluk. Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan orang yang terdekat
dan berharap orang tersebut melakukan sesuatu untuknnya. Tidak berbagi kesenangan
dengan orang lain. Saat bermain bila didekati malah menjauh.
3. Gangguan dalam bermain
Diantaranya bermain sangat monoton dan aneh, misalnya menderetkan sabun
menjadi satu deretan yang panjang, memutar bola pada mobil dan mengamati dengan
seksama dalam jangka waktu lama. Ada kedekatan dengan benda tertentu seperti
kertas, gambar, kartu atau guling, terus dipegang dibawa kemana saja dia pergi. Bila
senang satu mainan tidak mau mainan lainnya. Tidak menyukai boneka, gelang karet,
baterai atau benda lainnya. Tidak spontan, reflaks dan tidak berimajinasi dalam
bermain. Tidak dapat meniru tindakan temannya dan tidak dapat memulai permainan
yang bersifat pura-pura. Sering memperhatikan jarijarinya sendiri, kipas angin yang
berputar atau angin yang bergerak. Perilaku yang ritualistik sering terjadi, sulit
mengubah rutinitas sehari-hari, misalnya bila bermain harus melakukan urut-urutan
tertentu, bila bepergian harus melalui rute yang sama.
4. Gangguan perilaku
Dilihat dari gejala sering dianggap sebagi anak yang senang kerapian harus
menempatkan barang tertentu pada tempatnya. Anak dapat terlihat hiperaktif
misalnya bila masuk dalam rumah yang baru pertama kali ia datangi, ia akan
membuka semua pintu, berjalan kesana kemari dan berlari-lari tentu arah. Mengulang
suatu gerakan tertentu (menggerakkan tangannya seperti burung terbang). Ia juga
sering menyakiti dirinya sendiri seperti memukul kepala di dinding. Dapat menjadi
sangat hiperaktif atau sangat pasif (pendiam), duduk diam bengong denagn tatap mata
kosong. Marah tanpa alasan yang masuk akal. Amat sangat menaruh perhatian pada
satu benda, ide, aktifitas ataupun orang. Tidak dapat menunjukkan akal sehatnya.
Dapat sangat agresif ke orang lain atau dirinya sendiri. Gangguan kognitif tidur,
gangguan makan dan gangguan perilaku lainnya.
5. Gangguan perasaan dan emosi
Dapat dilihat dari perilaku tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah tanpa
sebab nyata. Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum), terutama bila tidak
mendapatkan sesuatu yang diinginkannya, bahkan bisa menjadi agresif dan merusak.
Tidak dapt berbagi perasaan (empati) dengan anak lain.
6. Gangguan dalam persepsi sensori
Meliputi perasaan sensitif terhadap cahaya (penglihata), pendengaran,
sentuhan, penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan sampai berat. Menggigit,
menjilat atau mencium mainan atau benda apa saja. Bila mendengar suara keras,
menutup telinga. Menangis setiap kali dicuci rambutnya. Merasakan tidak nyaman
bila diberi pakaian tertentu. Tidak menyukai pelukan, bila digendong sering merosot
atau melepaskan diri dari pelukan.
7. Intelegensi
Dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi secara
fungsional. Kecerdasan sering diukur melalui perkembangan nonverbal, karena
terdapat gangguan bahasa. Didapatkan IQ dibawah 70 dari 70% penderita, dan
dibawah 50 dari 50%. Namun sekitar 5% mempunyai IQ diatas 100. Anak autis sulit
melakukan tugas yang melibatkan pemikiran simbolis atau empati. Namun ada yang
mempunyai kemampuan yang menonjol di suatu bidang, misalnya matematika atau
kemampuan memori.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Diagnostik
Autisme sebagai spektrum gangguan maka gejala-gejalanya dapat menjadi
bukti dari berbagai kombinasi gangguan perkembangan. Bila tes-tes secara behavioral
maupun komunikasi tidak dapat mendeteksi adanya autisme, maka beberapa
instrumen screening yang saat ini telah berkembang dapat digunakan untuk
mendiagnosa autisme: Childhood Autism Rating Scale (CARS): skala peringkat
autisme masa kanak-kanak yang dibuat oleh Eric Schopler di awal tahun 1970 yang
didasarkan pada pengamatan perilaku. Alat menggunakan skala hingga 15; anak
dievaluasi berdasarkan hubungannya dengan orang, penggunaan gerakan tubuh,
adaptasi terhadap perubahan, kemampuan mendengar dan komunikasi verbal.
CARS adalah metode penilaian diagnostik yang menilai individu dalam skala
mulai dari normal hingga parah, dan menghasilkan skor komposit mulai dari non-autis
hingga autis ringan, autis sedang, atau autis parah. Skala ini digunakan untuk
mengamati dan menilai lima belas item secara subyektif.
1. Hubungan dengan orang. 9. Tanggapan dan penggunaan
2. Imitasi. rasa-bau-sentuhan.
3. Respons emosional. 10. Ketakutan dan kegugupan.
4. Tubuh. 11. Komunikasi lisan.
5. Penggunaan objek. 12. Komunikasi nonverbal.
6. Adaptasi terhadap perubahan. 13. Tingkat aktifitas.
7. Arespon visual. 14. Tingkat dan konsistensi respon
8. Respons mendengarkan. intelektual.
15. Tayangan umum.

The Checklis for Autism in Toddlers (CHAT): berupa daftar pemeriksaan


autisme pada masa balita yang digunakan untuk mendeteksi anak berumur 18 bulan,
dikembangkan oleh Simon Baron Cohen di awal tahun 1990-an.

CHAT (Checklist for Autism in Toddler)

A. Pertanyaan Untuk Orang tua


1. Apakah anak anda senang diayun-ayun, dilonjak-lonjakkan di lutut, dsb?
2. Apakah anak anda tertarik pada anak-anak lain?
3. Apakah anak anda suka memanjat berbagai hal, misalnya naik-turun tangga?
4. Apakah anak anda senang bermain cilukba, petak-umpet?
5. Apakah anak anda kadang bermain pura-pura, misalnya pura-pura membuat
teh menggunakan cangkir dan teko, atau bermain pura-pura yang lain?
6. Apakah anak kadang menunjuk dengan telunjuknya, untuk meminta sesuatu?
7. Apakah anak kadang menunjuk dengan telunjuknya, untuk menyatakan
ketertarikannya pada sesuatu?
8. Apakah anak anda bermain dengan benar/sesuai terhadap mainan-mainan kecil
(misalnya mobil-mobilan, balok lego) bukannya sekedar menggigiti,
mengacak-acak atau membuang-buang mainan?
9. Apakah anak anda kadang membawa dan memamerkan/mempertunjukkan
berbagai benda ke anda?
2. Pemeriksaan Autis
Menurut IDAI, anak harus melakukan skrining di usia 9 bulan, 18 bulan,
dan 24 atau 30 bulan. Ia juga harus menjalani skrining tambahan jika ia lahir
prematur, memiliki berat lahir yang ringan, atau mengalami masalah lainnya.
3. Pemeriksaan Di Ruang Praktek Dokter:
Penggunaan CHAT di ruang praktek dokter membutuhkan waktu tidak
sampai 5 menit, namun sangat efektif dalam memprediksi kemungkinan seorang
anak usia 18-24 bulan sebagai autisme, PDD, Asperger dan sindrom
perkembangan lainnya.

Terdapat 5 bagian/tahapan pada CHAT.

a. Bagian Tahap Pertama: Saat bertemu dengan anak, apakah anak melakukan
kontak mata?
b. Bagian Tahap Kedua : Tarik perhatian anak, kemudian tunjuk ke benda yang
menarik di seberang (bagian lain dari) ruangan, kemudian katakan “Wah/eh
lihat (tuh/itu), ada .......... (sebutkan nama suatu mainan)!” Perhatikan wajah
anak, apakah anak melihat ke arah benda yang ditunjuk?
c. Bagian Tahap Ketiga : Tarik perhatian anak, kemudian berikan miniatur
gelas/cangkir dan teko mainan, dan katakan “Bisa buat teh tidaaak...?” /
“Coba buat teeeh...”. Bisa juga diganti dengan hal lainnya, misalnya gelas
dan teko/ceret, dan katakan “Bisa tuang(in) air tidaaak...?” / “Minta air
dooong...” (sambil menyodorkan gelas ke arah teko). Perhatikan apakah anak
melakukan seakan-akan menuangkan teh/air, kemudian meminumnya, dlsb?
d. Bagian Tahap Keempat : Katakan kepada anak “(Coba) Tunjuk lampu...” /
“Lampu manaaa...” / “Mana lampuuu...”. Perhatikan apakah anak menunjuk
ke arah lampu?
e. Bagian Tahap Kelima, apakah anak mampu menyusun balok mainan (ump.
Lego)? Jika ya, berapa banyak tumpukannya?
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan skrining CHAT ini,
yaitu sebagai berikut: Sebelum memberikan pertanyaan/instruksi, pastikan
terlebih dahulu bahwa anak melihat ke kita. Pada tahap kedua tersebut,
merupakan pertanyaan yang penting sebagai indikasi ada tidaknya ciri autistik.
Namun hal yang perlu diperhatikan yaitu pastikan bahwa anak memang benar-
benar melihat benda yang kita tunjuk di seberang ruangan, bukannya anak hanya
sekedar melihat ke tangan kita. Pada bagian ketiga tersebut di atas, bisa diganti
dengan permainan pura-pura (pura-pura bermain/memainkan) hal yang lainnya.
Pada bagian keempat tersebut, bisa diganti dengan misalnya “Mana beruang/
kelinci/bebek/dll?” ataupun berbagai benda lainnya yang di luar jangkauan kita
maupun anak. Anak tidak mampu melakukan kelima hal tersebut di atas, maka
itu berarti bahwa besar kemungkinannya anak tersebut mengalami/menyandang
autisme. Jika anak tidak mampu melakukan 3 dari 5 hal tersebut di atas, maka
anak tersebut mungkin autistik. Setiap anak yang gagal dalam tes ini, bisa dicoba
dilakukan tes ulang pada kunjungan berikut 1 bulan kemudian. Namun
berdasarkan fakta bahwa kunci keberhasilan penanganan autisme adalah
intervensi dini, serta semakin dini semakin baik, maka lebih bijaksanalah jika
tidak dilakukan penundaan perujukan berupa pemeriksaan ulang 1 bulan
kemudian

The Autism Screening Questionare: adalah daftar pertanyaan yang


terdiri dari 40 skala item yang digunakan pada anak dia atas usia 4 tahun untuk
mengevaluasi kemampuan komunikasi dan sosial mereka. Autism Spectrum
Screening Questionnaire ( ASSQ ) dikembangkan untuk menilai prevalensi
Sindrom Asperger dan Autism Spectrum Disorder yang berfungsi tinggi.

Anak ini sangat berbeda dari anak-anak lain seusianya dengan cara berikut:

Tidak

Agak

Iya nih

1. Kuno atau dewasa sebelum waktunya.


2. Dianggap sebagai "profesor eksentrik" oleh anak-anak lain.
3. Hidup agak di dunianya sendiri dengan minat intelektual istimewa yang
terbatas.
4. Mengumpulkan fakta tentang subyek tertentu (memori hafalan yang baik)
tetapi tidak benar-benar mengerti artinya memiliki pemahaman literal bahasa
ambigu dan metaforis.
5. Memiliki gaya komunikasi yang menyimpang dengan bahasa formal, rewel,
kuno atau "robotlike".
6. Menciptakan kata-kata dan ungkapan idiosinkratik.
7. Memiliki suara atau ucapan yang berbeda.
8. Mengekspresikan suara tanpa sadar; membersihkan tenggorokan, mendengus,
memukul, menangis atau menjerit.
9. Secara mengejutkan bagus dalam beberapa hal dan mengejutkan buruk dalam
hal lain /.
10. Menggunakan bahasa secara bebas tetapi gagal melakukan penyesuaian agar
sesuai dengan konteks sosial atau kebutuhan pendengar yang berbeda.
11. Kurang empati .
12. Membuat komentar naif dan memalukan.
13. Memiliki gaya pandangan yang menyimpang.
14. Ingin bersosialisasi tetapi gagal menjalin hubungan dengan teman sebaya.
15. Bisa bersama anak-anak lain tetapi hanya dengan persyaratannya.
16. Tidak memiliki sahabat, idak memiliki akal sehat.
17. Buruk dalam permainan: tidak ada ide untuk bekerja sama dalam tim,
mencetak “gol bunuh diri”.
18. Memiliki gerakan atau gerakan yang canggung, tidak terkoordinasi, canggung,
canggung.
19. Memiliki gerakan wajah atau tubuh yang tidak disengaj.
20. Memiliki kesulitan dalam menyelesaikan kegiatan sehari-hari yang sederhana
karena pengulangan tindakan atau pikiran tertentu.
21. Mempunyai rutinitas khusus: menegaskan tidak ada perubahan.
22. Menunjukkan lampiran istimewa ke objek
23. Diganggu oleh anak-anak lain.
24. Postur tubuhnya sangat tidak biasa
The Screening Test for Autism in Two-Years Old: tes screeningautisme
bagi anak usia 2 tahun yang dikembangkan oleh Wendy Stone di Vanderbilt
didasarkan pada 3 bidang kemampuan anak, yaitu; bermain, imitasi motor dan
konsentrasi. Alat Skrining untuk Autisme pada Balita dan Anak Kecil (STAT).
Alat Skrining untuk Autisme pada Balita dan Anak Kecil (STAT) adalah alat
skrining yang dirancang untuk mengidentifikasi anak-anak antara 24 dan 36 bulan
yang mungkin berada dalam spektrum autisme. STAT dirancang untuk digunakan
oleh penyedia layanan masyarakat yang bekerja dengan anak-anak dalam
pengaturan penilaian atau intervensi dan yang memiliki pengalaman dengan
autisme. STAT menilai perilaku sosial dan komunikatif utama termasuk meniru,
bermain, meminta, dan mengarahkan perhatian. STAT mengidentifikasi balita dan
anak kecil yang mungkin berada dalam spektrum autisme dan yang harus dirujuk
untuk evaluasi yang lebih lengkap. STAT dikembangkan oleh sejumlah
profesional yang terlibat dalam penilaian anak-anak pada spektrum autisme.

3 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan dibagi dua yaitu penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan


keperawatan.

1. PENATALAKSANAAN MEDIS

Kimia otak yang kadarnya abnormal pada penyandang autis adalah serotonin
5-hydroxytryptamine (5-HT), yaitu neurotransmiter atau penghantar sinyal di sel-sel
saraf. Sekitar 30-50 persen penyandang autis mempunyai kadar serotonin tinggi
dalam darah. Kadar norepinefrin, dopamin, dan serotonin 5-HT pada anak normal
dalam keadaan stabil dan saling berhubungan. Akan tetapi, tidak demikian pada
penyandang autis. Terapi psikofarmakologi tidak mengubah riwayat keadaan atau
perjalanan gangguan autistik, tetapi efektif mengurangi perilaku autistik seperti
hiperaktivitas, penarikan diri, stereotipik, menyakiti diri sendiri, agresivitas dan
gangguan tidur. Sejumlah observasi menyatakan, manipulasi terhadap sistem dopamin
dan serotonin dapat bermanfaat bagi pasien autis. Antipsikotik generasi baru, yaitu
antipsikotik atipikal, merupakan antagonis kuat terhadap reseptor serotonin 5-HT dan
dopamin tipe 2 (D2). Risperidone bisa digunakan sebagai antagonis reseptor dopamin
D2 dan serotonin 5-HT untuk mengurangi agresivitas, hiperaktivitas, dan tingkah laku
menyakiti diri sendiri. Olanzapine, digunakan karena mampu menghambat secara luas
pelbagai reseptor, olanzapine bisa mengurangi hiperaktivitas, gangguan bersosialisasi,
gangguan reaksi afektual (alam perasaan), gangguan respons sensori, gangguan
penggunaan bahasa, perilaku menyakiti diri sendiri, agresi, iritabilitas emosi atau
kemarahan, serta keadaan cemas dan depresi.

Untuk meningkatkan keterampilan sosial serta kegiatan sehari-hari,


penyandang autis perlu diterapi secara nonmedikamentosa yang melibatkan pelbagai
disiplin ilmu. Menurut dr Ika Widyawati SpKJ dari Bagian Ilmu Penyakit Jiwa FKUI,
antara lain terapi edukasi untuk meningkatkan interaksi sosial dan komunikasi, terapi
perilaku untuk mengendalikan perilaku yang mengganggu/membahayakan, terapi
wicara, terapi okupasi/fisik, sensori-integrasi yaitu pengorganisasian informasi lewat
semua indera, latihan integrasi pendengaran (AIT) untuk mengurangi hipersensitivitas
terhadap suara, intervensi keluarga, dan sebagainya. Untuk memperbaiki gangguan
saluran pencernaan yang bisa memperburuk kondisi dan gejala autis, dilakukan terapi
biomedis. Terapi itu meliputi pengaturan diet dengan menghindari zat-zat yang
menimbulkan alergi (kasein dan gluten), pemberian suplemen vitamin dan mineral,
serta pengobatan terhadap jamur dan bakteri yang berada di dinding usus.

Dengan berbagai terapi itu, diharapkan penyandang autis bisa menjalani hidup
sebagaimana anak-anak lain dan tumbuh menjadi orang dewasa yang mandiri dan
berprestasi

2. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
a. Terapi wicara : membantu anak melancarkan otot-otot mulut sehingga membantu
anak berbicara yang lebih baik.
b. Terapi okupasi : untuk melatih motorik halus anak
c. Terapi perilaku : anak autis seringkali merasa frustasi. Teman-temannya seringkali
tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya,
mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Maka tak
heran mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari
latar belakang dari perilaku negative tersebut dan mencari solusinya dengan
merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk
memperbaiki perilakunya.
d. Terapi bermain.
e. Terapi medikamentosa/obat-obatan (drug therapy).
f. Terapi melalui makan (diet therapy).
g. Auditory Integratoin Therapy.
h. Biomedical treatment/therapy.
i. Hydro Therapy.
j. Terapi musik.
BAB 3
KONSEP ASKEP

3.1 Pengkajian
1. Identitas Anak
Nama anak
Jenis kelamin Perempuan atau Laki-laki
Usia (Ciri-ciri autisme pada anak usia 1,5 tahun hingga 3 tahun.)
Pendidikan
Alamat
Pekerjaan
Suku bangsa
Tanggal,jam masuk RS, nomor registrasi
Diagnosis medis
2. Keluhan Utama

3. Riwayat Kesehatan Sekarang


Biasanya anak autis dikenal dengan kemampuan berbahasa, keterlambatan
atau sama sekali tidak dapat bicara. Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat, tidak senang atau
menolak dipeluk. Saat bermain bila didekati akan menjauh. Ada kedekatan dengan
benda tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau guling, terus dipegang dibawa
kemana saja dia pergi. Bila senang satu mainan tidak mau mainan lainnya. Sebagai
anak yang senang kerapian harus menempatkan barang tertentu pada tempatnya.
Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau bend apa saja. Bila mendengar suara
keras, menutup telinga. Didapatkan IQ dibawah 70 dari 70% penderita, dan dibawah
50 dari 50%. Namun sekitar 5% mempunyai IQ diatas 100.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Antenatal (masih dalam kandungan ) :
- Sering terpapar zat toksik, seperti timbal.
- Cidera otak
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit serupa dengan
klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau keturunan. Biasanya pada anak
autis ada riwayat penyakit keturunan.Penyakit keturunan tersebut bisa jadi dari
orang tua ataupun keluarga sebelumnya .
6. Faktor Psikososial
Menarik diri dan tidak responsif terhadap orang tua
Memiliki sikap menolak perubahan secara ekstrem
Keterikatan yang tidak pada tempatnya dengan objek
Perilaku menstimulasi diri
Pola tidur tidak teratur
Permainan stereotip
Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain
Tantrum yang sering
Peka terhadap suara-suara yang lembut bukan pada suatu pembicaraan
Kemampuan bertutur kata menurun
Menolak mengkonsumsi makanan yang tidak halu
7. Riwayat Tumbuh Kembang
Anak kurang merespon orang lain.
Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh.
Anak mengalami kesulitan dalam belajar.
Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal.
Keterbatasan kognitif.
8. Pola Kebiasaan Sehari-hari
9. Pengkajian Sistem
a.Pengkajian umum meliputi Kesadaran dan Tanda-tanda vital
b.Pengkajian fisik
10. Riwayat Imunisasi
Pasien umunya tidak menerima imunisasi lengkap.
Jadwal imunissasi
11. Cek Perkembangan Autis
CHAT (Checklist for Autism in Toddler)
A. Pertanyaan Untuk Orangtua
1. Apakah anak anda senang diayun-ayun, dilonjak-lonjakkan di lutut, dsb?
2. Apakah anak anda tertarik pada anak-anak lain?
3. Apakah anak anda suka memanjat berbagai hal, misalnya naik-turun tangga?
4. Apakah anak anda senang bermain cilukba, petak-umpet?
5. Apakah anak anda kadang bermain pura-pura, misalnya pura-pura membuat
tehmenggunakan cangkir dan teko, atau bermain pura-pura yang lain?
6. Apakah anak kadang menunjuk dengan telunjuknya, untuk meminta
sesuatu?
7. Apakah anak kadang menunjuk dengan telunjuknya, untuk
menyatakanketertarikannya pada sesuatu?
8. Apakah anak anda bermain dengan benar/sesuai terhadap mainan-mainan
kecil (misalnya mobil-mobilan, balok lego) bukannya sekedar menggigiti,
mengacak-acak atau membuang-buang mainan?
9. Apakah anak anda kadang membawa dan memamerkan/mempertunjukkan
berbagai benda ke anda?
CARS adalah metode penilaian diagnostik yang menilai individu dalam
skala mulai dari normal hingga parah, dan menghasilkan skor komposit mulai
dari non-autis hingga autis ringan, autis sedang, atau autis parah. Skala ini
digunakan untuk mengamati dan menilai lima belas item secara subyektif.
a) Hubungan dengan orang.
b) Imitasi.
c) Respons emosional.
d) Tubuh.
e) Penggunaan objek.
f) Adaptasi terhadap perubahan.
g) Respon visual.
h) Respons mendengarkan.
i) Tanggapan dan penggunaan rasa-bau-sentuhan.
j) Ketakutan dan kegugupan,.
k) Komunikasi lisan.
l) Komunikasi nonverbal.
m) Tingkat aktifitas.
n) Tingkat dan konsistensi respon intelektual.
o) Tayangan umum
Autism Spectrum Screening Questionnaire ( ASSQ ) dikembangkan
untuk menilaiprevalensi Sindrom Asperger dan Autism Spectrum Disorder yang
berfungsi tinggi.
Anak ini sangat berbeda dari anak-anak lain seusianya dengan cara berikut:
Tidak
Agak
Iya nih
1. Kuno atau dewasa sebelum waktunya.
2. Dianggap sebagai "profesor eksentrik" oleh anak-anak lain.
3. Hidup agak di dunianya sendiri dengan minat intelektual istimewa yang
terbatas.
4. Mengumpulkan fakta tentang subyek tertentu (memori hafalan yang baik)
tetapi tidak benar-benar mengerti artinya memiliki pemahaman literal bahasa
ambigu dan metaforis.
5. Memiliki gaya komunikasi yang menyimpang dengan bahasa formal, rewel,
kuno atau "robotlike", menciptakan kata-kata dan ungkapan idiosinkratik.
6. Memiliki suara atau ucapan yang berbeda, mengekspresikan suara tanpa
sadar; membersihkan tenggorokan, mendengus, memukul, menangis atau
menjerit.
7. Secara mengejutkan bagus dalam beberapa hal dan mengejutkan buruk
dalam hal lain.
8. Menggunakan bahasa secara bebas tetapi gagal melakukan penyesuaian agar
sesuai dengan konteks sosial atau kebutuhan pendengar yang berbeda.
9. Kurang empati.
10. Membuat komentar naif dan memalukan, memiliki gaya pandangan yang
menyimpang .
11. Ingin bersosialisasi tetapi gagal menjalin hubungan dengan teman sebaya.
12. Bisa bersama anak-anak lain tetapi hanya dengan persyaratannya.
13. Tidak memiliki sahabat.
14. Tidak memiliki akal sehat, buruk dalam permainan: tidak ada ide untuk
bekerja sama dalam tim, mencetak “gol bunuh diri”.
15. Memiliki gerakan atau gerakan yang canggung, tidak terkoordinasi,
canggung, canggung, memiliki gerakan wajah atau tubuh yang tidak
disengaja.
16. Mmemiliki kesulitan dalam menyelesaikan kegiatan sehari-hari yang
sederhana karena pengulangan tindakan atau pikiran tertentu.
17. Mempunyai rutinitas khusus: menegaskan tidak ada perubahan.
18. Menunjukkan lampiran istimewa ke objek.
19. Diganggu oleh anak-anak lain.
20. Postur tubuhnya sangat tidak biasa
Alat Skrining untuk Autisme pada Balita dan Anak Kecil (STAT). Alat
Skrining untuk Autisme pada Balita dan Anak Kecil (STAT) adalah alat
skrining yang dirancang untuk mengidentifikasi anak-anak antara 24 dan 36
bulan yang mungkin berada dalam spektrum autisme.
Pertanyaan

Disorder Screening Test – II

Untuk anak berumur 12-24 bulan.

1. Apakah anak anda sering terlihat bosan atau tidak berminat terhadap
pembicaraan atau suatu aktivitas di sekitarnya?
2. Apakah anak anda sering mengerjakan suatu pekerjaan atau bermain dengan
suatu benda, yang dilakukannya berulang-ulang dalam waktu yang lama,
sehingga anda merasa heran mengapa anak seumurnya dapat berkonsentrasi
sangat baik?
3. Apakah anda memperhatikan bahwa anak anda dapat sangat awas terhadap
suara tertentu misalnya iklan di TV, tetapi seperti tidak mendengar suara lain
yang sama kerasnya, bahkan tidak menoleh bila dipanggil?
4. Apakah anda merasa bahwa perkembangan anak (selain perkembangan
kemampuan berbicara) agak lambat (misalnya terlambat berjalan)?
5. Apakah anak anda hanya bermain dengan satu atau dua mainan yang
disukainya saja hampir sepanjang waktunya, atau tidak berminat terhadap
mainan sama sekali?
6. Apakah anak anda sangat menyukai meraba suatu benda secara aneh,
misalnya meraba-raba berbagai tekstur seperti karpet atau sutera?
7. Apakah ada seseorang yang menyatakan kekuatiran bahwa anak anda
mungkin mengalami gangguan pendengaran?
8. Apakah anak anda senang memperhatikan dan bermain dengan jari-jarinya?
9. Apakah anak anda belum dapat atau tidak dapat menyatakan keinginannya,
baik dengan menggunakan kata-kata atau dengan menunjuk menggunakan
jarinya?
10. Apakah anak anda tampaknya tidak berminat untuk belajar bicara?
11. Apakah anak anda seperti tidak mempunyai rasa takut terhadap benda atau
binatang yang berbahaya? Bila anda mencoba menarik perhatiannya.
12. Apakah kadang-kadang anda merasa bahwa ia menghindari menatap mata
anda?
13. Apakah anak anda suka digelitik dan berlari bersama, tetapi tidak menyukai
bermain “ciluk-ba”.
14. Apakah ia pernah mengalami saat-saat ia menjadi kurang berminat terhadap
mainan?
15. Apakah ia menghindari atau tidak menyukai boneka atau mainan berbulu?
16. Apakah ia tidak suka bermain dengan boneka atau mainan berbulu?
17. Apakah ia terpesona pada sesuatu yang bergerak, misalnya membuka-buka
halaman buku, menuang pasir, memutar roda mobil-mobilan atau
memperhatikan gerakan air?
18. Apakah anda merasa bahwa kadang-kadang anak anda tidak peduli apakah
anda berada atau tidak ada di sekitarnya?
19. Apakah kadang-kadang suasana hatinya berubah tiba-tiba tanpa alasan yang
jelas?
20. Apakah ia mengalami kesulitan untuk bermain dengan mainan baru,
walaupun setelah terbiasa ia dapat bermain dengan mainan tersebut?
21. Apakah ia pernah berhenti menggunakan mimik yang sudah pernah
dikuasainya, seperti melambaikan tangan untuk menyatakan da-dah,
mencium pipi, atau menggoyangkan kepala untuk menyatakan tidak?
22. Apakah anak anda sering melambaikan tangan ke atas dan ke bawah di
samping atau di depan tubuhnya seperti melambai-lambai bila merasa
senang?
23. Apakah anak anda menangis bila anda pergi, tetapi seperti tidak peduli saat
anda datang kembali?

Jumlah jawaban “ya” untuk nomor ganjil ……….

Jumlah jawaban “Ya” untuk nomor genap ……….

Penafsiran

Bila ada 3 atau lebih jawaban “Ya” untuk nomor ganjil, anak harus
diperiksa lebih lanjut untuk menentukan apakah ia mengalami autisme.

Bila ada 3 atau lebih jawaban “Ya” untuk nomor genap, anak harus
diperiksa apakah ia mengalami gangguan perkembangan selain autisme.

14.Pemeriksaan fisik

1. Tidak ada kontak mata pada anak.


2. Anak tertarik pada sentuhan (menyentuh/disentuh).
3. Terdapat Ekolalia.
4. Tidak ada ekspresi non verbal.
5. Sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain.
6. Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda tersebut.
7. Peka terhadap bau.

No Data Etiologi Masalah


1 Ds: - Gangguan neurologis Gangguan
Do: identitas diri
Mayor Tidak terpenuhnya
- Komunikasi tidak efektif tugas perkembangan
- Interaksi sosial yang kurang
- Mudah marah Gangguan identitas
- Perilaku tidak konsisten diri
2 Ds: - Gangguan Gangguan
Do: komunikasi komunikasi verbal
Mayor
- Kemampuan berbicara tidak Terlambat bicara
sesuai umur
- Sulit beradaptasi Gangguan
Minor komunikasi verbal
- Sulit memahami
komunikasi
- Sulit mempertahankan
komunikasi
3 Ds:- Perilaku aneh Gangguan
Do: interaksi social
Mayor Mengabaikan orang
- Tidak mau kontak dengan lain
orang yang tidak dikenal
- Kesulitan untuk beradaptasi Hambatan
dan berkomunikasi dengan perkembangan
orang lain berminat
Minor Gangguan interaksi
- Kontak mata kurang social
- Tidak kooperatif dalam
bermain dan berteman
dengan teman sebaya

3.1 Diagnosis Keperawatan


1. Gangguan identitas diri b.d tidak terpenuhnya tugas perkembangan
2. Gangguan komunikasi verbal b.d keterlambatan dan gangguan intelektual
3. Gangguan interaksi social b.d menarik diri

3.2 Intervensi Keperawatan


SDKI SLKI SIKI
1.Gangguan identitas Tujuan: Setelah Orientasi Realita
diri b.d tidak dilakukan asuhan Observasi
terpenuhnya tugas keperawatan selama 3 x Monitor perubahan orientasi .
perkembangan 24 jam diharapakan Terapiutik
Ds: - identitas diri membaik Orientasikan orang ,tempat ,dan
Do: dengan waktu .
Mayor Kriteria Hasil: Edukasi
- Komunikasi tidak - Perilaku konsisten Anjurkan keluarga dalam
efektif meningkat perawatan orientasi realita
- Mudah marah - Hubungan yang
- Perilaku tidak efektif meningkat
konsisten - Penampilan peran
efektif meningkat
2. Gangguan Tujuan: Setelah Promosi komunikasi :Defisit
komunikasi verbal b.d dilakukan asuhan bicara
gangguan pada otak keperawatan selama 3 x Observasi
Ds: - 24 jam diharapakan Monitor kecepatan
Do: komunikasi verbal ,tekanan,kuantitas,volume dan
Mayor meningkat dengan diksi bicara .
- Kemampuan Kriteria Hasil: Terapiutik
berbicara tidak - Kemampuan Gunakan metode komunikasi
sesuai umur berbicara meningkat alternatif.
- Sulit beradaptasi - Kemampuan Edukasi
Minor mendengar meningkat Anjurkan berbicara perlahan .
- Sulit memahami - Kesesuaian ekspresi Kolaborasi
komunikasi wajah/tubuh Rujuk ke ahli patologi biacara
- Sulit meningkat aatau terapis
mempertahankan
komunikasi
3. Gangguan interaksi Tujuan: Setelah Promosi sosialisasi
social b.d hambatan dilakukan asuhan Observasi
perkembangan keperawatan selama 3 x Monitor penetapan peraturan
Ds:- 24 jam diharapakan ,norma ,dan konsekuensi yang
Do: interaksi social konsisten .
Mayor meningkat dengan Terapiutik
- Tidak mau kontak Kriteria Hasil Motivasi mengejar prestasi yang
dengan orang yang - Respontif pada orang diinginkan
tidak dikenal lain meningkat Edukasi
- Kesulitan untuk - Perasaan tertarik pada Anjurkan keluarga memberikan
beradaptasi dan orang lain meningkat suasana belajar kondusif
berkomunikasi - Minat melakukan
dengan orang lain kontak emosi
berminat meningkat
Minor
- Kontak mata kurang
- Tidak kooperatif
dalam bermain dan
berteman dengan
teman sebaya
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Autis suatu gangguan perkembangan yang sangat kompleks, yang secara
klinis ditandai oleh gejala – gejala diantaranya kualitas yang kurang dalam
kemampuan interaksi sosial dan emosional, kualitas yang kurang dalam
kemampuan komunikasi timbal balik, dan minat yang terbatas, perilaku tak wajar,
disertai gerakan-gerakan berulang tanpa tujuan (stereotipik). Selain itu tampak
pula adanya respon tak wajar terhadap pengalaman sensorik, yang terlihat
sebelum usia 3 tahun. Sampai saat ini penyebab pasti autis belum diketahui, tetapi
beberapa hal yang dapat memicu adanya perubahan genetika dan kromosom,
dianggap sebagai faktor yang berhubungan dengan kejadian autis pada anak,
perkembangan otak yang tidak normal atau tidak seperti biasanya dapat
menyebabkan terjadinya perubahan pada neurotransmitter, dan akhirnya dapat
menyebabkan adanya perubahan perilaku pada penderita.
Dalam kemampuan intelektual anak autis tidak mengalami
keterbelakangan, tetapi pada hubungan sosial dan respon anak terhadap dunia
luar, anak sangat kurang. Anak cenderung asik dengan dunianya sendiri. Dan
cenderung suka mengamati hal – hal kecil yang bagi orang lain tidak menarik,
tapi bagi anak autis menjadi sesuatu yang menarik.Terapi perilaku sangat
dibutuhkan untuk melatih anak bisa hidup dengan normal seperti anak pada
umumnya, dan melatih anak untuk bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.

4.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi
mahasiswa/mahasiswi UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
dapat memahami asuhan keperawatan autisme pada anak dan khususnya bagi
orang tua yang memiliki anak autisme.
DAFTAR PUSTAKA

Jennifer Stephenson and Mark Carter (2008). The Use of Weighted Vests with Children
with Autism Spectrum Disorders and Other Disabilities. Journal of Autism
and Developmental Disorders. 10.1007/s10803-008-0605-3.
Handojo. 2003. Auits. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer.
Hadi, Abdul. 2006.Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus – Autistik. Bandung:
Alfabeta Bandung.
Yatim, Faisal. dr. 2007. Autisme Suatu Gangguan Jiwa Pada Anak-anak. Jakarta:
Pustaka Populer Obor.
Santrock, John. W.1995. Live – Span Development : Perkembangan Masa Hidup Jilid
I.Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai

  • Epilepsi
    Epilepsi
    Dokumen34 halaman
    Epilepsi
    AL - Hadi
    100% (1)
  • KKP
    KKP
    Dokumen25 halaman
    KKP
    AL - Hadi
    Belum ada peringkat
  • KKP
    KKP
    Dokumen20 halaman
    KKP
    AL - Hadi
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 6
    Kelompok 6
    Dokumen15 halaman
    Kelompok 6
    AL - Hadi
    Belum ada peringkat
  • DHF
    DHF
    Dokumen32 halaman
    DHF
    AL - Hadi
    Belum ada peringkat
  • Terapi Komplementer Fiks
    Terapi Komplementer Fiks
    Dokumen24 halaman
    Terapi Komplementer Fiks
    AL - Hadi
    Belum ada peringkat
  • Vertigo
    Vertigo
    Dokumen28 halaman
    Vertigo
    AL - Hadi
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 7
    Kelompok 7
    Dokumen13 halaman
    Kelompok 7
    AL - Hadi
    Belum ada peringkat