OLEH :
A. Latar Belakang
Fraktur merupakan salah satu masalah kesehatan yang menyebabkan kecacatan
pada anggota gerak tubuh yang mengalami fraktur. Pasien post operasi fraktur di Rumah
Sakit, sering mengalami keterlambatan dalam melakukan pergerakan yaitu terjadi
kelemahan otot. Latihan rentang gerak yang digunakan untuk meningkatkan kekuatan
otot post operasi fraktur di Rumah Sakit adalah dengan latihan Range of Motion (ROM).
Range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan
atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan pergerakkan sendi secara normal
dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot. Melakukan mobilisasi
persendian dengan latihan ROM dapat mencegah berbagai komplikasi seperti nyeri
karena tekanan, kontraktur, tromboplebitis, dekubitus sehingga mobilisasi dini penting
dilakukan secara rutin dan kontinyu. Memberikan latihan ROM secara dini dapat
meningkatkan kekuatan otot karena dapat menstimulasi motor unit sehingga semakin
banyak motor unit yang terlibat maka akan terjadi peningkatan kekuatan otot, kerugian
pasien hemiparese bila tidak segera ditangani maka akan terjadi kecacatan yang
permanen (Potter & Perry, 2009).
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikan Bedah (KMB) III
Tujuan Khusus
Untuk menganalisis jurnal terkait dengan sistem musculoskeletal.
C. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, tujuan penulisan yang ingin dicapai, dan sistematika
penulisan.
2. BAB II ANALISA PUSTAKA
Berisi tentang penjelasan mengenai father breastfeeding.
3. BAB III PEMBAHASAN
Berisi tentang pembahasan atau analisa jurnal
4. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan yang didapat selama penulisan makalah. Selain itu juga berisi
saran untuk perbaikan hasil pembuatan makalah.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Latar belakang: Pasien dengan fraktur radius distal (DRF) sering memiliki rentang
gerak terbatas di bidang pergerakan. Tidak ada penelitian yang secara komprehensif
meneliti dampak dari berbagai keterbatasan ROM untuk fungsi fisik.
Metode: Studi longitudinal multi-pusat dari 138 pasien dengan DRF yang dikelola
secara konservatif. Dengan intervensi ROM, tindakan diambil pada evaluasi awal, dan
pada 4 dan 8 minggu kemudian. Fungsi fisik yang dilaporkan sendiri melalui kuesioner
(Quick DASH).
Hasil: Ekstensi pergelangan tangan, oposisi ibu jari aktif dan cengkeraman komposit
penuh dengan ROM. Langkah-langkah yang terkait dengan skor fungsional, tetapi deviasi
radial pergelangan tangan dan pronasi lengan bawah non-signifikan terkait dengan skor
fungsional.
Kesimpulan: Mengingat bahwa ROM berpotensi dimodifikasi, identifikasi langkah-
langkah ROM merupakan hal yang penting, dengan skor QuickDASH berpotensi dapat
memfasilitasi pendidikan pasien dan memperbaiki intervensi untuk mengoptimalkan
pemulihan
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah Pasien fraktur humerus yang pulang
paksa sebelum waktu yang ditentukan oleh dokter.
Instrumen Penelitian
a. Range of Motion (ROM) Aktif Alat ukur yang digunakan berupa daftar tindakan
(check list).
b. Kekuatan Otot Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi yang sudah
dibakukan berupa skala kekuatan otot berupa uji Manual Lovett
Lembar observasi ini untuk mengamati kekuatan otot pasien yang terdiri dari tidak
ada, sedeikit, buruk, sedang, baik dan normal.
BAB III
ANALISIS JURNAL
Intervensi ROM cukuo efektif pada pasien-pasien fraktur, hal ini ditunjang dengan
berbagai penelitian yang mana setelah dilakukan ROM, dapat memperbaiki rentang gerak pada
pasien fraktur. Implikasi dalam keperawatan baik di Indonesia maupun di luar negeri sudah
banyak diterapkan, mengingat tujuan dari dilakukannya ROM sendiri dapat melatih rentang
gerak seseorang sehingga mencegah terjadinya kekauan sendi maupun kekauan otot.
Menurut penelitian (Zixian, 2018), pasien dengan fraktur radius distal (DRF) sering
memiliki rentang gerak terbatas di bidang pergerakan, dengan dilakukannya ROM secara
konservatif dapat meningkatkan rentang gerak pasien dengan DRF. Evaluasi dilakukan pada
minggu ke-4 dan ke-8 dengan menggunakan kuesioner (Quick DASH). Hasil yang didapatkan
yaitu ekstensi pergelangan tangan, oposisi ibu jari aktif dan cengkeraman komposit penuh
dengan ROM. Intervensi ini dilakukan pada 138 pasien dengan menggunakan studi longitudinal
multi-pusat. Perawat dapat memodifikasi langkah-langkah ROM sesuai dengan keadaan pasien.
Mereka juga menyoroti perlunya intervensi dan pendidikan pasien dengan DRF untuk
mempertahankan ROM terkait tangan selama fase imobilisasi, untuk mengoptimalkan fungsi
DRF.
Menurut penelitian (Mohr, 2014), roller busa membantu melepaskan ketegangan pada
otot, sehingga menghasilkan range of motion (ROM) lebih besar pada saat digunakan sebelum
melakukan peregangan. Didapatkan hasil bahwa statis peregangan sebelum aktivitas dapat
menurunkan kinerja dan meningkatkan energi atau memiliki efek menguntungkan tentang
pencegahan cedera. Jumlah responden dalam penelitian ini 40 pasien dengan ROM fleksi
pinggul pasif kurang dari 90 ° dan tidak ada cedera ekstremitas bawah pada 6 bulan sebelumnya
ketika peengumpulan data. Intervensi sebelum dan setelah peregangan statis, penggulung busa
dan peregangan statis dilakukan masing-masing 6 sesi, ROM hip-fleksi pasif subjek diukur untuk
meminimalkan gerakan pada pinggul dan kaki kontralateral, pasien berbaring terlentang dengan
tali ditempatkan di pinggul mereka dan tali lain yang terletak di atas kaki yang tidak terlibat
hanya unggul dari patela, kemudian disejajarkan di paha kaki dimana pasien melakukan fleksi
pinggul. Hasil utama ROM hip-fleksi pasif dari tindakan preintervensi pada hari ke 1 ukuran
postintervensi pada hari ke 6.
Menurut (Purwanti, 2013), perawat sebaiknya lebih memberikan motivasi latihan range
of motion (ROM) terutama secara aktif kepada pasien di Bangsal Bedah Orthopedi, sehingga
dapat mempercepat pemulihan kekuatan otot pasien. Hasil yang didapatkan bahwa latihan Range
Of Motion (ROM) aktif untuk meningkatkan kekuatan otot post operasi cukup efektif dilakukan.
Dengan latihan yang diberikan perawat kepada pasien dengan beberapa kali latihan sudah bisa
meningkatkan kekuatan otot. Yang dari kekuatan otot 0 (tidak ada kontraksi otot) bisa meningkat
menjadi 2 (kekuatan otot dapat menggerakan sendi). Manfaat penelitian ini untuk dunia
keperawatan yaitu dapat memperjelas manfaat dari latihan ROM aktif contohnya yang sudah
dilakukan kepada beberapa responden fraktur humerus. Sehingga latihan ROM aktif ini sudah
terpercaya dan aman untuk dilakukan. Selain ROM aktif dapat pula dilakukan penelitian latihan
ROM pasif, yang mana untuk mengetahui tingkat efektifitasnya. Dan untuk lebih efektifnya lagi
dalam mendapatkan hasil kekuatan otot yang lebih maksimal dapat dicoba dilakukan penelitian
latihan ROM aktif dan pasif terhadap pasien fraktur lainnya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut penelitian (Zixian, 2018), didapatkan bahwa 138 pasien dengan DRF
yang dikelola secara konservatif, dengan tindakan ROM memiliki pengaruh diferensial
pada fungsi fisik tungkai atas, dengan ekstensi pergelangan tangan, oposisi ibu jari aktif
dan kemampuan untuk membuat pegangan komposit penuh. Menurut penelitian (Mohr,
2014), didapatkan adanya perubahan signifikan dalam ROM hip-fleksi pasif terlepas dari
perawatan. Serta menurut (Purwanti, 2013), Range Of Motion (ROM) aktif untuk
meningkatkan kekuatan otot post operasi cukup efektif dilakukan.
B. Saran
Adapun yang menjadi saran dalam makalah ini, diharapkan pembaca dapat
memberikan masukan terkait dengan analisa artikel atau kesalahan dalam penulisan
makalah, dikarenakan penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA