RS CITAMA
Judul : Micro Wave Diathermy (MWD) Departemen : Klinik
PENGERTIAN 1.1 Micro Wave Diathermy (MWD) adalah Alat terapi yang
menggunakan gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh
arus bolak balik frekuensi tinggi dengan frekuensi 2450 MHz
dengan panjang gelombang 12,25 cm.
RS CITAMA
Judul :Terapi Ultra Sonic Departemen : Klinik
RS CITAMA
Judul : Sinar Infra Merah Departemen : Klinik
I. PENGERTIAN
1.1 Sinar infra merah adalah pancaran gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang 7.700 – 4 juta A.
1.2 Klasifikasi
1.2.1 Berdasarkan panjang gelombang
1.2.1.1 Gelombang panjang ( Non penetrating)
Panjang gelombang : 12.000 A – 150.000 A
Daya Penetrasi : 0,5 mm ( Superficial epidermis)
1.2.1.2 Gelombang pendek ( Penetrating)
Panjang Gelombang : 7.700 A – 12.000 A
Daya penetrasi : jaringan sub cutan, pembuluh darah
kapiler, pembuluh darah limfe, ujung-ujung syaraf dan jaringan di
bawah kulit
1.2.2 Berdasarkan type
1.2.2.1 type A : Panjang gelombang 780 – 1500 mm, penetrasi dalam
1.2.2.2 type B : Panjang gelombang 1500 – 3000 mm, penetrasi dangkal.
1.2.2.3 type C : Panjang gelombang 3000- 10.000 mm, penetrasi dangkal.
1.3 Indikasi
1.3.1 Kondisi peradangan setelah sub –acut : Kontusio, muscle strain, trauma
sinovitis.
1.3.2 Arthritis : RA, OA, Myalgia, Lumbago, Neuralgia, neuritis.
1.3.3 gangguan sirkulasi darah : thrombo phlebitis, thrombo angitis obliterans,
raynold’s desease.
1.3.4 penyakit kulit : Folliculitis, Furuncolosi.
1.3.5 Persiapan exercise dan massage.
1.4 Kontra Indikasi
1.4.1 Daerah dengan insufliensi pada darah.
1.4.2 Gangguan sensibilitas kulit.
1.4.3 kecenderungan pendarahan.
II. TUJUAN
Sebagai petunjuk bagi fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dangan
modalitas infra merah.
III. PROSEDUR
3.1 Persiapan
3.1.1 Persiapan alat seperti jenis lampu, besarnya watt.
3.1.2 Pemanasan alat 5 menit.
3.1.3 Untuk mencegah luka bakar maka daerah yang akan dilakukan penyinaran
perlu ditest sensasi panas dingin.
3.2 Pelaksanaan
3.2.1 Untuk penyinaran local menggunakan reflector berbentuk parabola.
3.2.2 Penyinaran general ( misalnya punggung) ,menggunankan lampu yang
dipasang pada reflector semi sirkuler.
3.2.3 Pasien diposisikan seenak mungkin
3.2.4 Posisi bisa duduk, terlentang atau tengkurap
3.2.5 Agar penetrasi lebih dalam daerah yang akan disinar sebaikanya
dibersihkan dengan sabun dan dikeringkan dengan handuk.
3.2.6 lampu dipasang tegak lurus.
3.2.7 Dosis
Pada penggunaan lampu non- luminous jarak alampu antara 45-60 cm,
waktu 10 – 30 menit.
Lampu luminous 35- 45 cm, waktu 10- 30 menit.
Pengulangan 1 kali dalam sehari, 1 seri 10 kali.
3.3 Mengakhiri Terapi
3.3.1 Matikan mesin, pastikan tombol dalam keadaan nol.
3.3.2 Tidak membiarkan pasien mematikan mesin atau bangun sendiri.
3.3.3 Memperhatikan pasien dan kemungkinan efek samping.
3.3.4 Kembalikan peralatan ketempat semula.
V. LAMPIRAN
Tidak ada
RS CITAMA
Judul : Interferential therapy Departemen : Klinik
I. PENGERTIAN
1.1 Interferential therapy adalah suatu metode pengobatan fisioterapi dengan
menggunakan penggabungan dua arus bolak-balik yang berfrekuensi menengah yang
saling berinterferensi (4000 dan 4250) sehingga menghasilkan frekuensi baru.
1.2 Indikasi
1.2.1 Keluhan nyeri otot,tendon, ligamen, kapsul, syaraf.
1.2.2 Keadaan hipertonus /spasme otot.
1.2.3 Kelemahan otot.
1.3 Kontra Indikasi
1.3.1 Demam.
1.3.2 Tumor.
1.3.3 Tuberculosis.
II. TUJUAN
Sebagai petunjuk bagi fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan
modalitas interferntial therapy.
III. PROSEDUR
3.1 Persiapan
3.1.1 Terapis melaksanakan assesment untuk mendapatkan masalah dan
menentukan program sehingga agar Interferntial therapy lebih mencapai
sasaran
3.1.2 Memberi penjelasan langkah terapi serta tujuannya agar pasien tenang dan
memahami program
3.1.3 Menentukan area terapi yang tepat agar terapi efektif
3.1.4 Pemanasan alat 5 menit.
3.1.5 Memilih elektrode dan metode yang digunakan.
Trigger point dengan Elektrode besar (Pasif) atau kecil ( Aktif )
V. LAMPIRAN
Tidak ada
6.1 Direksi
6.2 Manajer Klinik
6.3 Kepala Bagian Keterapian Fisik
RS CITAMA
Judul : Arus faradic Departemen : Klinik
I. PENGERTIAN
1.1 Arus faradic adalah arus bolak balik yang tidak simetris yang mempunyai durasi 0,01
– 1 msc dengan frekuensi 50 – 100 cy / detik.
1.2 Indikasi
1.2.1 “ LMN Lession” dengan nilai otot di bawah tiga.
1.2.2 post trauma atau operasi setelah konductivitas membaik.
1.2.3 Kelemahan otot karena penyakit atau disuse atropy dengan nilai otot di
bawah tiga.
1.2.4 Otot yang tidak mampu berkontraksi karena nyeri misalnya setelah trauma.
1.2.5 Tiga minggu setelah tendo transfer
1.2.6 Adanya pembengkakan lokal /setempat pada anggota.
1.2.7 Otot yang memendek atau berlengketan ( contractur ).
1.3 Kontra Indikasi
1.3.1 Setelah operasi / trauma pada urat syaraf yang konductivitasnya belum
membaik.
1.3.2 LMN lession yang masih nyeri sekali.
1.3.3 LMN complete lession.
1.3.4 Panas tinggi diatas 37.50 C.
II. TUJUAN
Sebagai petunjuk bagi fisioterapis dalam memberikan pelayanan dengan modalitas arus
faradic.
III. PROSEDUR
3.1 Persiapan
3.1.1 Terapis melaksanakan assesment untuk mendapatkan masalah dan
menentukan program sehingga modalitas arus faradic lebih mencapai
sasaran.
3.1.2 Memberi penjelasan terapi misalnya merasakan sedikit sakit tapi tidak perih.
Kalau perih dikawatirkan dapat menimbulkan luka bakar.
3.1.3 Serta tujuannya agar pasien tenang dan memahami program
3.1.4 Menentukan area terapi yang Tepat agar terapi efektif
3.1.5 Pemanasan alat 5 menit.
3.1.6 Memilih elektrode dan metode yang digunakan.
3.1.6.1 Stimulasi motor unit
3.1.6.2 Stimulasi secara group
3.1.6.3 Labile treatment
3.1.6.4 Nerve conduction
3.1.6.5 Bath treatment : Bipolar atau Monopolar
3.1.7 Celupkan ped dengan air hangat, agar pasien tidak terkejut
3.1.8 Posisi pasien seenak mungkin.
3.1.9 Area yang akan di terapi terbuka seperlunya dan otot yang akan distimulasi
dalam keadaan memendek / relax.
3.2 Pelaksanaan
3.2.1 Pasang ped sesuai metode yang dipilh.
3.2.2 Putar waktu 10 – 15 menit sesuai kebutuhan.
3.2.3 Intensitas diberikan sesuai toleransi pasien. Lakukan pengontrolan apakah
terdapat keluhan pasien atau control keadaan mesin.
3.2.4 Dosis
3.2.4.1 Intensitas : Berdasarkan stadium,jenis dan sifat cidera. Intensitas :
2 – 60 m A, Durasi arus 0,01msc.
3.2.4.2 Waktu : Tiapsatu otot perlu 30-90 kali rangsangan dalam waktu 1-3
menit.
3.2.4.3 Pengulangan : 1 kali sehari bila otot telah mencapai nilai 2 + cukup
1 kali selama 10 kali.
3.3 Mengakhiri Terapi
3.3.1 Matikan mesin, pastikan tombol kembali ke angka 0.
3.3.2 Perhatikan reaksi pasien dan efek samping yang timbul.
3.3.3 Kembalikan peralatan ke tempat semula.
V. LAMPIRAN
Tidak ada.
6.1 Direksi
6.2 Manajer Klinik
6.3 Kepala Bagian Keterapian Fisik
RS CITAMA
Judul : Arus Galvanic Departemen : Klinik
I. PENGERTIAN
I.1 Arus galvanic adalah arus searah terputus – putus yang telah modifikasi dengan
frekuensi dan durasi tertentu yang bentuk pemutusannya dapat berupa trianguler,
rekta anguler, trapezoid, saw – tooth dan depolarized.
I.2 Indikasi
1.2.1 “ LMN lession “ baru yang masih disertai keluhan nyeri.
1.2.2 Post trauma atau operasi urat syaraf yang konductivitasnya belum membaik.
1.2.3 “ LMN Lession “ kronik yang sudah denervated muscle.
1.2.4 Keluhan nyeri pada otot sebagai counter iritation atau awal dari suatu latihan
( Preliminary exercise ).
1.2.5 Peradangan sendi : Osteo arthritis, Rheumatoid arthritis, tenis elbow, dll.
1.2.6 Lokal oedem melewati 10 hari.
II. TUJUAN
Sebagai petunjuk bagi fisioterapis dalam memberikan pelayanan dengan modalitas arus
galvanic.
III. PROSEDUR
3.1 Persiapan
3.1.1 Terapis melaksanakan assessment untuk mendapatkan masalah dan menentukan
3.1.2 Memberi penjelasan terapi misalnya merasakan sedikit sakit tapi tidak perih.
Kalau perih dikawatirkan dapat menimbulkan luka bakar.
3.1.3 Serta tujuannya agar pasien tenang dan memahami program
3.1.4 Menentukan area terapi yang tepat agar terapi efektif
3.1.5 Pemanasan alat 5 menit.
3.1.6 Pilih elektrode dan metode yang digunakan Elektrode (+) berupa ped pada
origo dan electrode (-) berupa button pada insersio.
3.2 Pelaksanaan
3.2.1 Pasang ped sesuai metode yang dipilh.
3.2.2 Putar waktu 10 – 15 menit sesuai kebutuhan.
3.2.3 Intensitas diberikan sesuai toleransi pasien. Lakukan pengontrolan apakah
terdapat keluhan pasien atau control keadaan mesin.
3.2.4 Dosis
3.2.4.1 Intensitas : Berdasarkan stadium,jenis dan sifat cidera. Intensitas : 2-60
m A, Durasi arus 0,01msc.
3.2.4.2 Waktu : Tiap satu otot perlu 30-90 kali rangsangan dalam waktu 1-3
menit.
3.2.4.3 Pengulangan :1 kal sehari bila otot telah mencapai nilai 2 + cukup 1
kali selama 10 kali.
3.3 Mengakhiri Terapi
3.3.1 Matikan mesin, pastikan tombol kembali ke angka 0.
3.3.2 Perhatikan reaksi pasien dan efek samping yang timbul.
3.3.3 Kembalikan peralatan ke tempat semula.
V. LAMPIRAN
Tidak ada
6.1 Direksi
6.2 Manajer Klinik
6.3 Kepala bagian Keterapian Fisik
RS CITAMA
Judul : Terapi Inhalasi Departemen : Klinik
I. PENGERTIAN
1.1 Terapi inhalasi adalah suatu cara pemberian obat-obatan dengan penghirupan, setelah
obat-obat tersebut berubah menjadi partikel-partikel melalui cara aerosol, humidifikasi
dan lain-lain.
1.2 Indikasi
1.2.1 Penyakit saluran napas bagian atas, akut maupun kronis seperti:
1.2.2 Rhinopharyngitis Sicca, Laryngitis Sicca
1.2.3 Acut Rhinopharyngitis, Laryngitis.
1.2.4 Rhenitis Allergica
1.2.5 Sinusitis
1.2.6 Penyakit saluran napas bagian bawah, akut maupun kronik.
1.2.6.1 Asthma Bronchiale
1.2.6.2 Bronchitis
1.2.6.3 Bronchiectasis
1.2.6.4 Bronchopneumonia
1.2.6.5 Atelectasis
1.2.7 Penyakit jaringan paru
1.2.7.1 Emphysema
1.2.8 Gangguan saluran napas allergika
1.2.9 Bayi-bayi dengan secret berlebihan
II. TUJUAN
Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan
fisioterapi dengan modalitas terapi inhalasi
III. PROSEDUR
3.1 Persiapan
3.1.1 Pemanasan alat sekitar 5 menit dan mengerti cara – cara penggunaannya.
3.1.2 Untuk mencegah kontaminasi maka udara ruangan harus bersih, segar dan
memiliki ventilasi yang baik.
3.1.3 Persiapkan mouth piece dan masker
3.1.4 Agar anak – anak tidak takut harus dengan pendekatan sebelumnya.
3.2 Pelaksanaan
3.2.1 Untuk mengurangi sesak napas akibat bronchial obstruksi terlebih dahulu
diberikan bronchodilatator.
3.2.2 Untuk Agar mempercepat pengeluaran sekret , secret yang keluar dianjurkan
tidak ditelan kembali
3.2.3 Bila perlu dapat dilakukan suction Supaya secret lebih banyak keluar terutama
untuk pasien yang mengalami kesulitan mengeluarkan secret.
3.2.4 Oksigen diberikan pada pasien yang terlihat sesak atau cyanosis, pertusis, biru
dan lain-lain.
3.3 Dosis
3.3.1 Jenis dan jumlah obat tergantung Dokter pengirim.
3.3.2 Waktu : Anak –anak 10 – 15 menit
: Dewasa 15 – 20 menit
3.3.3 Pengulangan Tergantung Dokter pengirim.
Untuk kondisi Acut :1-3 kali sehari Untuk kondisi Kronik sekali sehari
3.3.4 1 Seri : 6 –10 kali
V. LAMPIRAN
Tidak ada
6.1 Direksi
6.2 Manajer Klinik
6.3 Kepala Bagian Keterapian Fisik
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
RS CITAMA
Judul : Massage Departemen : Klinik
I. PENGERTIAN
1.1 Massage adalah salah satu bentuk modalitas fisioterapi dengan menggunakan tehnik
pemijatan berupa gerusan melintang, tepukan, dorongan, ataupun tekanan pada jaringan
lunak dengan tujuan untuk memperlancar sirkulasi darah, meningkatkan metabolisme
tubuh, relaksasi dan untuk mengurangi nyeri.
1.2 Indikasi
1.2.1 Kondisi post trauma atau operasi sub acut dan kronik pada sisitem
musculosceletal.
1.2.2 Kondisi kekakuan sendi serta pengerasan, ketegangan, peerlengketan dan
pemendekan jaringan otot dan jaringan lain.
1.2.3 Keluhan nyeri, penekanan / penjepitan syaraf dan kelumpuhan syaraf.
1.2.4 Kondisi kurang lancarnya peredaran darah dan limfe.
1.2.5 Kondisi kurang lancarnya pengeluaran sekresi pada saluran pencernaan.
1.2.6 Kondisi kurang lancarnya pencernaan dan pembuangan.
1.3 Kontra Indikasi
1.3.1 Peradangan akut, trauma dan setelah operasi yang baru.
1.3.2 Kulit yang terluka.
1.3.3 Cidera musculosceletal ( fraktur, ruptur ) yang belum direposisi atau belum
pulih secara baik dan kuat.
1.3.4 Lokasi yang mengalami tanda – tanda keganasan.
1.3.5 Panas tinggi.
1.3.6 Kelainan jantung dan adanya haemoptoe ( tidak boleh dilakukan tapotemen
daerah thorax )
1.3.7 Lokasi varices.
1.3.8 Daerah perut pada penderita dengan haematemesis.
1.3.9 Daerah perut pada wanita hamil atau haid.
II. TUJUAN
Sebagai petunjuk bagi fisioterapis untuk memberikan terapi dengan Massage.
III. PROSEDUR
3.1 Persiapan
3.1.1 Terapis melaksanakan assesment untuk mendapatkan masalah dan menentukan
program sehingga pelaksanaan lebih mencapai sasaran
3.1.2 Menentukan area terapi yang tepat agar terapi efektif
3.1.3 Pasien berbaring di di bed atau duduk di kursi dengan rilek.
3.1.4 Anggota yang akan di terapi bebas dari pakaian, disangga dengan bantal,
sedangkan bagian yang tidak diterapi ditutup dengan handuk.
3.1.5 Fisioterapis berdiri di samping bed / pasien
3.1.6 Untuk memudahkan massage dapat di tambahkan bahan pelicin seperti salep,
minyak atau bedak.
3.2 Pelaksanaan
3.2.1 Tehnik massage
3.2.1.1 Effleurage :
untuk memperlancar aliran darah dan limfe
3.2.1.2 Friction :
Menghancurkan perlengketan/ pengerasan jaringan lunak dan blokir nyeri
diberikan pada akar – akar syaraf atau pada titik nyeri.
3.2.1.3 Petrissage :
Waktu : 5 – 15 menit Pengulangan : Sub akut dan kondisi berat 1 kali / hari
Kronik dan kondisi ringan 1 kali Seri : 1 seri 10 kali.
V. LAMPIRAN
Tidak ada
6.1 Direksi
6.2 Manajer Klinik
6.3 Kepala Bagian Keterapian Fisik