Anda di halaman 1dari 20

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

RS CITAMA
Judul : Micro Wave Diathermy (MWD) Departemen : Klinik

Tanggal Keluar : Tanggal Revisi : Dibuat oleh : Kepala Unit Fisioterapi

No : No. Revisi : Disetujui oleh : Disahkan oleh :

PENGERTIAN 1.1 Micro Wave Diathermy (MWD) adalah Alat terapi yang
menggunakan gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh
arus bolak balik frekuensi tinggi dengan frekuensi 2450 MHz
dengan panjang gelombang 12,25 cm.

TUJUAN Sebagai petunjuk bagi fisioterapis dalam memberikan pelayanan dengan


modalitas Micro Wave Diathermy.

KEBIJAKAN 3.1 Indikasi


3.1.1 Kelainan pada syaraf perifer, neurophaty, neuralgia.
3.1.2 Kondisi peradangan sub acut dan chronic.
3.1.3 Nyeri musculoskeletal.
3.1.4 Ketegangan, perlengketan dan pemendekan otot dan
jaringan lunak.
3.1.5 Persiapan latihan atau senam.
3.1.6 Gangguan pada sistem peredaran darah.
3.2 Kontra Indikasi
3.2.1 Logam dalam tubuh atau menempel pada kulit.
3.2.2 Alat- alat elektronik dalam tubuh seperti peace maker.
3.2.3 Gangguan peredaran darah.
3.2.4 Nilon dan bahan kain yang tidak menyerap keringat.
3.2.5 Jaringan dan organ yang mempunyai banyak cairan
seperti mata, testis,luka dan exim basah.
3.2.6 Gangguan sensibilitas. ( Dosis harus 30% lebih rendah ).
3.2.7 Neurophaty yang diikuti gangguan trofik pada syaraf
perifer, Neurophaty akibat DM, Angiophaty dabetica.
3.2.8 Infeksi acut dan demam ( Panas lebih dari 37,50 C)
3.2.9 Setelah X ray.
3.2.10 Jaringan yang mitosisnya sangat cepat.
3.2.11 Menstruasi atau kehamilan untuk pengobatan daerah
pelvic.
3.2.12 faktor kalogenase

PROSEDUR 4.1 Memulai Terapi


4.1.1 Pemanasan alat sekitar 5 menit.
4.1.2 Emitter ( Electrode ) yang telah di pilih dipasang pada
lengan emitter dan dihubungkan ke mesin dengan kabel
emitter. Emitter bulat, medan melektromagnetik yang
dipancarkan berbentuk sirkuler dan paling padat di
daerah tepi, sedangkan emitter segi empat medan
elektromagnetik yang dipancarkan berbentuk oval dan
paling padat di daerah tengah.
4.1.3 Pemasangan electrode pada daerah vasomotor/proksimal.
4.1.4 Pastikan mesin ke ground.
4.1.5 Pasien diberitahu program pengobatan agar pasien
paham program terapi dan tidak takut.
4.1.6 Jelaskan berapa waktu yang diperlukan, tujuan, indikasi
serta kontra indikasinya.
4.1.7 Posisi pasien comfortable
4.1.8 pakaian dilepas seperlunya agar area yang diperiksa lebih
jelas
4.1.9 Tes sensasi area yang diobati serta jelaskan rasa yang
timbul untuk mencegah terjadinya luka bakar
4.1.10 Putar waktu sesuai dengan kebutuhan antara 10 – 15
menit
4.1.11 Dosis diberikan sesuai toleransi pasien.
4.1.11.1 kondisi sub acut : Intensitas sub thermal :
waktu 10- 15 menit, pengulangan 1 x
sehari selama 10 x
4.1.11.2 kondisi chronic : Intensitas thermal :
waktu 10-15 menit, pengulangan 1-2 x
sehari selama 10x
4.1.11.3 Gangguan system peredaran darah.
Intensitas, pengulangan dan seri sama
dengan kedua kondisi diatas waktu 15
menit.
4.1.12 Pastikan mesin dalam keadaan tuning
4.1.13 Emitter diatur sehingga sejajar kulit dan jarak sesuai
ukuran emitter.

4.1.14 Kabel tidak boleh menyentuh pasien, bersilangan atau


lecet.
4.1.15 Melakukan pengontrolan, rasa panas, nyeri pusing.

4.2 Mengakhiri Terapi


4.2.1 Matikan mesin pastikan tombol kembali ke angka 0 atau
mesin tetap hidup dengan dosis 0 ( stand –by stand).
4.2.2 Tidak membiarkan pasien mematikan mesin, kecuali
dalam keadaan darurat.
4.2.3 Perhatikan reaksi pasien dan kemungkinan efek samping
yang timbul.
4.2.4 Kembaliakn peralatan seperti kondensor ke tempat
semula.
DOKUMEN TERKAIT TIDAK ADA

LAMPIRAN TIDAK ADA


DAFTAR DISTRIBUSI 7.1 Direksi
7.2 manajer klinik
7.3 Kepala Bagian Keterapian fisik
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

RS CITAMA
Judul :Terapi Ultra Sonic Departemen : Klinik

Tanggal Keluar : Tanggal Revisi : Dibuat oleh : Kepala Unit Fisioterapi

No : No. Revisi : Disetujui oleh : Disahkan oleh :

PENGERTIAN Terapi Ultrasound yaitu suatu usaha pengobatan dengan menggunakan


mekanisme getaran dengan frekuensi lebih dari 20 KHz. Didalam
praktek klinik frekuensi yang digunakan antara 0,7 MHz – 3 MHz,
dengan intensitas 1-3 w/cm2
TUJUAN Sebagai petunjuk bagi fisioterapi untuk memberikan pelayanan
fisioterapi dengan modalitas ultra sound.
KEBIJAKAN Indikasi
1.2.1 Kelainan/ penyakit pada jaringan tulang, sendi dan otot.
1.2.2 Keadaan post traumatic seperti kontusio, distorsi. Luxation dan
fracture. Kontra indikasi relative selama 24 -36 jam setelah trauma.
1.2.3 Rheumatoid arthritis stadium tak aktif
1.2.3.1 Arthritis
1.2.3.2 M. Becherev ( Local )
1.2.3.3 Bursitis, capsulitis, tendinitis
1.2.4 Kelainan/ penyakit pada persyarafan
1.2.4.1 Neuropathie
1.2.4.2 Panthoom pain
1.2.4.3 HNP
1.2.5 Kelainan/ penyakit pada sirkulasi darah
1.2.5.1 M Raynould
1.2.5.2 M. Buerger
1.2.5.3 Sudeck dystrofie
1.2.5.4 Oedema
1.2.6 Penyakit pada organ dalam
1.2.7 Kelainan pada kulit
1.2.8 Jaringan parut setelah operasi
1.2.9 Jaringan Parut karena traumatic
1.2.10 Dupuytren contracture

1.3 Kontra Indikasi


1.3.1 Absolut.
1.3.1.1 Mata
1.3.1.2 Daerah Jantung
1.3.1.3 Uterus pada wanita hamil
1.3.1.4 Epiphyseal plate
1.3.1.5 Testis
1.3.2 Relatif
1.3.2.1 Hilangnya sensibilitas
1.3.2.2 Endoprothese
1.3.2.3 Tumor
1.3.2.4 Post Traumatik
1.3.2.5 Tromboplebitis dan varices
1.3.2.6 Septis – Inflamation
1.3.2.7 Diabetes mellitus
PROSEDUR 3.1 Persiapan
3.1.1 Terapis melaksanakan assasment untuk menemukan masalah dan
menentukan program agar arus ultrasonic tepat mencapai
sasaran.
3.1.2 Memberi penjelasan langkah terapi serta tujuannya agar pasien
tenang dan memahami program
3.1.3 Menentukan area terapi yang tepat agar terapi efektif
3.1.4 Memilih Tranduser dinamis atau static
3.1.5 Menentukan metode untuk mencegah luka bakar
3.1.5.1 Kontak langsung dengan medium oils ( minyak ), water
oils emulsions, aqueus gel atau oinment ( Pasta )
3.1.5.2 Kontak tak langsung dengan sub aqual ( dalam air) atau
water pillow
3.1.6 Posisikan pasien comfortable
3.1.7 Area dibersihkan dengan sabun atau alcohol
3.1.8 Rambut yang terlalu lebat dicukur.
3.2 Pelaksanaan
3.2.1 Terapis memperhatikan frekuensi, jenis arus dan intensitas agar sasaran
tepat
3.2.1.1 Intensitas
3.2.1.1.1 Rendah : 0,3 w/cm2
3.2.1.1.2 Sedang : 0,3 – 1,2 w/cm2
3.2.1.1.3 Tinggi : 1,2 – 3 w/cm2
3.2.1.1.4 Continued : Paling tinggi 3 w/cm2
3.2.1.1.5 Intermittern : Paling tinggi 5 w/cm2
3.2.2 Lamanya terapi, tergantung luas area yang diterapi dan jenis tranduser
yang dipakai. Sebagai pedoman area seluas 1 cm2 waktu 1 menit.
DOKUMEN TERKAIT Tidak ada

LAMPIRAN Tidak ada


DAFTAR DISTRIBUSI Direksi
MAnajer klinik
Kepala bagian keterapian fisik
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

RS CITAMA
Judul : Sinar Infra Merah Departemen : Klinik

Tanggal Keluar : Tanggal Revisi : Dibuat oleh : Kepala Unit Fisioterapi

No : No. Revisi : Disetujui oleh : Disahkan oleh :

I. PENGERTIAN
1.1 Sinar infra merah adalah pancaran gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang 7.700 – 4 juta A.
1.2 Klasifikasi
1.2.1 Berdasarkan panjang gelombang
1.2.1.1 Gelombang panjang ( Non penetrating)
Panjang gelombang : 12.000 A – 150.000 A
Daya Penetrasi : 0,5 mm ( Superficial epidermis)
1.2.1.2 Gelombang pendek ( Penetrating)
Panjang Gelombang : 7.700 A – 12.000 A
Daya penetrasi : jaringan sub cutan, pembuluh darah
kapiler, pembuluh darah limfe, ujung-ujung syaraf dan jaringan di
bawah kulit
1.2.2 Berdasarkan type
1.2.2.1 type A : Panjang gelombang 780 – 1500 mm, penetrasi dalam
1.2.2.2 type B : Panjang gelombang 1500 – 3000 mm, penetrasi dangkal.
1.2.2.3 type C : Panjang gelombang 3000- 10.000 mm, penetrasi dangkal.
1.3 Indikasi
1.3.1 Kondisi peradangan setelah sub –acut : Kontusio, muscle strain, trauma
sinovitis.
1.3.2 Arthritis : RA, OA, Myalgia, Lumbago, Neuralgia, neuritis.
1.3.3 gangguan sirkulasi darah : thrombo phlebitis, thrombo angitis obliterans,
raynold’s desease.
1.3.4 penyakit kulit : Folliculitis, Furuncolosi.
1.3.5 Persiapan exercise dan massage.
1.4 Kontra Indikasi
1.4.1 Daerah dengan insufliensi pada darah.
1.4.2 Gangguan sensibilitas kulit.
1.4.3 kecenderungan pendarahan.

II. TUJUAN
Sebagai petunjuk bagi fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dangan
modalitas infra merah.

III. PROSEDUR
3.1 Persiapan
3.1.1 Persiapan alat seperti jenis lampu, besarnya watt.
3.1.2 Pemanasan alat 5 menit.
3.1.3 Untuk mencegah luka bakar maka daerah yang akan dilakukan penyinaran
perlu ditest sensasi panas dingin.
3.2 Pelaksanaan
3.2.1 Untuk penyinaran local menggunakan reflector berbentuk parabola.
3.2.2 Penyinaran general ( misalnya punggung) ,menggunankan lampu yang
dipasang pada reflector semi sirkuler.
3.2.3 Pasien diposisikan seenak mungkin
3.2.4 Posisi bisa duduk, terlentang atau tengkurap
3.2.5 Agar penetrasi lebih dalam daerah yang akan disinar sebaikanya
dibersihkan dengan sabun dan dikeringkan dengan handuk.
3.2.6 lampu dipasang tegak lurus.
3.2.7 Dosis
Pada penggunaan lampu non- luminous jarak alampu antara 45-60 cm,
waktu 10 – 30 menit.
Lampu luminous 35- 45 cm, waktu 10- 30 menit.
Pengulangan 1 kali dalam sehari, 1 seri 10 kali.
3.3 Mengakhiri Terapi
3.3.1 Matikan mesin, pastikan tombol dalam keadaan nol.
3.3.2 Tidak membiarkan pasien mematikan mesin atau bangun sendiri.
3.3.3 Memperhatikan pasien dan kemungkinan efek samping.
3.3.4 Kembalikan peralatan ketempat semula.

IV. DOKUMEN TERKAIT


Tidak ada

V. LAMPIRAN
Tidak ada

VI. DAFTAR DISTRIBUSI


6.1 Direksi
6.2 manajer klinik
6.3 Kepala bnagian keterapian fisiK

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

RS CITAMA
Judul : Interferential therapy Departemen : Klinik

Tanggal Keluar : Tanggal Revisi : Dibuat oleh : Kepala Unit Fisioterapi

No : No. Revisi : Disetujui oleh : Disahkan oleh :

I. PENGERTIAN
1.1 Interferential therapy adalah suatu metode pengobatan fisioterapi dengan
menggunakan penggabungan dua arus bolak-balik yang berfrekuensi menengah yang
saling berinterferensi (4000 dan 4250) sehingga menghasilkan frekuensi baru.
1.2 Indikasi
1.2.1 Keluhan nyeri otot,tendon, ligamen, kapsul, syaraf.
1.2.2 Keadaan hipertonus /spasme otot.
1.2.3 Kelemahan otot.
1.3 Kontra Indikasi
1.3.1 Demam.
1.3.2 Tumor.
1.3.3 Tuberculosis.

II. TUJUAN
Sebagai petunjuk bagi fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan
modalitas interferntial therapy.

III. PROSEDUR
3.1 Persiapan
3.1.1 Terapis melaksanakan assesment untuk mendapatkan masalah dan
menentukan program sehingga agar Interferntial therapy lebih mencapai
sasaran
3.1.2 Memberi penjelasan langkah terapi serta tujuannya agar pasien tenang dan
memahami program
3.1.3 Menentukan area terapi yang tepat agar terapi efektif
3.1.4 Pemanasan alat 5 menit.
3.1.5 Memilih elektrode dan metode yang digunakan.
Trigger point dengan Elektrode besar (Pasif) atau kecil ( Aktif )

3.1.5.1 Nerve treatment


3.1.5.2 Ganglion treatment
3.1.5.3 Paravertebra treatment
3.1.5.4 Segmental treatment
3.1.5.5 Transregional
3.1.6 Celupkan ped dengan air hangat, agar pasien tidak terkejut
3.1.7 Posisi pasien seenak mungkin.
3.1.8 Pakaian dilepas seperlunya. Jelaskan bahwa yang dirasakan sedikit sakit tapi
tidak perih bila dirasakan perih dikhawatirkan terjadi luka bakar.
3.2 Pelaksanaan
3.2.1 Pasang ped sesuai metode yang dipilh.
3.2.2 Putar waktu 10 – 15 menit sesuai kebutuhan.
3.2.3 Intensitas diberikan sesuai toleransi pasien. Lakukan pengontrolan apakah terdapat
keluhan pasien atau control keadaan mesin.
3.3 Dosis
3.3.1 Intensitas :Berdasarkan stadium,jenis dan sifat cidera.
3.3.2 Lamanya terapi :10-15 menit. Bila ada titik nyeri dapat diberikan per titik selama 5
menit.
3.3.3 Frekuensi 2000 Hz akan menghasilkan aktifitas motorik , arus yang akan dihasilkan
terasa kasar.
3.3.4 Frekuensi 4000Hz tidak menghasilkan aktifitas motorik dan terasa halus sehingga
cocok untuk mengurangi nyeri.
3.3.5 Pengulangan therapy untuk dosis rendah dilakukan setiap hari, sedangkan untuk
dosis tinggi 2 hari sekali.
3.4 Mengakhiri Terapi
3.4.1 Matikan mesin, pastikan tombol kembali ke angka 0.
3.4.2 Tidak membiarkan pasien mematikan mesin sendiri atau langsung bangun setelah
terapi selesai.
3.4.3 Beri tissue bila terapi selesai agar pasien dapat membersihkan
3.4.4 Perhatikan reaksi pasien dan efek samping yang mungkin timbul.
3.4.5 Kembalikan peralatan serta perlengkapannya ke posisi semula.

IV. DOKUMEN TERKAIT


Tidak ada

V. LAMPIRAN
Tidak ada

VI. DAFTAR DISTRIBUSI

6.1 Direksi
6.2 Manajer Klinik
6.3 Kepala Bagian Keterapian Fisik

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

RS CITAMA
Judul : Arus faradic Departemen : Klinik

Tanggal Keluar : Tanggal Revisi : Dibuat oleh : Kepala Unit Fisioterapi

No : No. Revisi : Disetujui oleh : Disahkan oleh :

I. PENGERTIAN

1.1 Arus faradic adalah arus bolak balik yang tidak simetris yang mempunyai durasi 0,01
– 1 msc dengan frekuensi 50 – 100 cy / detik.

1.2 Indikasi
1.2.1 “ LMN Lession” dengan nilai otot di bawah tiga.
1.2.2 post trauma atau operasi setelah konductivitas membaik.
1.2.3 Kelemahan otot karena penyakit atau disuse atropy dengan nilai otot di
bawah tiga.
1.2.4 Otot yang tidak mampu berkontraksi karena nyeri misalnya setelah trauma.
1.2.5 Tiga minggu setelah tendo transfer
1.2.6 Adanya pembengkakan lokal /setempat pada anggota.
1.2.7 Otot yang memendek atau berlengketan ( contractur ).
1.3 Kontra Indikasi
1.3.1 Setelah operasi / trauma pada urat syaraf yang konductivitasnya belum
membaik.
1.3.2 LMN lession yang masih nyeri sekali.
1.3.3 LMN complete lession.
1.3.4 Panas tinggi diatas 37.50 C.

II. TUJUAN
Sebagai petunjuk bagi fisioterapis dalam memberikan pelayanan dengan modalitas arus
faradic.
III. PROSEDUR
3.1 Persiapan
3.1.1 Terapis melaksanakan assesment untuk mendapatkan masalah dan
menentukan program sehingga modalitas arus faradic lebih mencapai
sasaran.
3.1.2 Memberi penjelasan terapi misalnya merasakan sedikit sakit tapi tidak perih.
Kalau perih dikawatirkan dapat menimbulkan luka bakar.
3.1.3 Serta tujuannya agar pasien tenang dan memahami program
3.1.4 Menentukan area terapi yang Tepat agar terapi efektif
3.1.5 Pemanasan alat 5 menit.
3.1.6 Memilih elektrode dan metode yang digunakan.
3.1.6.1 Stimulasi motor unit
3.1.6.2 Stimulasi secara group
3.1.6.3 Labile treatment
3.1.6.4 Nerve conduction
3.1.6.5 Bath treatment : Bipolar atau Monopolar
3.1.7 Celupkan ped dengan air hangat, agar pasien tidak terkejut
3.1.8 Posisi pasien seenak mungkin.
3.1.9 Area yang akan di terapi terbuka seperlunya dan otot yang akan distimulasi
dalam keadaan memendek / relax.
3.2 Pelaksanaan
3.2.1 Pasang ped sesuai metode yang dipilh.
3.2.2 Putar waktu 10 – 15 menit sesuai kebutuhan.
3.2.3 Intensitas diberikan sesuai toleransi pasien. Lakukan pengontrolan apakah
terdapat keluhan pasien atau control keadaan mesin.
3.2.4 Dosis
3.2.4.1 Intensitas : Berdasarkan stadium,jenis dan sifat cidera. Intensitas :
2 – 60 m A, Durasi arus 0,01msc.
3.2.4.2 Waktu : Tiapsatu otot perlu 30-90 kali rangsangan dalam waktu 1-3
menit.
3.2.4.3 Pengulangan : 1 kali sehari bila otot telah mencapai nilai 2 + cukup
1 kali selama 10 kali.
3.3 Mengakhiri Terapi
3.3.1 Matikan mesin, pastikan tombol kembali ke angka 0.
3.3.2 Perhatikan reaksi pasien dan efek samping yang timbul.
3.3.3 Kembalikan peralatan ke tempat semula.

IV. DOKUMEN TERKAIT


Tidak ada.

V. LAMPIRAN
Tidak ada.

VI. DAFTAR DISTRIBUSI

6.1 Direksi
6.2 Manajer Klinik
6.3 Kepala Bagian Keterapian Fisik

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

RS CITAMA
Judul : Arus Galvanic Departemen : Klinik

Tanggal Keluar : Tanggal Revisi : Dibuat oleh : Kepala Unit Fisioterapi

No : No. Revisi : Disetujui oleh : Disahkan oleh :

I. PENGERTIAN

I.1 Arus galvanic adalah arus searah terputus – putus yang telah modifikasi dengan
frekuensi dan durasi tertentu yang bentuk pemutusannya dapat berupa trianguler,
rekta anguler, trapezoid, saw – tooth dan depolarized.

I.2 Indikasi
1.2.1 “ LMN lession “ baru yang masih disertai keluhan nyeri.
1.2.2 Post trauma atau operasi urat syaraf yang konductivitasnya belum membaik.
1.2.3 “ LMN Lession “ kronik yang sudah denervated muscle.
1.2.4 Keluhan nyeri pada otot sebagai counter iritation atau awal dari suatu latihan
( Preliminary exercise ).
1.2.5 Peradangan sendi : Osteo arthritis, Rheumatoid arthritis, tenis elbow, dll.
1.2.6 Lokal oedem melewati 10 hari.

1.3 Kontra Indikasi


1.3.1 Setelah operasi tendon transfer sebelum 3 minggu.
1.3.2 Ruptur tendon / otot sebelum terjadinya penyambungan.
1.3.3 Kondisi peradangan akut atau pasien panas tinggi diatas 37,50 C.
1.3.4 Lokasi kulit yang anaesthesia.
1.3.5 Lokasi kulit yang luka / kerusakan.
1.3.6 Lokasi kulit yang hiper sensitif.

II. TUJUAN

Sebagai petunjuk bagi fisioterapis dalam memberikan pelayanan dengan modalitas arus
galvanic.

III. PROSEDUR

3.1 Persiapan
3.1.1 Terapis melaksanakan assessment untuk mendapatkan masalah dan menentukan
3.1.2 Memberi penjelasan terapi misalnya merasakan sedikit sakit tapi tidak perih.
Kalau perih dikawatirkan dapat menimbulkan luka bakar.
3.1.3 Serta tujuannya agar pasien tenang dan memahami program
3.1.4 Menentukan area terapi yang tepat agar terapi efektif
3.1.5 Pemanasan alat 5 menit.
3.1.6 Pilih elektrode dan metode yang digunakan Elektrode (+) berupa ped pada
origo dan electrode (-) berupa button pada insersio.
3.2 Pelaksanaan
3.2.1 Pasang ped sesuai metode yang dipilh.
3.2.2 Putar waktu 10 – 15 menit sesuai kebutuhan.
3.2.3 Intensitas diberikan sesuai toleransi pasien. Lakukan pengontrolan apakah
terdapat keluhan pasien atau control keadaan mesin.
3.2.4 Dosis
3.2.4.1 Intensitas : Berdasarkan stadium,jenis dan sifat cidera. Intensitas : 2-60
m A, Durasi arus 0,01msc.
3.2.4.2 Waktu : Tiap satu otot perlu 30-90 kali rangsangan dalam waktu 1-3
menit.
3.2.4.3 Pengulangan :1 kal sehari bila otot telah mencapai nilai 2 + cukup 1
kali selama 10 kali.
3.3 Mengakhiri Terapi
3.3.1 Matikan mesin, pastikan tombol kembali ke angka 0.
3.3.2 Perhatikan reaksi pasien dan efek samping yang timbul.
3.3.3 Kembalikan peralatan ke tempat semula.

IV. DOKUMEN TERKAIT


Tidak ada

V. LAMPIRAN
Tidak ada

VI. DAFTAR DISTRIBUSI

6.1 Direksi
6.2 Manajer Klinik
6.3 Kepala bagian Keterapian Fisik

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

RS CITAMA
Judul : Terapi Inhalasi Departemen : Klinik

Tanggal Keluar : Tanggal Revisi : Dibuat oleh : Kepala Unit Fisioterapi

No : No. Revisi : Disetujui oleh : Disahkan oleh :

I. PENGERTIAN
1.1 Terapi inhalasi adalah suatu cara pemberian obat-obatan dengan penghirupan, setelah
obat-obat tersebut berubah menjadi partikel-partikel melalui cara aerosol, humidifikasi
dan lain-lain.

1.2 Indikasi
1.2.1 Penyakit saluran napas bagian atas, akut maupun kronis seperti:
1.2.2 Rhinopharyngitis Sicca, Laryngitis Sicca
1.2.3 Acut Rhinopharyngitis, Laryngitis.
1.2.4 Rhenitis Allergica
1.2.5 Sinusitis
1.2.6 Penyakit saluran napas bagian bawah, akut maupun kronik.
1.2.6.1 Asthma Bronchiale
1.2.6.2 Bronchitis
1.2.6.3 Bronchiectasis
1.2.6.4 Bronchopneumonia
1.2.6.5 Atelectasis
1.2.7 Penyakit jaringan paru
1.2.7.1 Emphysema
1.2.8 Gangguan saluran napas allergika
1.2.9 Bayi-bayi dengan secret berlebihan

II. TUJUAN
Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan
fisioterapi dengan modalitas terapi inhalasi

III. PROSEDUR
3.1 Persiapan
3.1.1 Pemanasan alat sekitar 5 menit dan mengerti cara – cara penggunaannya.
3.1.2 Untuk mencegah kontaminasi maka udara ruangan harus bersih, segar dan
memiliki ventilasi yang baik.
3.1.3 Persiapkan mouth piece dan masker
3.1.4 Agar anak – anak tidak takut harus dengan pendekatan sebelumnya.

3.1.5 Posisi pasien comfortable


3.1.6 Pasien diberitahu program pengobatan, berapa waktu yang dibutuhkan, tujuan
serta kontra indikasinya. Agar pasien mengerti dan tidak takut

3.2 Pelaksanaan
3.2.1 Untuk mengurangi sesak napas akibat bronchial obstruksi terlebih dahulu
diberikan bronchodilatator.
3.2.2 Untuk Agar mempercepat pengeluaran sekret , secret yang keluar dianjurkan
tidak ditelan kembali
3.2.3 Bila perlu dapat dilakukan suction Supaya secret lebih banyak keluar terutama
untuk pasien yang mengalami kesulitan mengeluarkan secret.
3.2.4 Oksigen diberikan pada pasien yang terlihat sesak atau cyanosis, pertusis, biru
dan lain-lain.

3.3 Dosis
3.3.1 Jenis dan jumlah obat tergantung Dokter pengirim.
3.3.2 Waktu : Anak –anak 10 – 15 menit
: Dewasa 15 – 20 menit
3.3.3 Pengulangan Tergantung Dokter pengirim.

Untuk kondisi Acut :1-3 kali sehari Untuk kondisi Kronik sekali sehari
3.3.4 1 Seri : 6 –10 kali

3.4 Mengakhiri Terapi.


3.4.1 Matikan mesin, pastikan tombol kembali ke posisi angka 0
3.4.2 Tidak membiarkan pasien memegang masker/mouth piece kecuali dalam
keadaan darurat.
3.4.3 Setelah terapi inhalasi selesai dilanjutkan dengan chest therapy agar secret lebih
banyak keluar dan expansi thorax lebih baik.
3.4.4 Untuk mencegah kontaminasi maka peralatan dibersihkan kemudian di
sterilkan.

IV. DOKUMEN TERKAIT


Tidak ada

V. LAMPIRAN
Tidak ada

VI. DAFTAR DISTRIBUSI

6.1 Direksi
6.2 Manajer Klinik
6.3 Kepala Bagian Keterapian Fisik
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

RS CITAMA
Judul : Massage Departemen : Klinik

Tanggal Keluar : Tanggal Revisi : Dibuat oleh : Kepala Unit Fisioterapi

No : No. Revisi : Disetujui oleh : Disahkan oleh :

I. PENGERTIAN
1.1 Massage adalah salah satu bentuk modalitas fisioterapi dengan menggunakan tehnik
pemijatan berupa gerusan melintang, tepukan, dorongan, ataupun tekanan pada jaringan
lunak dengan tujuan untuk memperlancar sirkulasi darah, meningkatkan metabolisme
tubuh, relaksasi dan untuk mengurangi nyeri.

1.2 Indikasi
1.2.1 Kondisi post trauma atau operasi sub acut dan kronik pada sisitem
musculosceletal.
1.2.2 Kondisi kekakuan sendi serta pengerasan, ketegangan, peerlengketan dan
pemendekan jaringan otot dan jaringan lain.
1.2.3 Keluhan nyeri, penekanan / penjepitan syaraf dan kelumpuhan syaraf.
1.2.4 Kondisi kurang lancarnya peredaran darah dan limfe.
1.2.5 Kondisi kurang lancarnya pengeluaran sekresi pada saluran pencernaan.
1.2.6 Kondisi kurang lancarnya pencernaan dan pembuangan.
1.3 Kontra Indikasi
1.3.1 Peradangan akut, trauma dan setelah operasi yang baru.
1.3.2 Kulit yang terluka.
1.3.3 Cidera musculosceletal ( fraktur, ruptur ) yang belum direposisi atau belum
pulih secara baik dan kuat.
1.3.4 Lokasi yang mengalami tanda – tanda keganasan.
1.3.5 Panas tinggi.
1.3.6 Kelainan jantung dan adanya haemoptoe ( tidak boleh dilakukan tapotemen
daerah thorax )
1.3.7 Lokasi varices.
1.3.8 Daerah perut pada penderita dengan haematemesis.
1.3.9 Daerah perut pada wanita hamil atau haid.

II. TUJUAN
Sebagai petunjuk bagi fisioterapis untuk memberikan terapi dengan Massage.

III. PROSEDUR
3.1 Persiapan
3.1.1 Terapis melaksanakan assesment untuk mendapatkan masalah dan menentukan
program sehingga pelaksanaan lebih mencapai sasaran
3.1.2 Menentukan area terapi yang tepat agar terapi efektif
3.1.3 Pasien berbaring di di bed atau duduk di kursi dengan rilek.
3.1.4 Anggota yang akan di terapi bebas dari pakaian, disangga dengan bantal,
sedangkan bagian yang tidak diterapi ditutup dengan handuk.
3.1.5 Fisioterapis berdiri di samping bed / pasien
3.1.6 Untuk memudahkan massage dapat di tambahkan bahan pelicin seperti salep,
minyak atau bedak.

3.2 Pelaksanaan
3.2.1 Tehnik massage
3.2.1.1 Effleurage :
untuk memperlancar aliran darah dan limfe
3.2.1.2 Friction :
Menghancurkan perlengketan/ pengerasan jaringan lunak dan blokir nyeri
diberikan pada akar – akar syaraf atau pada titik nyeri.
3.2.1.3 Petrissage :

Terdiri dari kneading, wringing dan picking up.Berfungsi melemaskan dan


mengulur otot / jaringan lunak, melancarkan peredaran darah di
bagian yang lebih dalam dan metabolisme setempat.Membantu gerak
pencernaan usus.
3.2.1.4 Tapotament :
Terdiri dari hacking, clapping, beating dan pounding.Berguna untuk
memberikan rangsangan / pacuan pada syaraf dan otot.
3.2.1.5 Bila dilakukan di daearah thorax bertujuan memperlancar gerak
pencernaan dan pembuangan.
3.2.1.6 Waktu pelaksanaan sangat tergantung dari luasnya bagian yang
diterapi, tebalnya jaringan tubuh dan tujuan terapi.
3.2.1.7 Kecepatan gerakan massage tegantung tujuannya. Gerakan yang
cepat akan memacu sedangkan massage yang lambat sebagai efek
penenang.
3.2.2 Dosis

Waktu : 5 – 15 menit Pengulangan : Sub akut dan kondisi berat 1 kali / hari
Kronik dan kondisi ringan 1 kali Seri : 1 seri 10 kali.

3.3 Mengakhiri Terapi


3.3.1 Bersihkan area yang diterapi.
3.3.2 Kembalikan peralatan ke tempat semula.

IV. DOKUMEN TERKAIT


Tidak ada

V. LAMPIRAN
Tidak ada

VI. DAFTAR DISTRIBUSI

6.1 Direksi
6.2 Manajer Klinik
6.3 Kepala Bagian Keterapian Fisik

Anda mungkin juga menyukai

  • SPO Penyimpanan Film
    SPO Penyimpanan Film
    Dokumen1 halaman
    SPO Penyimpanan Film
    rezaadriyan
    Belum ada peringkat
  • DAFTAR ISI Panduan Pelaporan Nilai Kritis
    DAFTAR ISI Panduan Pelaporan Nilai Kritis
    Dokumen1 halaman
    DAFTAR ISI Panduan Pelaporan Nilai Kritis
    rezaadriyan
    Belum ada peringkat
  • Asa
    Asa
    Dokumen11 halaman
    Asa
    rezaadriyan
    Belum ada peringkat
  • Spo Mengingatkan Waktu Salat
    Spo Mengingatkan Waktu Salat
    Dokumen3 halaman
    Spo Mengingatkan Waktu Salat
    rezaadriyan
    Belum ada peringkat
  • RS Baladhika
    RS Baladhika
    Dokumen67 halaman
    RS Baladhika
    Rhyan Lolo Allo
    Belum ada peringkat
  • Q
    Q
    Dokumen3 halaman
    Q
    rezaadriyan
    Belum ada peringkat
  • SPO Penyimpanan Film
    SPO Penyimpanan Film
    Dokumen1 halaman
    SPO Penyimpanan Film
    rezaadriyan
    Belum ada peringkat
  • A
    A
    Dokumen15 halaman
    A
    rezaadriyan
    Belum ada peringkat
  • A
    A
    Dokumen3 halaman
    A
    rezaadriyan
    Belum ada peringkat
  • Aa
    Aa
    Dokumen1 halaman
    Aa
    rezaadriyan
    Belum ada peringkat
  • S
    S
    Dokumen2 halaman
    S
    rezaadriyan
    Belum ada peringkat
  • A
    A
    Dokumen5 halaman
    A
    rezaadriyan
    Belum ada peringkat
  • Asd
    Asd
    Dokumen1 halaman
    Asd
    rezaadriyan
    Belum ada peringkat
  • EdukasiIslami
    EdukasiIslami
    Dokumen3 halaman
    EdukasiIslami
    rezaadriyan
    100% (1)
  • EdukasiIslami
    EdukasiIslami
    Dokumen3 halaman
    EdukasiIslami
    rezaadriyan
    100% (1)
  • Aa
    Aa
    Dokumen1 halaman
    Aa
    rezaadriyan
    Belum ada peringkat
  • Aa
    Aa
    Dokumen1 halaman
    Aa
    rezaadriyan
    Belum ada peringkat
  • A
    A
    Dokumen10 halaman
    A
    rezaadriyan
    Belum ada peringkat
  • A
    A
    Dokumen3 halaman
    A
    rezaadriyan
    Belum ada peringkat
  • Aa
    Aa
    Dokumen1 halaman
    Aa
    rezaadriyan
    Belum ada peringkat
  • Spo Hijab Ok
    Spo Hijab Ok
    Dokumen3 halaman
    Spo Hijab Ok
    rezaadriyan
    Belum ada peringkat
  • A
    A
    Dokumen10 halaman
    A
    rezaadriyan
    Belum ada peringkat
  • A
    A
    Dokumen4 halaman
    A
    rezaadriyan
    Belum ada peringkat
  • Aa
    Aa
    Dokumen1 halaman
    Aa
    rezaadriyan
    Belum ada peringkat
  • A
    A
    Dokumen5 halaman
    A
    rezaadriyan
    Belum ada peringkat
  • A
    A
    Dokumen4 halaman
    A
    rezaadriyan
    Belum ada peringkat
  • A
    A
    Dokumen3 halaman
    A
    rezaadriyan
    Belum ada peringkat
  • Panduan Bedah Aman 38
    Panduan Bedah Aman 38
    Dokumen46 halaman
    Panduan Bedah Aman 38
    chairinda
    67% (3)
  • Spo Mengingatkan Waktu Salat
    Spo Mengingatkan Waktu Salat
    Dokumen3 halaman
    Spo Mengingatkan Waktu Salat
    rezaadriyan
    Belum ada peringkat