Anda di halaman 1dari 4

1.

ETEC (Enterotoxigenic Escherichia coli)

ETEC merupakan sebagian kecil dari spesies E. coli, yang sesuai dengan asal katanya, menyebabkan sakit
diare yang diderita oleh orang dari segala umur dari berbagai lokasi di dunia. Organisme ini sering
menyebabkan diare pada bayi di negara-negara kurang berkembang dan pada para pengunjung dari
negara-negara maju. Penyebab penyakit yang mirip dengan kolera ini telah dikenali selama sekitar 20
tahun.

Gastroenteritis merupakan nama umum dari penyakit yang disebabkan oleh ETEC, walaupun penyakit ini
sering juga dijuluki travelers’ diarrhoea (diare pada orang yang melakukan perjalanan).

Gejala klinis yang paling sering terjadi dalam kasus infeksi ETEC antara lain diare berair, kram perut,
demam ringan, mual, dan rasa tidak enak badan.

Dosis infektif—Penelitian pada sukarelawan mengindikasikan bahwa diperlukan dosis ETEC yang relatif
besar (100 juta hinggal 10 milyar bakteri) sehingga bakteri ini dapat membentuk koloni di dalam usus
halus, dapat berkembang biak dan dapat menghasilkan racun. Racun yang dihasilkan bakteri ini
merangsang sekresi cairan. Dengan dosis infektif yang tinggi, diare dapat terjadi dalam 24 jam setelah
infeksi. Untuk bayi, dosis infektif organisme ini mungkin lebih sedikit.

2. EPEC (Enteropathogenic Escherichia coli)

EPEC didefinisikan sebagai E. coli yang termasuk serogroup yang secara epidemiologi merupakan
patogen, tetapi mekanisme virulensinya (cara bakteri ini menimbulkan penyakit) tidak terkait dengan
ekskresi/dihasilkannya enterotoxin E. coli yang khas. Diare bayi ( Infantile diarrhoea ) merupakan nama
penyakit yang biasanya disebabkan oleh EPEC.
EPEC menyebabkan diare berair atau berdarah. Diare berair umumnya disebabkan oleh perlekatan
bakteri dan perubahan integritas usus secara fisik. Diare berdarah disebabkan oleh perlekatan bakteri
dan proses perusakan jaringan yang akut, mungkin disebabkan oleh racun yang mirip dengan racun
Shigella dysenteriae,yang disebut juga verotoxin. Dalam kebanyakan strain-strain ini, racun yang mirip
dengan racun Shigella tersebut lebih berkaitan dengan keberadaan sel daripada ekskresi dari sel.

Dosis infektif — EPEC sangat mudah menginfeksi bayi dan dosis infektifnya diduga sangat rendah. Dalam
beberapa kasus penyakit pada orang dewasa, dosis infektifnya diduga mirip dengan penghuni usus besar
(colonizer) yang lain (total dosis lebih dari 106 ).

3. EIEC (Enteroinvasive Escherichia coli)

Tidak diketahui makanan apa saja yang mungkin menjadi sumber jenis-jenis EIEC patogenik yang
menyebabkan penyakit disentri (bacillary dysentery). Enteroinvasive E. coli (EIEC)/ E. coli penyerang
saluran pencernaan dapat menyebabkan penyakit yang dikenal sebagai bacillary dysentery (disentri yang
disebabkan oleh bakteri berbentuk batang). Jenis-jenis EIEC yang menyebabkan penyakit ini
berhubungan dekat dengan Shigella spp.

Setelah masuk ke dalam saluran pencernaan, organisme EIEC menyerang sel epithel (sel-sel pada
permukaan dinding usus bagian dalam), dan menimbulkan gejala disentri ringan, yang sering salah
didiagnosa sebagai disentri yang disebabkan oleh jenis Shigella . Penyakit ini ditandai adanya lendir dan
darah dalam kotoran individu yang terinfeksi. Dosis infektif – Dosis infektif EIEC diduga hanya sekitar 10
organisme (sama dengan Shigella ).

4. EHEC (Enterohemorrhagic Escherichia coli)


EHEC berkaitan dengan konsumsi daging, buah, sayuran yang tercemar, khususnya di negara
berkembang. Pangan asal hewan yang sering terkait dengan wabah EHEC di Amerika Serikat, Eropa, dan
Kanada adalah daging sapi giling (ground beef). Selain itu, daging babi, daging ayam, daging domba, dan
susu segar (mentah).

Serotipe utama yang berkaitan dengan EHEC adalah E. coli O157:H7, yang pertama kali dilaporkan
sebagai penyebab wabah foodborne disease pada tahun 1982-1983. EHEC ini menghasilkan Shiga-like
toxins sehingga disebut pula sebagai Shiga Toxin Producing E. coli (STEC). Shiga toxin ini mematikan sel
vero, sehingga disebut pula Verotoxin-Producing E. coli (VTEC). Bakteri ini umumnya tinggal di usus
hewan, khususnya sapi, tanpa menimbulkan gejala penyakit. Bakteri ini juga dapat diisolasi dari feses
ayam, kambing, domba, babi, anjing, kucing, dan sea gulls.

Infeksi EHEC sering menimbulkan diare berdarah yang parah dan kram bagian perut, namun kadang tidak
menimbulkan diare berdarah atau tanpa gejala sama sekali. Pada anak di bawah umur 5 tahun dan orang
tua sering menimbulkan komplikasi yang disebut Hemolytic Uremic Syndrome (HUS), yang ditandai
dengan rusaknya sel darah merah dan kegagalan ginjal. Kira-kira 2-7% infeksi EHEC mengarah ke HUS. Di
Amerika Serikat, anak-anak yang mengalami kegagalan ginjal akut banyak disebabkan oleh HUS akibat
EHEC. Infeksi EHEC ini dapat juga menimbulkan kematian, khususnya pada anak-anak dan orang tua,
berkaitan dengan timbulnya Hemorrhagic Colitis (HC), HUS, dan thrombotic thrombocytopenic purpura.

5. EAEC (Enteroaggregative Escherichia coli)

EAEC telah ditemukan di beberapa negara di dunia ini. Transmisinya dapat food-borne maupun water-
borne. Patogenitas EAEC terjadi karena kuman melekat rapat-rapat pada bagian mukosa intestinal
sehingga menimbulkan gangguan. Mekanisme terjadinya diare yang disebabkan oleh EAEC belum jelas
diketahui, tetapi diperkirakan menghasilkan sitotoksin yang menyebabkan terjadinya diare. Beberapa
strain EAEC memiliki serotipe seperti EPEC. EAEC menyebabkan diare berair pada anak-anak dan dapat
berlanjut menjadi diare persisten. Masa inkubasi diperkirakan kurang lebih 20 – 48 jam.
6. DAEC (Diffuse-Adherence Escherichia coli)

Nama ini diberi berdasarkan ciri khas pola perekatan bakteri ini dengan sel-sel HEP-2 dalam kultur
jaringan. DAEC adalah kategori E. coli penyebab diare yang paling sedikit diketahui sifat-sifatnya. Namun
demikian data dari berbagai penelitian epidemiologi di lapangan terhadap diare pada anak-anak di
negara-negara berkembang menemukan DAEC secara bermakna sebagai penyebab diare yang umum
ditemukan dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Sedangkan studi lain gagal menemukan perbedaan ini. Namun bukti-bukti awal menunjukkan bahwa
DAEC lebih patogenik pada anak prasekolah dibandingkan dengan pada bayi dan anak di bawah tiga
tahun (Batita). Pada penelitian lain ada strain DAEC yang dicobakan pada sukarelawan tidak berhasil
menimbulkan diare dan belum pernah ditemukan adanya KLB (Kejadian Luar Biasa) diare yang
disebabkan oleh DAEC. Sampai saat ini belum diketahui reservoir bagi DAEC, begitu pula belum diketahui
cara-cara penularan dan faktor risiko serta masa penularan DAEC.

Anda mungkin juga menyukai