Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu usaha pemerintah

Indonesia untuk menanggulangi masalah pertumbuhan penduduk. Gerakan

Keluarga Berencana Nasional adalah gerakan masyarakat yang menghimpun dan

mengajak segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam

melembagakan dan membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera

(NKKBS) dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia

(Wiknjosastro, 2002 : 902). Pemerintah telah mengantisipasi agar peningkatan

jumlah penduduk di tahun 2010 sebesar enam juta jiwa tidak menimbulkan

ketimpangan baru antara jumlah penduduk dengan tingkat kesejahteraan

masyarakat. Peningkatan jumlah penduduk sebesar enam juta jiwa pada 2010

disebabkan lemahnya program pemerintah pada pelaksanaan Keluarga Berencana

(KB). Pertambahan jumlah penduduk harus diikuti dengan peningkatan akses

pemenuhan kebutuhan dasar.

Pertambahan jumlah penduduk yang drastis juga dirasakan oleh Kabupaten

Lampung Utara khususnya Kecamatan Kota Bumi Selatan. Hal ini disebabkan

oleh rendahnya penggunaan alat kontrasepsi baik secara alamiah maupun secara

hormonal. Masyarakat masih kurang begitu memahami pentingnya perencanaan

dan penjarangan kelahiran, sehingga pertumbuhan penduduk meningkat sangat

drastis. Untuk itu perlu adanya campur tangan pemerintah serta tenaga kesehatan

terkait untuk memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang metode-metode alat

kontrasepsi yang efektit dan yang lebih sesuai dengan kondisi masyarakat di

wilayah tersebut.
Begitu pula kondisi yang ada saat ini, metode kontrasepsi yang digunakan

diantaranya menggunakan metode alamiah seperti metode kalender, metode suhu

badan basal, metode lendir serviks dan metode sympto-termal. Selain itu ada juga

yang menggunakan metode hormonal yaitu pil, suntik, Alat Kontrasepsi Dalam

Rahim (AKDR), Implant, serta metode kontrasepsi mantap seperti tubektomi dan

vasektomi. Sampai saat ini belum ada suatu cara kontrasepsi yang 100% ideal.

Ciri-ciri suatu kontrasepsi yang ideal meliputi daya guna, aman, murah, estetik,

mudah didapat, tidak memerlukan motivasi terus-menerus dan efek sampingnya

minimal (Wiknjosastro, 2002 : 906). Namun demikian, masyarakat dapat

menerima hampir semua metode medis tekhnis Keluarga Berencana yang

dicanangkan oleh pemerintah (Manuaba, 1998:437).

Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya

dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS)

menjadi visi utuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas Tahun 2015” dimana

misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi

sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. Berdasarkan hal

tersebut maka diperlukan suatu metode kontrasepsi untuk mengatur kelahiran

anak (Saifuddin, 2006).

Implant merupakan suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgestrel

yang dibungkus dalam kapsul silatic-silicone dan disusukkan di bawah kulit.

Implant berdaya guna tinggi, perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun), tidak

membutuhkan pemeriksaan dalam dan tidak mengganggu kegiatan senggama.

Selain itu implant dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan.

Berdasarkan Surkesnas (2010), data jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di

Provinsi Lampung tahun 2010 tercatat sebanyak 1.380.636 pasangan dan yang

menjadi peserta KB aktif sebanyak 961.460 orang (69,64%), sedangkan yang


menggunakan alat kontrasepsi KB implant sebanyak 123.097 orang (12,8%).

Berdasarkan data dari Puskesmas Unit Swadana Kotabumi II Kecamatan Kota

Bumi Selatan Kabupaten Lampung Utara tahun 2010, jumlah Pasangan Usia

Subur (PUS) di Kecamatan Kota Bumi Selatan tercatat sebanyak 7.190 pasangan

dan yang menjadi peserta KB aktif sebanyak 1.349 orang (18,76%), dengan

perincian; akseptor KB Pil sebanyak 518 orang (38,40%), akseptor KB suntik

sebanyak 431 orang (31,95%), akseptor KB AKDR sebanyak 191 orang

(14,16%), dan yang terendah adalah akseptor KB implant sebanyak 113 orang

(8,38%).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan yang sesuai tepat akseptor KB
implant.
2. Tujuan Khusus
a) Mampu menguraikan konsep dasar dan asuhan kebidanan pada
akseptor KB implant.
b) Mampu mengidentifikasikan dan melakukan analisa data yang
terkumpul pada akseptor KB implant.
c) Mampu menginterprestasikan data yang terkumpul, baik dalam bentuk
diagnosa, masalah maupun mapun kebutuhan pada akseptor KB
implant.
d) Mampu mengidentifikasikan dan mengantisipasi diagnosa masalah
potensial pada akseptor KB implant.
e) Mampu mengidentifikasi kebutuhan yang memerlukan intervensi dan
kolaborasi segera pada akseptor KB implant.
f) Mampu membuat rencana tindakan pada akseptor KB implant.
g) Mampu mengimplementasikan rencana tindakan yang dibuat pada
akseptor KB implant.
h) Mampu mengevaluasi sejauh mana tingkat keberhasilan management
yang telah dicapai pada akseptor KB implant.

Anda mungkin juga menyukai