Anda di halaman 1dari 133

1

Perencanaan Jalan Raya


I

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah perkembangan jalan dimulai bersamaan dengan sejarah umat


manusia itu sendiri yang selalu berhasrat untuk mencari kebutuhan hidup
dan berkomunikasi dengan sesama. Dengan demikian perkembangan jalan
saling berkaitan dengan perkembangan umat manusia. Jalan raya merupakan
salah satu prasarana transportasi yang dapat menunjang pengembangan suatu
wilayah. Semakin lancar transportasi maka semakin cepat suatu wilayah
berkembang. Meningkatnya jumlah penduduk akan diikuti dengan
meningkatnya kebutuhan sarana transportasi, sehingga perlu dilakukan
perencanaan jalan yang sesuai dengan kebutuhan penduduk saat ini.
Untuk membangun ruas jalan raya baru maupun peningkatan yang
diperlukan sehubungan dengan penambahan kapasitas jalan raya, tentu akan
memerlukan metoda efektif dalam perancangan maupun perencanaan agar
diperoleh hasil yang terbaik dan ekonomis, tetapi memenuhi unsur keselamatan
pengguna jalan dan tidak mengganggu ekosistem.
Syarat-syarat yang diperlukan oleh jalan raya terutama adalah untuk
memperoleh :
a. Permukaan yang rata dengan maksud agar lalu lintas dapat berjalan
dengan lancar.
b. Mampu memikul berat kendaraan beserta beban yang ada
diatasnya. c. Dapat dilalui dengan aman dan nyaman sesuai dengan
rencana.

Dewasa ini manusia telah mengenal sistem perencanaan jalan yang baik
dan mudah dikerjakan serta pola perencanaannya yang makin sempurna.

Masweri/140400101010
0
2
Perencanaan Jalan Raya
I
Meskipun demikian, seorang teknik sipil selalu dituntut untuk dapat
merencanakan suatu lintasan jalan yang paling efektif dan efisien dari
alternatif-alternatif yang ada,

Masweri/140400101010
0
3
Perencanaan Jalan Raya
I

dengan tidak mengabaikan fungsi-fungsi dasar dari jalan. Oleh karena itu, dalam
merencanakan suatu lintasan jalan, seorang teknik sipil harus mampu
menyesuaikan keadaan di lapangan dengan teori-teori yang ada, sehingga
akan diperoleh hasil yang maksimal.
Dalam merencanakan suatu jalan raya, diinginkan pekerjaan yang relatif
mudah dengan menghindari pekerjaan galian (cut) dan timbunan (fill) yang
besar. Di lain pihak, kendaraan yang beroperasi di jalan raya menginginkan
jalan yang relatif lurus, tidak ada tanjakan atau turunan. Objek keinginan itu sulit
kita jumpai mengingat keadaan permukaan bumi yang relatif tidak datar,
sehingga perlu dilakukan perencanaan geometrik jalan, yaitu perencanaan
jalan yang dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat
memenuhi fungsi dasar dari jalan yaitu memberikan pelayanan yang optimum
pada arus lalu lintas. Faktor yang menjadi dasar perencanaan geometrik
adalah sifat gerakan, ukuran kendaraan, sifat pengemudi dalam
mengendalikan gerak kendaraannya, serta karakteristik arus lalu lintas. Hal
– hal tersebut haruslah menjadi bahan pertimbangan perencana sehingga
dihasilkan bentuk dan ukuran jalan, serta ruang gerak kendaraan yang
memenuhi tingkat kenyamanan dan keamanan yang diharapkan.

Selain itu, juga harus diperhatikan elemen – elemen dari perencanaan


geometrik jalan, yaitu :
1. Alinyemen horizontal
Pada gambar alinyemen horizontal, akan terlihat apakah jalan tersebut
merupakan jalan lurus, menikung ke kiri, atau ke kanan dan akan
digambarkan sumbu jalan pada suatu kontur yang terdiri dari garis lurus,
lengkung berbentuk lingkaran serta lengkung peralihan dari bentuk lurus
ke bentuk busur lingkaran. Pada perencanaan ini dititik beratkan
pada pemilihan letak dan panjang dari bagian – bagian trase jalan, sesuai
dengan kondisi medan sehingga terpenuhi kebutuhan akan pergerakkan
lalu lintas dan kenyamanannya.

Masweri/140400101010
0
4
Perencanaan Jalan Raya
I

2. Alinyemen vertikal
Pada gambar alinyemen vertikal, akan terlihat apakah jalan tersebut tanpa
kelandaian, mendaki atau menurun. Pada perencanaan ini,
dipertimbangkan bagaimana meletakkan sumbu jalan sesuai dengan
kondisi medan dengan memperhatikan fungsi - fungsi dasar dari
jalan tersebut. Pemilihan alinyemen vertikal berkaitan pula dengan
pekerjaan tanah yang mungkin timbul akibat adanya galian dan timbunan
yang harus dilakukan

3. Penampang melintang jalan


Bagian – bagian dari jalan seperti lebar dan jumlah lajur, ada atau tidaknya
median, drainase permukaan, kelandaian serta galian dan timbunan.

Koordinasi yang baik antara bentuk alinyemen horizontal dan vertikal


akan memberikan keamanan dan kenyamanan pada pemakai jalan.

1.2 Maksud dan Tujuan

Tujuan dari perencanaan suatu jalan raya adalah untuk merencanakan


suatu lintasan dan dimensi yang sesuai dengan Peraturan Perencanaan
Geometrik Jalan Raya (PPGJR) No. 13 tahun 1970, sehingga dapat menjamin
keamanan dan kelancaran lalu lintas. Dari perencanaan itu juga didapat suatu
dokumen yang dapat memperhitungkan bobot pekerjaan baik galian maupun
timbunan, pekerjaan tanah dan sebagainya sehingga bisa dilakukan
perencanaan yang seekonomis mungkin.

1.3 Ruang Lingkup Perencanaan

Masweri/140400101010
0
5
Perencanaan Jalan Raya
I
Dalam tugas rencana ini, perhitungan dilakukan terdiri dari beberapa
tinjauan. Peninjauan ini meliputi penentuan lintasan, alinyemen horizontal,
alinyemen vertikal, penampang melintang, dan kubikasi.

Masweri/140400101010
0
6
Perencanaan Jalan Raya
I

1.3.1 Trase rencana/penentuan lintasan

Penentuan lintasan meliputi perhitungan jarak lintasan, sudut


azimut, kemiringan jalan, elevasi jalan pada titik kritis, dan luas tampang.

1.3.2 Merencanakan alinyemen horizontal

Perencanaan alinyemen horizontal merupakan perencanaan tikungan


lengkap komponen-komponennya. Dalam perencanaan tikungan pada
rancangan ini meliputi:
Full Circle, digunakan pada tikungan yang mempunyai jari – jari besar
dan sudut tangen yang relatif kecil.
Spiral Circle Spiral, digunakan pada tikungan yang mempunyai jari –
jari kecil dan sudut tangen yang relatif besar.

1.3.3 Merencanakan alinyemen vertikal

Alinyemen vertikal ini merupakan proyeksi lintasan jalan pada bidang


tegak yang melalui sumbu jalan atau tegak lurus bidang gambar.
Perencanaan alinyemen vertikal ini terdiri dari lengkung vertikal
cembung dan lengkung vertikal cekung,dimana perencanaannya didasarkan
pada beberapa syarat, yaitu syarat keamanan, kenyaman dan drainase untuk
masing-masing beda kelandaian yang ada.

1.3.4 Pekerjaan galian (cut) dan timbunan (fill)

Cut dan fill yaitu pemotongan dan penimbunan pada keadaan tanah/muka
tanah yang telah ditentukan. Pada keadaan cut, tanah digunakan untuk mengisi
ke daerah fill dan apabila tidak cukup/kurang maka dapat diambil dari borrow
pit, seandainya kelebihan dapat dibuang ke disposal place, seperti halnya
tanah stripping.

Masweri/140400101010
0
7
Perencanaan Jalan Raya
I

BAB II
TINJAUAN
KEPUSTAKAAN

2.1 Perencanaan Geometrik Jalan

Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan


yang dititikberatkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi
fungsi dasar dari jalan, yaitu memberikan pelayanan yang optimum pada arus
lalu lintas dan sebagai akses ke rumah-rumah. Ruang, bentuk, dan ukuran jalan
dikatakan baik, jika dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengguna
jalan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan geometrik jalan raya
adalah kelas jalan, kecepatan rencana, keadaan topografi, standar
perencanaan, penampang melintang, volume lalu lintas, keadaan topografi,
alinyemen horizontal,alinyemen vertikal, dan bentuk tikungan.

2.1.1 Kelas jalan

Jalan dibagi dalam kelas-kelas yang penempatannya didasarkan pada


fungsinya juga dipertimbangkan pada besarnya volume serta sifat lalu lintas
yang diharapkan akan menggunakan jalan yang bersangkutan.

2.1.2 Kecepatan rencana

Kecepatan rencana yang dimaksud adalah kecepatan maksimum yang


diizinkan pada jalan yang akan direncanakan sehingga tidak menimbulkan
bahaya bagi pemakai jalan tersebut. Dalam hal ini harus disesuaikan dengan
tipe jalan yang direncanakan.

2.1.3 Keadaan topografi

Masweri/140400101010
0
8
Perencanaan Jalan Raya
I
Untuk memperkecil biaya pembangunan, maka suatu standar perlu
disesuaikan dengan keadaan topografi. Dalam hal ini, jenis medan dibagi dalam

Masweri/140400101010
0
9
Perencanaan Jalan Raya
I

tiga golongan umum yang dibedakan menurut besarnya lereng melintang


dalam arah kurang lebih tegak lurus sumbu jalan.

Tabel 2.1 Klasifikasi Medan dan Besarnya Lereng Melintang


Golongan Medan Lereng Melintang
Datar (D) 0 sampai 9%
Perbukitan (B) 10 sampai 24,9%
Pegunungan (G) > 25%

Adapun pengaruh keadaan medan terhadap perencanaan suatu jalan


raya meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Tikungan : Jari-jari tikungan pada pelebaran perkerasan diambil sedemikian
rupa sehingga terjamin keamanan dan kenyamanan jalannya
kendaraan dan pandangan bebas harus cukup luas.
b. Tanjakan : Dalam perencanaan diusahakan agar tanjakan dibuat dengan
kelandaian sekecil mungkin.

2.1.4 Volume lalu lintas

Volume lalu lintas dinyatakan dalam Satuan Mobil Penumpang (SMP)


yang besarnya menunjukkan jumlah lalu lintas harian rata-rata (LHR) untuk
kedua jurusan. Dalam perencanaan ini volume lalu lintas berhubungan dengan
penentuan kelas jalan yang bermuara pada ukuran penampang melintang jalan.

2.2 Penentuan Lintasan

Berdasarkan peta topografi yang disediakan, dimana titik asal (origin)


dan tujuan (destination) telah ditentukan, dilakukan pencarian lintasan
dengan memperhatikan situasi medan. Kontur terus ditelusuri untuk mencari
lintasan yang sesuai dengan Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya

Masweri/140400101010
0
10
Perencanaan Jalan Raya
I
(PPGJR) No.13 tahun 1970 serta ketentuan-ketentuan lain yang diberikan pada
perencanaan ini.

Masweri/140400101010
0
11
Perencanaan Jalan Raya
I

Rumus-rumus yang digunakan dalam penentuan lintasan ini


berdasarkan buku ”Perencanaan Trase Jalan Raya” oleh Bukhari R.A dan
Maimunah, tahun
2005.

2.2.1 Jarak lintasan

d A–Z = (xZ xA) 2 ( yZ yA) 2 …………………………..(2.1)

dengan:
d A – Z = jarak dari titik A ke titik Z
xA = koordinat titik A terhadap sumbu
x xZ = koordinat titik Z terhadap sumbu
x yA = koordinat titik A terhadap sumbu
y yZ = koordinat titik Z terhadap sumbu
y

2.2.2 Sudut azimut


( xZ xM ) ( xM xA)
ΔM = arc tan arc tan
( yZ yM ) ( yM yA) ……………………(2.2)

dengan:
ΔM = sudut di titik M (yang akan di cari)
xM = koordinat titik M terhadap sumbu
x yM = koordinat titik M terhadap sumbu
y
xA = koordinat titik pada awal lintasan sebelum titik M,
terhadap sumbu x
yA = koordinat titik pada awal lintasan sebelum titik M,
terhadap sumbu y

Masweri/140400101010
0
12
Perencanaan Jalan Raya
I
xM = koordinat titik pada akhir lintasan sesudah titik M,
terhadap sumbu x
yM = koordinat titik pada akhir lintasan sesudah titik M,
terhadap sumbu y

Masweri/140400101010
0
13
Perencanaan Jalan Raya
I

2.2.3 Kemiringan jalan

eZ eA
i A-Z = x100%
d AZ
……………………………………………(2.3)

dengan:
i A-Z = kemiringan jalan dari titik awal ke titik
akhir eA = elevasi jalan pada titik awal
eZ = elevasi jalan pada titik akhir
d A-Z = jarak lintasan dari titik awal ke titik akhir

2.2.4 Elevasi jalan pada titik kritis

ek = eT + i x L................................................................................(2.4)

dengan:
ek = Elevasi muka jalan pada titik kritis
eT = elevasi muka jalan pada titik tinjauan
i = kemiringan lintasan pada titik kritis
L = jarak lintasan dari titik tinjauan ke titik kritis

2.2.5 Luas tampang

Untuk menghitung luas tampang digunakan rumus-rumus luas segitiga,


segi empat, dan trapesium.

2.3 Alinyemen Horizontal

Alinyemen horizontal adalah garis proyeksi sumbu jalan yang tegak lurus
pada bidang peta yang terdiri dari garis – garis lurus yang dihubungkan dengan
garis – garis lengkung yang dapat berupa busur lingkaran ditambah busur
peralihan ataupun lingkaran saja.

Masweri/140400101010
0
14
Perencanaan Jalan Raya
I

Bagian yang sangat kritis pada alinyemen horizontal adalah bagian


tikungan, dimana terdapat gaya yang dapat melemparkan kendaraan ke
luar daerah tikungan yang disebut gaya sentrifugal. Atas dasar itu maka
perencanaan tikungan diusahakan agar dapat memberikan keamanan dan
kenyamanan, sehingga perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:
a. Jari-jari lengkung minimum untuk setiap kecapatan rencana ditentukan
berdasarkan miring maksimum dengan koefisien gesekan melintang
maksimum.
b. Lengkung peralihan adalah lengkung pada tikungan yang dipergunakan
untuk mengadakan peralihan dari bagian lurus ke bagian lengkung
atau sebaliknya.
c. Pelebaran perkerasan pada tikungan sangat bergantung
pada: R = Jari-jari tikungan
β = Sudut tikungan
Vr = Kecepatan rencana

Rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan alinyemen horizontal


ini berdasarkan buku ”Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan” oleh
Silvia Sukirman, tahun 1999.

2.3.1 Jenis Lengkung


Horizontal

fmaks = -0,00065v + 0,192 ……………………………………….(2.5)


v2
Rmin =
127(emaks f maks )
……………………………………….....(2.6)

2.3.1.1 Full Circle

Rumus yang digunakan:

Masweri/140400101010
0
15
Perencanaan Jalan Raya
I
TC = RC tan ½
.........................................................................(2.7) EC = TC tan 1/4
.........................................................................(2.8)

Masweri/140400101010
0
16
Perencanaan Jalan Raya
I

LC = 0,01745 RC .........................................................................(2.9)
dengan:
R = Jari–jari lengkung minimum (m)
= Sudut tangen
Ec = Jarak PI ke lengkung peralihan
(m) Lc = Panjang bagian tikungan (m)
Tc = Jarak antara TC dan PI (m)

Untuk lebih jelasnya, lengkung horizontal tipe full circle dapat dilihat
pada
Gambar 2.1 berikut.

1/2 1/2

Gambar 2.1 Lengkung Busur Lingkaran Sederhana

2.3.1.2 Spiral Circle Spiral

Rumus yang digunakan:


Ls.90
θs = .........................................................................(2.10)
.Rc

θc = - 2 θs .........................................................................(2.11)
c
Lc = 2Rc
360 0 .........................................................................(2.12)

Masweri/140400101010
0
17
Perencanaan Jalan Raya
I

L = Lc + 2Ls .........................................................................(2.13)
Ls 2
p = Rc(1 coss)
6Rc .........................................................(2.14)

Ls 3
k = Ls Rc sins
40Rc 2 ..........................................................(2.15)
Ts = (Rc + p) tan ½ + k ..........................................................(2.16)
Es = (Rc p) sec1/ 2 Rc ..........................................................(2.17)

dengan:
Rc = jari–jari lengkung yang direncanakan (m)
= sudut tangen
θs = sudut putar
Es = jarak PI ke lengkung peralihan
(m) Ls = panjang lengkung spiral (m)
Lc = panjang lengkung circle (m)

Untuk lebih jelasnya, lengkung horizontal tipe spiral-circle-spiral


dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut.

Gambar 2.2 Lengkung Spiral Lingkaran Spiral

Masweri/140400101010
0
18
Perencanaan Jalan Raya
I

Spiral-Spiral

Rumus yang digunakan :


1
s ……………………………………….………(2.18)
2
s ..Rc
Ls = ……………………………………….………(2.19)
90
Ls 3
Xc = Ls ……………………………………….………(2.20)
40R 2
L = 2Ls ……………………………………….………(2.21)
3
Ls
k = Ls - RSins ……………………….………(2.22)
40.R 2 

Ls 2
p Rc(1 coss) ……………………………….………(2.23)
6Rc


Ts = (R + P) tan +k ...........................................………(2.24)
2

Es = (R + P) Sec - R ...........................................………(2.25)
2

dengan:
Rc = jari–jari lengkung yang direncanakan (m)
∆ = sudut tangen
θs = sudut putar
Es = jarak PI ke lengkung peralihan (m)

Masweri/140400101010
0
19
Perencanaan Jalan Raya
I

Untuk lebih jelasnya, lengkung horizontal tipe spiral-spiral dapat dilihat


pada Gambar 2.3 berikut.

Gambar 2.3 Lengkung Spiral-Spiral (S-S)

2.3.2 Stasioning

Penomoran (stasioning) panjang jalan pada tahap perencanaan adalah


memberikan nomor pada interval-interval tertentu dari awal pekerjaan. Nomor
jalan (Sta jalan) dibutuhkan sebagai sarana komunikasi untuk dengan cepat
mengenal lokasi yang sedang dibicarakan, selanjutnya menjadi panduan untuk
lokasi suatu tempat. Nomor jalan ini sangat bermanfaat pada saat pelaksanaan
dan perencanaan. Di samping itu dari penomoran jalan tersebut diperoleh
imformasi tentang panjang jalan secara keseluruhan. Setiap Sta jalan
dilengkapi dengan gambar potongan melintang.
Sta jalan dimulai dari 0+000 m yang berarti 0 km dan 0 m dari awal
pekerjaan. Sta 17 + 750 berarti lokasi jalan terletak pada jarak 17 km dan
750 meter dari awal pekerjaan. Jika tidak terjadi perubahan arah tangen
pada alinyemen horizontal maupun alinyemen vertikal, maka penomoran
selanjutnya
dilakukan:
setiap 100 m pada medan datar

Masweri/140400101010
0
20
Perencanaan Jalan Raya
I
setiap 50 m pada medan bukit

Masweri/140400101010
0
21
Perencanaan Jalan Raya
I

setiap 25 m pada medan pengunungan

Jika terjadi perubahan arah tangen atau pada tikungan maka


penomoran dilakukan sebagai berikut:

T T ST
CS
SC
TS
d1
CT Ts
Lc
TC
d2
A

Gambar 2.4 Perhitungan Stasioning

Sta TC = Sta titik A + d1 –


T Sta CT = Sta TC + Lc
Sta TS = Sta CT + (d2 – T –
Ts) Sta SC = Sta TS + Ls
Sta CS = Sta SC + Lc
Sta ST = Sta CS + Ls

2.4 Alinyemen Vertikal

Menurut Sukirman (1999:153), “Alinyemen vertikal adalah perpotongan


bidang vertikal dengan bidang permukaan perkerasan jalan melalui sumbu
jalan untuk jalan 2 lajur 2 arah atau melalui tepi dalam masing-masing untuk
jalan dengan median”. Penarikan alinyemen vertikal sangat dipengaruhi oleh
berbagai pertimbangan seperti: kondisi tanah dasar, keadaan medan, fungsi jalan,
muka air banjir, muka air tanah, dan kelandaian yang masih memungkinkan.
Pada gambar alinyemen vertikal, akan terlihat apakah jalan tersebut tanpa
kelandaian, mendaki atau menurun. Pada perencanaan ini, dipertimbangkan

Masweri/140400101010
0
22
Perencanaan Jalan Raya
I
bagaimana meletakkan sumbu jalan sesuai dengan kondisi medan dengan
memperhatikan fungsi-fungsi dasar dari jalan tersebut. Pemilihan alinyemen

Masweri/140400101010
0
23
Perencanaan Jalan Raya
I

vertikal berkaitan pula dengan pekerjaan tanah yang mungkin timbul


akibat adanya galian dan timbunan yang harus dilakukan.
Pergantian dari suatu kelandaian ke kelandaian yang lain dilakukan
dengan menggunakan lengkung vertikal. Lengkung vertikal tersebut
direncanakan sedemikian rupa sehingga memenuhi keamanan, kenyamanan, dan
drainase.

2.4.1 Jenis Lengkung Vertikal

Lengkung vertikal terbagi atas lengkung vertikal cembung dan lengkung


vertikal cekung. Perhitungan alinyemen vertikal ini didasarkan pada rumus-
rumus di buku ”Perencanaan Trase Jalan Raya” oleh Bukhari R.A dan
Maimunah, tahun
2005.

2.4.1.1 Lengkung vertikal cembung

Lengkung vertikal cembung adalah lengkung dimana titik perpotongan


antara kedua tangen berada di atas permukaan jalan yang bersangkutan.

Rumus-rumus yang digunakan:


A = g1- g2 .............................................................................(2.46)

AxLv
Ev = ………………………………………………………..(2.47)
800

Lv diambil berdasarkan gambar 5.1 (Buku: Perencanaan Trase Jalan


Raya oleh Bukhari R.A dan Maimunah, tahun 2005, hal: 34)

dengan:
Ev = Pergeseran vertikal dari titik PPV ke bagian
lengkung g1 = aljabar kelandaian lintasan pertama

Masweri/140400101010
0
24
Perencanaan Jalan Raya
I
g2 = aljabar kelandaian lintasan kedua
A = perbedaan aljabar kelandaian (%)
Lv = panjang lengkung (m)

Masweri/140400101010
0
25
Perencanaan Jalan Raya
I

2.4.1.2 Lengkung vertikal cekung

Lengkung vertikal cekung adalah lengkung dimana titik perpotongan


antara kedua tangen berada di bawah permukaan jalan. Rumus-rumus yang
digunakan pada perhitungan lengkung vertikal cekung sama dengan lengkung
vertikal cembung, namun pada saat penentuan Lv digunakan gambar 5.2 (Buku:
Perencanaan Trase Jalan Raya oleh Bukhari R.A dan Maimunah,tahun 2005,
hal:
34).

2.5 Penampang Melintang Jalan

Penampang melintang jalan adalah pemotongan suatu jalan tegak lurus


sumbu jalan yang menunjukan bentuk serta susunan bagian-bagian jalan dalam
arah melintang. Penampang melintang jalan yang digunakan harus sesuai
dengan kelas jalan dan kebutuhan lalu lintas yang dilayaninya.

2.6 Galian (cut) dan Timbunan (fill)

Rumus-rumus yang digunakan adalah rumus-rumus luas segitiga,


segiempat, trapesium dan untuk keadaan tertentu dipakai rumus interpolasi
serta untuk perhitungan volume digunakan rumus kubus dan kerucut.

a. Luas segiempat

A= P x L ……………………………………………….(2.56)
dengan:
A = luas segiempat
(m2) P = panjang (m)
L = lebar (m)

Masweri/140400101010
0
18
Perencanaan Jalan Raya
I
b. Luas segitiga

Masweri/140400101010
0
17
Perencanaan Jalan Raya
I

A = ½axt …………………………...…………………(2.57)
dengan:
A = luas segitiga (m2)
a = panjang sisi alas (m)
t = panjang sisi tegak (m)

c. Luas trapesium

A = ½ (a + b) x t .........................................................................(2.58)
dengan:
A = luas segitiga (m2)
a = panjang sisi atas (m)
b = panjang sisi bawah (m)
t = panjang sisi tegak (m)

d. Interpolasi

Timbuna

a:b = (L-x) : x
ax = b. L – b .
x ax + bx = b. L
(a + b)x = b. L
bxL
x =
a b

Masweri/140400101010
0
18
Perencanaan Jalan Raya
I

BAB III
PENENTUAN TRASE
JALAN

3.1 Perencanaan Trase


Perencanaan trase dilakukan berdasarkan keadaan topografi. Topografi
merupakan bentuk permukaan tanah asli yang digambarkan secara grafis
pada bidang kertas kerja dalam bentuk garis-garis yang sering disebut transis.
Garis- garis transisi ini digambarkan pada setiap kenaikan atau penurunan 1
meter.

Menurut Diwiryo (1975), pemilihan lintasan trase yang menguntungkan


dari sudut biaya adalah pemilihan trase yang menyusuri atau sejajar garis transis.
Namun demikian pemilihan trase seperti tersebut diatas sulit dipertahankan
apabila medan yang dihadapi merupakan medan berat, yaitu medan yang terdiri
dari pegunungan dan lembah-lembah dengan luas pengukuran topografi yang
relatif sempit.

Pada perencanaan trase dengan mempertimbangkan volume pekerjaan


tanah, dilakukan berdasarkan posisi garis-garis transis relatif mengikuti arah
memanjang pengukuran peta topografi, maka perencanaan trase relatif
menyusuri garis transis tersebut. Sebaliknya apabila posisi garis-garis
transis relatif melintang dari arah memanjang pengukuran peta topografi
dalam jumlah yang banyak serta jarak yang rapat, maka pemilihan trase
dilakukan dengan cara memotong garis-garis tersebut.

Untuk menentukan posisi titik awal, titik akhir, dan panjang trase
dilakukan dengan system koordinat stasiun, yaitu berdasarkan letak titik
yang ditinjau terhadap koordinat peta topografi yang berskala 1 : 2000.

Masweri/140400101010
0
19
Perencanaan Jalan Raya
I Dalam perencanaan ini, pencarian trase dilakukan dengan cara coba-
coba dengan memperhatikan batasan-batasan yang telah ditetapkan, dalam
tugas ini yaitu memiliki sekurang-kurangnya tiga tikungan.

Masweri/140400101010
0
20
Perencanaan Jalan Raya
I

Peta topografi yang ditentukan pada tugas rancangan ini merupakan:


Keadaan gunung
Beda tinggi antara dua garis transis adalah 1 meter.
Langkah awal dari pencarian trase dimulai dengan cara menarik garis
rencana yang agak sejajar dengan garis contour supaya diperoleh kelandaian
yang kecil, Menurut Bina Marga kelandaian maksimal 10%. Selanjutnya
juga diperhatikan jumlah tikungan serta jarak lintasan yang diperoleh.
Setelah diperoleh lintasan dengan berbagai kriteria diatas, perlu diperhatikan
lagi volume galian dan timbunan yang terjadi. Dalam hal ini disarankan agar
penimbunan tidak dilakukan pada tanjakan dan tidak lebih dari 3 meter.
Pemilihan yang terakhir didasarkan pada kelandaian, tanjakan, jumlah tikungan,
jarak tempuh, dan volume gailan dan timbunan. Diusahakan agar pemilihan
dapat seekonomis mungkin.

3.2 Alasan Pemilihan Trase


Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa trase yang dipilih hendaknya
memenuhi syarat-syarat di atas. Berdasarkan pemilihan trase ini dapat
disimpulkan bahwa untuk memilih trase yang lebih ekonomis tidak dapat hanya
berpedoman pada panjangnya trase. Trase terpendek belum tentu merupakan
yang paling ekonomis. Berdasarkan pertimbangan tersebut, dipilih trase rencana
dengan medan yang relatif tidak memerlukan pekerjaan tanah yang besar dan
jarak yang tidak terlalu panjang.

3.3 Perhitungan Trase Jalan


3.3.1 Perhitungan Trase 1
Langkah – langkah pencarian trase dilakukan sebagai berikut :
1. Trase jalan dari titik P ke titik 2 peta transis terlampir :

1. Titik P (x = 3000; y = 1250) ke titik PI1 (x = 3300; y = 1660)


2. Titik PI1 (x = 3300; y = 1660) ke titik PI2 (x = 3566; y = 1870)
3. Titik PI2 (x = 3566; y = 1870) ke titik PI3 (x = 3852; y = 1984)
4. Titik PI3 (x = 3852; y = 1984) ke titik 2 (x = 4400; y = 1950)
Masweri/140400101010
0
21
Perencanaan Jalan Raya
I

2. Perhitungan Jarak Antara Titik Potong

Titik P koordinat (x P = 3000 ; yP = 1250)


Titik PI1 koordinat (x PI1 = 3300 ; y PI1 = 1660)
Titik PI2 koordinat (x PI2 = 3566 ; y PI2 = 1870)
Titik PI3 koordinat (x PI3 = 3852 ; y PI3 = 1984)
Titik 2 koordinat (x 2 = 4400 ; y2 = 1950)

d (P – PI1) = (xPI 1 xP) 2 ( yPI 1 yP) 2

= (3300 3000) 2 (1660 1250) 2


= 90000 168100
= 508,035 meter

d (PI1 – PI2) = (xPI 2 xPI )12 ( yPI 2 yPI )12

= (3566 3300) 2 (1870 1660) 2


= 70756 44100
= 388,904 meter

d (PI2 – PI3) = (xPI 3 xPI 2 ) 2 ( yPI 3 yPI 2 ) 2

= (3852 3566) 2 (1984 1870) 2


= 81796 12769
= 307,883 meter
d (PI3 – 2) = (x2 xPI 3 ) 2 ( y2 yPI ) 23

= (4400 3852) 2 (1950 1984) 2


= 300304 1156
= 549,054 meter

3. Perhitungan Sudut Azimut Masing-masing Titik Perpotongan


adalah sebagai berikut :

x
Sudut Azimut = arc
tan
y

Masweri/140400101010
0
22
Perencanaan Jalan Raya
I

xPI 2 xPI1 xPI1 xR


∆PI1 = arc tan arc tan
yPI 2 yPI1 yPI1 yR
3566 3300 3300 3000
∆PI1 = arc tan arc tan
1870 1660 1660 1250

∆PI1 = arc tan (1,26) – arc tan (0,73)


∆PI1 = 15,430

xPI 3 xPI 2 xPI 2 xPI 1


∆PI2 = arc tan arc tan
yPI 3 yPI 2 yPI 2 yPI 1
3852 3566 3566 3300
∆PI2 = arc tan arc tan
1984 1870 1870 1660

∆PI2 = arc tan (2,50) – arc tan (1,26)


∆PI2 =16,630
x2 xPI 3 xPI3 xPI2
∆PI3 = arc tan arc tan
y2 yPI 3 yPI3 yPI 2

4400 3852 3852 3566


∆PI3 = arc tan arc tan
1950 1984 1984 1870

∆PI3 = arc tan (-16,11) – arc tan (2,50)


∆PI3 = -1540 =1800 – (154) = 260

4. Perhitungan kemiringan jalan


Data dapat dihitung dengan menggunakan rumus ;
h
i = x 100%
I
h = beda tinggi permukaan jalan
I = jarak antara 2 (dua) titik

Titik P = Elevasi muka tanah = 35,13 m ( dari permukaan laut


= Elevasi muka jalan )= 35,13 m ( dari permukaan laut
Titik PI1 = Elevasi muka tanah )= 35 m ( dari permukaan laut
= Elevasi muka jalan ) 35 m ( dari permukaan laut
=
)
35 35,13
i (P- PI1) = x 100%
508,035

Masweri/140400101010
0
23
Perencanaan Jalan Raya
I
= -0,033 % (-) ....................< 10%. (aman)

Masweri/140400101010
0
24
Perencanaan Jalan Raya
I

Titik PI1 = Elevasi muka tanah = 35 m ( dari permukaan laut )


= Elevasi muka jalan = 35 m ( dari permukaan laut )
Titik PI2 = Elevasi muka tanah = 34 m ( dari permukaan laut )
= Elevasi muka jalan = 34 m ( dari permukaan laut )

34 35
i (PI1 – PI2) = x 100%
388,904

= -0,25 % (-) ....................< 10%. (aman)

Titik PI2 = Elevasi muka tanah = 34 m ( dari permukaan laut


= Elevasi muka jalan = 34 m) ( dari permukaan laut
Titik PI3 = Elevasi muka tanah = 34 )m ( dari permukaan laut
= Elevasi muka jalan = 34 m) ( dari permukaan laut
)
34 34
i (PI2 – PI3) = x 100%
307,883
= 0 % (-) ....................< 10%. (aman)

Titik PI3 = Elevasi muka tanah = 34 m ( dari permukaan laut


= Elevasi muka jalan = 34 m) ( dari permukaan laut
Titik 2 = Elevasi muka tanah = 36,66 )m ( dari permukaan laut
= Elevasi muka jalan = 36,66 ) ( dari permukaan
m laut
)
36,66 34
i (PI3 – 2) = x 100%
549,054

= 0,42 % (+) ....................< 10%.


(aman)

5. Pengecekan Titik Kritis


Lihat Peta Transis
Titik Kritis ( P – PI1
) Titik K1
Elevasi muka tanah = 36
Elevasi muka jalan = 35,13 + (-0,00033 x 54)
= 35,11 m
K1 ( Galian ) = 35,11 - 36
= 0,89 m (-) ( < 8 m, aman
)

Masweri/140400101010
0
25
Perencanaan Jalan Raya
I

Titik K2
Elevasi muka tanah = 37
Elevasi muka jalan = 35,13 + (-0,00033 x 124)
= 35,08 m
K2 ( Galian ) = 35,08 - 37
= 1,87 m (-) ( < 8 m, aman )

Titik K3
Elevasi muka tanah = 37
Elevasi muka jalan = 35,13 + (-0,00033 x 192)
= 35,06 m
K3 ( Galian ) = 35,06 - 37
= 1,94 m (-) ( < 8 m, aman )

Titik K4
Elevasi muka tanah = 36
Elevasi muka jalan = 35,13 + (-0,00033 x 206)
= 35,06 m
K4 ( Galian ) = 35,06 - 36
= 0,94 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K5
Elevasi muka tanah = 35
Elevasi muka jalan = 35,13 + (-0,00033 x 222)
= 35,05 m
K5 ( Timbunan ) = 35,05 – 35
= 0.05 (+) m ( < 4 m, aman )

Titik K6
Elevasi muka tanah = 34
Elevasi muka jalan = 35,13 + (-0,00033 x 260)
= 35,04 m
K6 ( Timbunan ) = 35,04 – 34
= 1,04 (+) m ( < 4 m, aman )

Titik K7
Elevasi muka tanah = 33
Elevasi muka jalan = 35,13 + (-0,00033 x 302)
= 35,03 m
K7 ( Timbunan ) = 35,03 – 33
= 2,03 (+) m ( < 4 m, aman )

Masweri/140400101010
0
26
Perencanaan Jalan Raya
I

Titik K8
Elevasi muka tanah = 32
Elevasi muka jalan = 35,13 + (-0,00033 x 368)
= 35,00 m
K8 ( Timbunan ) = 35,00 – 32
= 3 (+) m ( < 4 m, aman )

Titik K9
Elevasi muka tanah = 32
Elevasi muka jalan = 35,13 + (-0,0033 x 426)
= 34,98 m
K9 ( Timbunan ) = 34,98 – 32
= 2,98 (+) m ( < 4 m, aman )

Titik K10
Elevasi muka tanah = 33
Elevasi muka jalan = 35,13 + (-0,00033 x 450)
= 34,98 m
K10 ( Timbunan ) = 34,98 – 33
= 1,98 (+) m ( < 4 m, aman )

Titik K11
Elevasi muka tanah = 34
Elevasi muka jalan = 35,13 + (-0,00033 x 478)
= 34,97 m
K11 ( Timbunan ) = 34,97 – 34
= 0,97 (+) m ( < 4 m, aman )

Titik Kritis Ke ( PI1 – PI2


) Titik K12
Elevasi muka tanah = 36
Elevasi muka jalan = 35 + (-0,0025 x 18)
= 35,94 m
K12 ( Galian ) = 35,94 – 36
= 1,05 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K13
Elevasi muka tanah = 37
Elevasi muka jalan = 35 + (-0,0025 x 46)
= 34,88 m
K13 ( Galian ) = 34,88 – 37

Masweri/140400101010
0
27
Perencanaan Jalan Raya
I = 2,12 (-) m ( < 8 m, aman )

Masweri/140400101010
0
28
Perencanaan Jalan Raya
I

Titik K14
Elevasi muka tanah = 38
Elevasi muka jalan = 35 + (-0,0025 x 86)
= 34,78 m
K14 ( Galian ) = 34,78 – 38
= 3,22 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K15
Elevasi muka tanah = 38
Elevasi muka jalan = 35 + (-0,0025 x 210)
= 34,47 m
K15 ( Galian ) = 34,47 – 38
= 3,53 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K16
Elevasi muka tanah = 37
Elevasi muka jalan = 35 + (-0,0025 x 244)
= 34,39 m
K16 ( Galian ) = 34,39 – 37
= 2,61 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K17
Elevasi muka tanah = 36
Elevasi muka jalan = 35 + (-0,0025 x 278)
= 34,30 m
K17 ( Galian ) = 34,30 – 36
= 1,7 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K18
Elevasi muka tanah = 35
Elevasi muka jalan = 35 + (-0,0025 x 308)
= 34,23 m
K18 ( Galian ) = 34,23 – 35
= 0,77 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik Kritis Ke ( PI2 – PI3


) Titik K19
Elevasi muka tanah = 33
Elevasi muka jalan = 34 + (0 x 32)
= 34 m
K19 ( Timbunan ) = 34 – 33
= 1 (+) m ( < 4 m, aman )

Masweri/140400101010
0
29
Perencanaan Jalan Raya
I

Titik K20
Elevasi muka tanah = 32
Elevasi muka jalan = 34 + (0 x 64)
= 34 m
K20 ( Timbunan ) = 34 – 32
= 2 (+) m ( < 4 m, aman )

Titik K21
Elevasi muka tanah = 31
Elevasi muka jalan = 34 + (0 x 100)
= 34 m
K21 ( Timbunan ) = 34 – 31
= 3 (+) m ( < 4 m, aman )

Titik K22
Elevasi muka tanah = 30
Elevasi muka jalan = 34 + (0 x 138)
= 34 m
K22 ( Timbunan ) = 34 – 30
= 4 (+) m ( < 4 m, aman )

Titik K23
Elevasi muka tanah = 30
Elevasi muka jalan = 34 + (0 x 246)
= 34 m
K23 ( Timbunan ) = 34 – 30
= 4 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik K24
Elevasi muka tanah = 31
Elevasi muka jalan = 34 + (0 x 260)
= 34 m
K24 ( Timbunan ) = 34 – 31
= 3 (+) m ( < 4 m, aman )

Titik K25
Elevasi muka tanah = 32
Elevasi muka jalan = 34 + (0 x 276)
= 34 m
K25 ( Timbunan ) = 34 – 32
= 2 (+) m ( < 4 m, aman )

Masweri/140400101010
0
30
Perencanaan Jalan Raya
I

Titik K26
Elevasi muka tanah = 33
Elevasi muka jalan = 34 + (0 x 292)
= 34 m
K26 ( Timbunan ) = 34 – 33
= 1 (+) m ( < 4 m, aman )

Titik Kritis Ke ( PI3 – 2


) Titik K27
Elevasi muka tanah = 35
Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 14)
= 34,05 m
K27 ( Galian ) = 34,05 – 35
= 0,95 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K28
Elevasi muka tanah = 36
Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 26)
= 34,10 m
K28 ( Galian ) = 34,10 – 36
= 1,9 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K29
Elevasi muka tanah = 37
Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 40)
= 34,16 m
K29 ( Galian ) = 34,16 – 37
= 2,84 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K30
Elevasi muka tanah = 38
Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 53)
= 34,22 m
K30 ( Galian ) = 34,22 – 38
= 3,78 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K31
Elevasi muka tanah = 39
Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 67)
= 34,28 m
K31 ( Galian ) = 34,28 – 39
= 4,72 (-) m ( < 8 m, aman )

Masweri/140400101010
0
31
Perencanaan Jalan Raya
I

Titik K32
Elevasi muka tanah = 40
Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 82)
= 34,34 m
K32 ( Galian ) = 34,34 – 39
= 4,66 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K33
Elevasi muka tanah = 41
Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 96)
= 34,40 m
K33 ( Galian ) = 34,40 – 41
= 6,6 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K34
Elevasi muka tanah = 42
Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 110)
= 34,46 m
K34 ( Galian ) = 34,46 – 42
= 7,54 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K35
Elevasi muka tanah = 42
Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 273)
= 35,14 m
K35 ( Galian ) = 35,14 – 42
= 6,86 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K36
Elevasi muka tanah = 41
Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 378)
= 35,58 m
K36 ( Galian ) = 35,58 – 41
= 5,42 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K37
Elevasi muka tanah = 40
Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 436)
= 35,83 m
K37 ( Galian ) = 35,83 – 40
= 4,16 (-) m ( < 8 m, aman )

Masweri/140400101010
0
32
Perencanaan Jalan Raya
I

Titik K38
Elevasi muka tanah = 39
Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 492)
= 36,06 m
K38 ( Galian ) = 36,06 – 39
= 2,94 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K39
Elevasi muka tanah = 38
Elevasi muka jalan = 34 + (0,0042 x 537)
= 36,25 m
K39 ( Galian ) = 36,25 – 38
= 1,75 (-) m ( < 8 m, aman )

Total Galian = 73,08 m (-)


Total Timbunan= 32,05 m
(+)

3.3.2 Perhitungan Trase 2


Langkah – langkah pencarian trase dilakukan sebagai berikut :
1. Trase jalan dari titik P ke titik 2 peta transis terlampir :

1. Titik P (x = 3000; y = 1250) ke titik PI1 (x = 3424; y = 1448)


2. Titik PI1 (x = 3424; y = 1448) ke titik PI2 (x = 3740; y = 1504)
3. Titik PI2 (x = 3740; y = 1504) ke titik PI3 (x = 4064; y = 1620)
4. Titik PI3 (x = 4064; y = 1620) ke titik 2 (x = 4400; y = 1950)

2. Perhitungan Jarak Antara Titik


Potong
Titik P koordinat (x P = 3000 ; y P = 1250)
Titik PI1 koordinat (x PI1 = 3424 ; y PI1 = 1448)
Titik PI2 koordinat (x PI2 = 3740 ; y PI2 = 1504)
Titik PI3 koordinat (x PI3 = 4064 ; y PI3 = 1620)
Titik 2 koordinat (x 2 = 4400 ; y2 =
1950)

(P – PI1) = (xPI 1 xP) 2 ( yPI 1 yP) 2

= (3424 3000) 2 (1448 1250) 2

Masweri/140400101010
0
33
Perencanaan Jalan Raya
I = 179776 39204
= 467,953 meter

Masweri/140400101010
0
34
Perencanaan Jalan Raya
I

(PI1 – PI2) = (xPI 2 xPI )12 ( yPI 2 yPI ) 2


1

= (3740 3424) 2 (1504 1448) 2


= 99856 3136
= 320,924 meter

(PI2 – PI3) = (xPI 3 xPI 2 ) 2 ( yPI 3 yPI 2 ) 2

= (4064 3740) 2 (1620 1504) 2


= 10497613456
= 344,140 meter
(PI3 – 2) = (x2 xPI 3 ) 2 ( y2 yPI ) 2
3

= (4400 4064) 2 (1950 1620) 2


= 112896 108900
= 470,952 meter

3. Perhitungan Sudut Azimut Masing-masing Titik Perpotongan


adalah sebagai berikut :

x
Sudut Azimut = arc
tan
y

xPI 2 xPI1 xPI1 xP


∆PI1 = arc tan arc tan
yPI 2 yPI1 yPI1 yP
3740 3424 3424 3000
∆PI1 = arc tan arc tan
1504 1448 1448 1250

∆PI1 = arc tan (5,64) – arc tan (2,14)


∆PI1 = 15.990

xPI 3 xPI 2 xPI 2 xPI 1


∆PI2 = arc tan arc tan
yPI 3 yPI 2 yPI 2 yPI 1
4064 3740 3740 3424
∆PI2 = arc tan arc tan
1620 1504 1504 1448

∆PI2 = arc tan (2,79) – arc tan (5,64)

Masweri/140400101010
0
35
Perencanaan Jalan Raya
I ∆PI2 = 10,450

Masweri/140400101010
0
36
Perencanaan Jalan Raya
I
x2 xPI 3 xPI 3 xPI 2
∆PI3 = arc tan arc tan
y2 yPI 3 yPI 3 yPI 2

4400 4064 4064 3740


∆PI3 = arc tan arc tan
1950 1620 1620 1504

∆PI3 = arc tan (1,01) – arc tan (2,74)


∆PI3 = -24,660

4. Perhitungan kemiringan jalan


Data dapat dihitung dengan menggunakan rumus ;
h
i = x 100%
I
h = beda tinggi permukaan jalan
I = jarak antara 2 (dua) titik

Titik P = Elevasi muka tanah = 35.13 m ( dari permukaan laut


= Elevasi muka jalan ) 35.13 m ( dari permukaan laut
=
Titik PI1 = Elevasi muka tanah ) 36 m ( dari permukaan laut
=
= Elevasi muka jalan )= 36 m ( dari permukaan laut
)
36 35,13
i (P- PI1) = x 100%
467,953

= 0,18 % (-) ....................< 10%. (aman)

Titik PI1 = Elevasi muka tanah = 36 m ( dari permukaan laut


= Elevasi muka jalan )= 36 m ( dari permukaan laut
Titik PI2 = Elevasi muka tanah =) 35 m ( dari permukaan laut
= Elevasi muka jalan )= 35 m ( dari permukaan laut
)
35 36
i (PI1 – PI2) = x 100%
320,924

= -0,31 % (-) ....................< 10%. (aman)

Titik PI2 = Elevasi muka tanah = 35 m ( dari permukaan laut


= Elevasi muka jalan )= 35 m ( dari permukaan laut
Titik PI3 = Elevasi muka tanah =) 45 m ( dari permukaan laut
= Elevasi muka jalan )= 45 m ( dari permukaan laut
)
45 35
i (PI2 – PI3) = x 100%
344,140
Masweri/140400101010
0
37
Perencanaan Jalan Raya
I
= 2,90 % (-) ....................< 10%. (aman)

Masweri/140400101010
0
38
Perencanaan Jalan Raya
I

Titik PI3 = Elevasi muka tanah = 45 m ( dari permukaan laut )


= Elevasi muka jalan = 45 m ( dari permukaan laut )
Titik 2 = Elevasi muka tanah = 36,66 m ( dari permukaan laut )
= Elevasi muka jalan = 36,66 m ( dari permukaan laut )

36,66 45
i (PI3 – 2) = x 100%
470,952

= -1,77 % (+) ....................< 10%.


(aman)

5. Pengecekan Titik Kritis


Lihat Peta Transis

Titik Kritis ( P – PI1


) Titik K1
Elevasi muka tanah = 36
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 40)
= 35,20 m
K1 ( Galian ) = 35,20 - 36
= 0,8 m (-) ( < 8 m, aman )

Titik K2
Elevasi muka tanah = 37
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 86)
= 35,28 m
K2 ( Galian ) = 35,28 - 37
= 1,27 m (-) ( < 8 m, aman )

Titik K3
Elevasi muka tanah = 38
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 124)
= 35,35 m
K3 ( Galian ) = 35,35 - 38
= 2,65 m (-) ( < 8 m, aman )

Titik K4
Elevasi muka tanah = 39
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 152 )
= 35,40 m

Masweri/140400101010
0
39
Perencanaan Jalan Raya
I K4 ( Galian ) = 35,40 - 39
= 3,6 (-) m ( < 8 m, aman )

Masweri/140400101010
0
40
Perencanaan Jalan Raya
I

Titik K5
Elevasi muka tanah = 40
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 182)
= 34,45 m
K5 ( Galian ) = 34,45 – 40
= 4,55 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K6
Elevasi muka tanah = 41
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 208)
= 35,50 m
K6 ( Galian ) = 35,50 – 41
= 5,5 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K7
Elevasi muka tanah = 42
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 232)
= 35,54 m
K7 ( galian ) = 35,54 – 42
= 6,46 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K8
Elevasi muka tanah = 43
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 244)
= 35,56 m
K8 ( Galian ) = 35,56 – 43
= 7,44 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K9
Elevasi muka tanah = 43
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 326)
= 35,71 m
K9 ( Galian ) = 35,71 – 43
= 7,29 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K10
Elevasi muka tanah = 42
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 386)
= 35,82 m
K10 ( Galian ) = 35,82 – 42
= 6,18 (-) m ( < 8 m, aman )
Masweri/140400101010
0
41
Perencanaan Jalan Raya
I

Titik K11
Elevasi muka tanah = 41
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 406)
= 35,86 m
K11 ( Galian ) = 35,86 – 41
= 5,19 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K12
Elevasi muka tanah = 40
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 426)
= 35,89 m
K12 ( Galian ) = 35,89 – 40
= 4,11 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K13
Elevasi muka tanah = 39
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 440)
= 35,92 m
K13 ( Galian ) = 35,92 – 39
= 3,08 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K14
Elevasi muka tanah = 38
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 452)
= 35,94 m
K14 ( Galian ) = 35,94 – 38
= 2,06 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K15
Elevasi muka tanah = 37
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0018 x 462)
= 35,96 m
K15 ( galian ) = 35,96 – 37
= 1,04 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik Kritis Ke ( PI1 – PI2


) Titik K16
Elevasi muka tanah = 36
Elevasi muka jalan = 36 + (-0,0031 x 24)
= 35,96 m
K16 ( Galian ) = 35,96 – 36

Masweri/140400101010
0
42
Perencanaan Jalan Raya
I = 0,04 (-) m ( < 8 m, aman )

Masweri/140400101010
0
43
Perencanaan Jalan Raya
I

Titik K17
Elevasi muka tanah = 37
Elevasi muka jalan = 36 + (-0,0031 x 57)
= 35,86 m
K17 ( Galian ) = 35,86 – 37
= 1,14 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K18
Elevasi muka tanah = 37
Elevasi muka jalan = 36 + (-0,0031 x 264)
= 35,18 m
K18 ( Galian ) = 35,18 – 37
= 1,82 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K19
Elevasi muka tanah = 36
Elevasi muka jalan = 36 + (-0,0031 x 294)
= 35,08 m
K19 ( Galian ) = 35,08 – 36
= 0,92 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik Kritis Ke ( PI2 – PI3


) Titik K20
Elevasi muka tanah = 35
Elevasi muka jalan = 35 + (0,029 x 64)
= 36,85 m
K20 ( Timbunan ) = 36,85 – 35
= 1,85 (+) m ( < 4 m, aman )

Titik K21
Elevasi muka tanah = 36
Elevasi muka jalan = 35 + (0,0029 x 158)
= 39,58 m
K21 ( Timbunan ) = 39,58 – 36
= 3,58 (+) m ( < 4 m, aman )

Titik K22
Elevasi muka tanah = 37
Elevasi muka jalan = 35 + (0,0029 x 178)
= 40,16 m
K22 ( Timbunan ) = 40,16 – 37
= 3,16 (+) m ( < 4 m, aman )

Masweri/140400101010
0
44
Perencanaan Jalan Raya
I

Titik K23
Elevasi muka tanah = 38
Elevasi muka jalan = 35 + (0,0029 x 202)
= 40,85 m
K23 ( Timbunan ) = 40,85 – 38
= 2,85 (+) m ( < 4 m, aman )

Titik K24
Elevasi muka tanah = 39
Elevasi muka jalan = 35 + (0,0029 x 226)
= 41,55 m
K24 ( Timbunan ) = 41,55 – 39
= 2,55 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik K25
Elevasi muka tanah = 40
Elevasi muka jalan = 35 + (0,0029 x 248)
= 42,19 m
K25 ( Timbunan ) = 42,19 – 40
= 2,19 (+) m ( < 4 m, aman )

Titik K26
Elevasi muka tanah = 41
Elevasi muka jalan = 35 + (0,0029 x 268)
= 42,77 m
K26 ( Timbunan ) = 42,77 – 41
= 1,77 (+) m ( < 4 m, aman )

Titik K27
Elevasi muka tanah = 42
Elevasi muka jalan = 35 + (0,0029 x 286)
= 43,29 m
K27 ( Timbunan ) = 43,29 – 42
= 1,29 (+) m ( < 4 m, aman )

Titik K28
Elevasi muka tanah = 43
Elevasi muka jalan = 35 + (0,0029 x 306)
= 43,87 m
K28 ( Timbunan ) = 43,87 – 43
= 0,87 (+) m ( < 4 m, aman )

Masweri/140400101010
0
45
Perencanaan Jalan Raya
I

Titik K29
Elevasi muka tanah = 44
Elevasi muka jalan = 35 + (0,0029 x 326)
= 44,45 m
K29 ( Timbunan ) = 44,45 – 44
= 0,45 (+) m ( < 4 m, aman )

Titik Kritis Ke ( PI3 – 2


) Titik K30
Elevasi muka tanah = 47
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,00177 x 25)
= 44,55 m
K30 ( Galian ) = 44,55 – 47
= 2,45 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K31
Elevasi muka tanah = 47
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,00177 x 77)
= 43,63 m
K31 ( Galian ) = 43,63 – 47
= 3,37 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K32
Elevasi muka tanah = 46
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,00177 x 90)
= 43,40 m
K32 ( Galian ) = 43,40 – 46
= 2,6 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K33
Elevasi muka tanah = 45
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,00177 x 103)
= 43,17 m
K33 ( Galian ) = 43,17 – 45
= 1,83 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K34
Elevasi muka tanah = 44
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,00177 x 134)
= 42,62 m
K34 ( Galian ) = 42,62 – 44
= 1,38 (-) m ( < 8 m, aman )

Masweri/140400101010
0
46
Perencanaan Jalan Raya
I

Titik K35
Elevasi muka tanah = 43
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,00177 x 200)
= 41,46 m
K35 ( Galian ) = 41,46 – 43
= 1,54 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K36
Elevasi muka tanah = 42
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,00177 x 264)
= 40,32 m
K36 ( Galian ) = 40,32 – 42
= 1,68 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K37
Elevasi muka tanah = 41
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,00177 x 346)
= 38,87 m
K37 ( Galian ) = 38,87 – 41
= 2,13 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K38
Elevasi muka tanah = 40
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,00177 x 382)
= 38,23 m
K38 ( Galian ) = 38,23 – 40
= 1,77 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K39
Elevasi muka tanah = 39
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,00177 x 424)
= 37,49 m
K39 ( Galian ) = 37,49 – 39
= 1,51 (-) m ( < 8 m, aman )

Total Galian = 84,4 m (-)


Total Timbunan= 20,56 m
(+)

Masweri/140400101010
0
47
Perencanaan Jalan Raya
I

3.3.3 Perhitungan Trase 3


Langkah – langkah pencarian trase dilakukan sebagai berikut :
1. Trase jalan dari titik P ke titik 2 peta transis terlampir :

1. Titik P (x = 3000; y = 1250) ke titik PI1 (x = 3392 ; y = 1348)


2. Titik PI1 (x = 3392; y = 1348) ke titik PI2 (x = 3702 ; y = 1486)
3. Titik PI2 (x = 3702; y = 1486) ke titik PI3 (x = 4136 ; y = 1597)
4. Titik PI3 (x = 4136; y = 1597) ke titik 2 (x = 4400 ; y = 1950)

2. Perhitungan Jarak Antara Titik Potong

Titik P koordinat (x P = 3000 ; yP = 1250)


Titik PI1 koordinat (x PI1 = 3392 ; y PI1 = 1348)
Titik PI2 koordinat (x PI2 = 3702 ; y PI2 = 1486)
Titik PI3 koordinat (x PI3 = 4136 ; y PI3 = 1597)
Titik 2 koordinat (x 2 = 4400 ; y2 = 1950)

d (P – PI1) = (xPI 1 xP) 2 ( yPI 1 yP) 2

= (3392 3000) 2 (1348 1250) 2


= 153664 9604
= 404,064 meter
d (PI1 – PI2) = (xPI 2 xPI )12 ( yPI 2 yPI )12

= (3702 3392) 2 (1486 1348) 2


= 961001904
= 339,329 meter
2
d (PI2 – PI3) = (xPI 3 xPI 2 ) ( yPI 3 yPI 2 ) 2

= (4136 3702) 2 (1597 1486) 2


= 188356 12321
= 447,970 meter
2 2
d (PI3 – 2) = (x2 xPI 3 ) ( y2 yPI ) 3

= (4400 4136) 2 (1950 1597) 2


= 69696 124609
= 440,800 meter

Masweri/140400101010
0
48
Perencanaan Jalan Raya
I

3. Perhitungan Sudut Azimut Masing-masing Titik Perpotongan


adalah sebagai berikut :
x
Sudut Azimut = arc
tan
y

xPI 2 xPI1 xPI1 xA


∆PI1 = arc tan arc tan
yPI 2 yPI1 yPI1 yA
3702 3392 3392 3000
= arc tan arc tan
1486 1348 1348 1250

= arc tan (2,24) – arc tan (4)


= -10,020

xPI3 xPI 2 xPI xPI1


∆PI2 = arc tan arc tan 2
yPI 3 yPI 2 yPI 2 yPI1
4136 3702 3702 3392
= arc tan arc tan
1597 1486 1486 1348

= arc tan (3,90) – arc tan (2,24)


= 9,670

x6 xPI 3 xPI 3 xPI 2


∆PI3 = arc tan arc tan
y6 yPI 3 yPI 3 yPI 2

4400 4136 4136 3702


= arc tan arc tan
1950 1597 1597 1486

= arc tan (0,74) – arc tan (3,90)


= -39,110

4. Perhitungan kemiringan jalan


Data dapat dihitung dengan menggunakan rumus
;
h
i= x 100%
I
h = beda tinggi permukaan jalan

Masweri/140400101010
0
49
Perencanaan Jalan Raya
I I = jarak antara 2 (dua) titik

Masweri/140400101010
0
50
Perencanaan Jalan Raya
I

Titik A = Elevasi muka tanah = 35,13 m ( dari permukaan laut )


= Elevasi muka jalan = 35,13 m ( dari permukaan laut )
Titik PI1 = Elevasi muka tanah = 45 m ( dari permukaan laut )
= Elevasi muka jalan = 45 m ( dari permukaan laut )

45 35,13
i (P - PI1) = x 100%
404,064

= 2,44 % (+) ....................< 10%. (aman)

Titik PI1 = Elevasi muka tanah = 45 m ( dari permukaan laut


= Elevasi muka jalan = 45 )m ( dari permukaan laut
Titik PI2 = Elevasi muka tanah = 36 ) ( dari permukaan
m laut
= Elevasi muka jalan = 36 ) ( dari permukaan
m laut
)
36 45
i (PI1 – PI2) = x 100%
339,329
= -2,65% (-) ....................< 10%. (aman)

Titik PI2 = Elevasi muka tanah = 36 m ( dari permukaan laut


= Elevasi muka jalan = 36 ) ( dari permukaan
m laut
Titik PI3 = Elevasi muka tanah = 45 )m ( dari permukaan laut
= Elevasi muka jalan = 45 )m ( dari permukaan laut
)
45 36
i (PI2 – PI3) = x 100%
447,970

= 2,00 % (+) ....................< 10%. (aman)

Titik PI3 = Elevasi muka tanah = 45 m ( dari permukaan laut )


= Elevasi muka jalan = 45 m ( dari permukaan laut )
Titik 2 = Elevasi muka tanah = 36,66 m ( dari permukaan laut
= Elevasi muka jalan ) 36,66 m ( dari permukaan laut
=
)
36,66 45
i (PI3 – 2) = x 100%
440,800

= -1,89 % (-) ....................< 10%. (aman)

Masweri/140400101010
0
51
Perencanaan Jalan Raya
I

5. Pengecekan Titik Kritis


Lihat Peta Transis

Titik Kritis ( P – PI1

) Titik K1
Elevasi muka tanah = 36
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 39)
= 36,08 m
K1 ( Timbunan ) = 36,08 - 36
= 0,08 m (+) ( < 4 m, aman )

Titik K2
Elevasi muka tanah = 37
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 78)
= 37,03 m
K2 ( Timbunan ) = 37,03 - 37
= 0,03 m (+) ( < 4 m, aman )

Titik K3
Elevasi muka tanah = 38
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 100)
= 37,57 m
K3 ( Galian ) = 37,57 - 38
= 0,43 m (-) ( < 8 m, aman )

Titik K4
Elevasi muka tanah = 39
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 122 )
= 36,10 m
K4 ( Galian ) = 36,10 - 39
= 2,9 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K5
Elevasi muka tanah = 40
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 144)
= 38,64 m
K5 ( Galian ) = 38,64 – 40
= 1,36 (-) m ( < 8 m, aman )

Masweri/140400101010
0
52
Perencanaan Jalan Raya
I

Titik K6
Elevasi muka tanah = 41
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 169)
= 39,25 m
K6 ( Galian ) = 39,25 – 41
= 1,75 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K7
Elevasi muka tanah = 42
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 190)
= 39,76 m
K7 ( Galian ) = 39,76 – 42
= 2,24 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K8
Elevasi muka tanah = 43
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 216)
= 40,40 m
K8 ( Galian ) = 40,40 – 43
= 2,6 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K9
Elevasi muka tanah = 44
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 224)
= 41,08 m
K9 ( Galian ) = 41,08 – 44
= 2,92 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K10
Elevasi muka tanah = 45
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 234)
= 40,83 m
K10 ( Galian ) = 40,83 – 45
= 4,17 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K11
Elevasi muka tanah = 46
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 246)
= 41,13 m
K11 ( Galian ) = 41,13 – 46
= 4,87 (-) m ( < 8 m, aman )

Masweri/140400101010
0
53
Perencanaan Jalan Raya
I

Titik K12
Elevasi muka tanah = 47
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 256)
= 41,37 m
K12 ( Galian ) = 41,37 – 47
= 5,63 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K13
Elevasi muka tanah = 48
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 272)
= 41,76 m
K13 ( Galian ) = 41,76 – 48
= 6,24 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K14
Elevasi muka tanah = 48
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 364)
= 44,01 m
K14 ( Galian ) = 44,01 – 48
= 3,99 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K15
Elevasi muka tanah = 47
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 380)
= 44,40 m
K15 ( Galian ) = 44,40 – 47
= 2,6 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K16
Elevasi muka tanah = 46
Elevasi muka jalan = 35,13 + (0,0244 x 392)
= 44,69 m
K16 ( Galian ) = 44,69 – 46
= 0,69 (-) m ( < 8 m, aman )

Masweri/140400101010
0
54
Perencanaan Jalan Raya
I

Titik Kritis Ke ( PI1 – PI2 )

Titik K17
Elevasi muka tanah = 44
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0265 x 16)
= 44,57 m
K17 ( Timbunan ) = 44,57 – 44
= 0,57 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik K18
Elevasi muka tanah = 43
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0265 x 32)
= 44,15 m
K18 ( Timbunan ) = 44,15 – 43
= 1,15 (+) m ( < 4 m, aman )

Titik K19
Elevasi muka tanah = 42
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0265 x 46)
= 43,78 m
K19 ( Timbunan ) = 43,78 – 42
= 1,78 (-) m ( < 4 m, aman )

Titik K20
Elevasi muka tanah = 41
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0265 x 62)
= 43,35 m
K20 ( Timbunan ) = 43,35 – 41
= 2,35 (+) m ( < 4 m, aman )

Titik K21
Elevasi muka tanah = 42
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0265 x 80)
= 42,88 m
K21 ( Timbunan ) = 42,88 – 42
= 2,88 (+) m ( < 4 m, aman )

Titik K22
Elevasi muka tanah = 39
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0265 x 96)
= 42,45 m
K22 ( Timbunan ) = 42,45 – 39
= 3,45 (+) m ( < 4 m, aman )
Masweri/140400101010
0
55
Perencanaan Jalan Raya
I

Titik K23
Elevasi muka tanah = 38
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0265 x 110)
= 42,08 m
K23 ( Timbunan ) = 42,08 – 38
= 4,08 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik K24
Elevasi muka tanah = 37
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0265 x 126)
= 48,33 m
K24 ( Timbunan ) = 48,33 – 37
= 11,33 (+) m ( < 4 m, aman )

Titik Kritis Ke ( PI2 – PI3


) Titik K25
Elevasi muka tanah = 35
Elevasi muka jalan = 36 + (0,02 x 32)
= 36,64 m
K25 ( Timbunan ) = 36,64 – 35
= 1,64 (+) m ( < 4 m, aman )

Titik K26
Elevasi muka tanah = 35
Elevasi muka jalan = 36 + (0,02 x 178)
= 39,56 m
K26 ( Timbunan ) = 39,56 – 35
= 4,56 (+) m ( < 4 m, aman )

Titik K27
Elevasi muka tanah = 36
Elevasi muka jalan = 36 + (0,02 x 242)
= 40,84 m
K27 ( Timbunan ) = 40,84 – 36
= 4,84 (+) m ( < 4 m, aman )

Titik K28
Elevasi muka tanah = 37
Elevasi muka jalan = 36 + (0,02 x 268)
= 41,36 m
K28 ( Timbunan ) = 41,36 – 37

Masweri/140400101010
0
56
Perencanaan Jalan Raya
I = 4,36 (+) m ( < 4 m, aman )

Masweri/140400101010
0
57
Perencanaan Jalan Raya
I

Titik K29
Elevasi muka tanah = 38
Elevasi muka jalan = 36 + (0,02 x 290)
= 41,80 m
K29 ( Timbunan ) = 41,80 – 38
= 3,80 (+) m ( < 4 m, aman )

Titik K30
Elevasi muka tanah = 39
Elevasi muka jalan = 36 + (0,02 x 316)
= 42,32 m
K30 ( Timbunan ) = 42,32 – 39
= 3,32 (+) m ( < 4 m, aman )

Titik K31
Elevasi muka tanah = 40
Elevasi muka jalan = 36 + (0,02 x 338)
= 42,76 m
K31 ( Timbunan ) = 42,76 – 40
= 2,76 (+) m ( < 4 m, aman )

Titik K32
Elevasi muka tanah = 41
Elevasi muka jalan = 36 + (0,02 x 360)
= 43,20 m
K32 ( Timbunan ) = 43,20 – 41
= 2,20 (+) m ( < 4 m, aman )
Titik K33
Elevasi muka tanah = 42
Elevasi muka jalan = 36 + (0,02 x 384)
= 43,68 m
K33 ( Timbunan ) = 43,68 – 42
= 1,68 (+) m ( < 4 m, aman )

Titik K34
Elevasi muka tanah = 43
Elevasi muka jalan = 36 + (0,02 x 406)
= 44,12 m
K34 ( Timbunan ) = 44,12 – 43
= 1,43 (+) m ( < 4 m, aman )

Masweri/140400101010
0
58
Perencanaan Jalan Raya
I

Titik K35
Elevasi muka tanah = 44
Elevasi muka jalan = 36 + (0,02 x 426)
= 44,52 m
K35 ( Timbunan ) = 44,52 – 44
= 0,52 (+) m ( < 4 m, aman )

Titik Kritis Ke ( PI3 – 2


) Titik K36
Elevasi muka tanah = 45
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0189 x 39)
= 44,26 m
K36 ( Galian ) = 44,26 – 45
= 0,74 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K37
Elevasi muka tanah = 44
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0189 x 77)
= 43,39 m
K37 ( Galian ) = 43,39 – 44
= 0,61 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K38
Elevasi muka tanah = 43
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0189 x 162)
= 41,93 m
K38 ( Galian ) = 41,93 – 43
= 1,07 (-) m ( < 8 m, aman )
Titik K39
Elevasi muka tanah = 42
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0189 x 228)
= 40,60 m
K39 ( Galian ) = 40,60 – 42
= 1,4 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K40
Elevasi muka tanah = 41
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0189 x 306)
= 39,21 m
K40 ( Galian ) = 39,21 – 41
= 1,79 (-) m ( < 8 m, aman )
Masweri/140400101010
0
59
Perencanaan Jalan Raya
I

Titik K41
Elevasi muka tanah = 40
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0189 x 342)
= 38,53 m
K41 ( Galian ) = 38,53 – 40
= 1,47 (-) m ( < 8 m, aman )

Titik K42
Elevasi muka tanah = 39
Elevasi muka jalan = 45 + (-0,0189 x 390)
= 37,62 m
K42 ( Galian ) = 37,62 – 39
= 1,38 (-) m ( < 8 m, aman )

Total Galian = 50,16 m (-)


Total Timbunan= 58,81 m
(+)

Tabel 3.1 Perbandingan Tiga Trase


Tinjauan Trase 1 Trase 2 Trase 3
Kemiringan Jalan (i)
P - PI1 0,033 % (-) 0,18 % (+) 2,44 % (+)
PI1 - PI2 0,25 % (-) 0,31 % (-) 2,65 % (-)
PI2 - PI3 0 % (+) 2,90 % (+) 2,00 % (+)
PI3 - 2 0,42 % (+) 1,77 % (-) 1,89 % (-)
Panjang Lintasan
P - PI1 508,035 m 467,953 m 404,064 m
PI1 - PI2 388,904 m 320,924 m 339,329 m
PI2 - PI3 307,883 m 344,140 m 447,970 m
PI3 - 2 549,054 m 470,952 m 448,800 m
Total 1753,876 m 1603,969 m 1640,163 m
Galian - 74,76 ( < 8 m ) - 84,4 ( < 8 m ) - 50,16 ( < 8 m )
Timbunan + 35,05 ( < 4 m ) + 20,56 ( < 4 m ) + 58,81 ( < 4 m )

Masweri/140400101010
0
60
Perencanaan Jalan Raya
I

Dari Tabel 2.1 di atas dapat diambil kesimpulan bahwa:


1. Untuk Trase 1 memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Trase 1 juga
tidak memiliki galian atau timbunan yang tidak melebihi dari syarat
yang ditetapkan. Tapi Trase 1 memiliki jarak tempuh sedikit lebih
jauh dari trase 2 dan juga memiliki galian dan timbunan yang memenuhi
syarat.
2. Untuk Trase 2 memenuhi syarat yang ditetapkan. Trase 2 juga memiliki
galian atau timbunan yang memenuhi syarat yang ditetapkan. Tapi Trase
2 memiliki jarak tempuh terpendek di bandingkan trase 1 dan 3.
3. Untuk Trase 3 tidak memenuhi syarat yang di tetapkan. Trase 3 memiliki
jarak tempuh yang panjang dari 2 alternatif yang lain. Pada Trase
3 memiliki galian dan timbunan yang melebihi syarat yang di tetapkan.

Dari kesimpulan di atas, maka digunakanlah Trase 2, karena Trase 2


yang paling ekonomis karena memiliki jarak terpendek dan juga memenuhi
syarat untuk pekerjaan galian dan timbunan, sehingga dapat dijadikan sebagai
trase definitif. Jadi Trase P dapat digunakan untuk melanjutkan perencanaan jalan
raya.

Masweri/140400101010
0
61
Perencanaan Jalan Raya
I

BAB IV
PERENCANAAN ALINYEMEN HORIZONTAL

Direncanakan pembuatan jalan kelas III untuk jalan penghubung,


Peraturan Perencanaan Jalan Raya (PPJR) N0.13/1970 standar geometrik
adalah sebagai berikut:
Klasifikasi Jalan : Kelas III
Kecepatan Rencana : 60 km/jam
Lebar perkerasan : 2 x 3,75 m
Lebar Bahu jalan : 2 x 1,5 m
Miring Melintang Jalan (Transversal) :2%
Miring Melintang Bahu Jalan :4%
Miring memanjang jalan (longitudinal) maksimal : 10 %
Kemiringan Talud :1:2

Berdasarkan perhitungan pada Bab III, pada trase jalan yang


direncanakan terdapat tiga tikungan horizontal yaitu :
1. Lengkung horizontal RI1 , β = 15°
2. Lengkung horizontal RI2 , β = 10°
3. Lengkung horizontal RI3 , β = 24°

Untuk mencari lengkung horizontal pada masing-masing tikungan


dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
emaks (superelevasi maksimum) = 10% = 0,10
fmaks (koefisien gesekan melintang), dan
Rmin (jari-jari minimum)

Menurut Sukirman (1999), untuk kecepatan rencana < 80 km/jam, berlaku:


fmaks = -0,00065v + 0,192
= -0,00065(60) + 0,192
= 0,153

Masweri/140400101010
0
62
Perencanaan Jalan Raya
I

Menurut Sukirman(1999), besarnya jari-jari minimum ditentukan dengan


rumus:
v2 60 2
Rmin = 112,041m
127(e maks f maks ) 127(0,1 0,153)

4.1 Perencanaan
Tikungan
4.1. Lengkung Horizontal
PI1
β = 15o
V = 60
km/jam emaks =
10 % karena β <
20°,
maka tikungan yang digunakan adalah jenis full circle (F-C)
Direncanakan jari-jari Rc = 716 m > Rmin = 112,041 m Melalui tabel
4.7 Sukirman (1999),diperoleh:e= 0,029 < e maks= 0,1 dan Ls= 50
m.(Pedoman Bina Marga)

TC = RC tg 1 
2
1
= 716 tg 1(15 o )
2
= 93,08 m

EC = TC tg 1 
4
= 93,08 tg 1 (15 o)
4
= 6,0502 m

LC = 0,01745 x β x RC
= 0,01745 x 15° x 716
= 187,413 m

Masweri/140400101010
0
63
Perencanaan Jalan Raya
I

Data lengkung untuk lengkung busur lingkaran sederhana


adalah : Vr = 60 km/jam
β = 15o
RC = 716 m
TC = 93,08 m
EC = 6,0502
m
LC = 187,413 m
e = 0,029 % = 2,9
% en = 0,02 % = 2
% Ls’ = 50 m

Dari variabel-variabel tersebut, dapat digambarkan lengkung PI1, secara


grafis seperti Gambar 4.1 dan Diagram Superelevasi untuk FC (PI1) Gambar
4.2 dibawah ini:

Gambar 4.1 Lengkung Horizontal PI1

Masweri/140400101010
0
64
Perencanaan Jalan Raya
I

TC CT
Ls=50 m Lc=187,143 m Ls=50 m
37,5 m

12,5 m 37,5 m
12,5 m
kiri
e = +2,9 %

x Sumbu jalan x

en = -2% en = -2%
e = -2,9%
kanan

-2% -2% +1,675% -2% +1,675% -2% -2%


-2%
2,9% 2,9%

-2% 0% -2% 0%

bagian lengkung

Gambar 4.2 Diagram Superelevasi untuk Lengkung Horizontal PI1

Superelevasi untuk TC1 adalah:


3/4 Ls ( x 2)
Ls (2,9 2)
3/4 50 ( x 2)
50 (2,9 2)
x = 1,675 %

+2.9%
-2% h

3,75 m 3,75 m

Gambar 4.3 Landai Relatif untuk Lengkung Horizontal


PI2

Landai relatif = [(0,029 + 0,02) x 3,75] / 50 =


0,003675

Masweri/140400101010
0
65
Perencanaan Jalan Raya
I

4.1.2 Lengkung Horizontal PI2


β = 10o
V = 60
km/jam emaks =
10 % karena β <
20°,
maka tikungan yang digunakan adalah jenis full circle (F-C)
Direncanakan jari-jari Rc = 819 m > Rmin = 112,041 m Melalui tabel 4.7
Sukirman (1999), diperoleh: e = 0,026 < e maks = 0,1 dan Ls = 50 m
(Pedoman Bina Marga).
TC = RC tg 1 2

= 819 tg 1 (10 o)
2
= 71,25 m

EC = TC tg 1 
4
= 71,25 tg 1 (10 o)
4
= 3,0637 m

LC = 0,01745 x β x RC
= 0,01745 x 10° x 819
= 142,915 m

Data lengkung untuk lengkung busur lingkaran sederhana


adalah : Vr = 60 km/jam
β = 10o
RC = 819 m
TC = 71,25 m
EC = 3,0637
m

Masweri/140400101010
0
66
Perencanaan Jalan Raya
I

LC = m
e = 2,3 %
en =2%
Ls’ = 50 m

Dari variabel-variabel tersebut, dapat digambarkan lengkung PI2,


secara grafis seperti Gambar 4.4 dan Diagram Superelevasi untuk FC (PI2)
Gambar 4.5
dibawah ini:

L C = 142, 915 M

EC =
3,0637 m 10°

TC = 71, 25 TC = 71, 25

PI2

Gambar 4.4 Lengkung Horizontal PI2

Masweri/140400101010
0
67
Perencanaan Jalan Raya
I

` TC CT
Ls=50 m Lc=142,915 m Ls=50 m
37,5 m

12,5 m 37,5 m
12,5 m
kiri
e = +2,6 %

x Sumbu jalan x

en = -2% en = -2%
e = -2,6%
kanan

-2% -2% +1,450% -2% -2% -2%


-2%
2,6% +1,450%
2,6%

-2% 0% -2% 0%

bagian lengkung

Gambar 4.5 Diagram Superelevasi untuk Lengkung Horizontal PI2

Superelevasi untuk TC2 adalah:


3/4 Ls ( x 2)
Ls (2,6 2)
3/4 50 ( x 2)
50 (2,6 2)
x = 1,450 %

+2.6%
-2% h

3,75 m 3,75 m

Gambar 4.6 Landai Relatif untuk Lengkung Horizontal


PI2

Landai relatif = [(0,026 + 0,02) x 3,75] / 50 =


0,00202
Masweri/140400101010
0
68
Perencanaan Jalan Raya
I

4.1.3 Lengkung Horizontal PI3


= 24 o
V = 60
Km/Jam emaks =
10%
karena β > 20°, maka tikungan yang digunakan adalah jenis
lengkung busur lingkaran dengan lengkung peralihan (Spiral – Circle –
Spiral) Direncanakan jari-jari Rc = 409 > Rmin = 112,041 m Melalui
tabel 4.7
Sukirman (1999) diperoleh: e = 0,073 > e maks = 0,1 dan Ls = 50
m.(Pedoman bina Marga)

Besar Sudut Spiral


Ls 90 50 90
s 3,503
πR 3,14 409

Besar pusat busur lingkaran


c β 2s
= 24o (2 3,503 )
= 16,994°
Panjang lengkung circle
c 16,994°
Lc  2πRc 2(3,14) 409 121,248 m >20m
360 360

L = Lc + 2 Ls
= 121,248 + (2 50)
= 221,248 m

Ls 2
p Rc (1 coss)
6Rc
50 2
p 409 (1 cos 3.503)
6 409
= 0,254 m

Masweri/140400101010
0
69
Perencanaan Jalan Raya
I Ls 3
k Ls Rc sin s
40Rc 2

Masweri/140400101010
0
70
Perencanaan Jalan Raya
I

50 3
= 50 409 sin 3,503
40 409 2
= 24,991 m

Ls2
Xs = Ls x1
40.Rc 2

 Ls3 
Xs Ls x 1 
 40Rc 2

50 2 
= 50 x 1 2
 40 409
= 49,98 m

Ls 2
Ys 
6Rc
50 2
=
6 409
= 1,01 m

Ts = ( Rc + p) tg ½ β + k
= (409 + 0,254) tg ½ 24 + 24,991
= 111,758 m

Es = (Rc + p) sec ½ β - Rc
= (409 + 0,254) sec ½ 24 – 409
= 9,380 m

Kontrol :
L< 2 Ts
221,248 m < (2 111,758) m
221,248 m < 223,516 m ……………………(OK)

Masweri/140400101010
0
71
Perencanaan Jalan Raya
I

Data lengkung untuk lengkung busur lingkaran sederhana


adalah :
V= 60 km/jam L = 221.248 m
β = 24 o e = 0,048
s = 3,503 Ls’ = 50 m

Rc = 409 m Lc = 121,248
m Es = 9,380 m p = 0,254
m Ts = 111,758 m k = 24,991
m

Dari variabel-variabel tersebut, dapat digambarkan lengkung PI3,


secara grafis seperti Gambar 4.7 dan Diagram Superelevasi untuk S-C-S
(PI3) Gambar
4.8 dibawah ini:

PI3
Ts=111, 758 m Ts=111, 758
m
Es= 9, 830 m
24°
SC3

Ls = 121, 248
m

16,991
3,503 3,503

Masweri/140400101010
0
72
Perencanaan Jalan Raya
I
Gambar 4.7 Lengkung Horizontal PI3

Masweri/140400101010
0
73
Perencanaan Jalan Raya
I

TS SC CS ST

Ls= 50 m Lc=121,248 m Ls= 50 m

kiri
e = +4,8%

Sumbu jalan
en = -2% en = -2%
e =-4,8%
kanan
-2% -2% -2% -2% -2% -2%

0% -2% 74,8% 4,8% 0% -2%

bagian lengkung bagian lurus


bagian peralihan bagian peralihan

Gambar 4.8 Diagram Superelevasi untuk Lengkung Horizontal PI3

+4,8%
h -2%
-2%
-4,8%

3,75 m 3,75 m

Gambar 4.9 Landai Relatif untuk Lengkung Horizontal PI3

Landai relatif = [(0,048 + 0,02) x 3,75] / 50 = 0,0051

Masweri/140400101010
0
74
Perencanaan Jalan Raya
I

Tabel 4.1 Data Geometrik untuk Perencanaan Lengkung Horizontal

No. Lengkung (PI1) Lengkung (PI2) Lengkung (PI3)


PI STA 320,924 m 344,140 m 470,952 m
X 3424 3740 4064
Y 1448 1504 1620
 15 o 10o 24 o
VR 60 km/jam 60 km/jam 60 km/jam
RC 716 m 819 m 409 m
LS 50 m 50 m 50 m
θS -o -o 3,503
θC -o -o 16,994o
TS -m -m 111,758
TC 93,08 71,25 -
ES - - 9,380
EC 6,0502 3,0637 -
LC 187,143 142,915 m 121,248
L - - 221,248
E 0,029 0,026 0,048
Jenis lengkung F–C F–C S – C– S

4.2 Perhitungan Stasioning Horizontal


Dalam menghitung panjang horizontal, perlu dibuat piel-piel stasiun
sehingga dengan panjang tikungan yang telah dihitung akan didapatkan panjang
horizontal jalan.

A. Lengkung Horizontal PI1 (F-C)


Dari perhitungan lengkung horizontal I
diperoleh: STA P = 0 + 000 m
STA PI1 = STA P + d(P –P1)
= (0+000) + 467,953
= 0 + 467,953 m
STA TC1 = STA Pl1 – 1/2 Tc
= (0 + 467,953) –
93,08

Masweri/140400101010
0
75
Perencanaan Jalan Raya
I = 0 + 374,873 m

Masweri/140400101010
0
76
Perencanaan Jalan Raya
I

STA CT1 = STA TC1 + LC


= (0 +374,873) +
187,413
= 0+562,286 m

B. Lengkung Horizontal II (F-C)


Dari perhitungan lengkung horizontal II
diperoleh: STA Pl1 = 467,953 m
STA PI2 = STA PI1 + d(P1 –P2)
= (0+467,953) +
320,924
= 0 + 788,877 m
STA TC2 = STA Pl2 – TC2
= (0 + 788,877) –
71,25
= 0 + 717,627 m
STA CT2 = STA TC2 + LC2
= (0 +717,627) +
142,915
= 0 + 860,542 m

c. Lengkung Horizontal III (S- C- S)


Dari perhitungan lengkung horizontal III
diperoleh: STA PI2 = 0 + 788,877 m
STA PI3 = STA Pl2 + (dPI2 - PI3)
= (0 + 788,877) +
344,140
= 1 + 1133,017 m
STA TS3 = STA Pl3 – TS3
= (1+ 1133,017) –
111,758
= 1 + 1021,259 m
STA SC3 = STA TS3 + LS3

Masweri/140400101010
0
77
Perencanaan Jalan Raya
I
= ( 1+ 1021,259 ) + 50
= 1 + 1071,259 m

Masweri/140400101010
0
78
Perencanaan Jalan Raya
I

STA CS3 = STA SC3 + Lc3


= (1 + 1071,259) +
121,248
= 1 + 1192,507 m
STA ST3 = STA CS3 + Ls
= (1+1192,507) + 50
= 1+ 1242,507 m
STA 2 = STA PI3 + ( PI3 - 2 )
= ( 1 + 1133,017)+
470,952
= 1 + 1603,969 m

Dari semua perhitungan stasioning horizontal dimuat di dalam


tabel seperti Tabel 4.2 di bawah ini:
Nomor Jalan (Sta) Panjang Horizontal Jalan
STA P 0 + 000 m
STA PI1 0 + 467,953 m
STA TC1 0 + 374,873 m
STA CT1 0 + 562,286 m
STA PI2 0 + 788,877 m
STA TC2 0 + 717,627 m
STA CT2 0 + 860,542 m
STA PI3 1 + 1133,017 m
STA TS3 1 + 1021,259 m
STA SC3 1 + 1071,259 m
STA CS3 1 + 1192,507 m
STA ST3 1 + 1242,507 m
STA 2 1 + 1603,969 m

Masweri/140400101010
0
65

Perencanaan Jalan Raya


I

BAB V
ALINYEMEN
VERTIKAL

Pergantian dari satu kelandaian ke kelandaian yang lain dilakukan


dengan menggunakan lengkung vertikal. Lengkung vertikal tersebut
direncanakan sedemikian rupa sehingga memenuhi keamanan, kenyamanan dan
drainase.
Jenis lengkung vertikal dilihat dari letak titik perpotongan kedua bagian
lurus (tangen) adalah:

1. Lengkung vertikal cekung, adalah lengkung dimana titik


perpotongan antara kedua tangen berada di bawah permukaan jalan.
2. Lengkung vertikal cembung, adalah lengkung dimana titik
perpotongan antara kedua tangen berada di atas permukaan jalan yang
bersangkutan.
Persamaan-persamaan lengkung vertikal yang digunakan adalah:

A = g1 – g2
dimana:

A = perbedaan aljabar kelandaian (selisih % kelandaian antara dua


lintasan pada pertemuan lengkung).
g1 dan g2 = besarnya kelandaian bagian tangen, kelandaian (g1 dan g2)
diberi tanda positif jika pendakian, dan diberi tanda negatif
jika terjadi
penurunan, yang ditinjau dari kiri.

A x Lv
Ev =
800
dimana:

Masweri/140400101010
0
67

Perencanaan Jalan Raya


I
Ev = pergeseran vertikal dari titik PPV ke bagian lengkung
Lv = panjang lengkung vertikal sama dengan panjang proyeksi
lengkung pada bidang horizontal.

Masweri/140400101010
0
66

Perencanaan Jalan Raya


I

5.1 Perhitungan lengkung vertikal ( Trase II )


5.1.1 Lengkung Vertikal Cembung I

Elevasi PPV1 = 36
meter
elevasi PPV1 - elevasi P
g1 = x100%
jarak
36 - 35,13
= x100%
467,953
= 0,18 %

elevasi PPV2 - elevasi PPV1


g2 = x100%
jarak

35 - 36
= x100 %
320,924
= -0,31 %
Perbedaan aljabar landai , A = g 1 – g 2
= 0,18 % – (-0,31) %
= 0,49 %

Berdasarkan nilai A = 0,49 % dan V = 60 km/jam ,dari grafik


kecepatan henti pada buku saodang hal 119 diperoleh Lv = 38 m.

Gambar 5-18 Grafik Panjang Lengkung Vertikal


Cembung

Masweri/140400101010
0
68

Perencanaan Jalan Raya


I Sumber : Anonim (1970 :
20)

Masweri/140400101010
0
67

Perencanaan Jalan Raya


I

399 x38
JPH = = 175,906 > Lv = 38
0,49

960 x38
JPM = = 272,853 > Lv = 38
0,49

2
AV 0,49 (60)
Syarat keamanan = Lv = 2
380 = 4,642 m
= 380

Keluwesan bentuk = Lv = 0,6 x V = 0,6 (60) = 36 m


Syarat drainase = Lv = 40 x A =40 (0,49) = 19,6 m
Maka diambil Lv terpanjang yaitu 36 ≈ 40
A Lv 0,49 40
Ev = 0,0245 m
800 800

Posisi titik dilengkung vertikal cembung STA 0 + 467,953


Sta PLV1 = Sta PPV1 – 1/2 x Lv
= 0+ 467,953 - 1/2 (40)
= 0 + 447,953 m

Titik antara PLV dan PPV = Sta PPV1 – 1/4 LV


= 0+ 467,953 - 1/4 (40)
= 0 + 457,953 m

Sta PPV1 = Sta 0 + 467,953 m


= 0 + 467,953 m

Titik antara PPV dan PTV = Sta PPV1 + 1/4 LV


= 0+ 467,953 + 1/4
(40)
= 0 + 477,953 m

Sta PTV1 = Sta PPV + 1/2 LV


= 0+ 477,953 + 1/2
(40)
Masweri/140400101010
0
68

Perencanaan Jalan Raya


I
= 0 + 487,953 m

Masweri/140400101010
0
69

Perencanaan Jalan Raya


I

Mencari elevasi sumbu jalan pada setiap Sta:


2
Ax
Persamaan umum, lengkung vertikal : y
= 200Lv

Kedudukan titik di sepanjang lengkung vertikal dihitung sebagai


berikut: PLV1, Sta 0 + 447,953 : x = 0 ; y=0
0,49 (10) 2
Sta 0 + 457,953 : x = 10 ; y= 0,006125 m
200 40
0,49 (20) 2
PPV1, Sta 0 + 467,953 : x = 20 ; y= 0,00245 m
200 40
1,257 (10) 2
Sta 0 + 477,953 : x = 10 ; y= 0,006125 m
200 40
PTV1, Sta 0 + 487,953 : x = 0 ; y=0

Elevasi sumbu jalan di lengkung vertikal


cembung : Elevasi sumbu jalan PLV = 36 + (g1 ×
½ LV)
= 36 + (0,0018 × ½
(40))
= 36,036 m

Elevasi sumbu jalan titik antara PLV dan PPV


= 36 + (g1 × ¼ LV)
= 36 + (0,0018 × ¼ (40)) + 0,006125
= 36,0241 m

Elevasi sumbu jalan PPV = 36 + EV


= 36 + 0,0245
= 36,0245 m

Elevasi sumbu jalan titik antara PPV dan PTV


= 36 + (g2 × ¼ LV)
= 36 + (-0,0031 × ¼ (40)) + 0,006125
Masweri/140400101010
0
70

Perencanaan Jalan Raya


I
= 35,9751 m

Masweri/140400101010
0
71

Perencanaan Jalan Raya


I

Elevasi sumbu jalan PTV = 36 + (g2 × ½ LV)


= 36 + (-0,0031 × ½
(40))
= 35,938

Dari variabel-variabel di atas, dapat digambarkan lengkung


vertikal cembung I, seperti Gambar 5.1.

Lv = 40 m

PPV1

g1 = 0,18%
g2 = -0,31% PTV1
PLV1

Sta 0+477,953
Sta 0+457,953

Sta 0+447,953 Sta 0+467,953 Sta 0+487,953

Gambar 5.1 Lengkung Vertikal Cembung I

5.1.2 Lengkung Vertikal Cekung


II
Elevasi PPV2 = 35
meter
elevasi PPV2 - elevasi PPV1
g1 = x100%
jarak
35 - 36
= x100 %
330,924
= -0,31 %
elevasi PPV3 - elevasi PPV2
g2 =
jarak
x100
45 - 35
= x100%

Masweri/140400101010
0
72

Perencanaan Jalan Raya


I 344,140
= 2,90 %

Masweri/140400101010
0
73

Perencanaan Jalan Raya


I

Perbedaan aljabar landai , A = g 1 – g 2


= -0,31 – 2,90
= -3,21 %

Berdasarkan nilai A = -3,21 % dan V = 60 km/jam ,dari grafik


kecepatan henti pada buku saodang hal 119 diperoleh Lv = 38 m.

Gambar 5-20 Grafik Panjang Lengkung Vertikal


Cekung
Sumber : Anonim (1970 :
22)
399 x38
JPH = = 38,359 > Lv = 38
3,21

960 x38
JPM = = 59,500 > Lv = 38
3,21

2 2
AV - 3,21 (60)
Syarat keamanan = Lv = = 30,401 m
380 380
=

Keluwesan bentuk = Lv = 0,6 × V = 0,6 (60) = 36 m


Syarat drainase = Lv = 40 × A = 40 (3,21) = 128,4 m

Maka diambil Lv terpanjang yaitu 128,4 ≈ 130


Masweri/140400101010
0
74

Perencanaan Jalan Raya


I A Lv 3,21130
Ev = = -0,5216 m

800 800

Masweri/140400101010
0
75

Perencanaan Jalan Raya


I

Posisi titik di lengkung vertikal cembung STA 0 + 788,877 m


Sta PLV2 = Sta PPV2 – ½ LV
= 0+788,877 – ½
(130)
= 0+723,877 m

Titik antara PLV dan PPV = Sta PPV2 – ¼ LV


= 0+788,877 – ¼
(130)
= 0 + 756,377 m

Sta PPV2 = Sta 0 + 788,877


= 0 + 788,877 m

Titik antara PPV dan PTV = Sta PPV2 + ¼ LV


= 0+ 788,877 + ¼
(130)
= 0 + 821,377 m

Sta PTV2 = Sta PPV2 + ½ LV


= 0+788,877 + ½
(130)
= 0 + 853,877 m

Mencari elevasi sumbu jalan pada setiap Sta:


2
Ax
Persamaan umum, lengkung vertikal : y
= 200Lv

Kedudukan titik di sepanjang lengkung vertikal dihitung sebagai


berikut: PLV2, Sta 0 + 723,877 : x = 0 ; y=0
1,332 (15) 2
Sta 0 + 756,377 : x = 32,5 ; y= -0,130406 m
200 60
1,332 (30) 2
PPV2, Sta 0 + 788,877 : x = 65 ; y= -0,521625 m
Masweri/140400101010
0
76

Perencanaan Jalan Raya


I 200 60

Masweri/140400101010
0
77

Perencanaan Jalan Raya


I

1,332 (15) 2
Sta 0 + 821,377 : x = 32,5 ; y= -0,130406 m
200 60
PTV2, Sta 0 + 853,877 : x = 0 ; y=0

Elevasi sumbu jalan di lengkung vertikal cembung

Elevasi sumbu jalan PLV = 35 + (g1 × ½ LV)


= 35 + (-0,0031 × ½
(130))
= 34,798 m

Elevasi sumbu jalan titik antara PLV dan PPV


= 35 + (g1 × ¼ LV)
= 35 + (-0,0031 × ¼ (130)) + (-0,130409)
= 34,478 m
Elevasi sumbu jalan PPV = 35 + EV
= 35 + (-0,5216)
= 34,478 m

Elevasi sumbu jalan titik antara PPV dan PTV


= 35 + (g2 × ¼ LV)
= 35 + (0,029 × ¼ (130)) + (-0,130406)
= 35,304 m

Elevasi sumbu jalan PTV = 35 + (g2 × ½ LV)


= 35 + (0,029 × ½
(130))
= 36,885 m

Masweri/140400101010
0
78

Perencanaan Jalan Raya


I

Dari variabel-variabel di atas, dapat digambarkan lengkung vertikal


cekung II, seperti Gambar 5.2.
Sta0+723,877
Sta0+756,377
Sta0+853,877
PLV2 Sta0+788,877 Sta0+821,377
PTV3

130m

Gambar 5.2 Lengkung Vertikal Cekung II

5.1.3 Lengkung Vertikal Cembung III

Elevasi PPV3 = 45 meter


elevasi PPV3 - elevasi PPV2
g1 = x100%
jarak

45 - 35
= x100%
344,140
= 2,90 %
elevasi 6 - elevasi PPV3
g2 = x100%
jarak
36,66 - 45
= x100%
470,952
= -1,77%

Perbedaan aljabar landai , A = g 1 – g 2


= 2,90 – (-1,77)
= 4,67 %

Masweri/140400101010
0
79

Perencanaan Jalan Raya


I

Berdasarkan nilai A = 4,67 % dan V = 60 km/jam ,dari grafik


kecepatan henti pada buku saodang hal 119 diperoleh Lv = 50 m.

Gambar 5-18 Grafik Panjang Lengkung Vertikal


Cembung
Sumber : Anonim (1970 :
20)
399 x50
JPH = = 38,359 > Lv = 38
4,67

960 x38
JPM = = 59,500 > Lv = 38
3,21

2 2
AV 04,67 (60)
Syarat keamanan = Lv = = 44,2421 m
380 380
=

Keluwesan bentuk = Lv = 0,6 × V = 0,6 (60) =36 m


Syarat drainase = Lv = 40 × A = 40 (4,67) = 186,8 m

Maka diambil Lv terpanjang yaitu 186,8 ≈ 190


A Lv 4,67 190
Ev = = 1,1091 m

800 800

Posisi titik di lengkung vertikal cembung STA 0 + 1133,017m


Sta PLV3 = Sta PPV3 – ½ LV
Masweri/140400101010
0
80

Perencanaan Jalan Raya


I
= 1 + 1133,017 – ½ (190)
= 1 + 1039,017 m

Masweri/140400101010
0
81

Perencanaan Jalan Raya


I

Titik antara PLV dan PPV = Sta PPV3 – ¼ LV


= 1 + 1133,107 – ¼ (190)
= 1 + 1085,517 m

Sta PPV3 = Sta 1 + 1133,017


= 1 + 1133,017 m

Titik antara PPV dan PTV = Sta PPV3 + ¼ LV


= 1 + 1133,017 + ¼ (190)
= 1 + 1180,517 m

Sta PTV3 = Sta PPV3 + ½ LV


= 1 + 1133,017 + ½ (190)
= 1 + 1228,017 m

Mencari elevasi sumbu jalan pada setiap Sta:


2
Ax
Persamaan umum, lengkung vertikal : y
= 200Lv

Kedudukan titik di sepanjang lengkung vertikal dihitung sebagai berikut:

PLV3, Sta 1 + 1053,017 : x = 0 ; y=0


4,67 (47,5) 2
Sta 1 + 1085,517 : x = 47,5 ; y= 0,277281 m
200 190
2
4,67 (95)
PPV3, Sta 1 + 1133,017 : x = 95 ; y= 1,1019125 m
200 190
4,67 (47,5) 2
Sta 1 + 1188,517 : x = 47,5 ; y= 0,277281 m
200 190
PTV3, Sta 1 + 1228,017 : x = 0 ; y=0

Masweri/140400101010
0
82

Perencanaan Jalan Raya


IElevasi sumbu jalan di lengkung vertikal

cekung : Elevasi sumbu jalan PLV = 45 + (g1 ×

½ LV)

Masweri/140400101010
0
83

Perencanaan Jalan Raya


I

= 45 + (0,029 × ½
(190))
= 47,775 m
Elevasi sumbu jalan titik antara PLV dan PPV
= 45 + (g1 × ¼ LV)
= 45 + (0,029 × ¼ (190)) + (0,2772817)
= 46,657 m

Elevasi sumbu jalan PPV = 45 + EV


= 45 + (1,1091)
= 46,109 m

Elevasi sumbu jalan titik antara PPV dan PTV


= 45 + (g2 × ¼ LV)
= 45 + (-0,0177 × ¼ (190)) +(0,277817)
= 44,436 m

Elevasi sumbu jalan PTV = 45 + (g2 × ½ LV)


= 45 + (-0,0177 × ½
(190))
= 43,318 m
Dari variabel-variabel di atas, dapat digambarkan lengkung
vertikal cembung III, seperti Gambar 5.3.
Lv = 190 m

PPV3

g1 = 2,90%
g2 = -1,77% PTV3
PLV3

Sta 1+1180,517
Sta 1+1085,517

Sta 1+1038,017 Sta 1+1133,017 Sta 1+1228,017

Gambar 5.3 Lengkung Vertikal Cembung III


Masweri/140400101010
0
84

Perencanaan Jalan Raya


I

Masweri/140400101010
0
73
Perencanaan Jalan Raya
I

Masweri/140400101010
0
74
Perencanaan Jalan Raya
I

Masweri/140400101010
0
75
Perencanaan Jalan Raya
I

Masweri/140400101010
0
66
Perencanaan Jalan Raya
I

Masweri/140400101010
0
67
Perencanaan Jalan Raya
I

Masweri/140400101010
0
68
Perencanaan Jalan Raya
I

Masweri/140400101010
0
69
Perencanaan Jalan Raya
I

Masweri/140400101010
0
70
Perencanaan Jalan Raya
I

Masweri/140400101010
0
72
Perencanaan Jalan Raya
I

Masweri/140400101010
0
76
Perencanaan Jalan Raya
I

Masweri/140400101010
0
78

Perencanaan Jalan Raya


I

BAB VI
PERHITUNGAN GALIAN (CUT) DAN TIMBUNAN
(FILL)

Dari sketsa jalan yang telah ditentukan pada peta topografi, dapat dilihat
bagian timbunan maupun galian. Tampang galian dan timbunan dapat dihitung
dengan menentukan tampang melintang jalan. Pada bagian jalan yang terletak
pada bagian galian, bagian yang bersambung dapat dihitung volumenya secara
menyeluruh. Apabila diantara dua luas tampang tertentu, maka harus dihitung
luas tampang melintang rata-rata dan dikalikan jarak antara dua tampang
yang bersangkutan.
Lain halnya bila pias yang dihitung antara dua tampang yang berbeda,
yang satu galian dan yang lain timbunan. Maka harus dihitung titik potong muka
tanah dengan permukaan jalan, atau batas antara galian dan timbunan tersebut
seperti pada Gambar 6.1 di bawah ini.

b
GALIAN
c

x
TIMBUNAN
a

Gambar 6.1 Batasa antara Galian dan Timbunan

a : b = ( L- x ) ( a+b) x = b.L
bxL
ax = b.L - b.x x=
a b
ax + bx = b.L

Masweri/140400101010
0
79

Perencanaan Jalan Raya


I

Dengan demikian dapat diketahui panjang bagian galian dan


timbunan, sehingga dapat dicari volumenya.
Penampang jalan yang direncanakan diperlihatkan pada Gambar 6.2 di
bawah ini.
Daerah manfaat jalan (Damaja)

Saluran samping Badan jalan Saluran samping

Bahu jalan Jalur lalu lintas Bahu jalan

1,5 1,5
-2% -2%
-4% -4%

1,0 1:2 1:2 1,0

0,5 1,5 3,75 3,75 1,5 0,5

Gambar 6.2 Potongan melintang


jalan
Dimana lebar perkerasan jalan 2 3,75 m dengan kemiringan melintang
2 % dan bahu jalan 2 1,5 m dengan kemiringan melintangnya 4 %.
Dimensi saluran drainase direncanakan dengan talud 1 : 2, b1 = 50 cm, b2 = 150
cm dan h =
100 cm.

Masweri/140400101010
0
91
Perencanaan Jalan Raya
I

BAB VII KESIMPULAN


DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan dan pembahasan pada bab – bab
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:
1. Titik – titik yang dilewati oleh trase jalan dalam perencanaan ini adalah:
Titik F koordinat (x P = 3000 ; yP = 1250)
Titik PI1 koordinat (x PI1 = 3424 ; y PI1 = 1448)
Titik PI2 koordinat (x PI2 = 3740 ; y PI2 = 1504)
Titik PI3 koordinat (x PI3 = 4064 ; y PI3 = 1620)
Titik 17 koordinat (x 2 = 4400 ; y2 = 1950)

2. Kemiringan masing – masing penggal jalan sebagai berikut:


a. i (P- PI1) = 0,18 % ( aman )
b. i (PI1 – PI2) = -0,31 % ( aman
) c. i (PI2 – PI3) = 2,90 % ( aman
) d. i (PI3 – 2) = -1,77 % (
aman )

3. Ketiga tikungan pada perencanaan horizontal yaitu :


a. Full Circle dengan Δ = 15˚
b. Full Circle dengan Δ = 10˚
c. Spiral – circle – spiral dengan Δ = 24˚

4. Dalam perencanaan alinyemen vertikal, diperoleh satu buah


lengkung vertikal cekung, dan dua buah vertikal cembung
5. Total volume pekerjaan tanah pada perencanaan ini adalah :
a.
Timbunan sebesar 1354,3857 m3
b. Galian sebear 14543,19834
m3

Masweri/140400101010
0
92
Perencanaan Jalan Raya
I

7.2 Saran

1. Pekerjaan penimbunan (fill) pada daerah tanjakan dan turunan diusahakan


tidak terlalu besar, karena usaha pemadatan akan sukar dilakukan.
2. Dari perhitungan volume galian dan timbunan diusahakan nilai volume
pekerjaannya seimbang, dan kalaupun tidak seimbang diusahakan agar
galian lebih besar dari pada timbunan, karena jalan yang dibuat dari tanah
yang digali lebih kuat dari pada jalan dari tanah yang ditimbun.

Masweri/140400101010
0
PERANCANGAN GEOMETRIK
JALAN RAYA

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat‐Syarat Kurikulum


Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Syiah Kuala

Dikerjakan Oleh :

Nama : Masweri
NIM : 1404001010100
Jurusan : Teknik Sipil

Dosen Pembimbing : Cut Mutiawati ,ST,MT.


NIP : 197605262006042003

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAHKUALA
DARUSSALAM ‐ BANDA ACEH
2017
DAFTAR ISI

SOAL RANCANGAN
LEMBAR
KONSULTASI
LEMBAR PENILAIAN
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


1.1 Latar 1
1.2 Belakang....................................................................................
Maksud dan Tujuan 3
1.3 ............................................................................
Ruang Lingkup Perencanaan 3
..............................................................
1.3.1 Trase rencana/penentuan lintasan 4
1.3.2 Merencanakan alinyemen horizontal
............................................. 4
........................................
1.3.3 Merencanakan alinyemen vertikal 4
............................................
1.3.4 Pekerjaan galian (cut) dan timbunan 4
(fiil).................................
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ............................................................... 5
2.1 Perencanaan Geometrik 5
2.1.1 Kelas
Jalan............................................................. 5
jalan.................................................................................
2.1.2 Kecepatan rencana 5
....................................................................
2.1.3 Keadaan topografi 5
.....................................................................
2.1.4 Volume lalu lintas 6
.....................................................................
2.2 Penentuan Lintasan 6
............................................................................
2.2.1 Jarak 7
lintasan.............................................................................
2.2.2 Sudut azimut 7
.............................................................................
2.2.3 Kemiringan 8
jalan.......................................................................
2.2.4 Elevasi jalan pada titik kritis 8
.....................................................
2.2.5 Luas tampang 8
............................................................................
2.3 Alinyemen Horizontal 8
........................................................................
2.3.1 Jenis Lengkung Horizontal 9
.......................................................
2.3.1.1 Full 9
2.3.1.2 Spiral Circle Spiral
Circle..................................................................... 10
2.3.2 ....................................................... 13
2.4 Stasioning..................................................................................
Alinyemen Vertikal 14
............................................................................
2.4.1 Jenis Lengkung 15
2.4.1.1 Lengkung vertikal
Vertikal........................................................... 15
cembung.........................................
3
2.4.1.2 Lengkung vertikal cekung............................................ 16
2.5 Penampang Melintang Jalan............................................................... 16
2.6 Galian (cut) dan Timbunan (fill)......................................................... 16
.
BAB III PENENTUAN TRASE JALAN ............................................................ 18
3.1 Perencanaan Trase 18
..............................................................................
3.2 Alasan Pemilihan Trase 19
......................................................................
3.3 Perhitungan Trase 19
Jalan......................................................................
3.3.1 Perhitungan Trase I 19
...................................................................
3.3.2 Perhitungan Trase 29
II..................................................................
3.3.3 Perhitungan Trase 39
III.................................................................
BAB IV PERENCANAAN ALINYEMEN 51
HORIZONTAL...............................
4.1 Perencanaan 52
Tikungan........................................................................
4.1.1 Lengkung Horizontal 52
PI1...........................................................
4.1.2 Lengkung Horizontal 55
PI2...........................................................
4.1.3 Lengkung Horizontal 58
PI3...........................................................
4.2 Perhitungan Stasioning 62
Horizontal.....................................................

BAB V ALINYEMEN VERTIKAL 65


......................................................................
5.1 Perhitungan Lengkung 66
Vertikal..........................................................
5.1.1 Lengkung Vertikal Cembung I 66
.................................................
5.2.2 Lengkung Vertikal Cekung II 69
...................................................
5.1.3 Lengkung Vertikal Cembung 73
III...............................................

BAB VI PERHITUNGAN GALIAN (CUT) DAN TIMBUNAN 78


(FILL)............
6.1 Perhitungan Luas Tampang Galian dan Timbunan 80
...........................

BAB VII KESIMPULAN DAN 91


SARAN ...............................................................
7.1 Kesimpulan 91
........................................................................................
7.2 Saran 92
................................................................................................
DAFTAR KEPUSTAKAAN 93
...................................................................................
LAMPIRAN

4
93
Perencanaan Jalan RayaI

DAFTAR
KEPUSTAKAAN

Bukhari. R.A, dan Maimunah, 2005, Perencanaan Trase Jalan Raya,


Banda
Aceh: Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala.
Sukirman, Silvia, 1999, Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan,
Bandung: Penerbit Nova.

Masweri/1404001010100
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakaatuh.


Alhamdullillah segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam.
Dengan segala kesempuranaan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Tugas “Perencanaan jalan raya I”, yang
merupakan salah satu mata kuliah wajib kurikulum pada Fakultas Teknik Sipil
Universitas Syiah
Kuala.
Shalawat serta salam kita sanjungkan sajikan kepada junjungan alam
Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah mengubah paradigma manusia dari
pemikiran yang kelam menjadi pengetahuan yang cemerlang serta keluarga
dan sahabat- sahabat beliau, yang juga berkontribusi penuh terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan.
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis telah banyak memperoleh
pengarahan dan bimbingan, sehingga keberhasilannya tidak terlepas dari
dukungan berbagai pihak. Maka pada kesempatan kali ini penulis
mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Cut Mutiawati,ST.,MT Selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan ilmu untuk membimbing penulis
dalam menyelesaikan tugas Perencanaan Jalan Raya I;
2. Ayahda, Ibunda dan seluruh keluarga tercinta dengan segala
dorongan,cinta, doa restu, dan limpahan kasih sayang sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas Perencanaan Jalan Raya I;
3. Senior dan seniorita Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala yang
telah berbagi pengalaman dan memberi pengarahan kepada kami;
4. Kawan-kawan angkatan 2014 yang tak pernah lelah memberikan
semangat dan motivasi kepada penulis;

i
5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah membantu dalam menyelesaikan tugas Perencanaan Jalan Raya
I.

i
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan dan penulisan
laporan Perencanaan Jalan Raya I ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi perbaikan di masa mendatang. Dan penulis berharap semoga tugas
Perencanaan Jalan Raya I ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri serta
para pembaca sekalian. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Banda Aceh, Januari


2017
Penulis

Masweri

ii
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
FAKULTAS TEKNIK
JL. TGK. SYEKH ABDUL RAUF NO. 7 DARUSSALAM – BANDA ACEH 23111
TELP./FAX. (0651) 52222

LEMBAR PENILAIAN
PERENCANAAN JALAN RAYA
I

Disusun
Oleh: Nama :
Masweri
Nim :
1404001010100

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat


Kurikulum Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Syiah Kuala

Dan Kepadanya diberikan Nilai

: (.........)

Darussalam, Januari
2017
Dosen Pembimbing,

(Cut Mutiawati,ST.,MT )
NIP. 1976 0526 2006 04
2003
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA

Harap diisi oleh setiap Mahasiswa

Nama : MASWERI

NIM :

1404001010100

Pembimbing : Cut Mutiawati, ST,

MT Titik Asal – Tujuan :P-2

PERENCANAAN JALAN RAYA (APRK

Kecil) Ditentukan :

Perencanaan Geometrik Jalan Raya untuk jalan baru (penghubung)


dengan karakteristik :
a. Jalan 2 jalur 2 arah tanpa
median b. Kecepatan perkerasan
60 km/jam
c. Lebar perkerasan 2 x 3,75 meter dengan kemiringan normla 2%, max 10%
d. Lebar bahu jalan 2 x 1,5 meter dengan kemiringan normal 4%
e. Kemiringan memanjang (tanjakan) maksimum 10%
f. Kemiringan Talud 1 : 2
g. Ketinggian galian maksimum 10 meter
h. Ketebalan timbunan maksimum 4
meter i. Skala gambar 1 : 2000
j. Skala Penampang memanjang dan melintang disesuaikan
k. Koordinat ditentukan sendiri (diskusikan dengan pembimbing)

Rencanakan
1. Alternatif Trase jalan (minimal 3 alternatif)
2. Tentukan trase terbaik
3. Alinyemen horizotal
4. Alinyemen Vertikal
5. Besarnya pekerjaan Galian dan Timbunan tanah
Catatan :
1. Mengikuti pedoman perencanaan geometrik jalan (Bina Marga) dan buku
Perencaanaan Trase Jalan
Raya
2. Titik Awal dan Titik Akhir ditentukan Oleh Pembimbing, dan soal
ini harap dibawa setiap konsultasi dan dilampirkan pada buku
laporan

Anda mungkin juga menyukai