DAN IMPERIALISME
OLEH :
WAHYU HENDRIKA
KELAS : XI IPA.3
T/P :2019-2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya,
Shalawat dan salam selalu penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah
memberikan petunjuk hingga akhir zaman untuk kita umatnya. Dalam penyusunan makalah
ini tentu penulis mengalami masalah, namun itu semua dapat teratasi dengan berbagai
dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, guna menjadi acuan bekal
pengalaman bagi penulis untuk lebih baik di masa yang akan datang dan demi kesempurnaan
dari makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................4
1.2 Tujuan .................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perlawanan Rakyat Indonesia terhadap Kolonialsme dan Imperialisme .............5
2.2 Perlawanan di Maluku .........................................................................................6
2.3 Perang Padri ( 1815-1837) ...................................................................................7
2.4 Perlawanan Pangeran Dipenogoro ( 1825-1830) ................................................9
2.5 Rakyat Riau Angkat Senjata ............................................................................. .10
2.6 Perang Aceh ....................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
· Menjelaskan Perlawanan Rakyat Indonesia terhadap Kolonialsme dan Imperialisme
· Menerangkan Perlawanan bangsa indonesia di Maluku
· Menganalisis sejarah Perang Padri ( 1815-1837)
· Mengupas sejarah Perlawanan Pangeran Dipenogoro ( 1825-1830)
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
2.2 Perlawanan di Maluku
Ekspedisi bangsa Portugis ke Maluku di awali dengan mendaratnya bangsa Portugis
di Kerajaan Ternate pada tahun 1513 . Adapun tujuan bangsa Portugis melakukan
ekspedisi ke wilayah Maluku adalah untuk menjalin kerja sama di bidang perdagangan
terutama rempah- rempah denga kerajaan Ternate, Bacan, Tidore, dan beberapa kerajaan
kecil lainnya. Namun kerja sama yang dijalankan oleh Maluku dan Portugis dikhianati
oleh Portugis itu sendiri.
Adapun bentuk pengkhianatan yang telah dilakukan oleh portugis yatu Portugis
melakuka usaha monopoli perdagangan remapah- rempah. Hingga pada akhirnya, pada
tahun 1533, Sultan Ternate menyerukan kepada seluruh masyarakat Maluku, bahkan
jawa dan Irian Jaya untuk membantu kerajaan Ternate dalam mengusir Portugis di
wilayah Maluku. Namun, perlawanan tersebut hanya berakhir dengan adamya
perundingan damai dan masih memberikan kesempatan bangsa Portugis untuk tetap
tinggal di kerajaan Ternate tersebut.
Perlawanan rakyat Maluku khususnya di kerajaan Ternate pecah lagi di tahun 1570,
ketika rakyat Maluku menyadari bahwasannya Portugis masih saja ingin menguasai
perdagangan di Maluku. Perlawanan tersebut bermula ketika bangsa Portugis melakukan
penyimpangan kembali yang mana benteng yang diizinkan oleh rakyat Maluku untuk
didirikan oleh Bangsa Portugis yang tersebut sebagai kantor dagang , justru digunakan
sebagai pertahanan bangsa Portugis untuk menguasai menjajah daerah Maluku,
khususnya daerah Ternate. Bahkan Bangsa Portugis pun telah memaksa rakyat Maluku
untuk menjual hasil rempah- rempahnya hanya kepada bangsa Portugis, dan dilarang
menjual rempah- rempah tersebut dengan pedagang lain.
Adapun , perlawanan yang dilakukan oleh masyarakat Maluku kepada bangsa
Portugis tersebut dipimpin oleh Sultan Hairun . Namun sayangnya, Sultan Hairun dapat
diperdaya oleh bangsa Portugis dengan cara licik, hingga akhirnya Sultan Hairun
meninggal dengan cara yang mengenaskan di benteng Duurstede. Hingga akhirnya,
perlawanan rakyat Maluku pecah lagi dan perlawanan tersebut dipimpin oleh Sultan
Baabullah. Dalam melawan bangsa Portugis tersebut, Sultan Baabulah mengerahkan
segala kekuatannya , termasuk tentaranya untuk mengepung benteng Portugis .
Hingga pada akhirnya, Portugis menyerah dan telah dipaksa oleh Sultan Baabulah dan
rakyat Maluku untuk meninggalkan Ternate pada tahun 1575. Setelah, bangsa Portugis
tersebut telah meninggalkan (terusir) dari Maluku , khususnya kerajaan Ternate ,
6
Portugis kemudian melanjutkan aksinya lagi ke lain wilayah yaitu Ambon. Namun di
wilayah tersebut, Bangsa Portugiis dikalahkan lagi oleh saingannya, yaitu Belanda.
1. Keterlibatan Belanda
Karena terdesak dalam peperangan dan keberadaan Yang Dipertuan
Pagaruyung yang tidak pasti, maka Kaum Adat yang dipimpin oleh Sultan Tangkal
Alam Bagagar meminta bantuan kepada Belanda pada tanggal 21 Februari 1821,
walaupun sebetulnya Sultan Tangkal Alam Bagagar waktu itu dianggap tidak berhak
7
membuat perjanjian dengan mengatasnamakan Kerajaan Pagaruyung.[7] Akibat dari
perjanjian ini, Belanda menjadikannya sebagai tanda penyerahan Kerajaan
Pagaruyung kepada pemerintah Hindia-Belanda, kemudian mengangkat Sultan
Tangkal Alam Bagagar sebagai Regent Tanah Datar.
Keterlibatan Belanda dalam perang karena diundang oleh kaum Adat, dan
campur tangan Belanda dalam perang itu ditandai dengan penyerangan Simawang
dan Sulit Air oleh pasukan Kapten Goffinet dan Kapten Dienema pada bulan April
1821 atas perintah Residen James du Puy di Padang.[9] Kemudian pada 8 Desember
1821 datang tambahan pasukan yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Raaff untuk
memperkuat posisi pada kawasan yang telah dikuasai tersebut.
8
Biaro dan Kapau, namun karena luka-luka yang dideritanya di bulan Desember 1824,
Laemlin meninggal dunia di Padang.
2. Gencatan senjata
Perlawanan yang dilakukan oleh Kaum Padri cukup tangguh sehingga sangat
menyulitkan Belanda untuk menundukkannya. Oleh sebab itu Belanda melalui
residennya di Padang mengajak pemimpin Kaum Padri yang waktu itu telah
dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol untuk berdamai dengan maklumat "Perjanjian
Masang" pada tanggal 15 November 1825. Hal ini dimaklumi karena disaat
bersamaan Pemerintah Hindia-Belanda juga kehabisan dana dalam menghadapi
peperangan lain di Eropa dan Jawa seperti Perang Diponegoro.
Selama periode gencatan senjata, Tuanku Imam Bonjol mencoba memulihkan
kekuatan dan juga mencoba merangkul kembali Kaum Adat. Sehingga akhirnya
muncul suatu kompromi yang dikenal dengan nama "Plakat Puncak Pato" di Bukit
Marapalam, Kabupaten Tanah Datar yang mewujudkan konsensus bersama Adat
Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah yang artinya adat Minangkabau
berlandaskan kepada agama Islam, sedangkan agama Islam berlandaskan kepada Al-
Qur'an.
9
Sebab-sebab khusus
Pembuatan jalan melalui makam leluhur Pangeran Diponegoro tanpa seizin di
Tegalrejo dianggap merupakan penghinaan sehingga Pangeran Diponegoro
mengangkat senjata pada tanggal 20 Juli 1825. Pembantu-pembantu Pangeran
Diponegoro adalah Kiai Mojo, Sentot Ali Basa Prawirodirjo, dan Pangeran
Mangkubumi. Pusat pergerakan ialah di Selarong. Sistem yang dipergunakannya
adalah perang gerilya dan perang sabil. Pangeran Diponegoro juga dianggap
penyelamat negara dan seorang pemimpin yang besar sehingga mendapat julukan
"Sultan Abdul Hamid Erucokro Amirulmukmin Syayidin Panotogomo Kalifatulah
Tanah Jawa".
Karena kuatnya perlawanan Pangeran Diponegoro belanda sampai membuat
sayembara untuk menangkapnya. Apabila ada yang berhasil menyerahkan Pangeran
Diponegoro akan mendapat uang 20.000 ringgit. Namun, tidak ada yang bersedia.
Akhirnya Belanda berhasil menangkap Pangeran Diponegoro pada tanggal 28 Maret
1830 dan dibawa ke Batavia dengan kapal "Pollaz", terus diasingkan ke Manado.
Pada tahun 1834 dipindahkan ke Makassar dan akhirnya wafat pada tanggal 8
Januari 1855.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kaum Adat berbalik melawan Belanda dan bergabung bersama Kaum Padri,
walaupun pada akhirnya peperangan ini dapat dimenangkan Belanda. Perang Padri
termasuk peperangan dengan rentang waktu yang cukup panjang, menguras harta dan
mengorbankan jiwa raga. Perang ini selain meruntuhkan kekuasaan Kerajaan
Pagaruyung, juga berdampak merosotnya perekonomian masyarakat sekitarnya dan
memunculkan perpindahan masyarakat dari kawasan konflik.
3.2 Saran
Karena kuatnya perlawanan Pangeran Diponegoro belanda sampai membuat
sayembara untuk menangkapnya. Apabila ada yang berhasil menyerahkan Pangeran
Diponegoro akan mendapat uang 20.000 ringgit. Namun, tidak ada yang bersedia.
Akhirnya Belanda berhasil menangkap Pangeran Diponegoro pada tanggal 28 Maret 1830
dan dibawa ke Batavia dengan kapal "Pollaz", terus diasingkan ke Manado. Pada tahun
1834 dipindahkan ke Makassar dan akhirnya wafat pada tanggal 8 Januari 1855. Sejarah-
sejarah yang penulis telah uraikan diatas sepatutnya kita harus mengetahuinya dan
memperjuangkan Negara kita sebagaimana nenek moyang kita telah berkorban demi
kedamaian dan terbentuknya Negara yang merdeka.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Padri
http://www.academia.edu/8401228/Perlawanan_Rakyat_Maluku_Melawan_VOC
http://fosilcolection.blogspot.com/2013/10/perlawanan-rakyat-terhadap kolonialisme.html
http://aminhidayatcenter.blogspot.com/2013/03/perlawanan-menentang-kolonialisme-
dan.html.
14