Anda di halaman 1dari 19

BAB I

NORMA DIDALAM MASYARAKAT

A. Hakikat Norma Yang Berlaku Dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa Dan


Bernegara
1. Manusia, Masyarakat, dan Ketertiban
1.1 Pengertian Norma
Setiap individu dalam kehidupan sehari-hari melakukan interaksi dengan individu atau
kelompok lainnya. Interaksi sosial mereka juga senantiasa didasari oleh adat dan norma yang
berlaku dalam masyarakat. Misalnya interaksi sosial di dalam lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, lingkungan masyarakat dan lain sebagainya.
Ada bermacam-macam norma yang telah dikenal luas ada empat, yaitu:
a. Norma Agama ialah peraturan hidup yang harus diterima manusia sebagai perintah-
perintah, larangan-larangan dan ajaran-ajaran yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa.
b. Norma Kesusilaan merupakan norma yang berasal dari hati agar dapat membedakan
perbuatan baik dan buruk, misalnya adalah hormat kepada orang tua. Sanksi bagi pelanggar
norma kesusilaan adalah pengucilan secara lahir batin.
c. Norma Kesopanan ialah peraturan hidup yang timbul dalam pergaulan antar manusia
dalam masyarakat. Akibat dari pelanggaran terhadap norma ini ialah dicela sesamanya, karena
sumber norma ini adalah keyakinan masyarakat yang bersangkutan itu sendiri.
d. Kebiasaan adalah tingkah laku dalam masyarakat yang dilakukan berulang-ulang mengenai
sesuatu hal yang sama, yang dianggap sebagai aturan hidup.
e. Norma Hukum ialah peraturan-peraturan yang timbul dan dibuat oleh lembaga kekuasaan
negara. Isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaanya dapat dipertahankan dengan segala
paksaan oleh alat-alat negara, sumbernya bisa berupa peraturan perundangundangan,
yurisprudensi, kebiasaan, doktrin, dan agama.

1.2 Hubungan Antar Norma


Hubungan antara norma agama, kesusilaan, kesopanan dan hukum yang tidak dapat
dipisahkan itu dibedakan karena masing-masing memiliki sumber yang berlainan. Norma
Agama sumbernya kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Norma kesusilaan
sumbernya suara hati. Norma kesopanan sumbernya keyakinan masyarakat yang bersangkutan
dan norma hukum sumbernya peraturan perundang-undangan.

1
1.3 Bentuk Klasifikasi Norma Dalam Kehidupan Masyarakat

Soerjono Soekanto membagi norma berdasarkan daya ikatnya berturut-turut dari norma
dengan daya ikat lemah hingga norma dengan daya ikat yang kuat, yaitu cara atau usage,
kebiasaan atau folkways, tata kelakuan atau mores, dan adat istiadat atau custom.

 Cara atau Usage

Merujuk pada bentuk perbuatan individual yang memiliki daya ikat yang lemah, tata cara
yang dilakukan dengan cara terus menerus.

 Kebiasaan atau Folkways

Merujuk pada perbuatan yang berulang-ulang. Kebiasaan tidak memiliki kekuatan


mengikat yang mengharuskan. Sanksi yang diberikan kepada pelanggar kebiasaan atau
folkways tidak terlalu berat.

 Tata Kelakuan atau Mores

Merupakan kebiasaan yang diterima sebagai norma-norma pengatur yang berdasarkan


ajaran agama, filsafat, atau kebudayaan.

 Adat Istiadat atau Custom

Merupakan tata kelakuan yang kekal dan menyatu dengan pola-pola perilaku masyarakat.

B. Fungsi Norma Di Dalam Masyarakat

Adapun fungsi-fungsi norma dan peraturan lainnya adalah :


1.) Memberikan ciri khas kehidupan manusia sebagai mahluk sosial yang memiliki akal
dan peradaban
2.) Mengatur hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa
3.) Mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia yang tujuannya agar manusia
saling mengenal dan menghargai, dan menghormati.
4.) Mengatur hubungan manusia dengan alam ataupun lingkungan.
5.) Mengatur tingkah laku manusia agar terjaga kebaikannya.
6.) Mendorong terwujudnya nilai-nilai yang dibutuhkan manusia untuk kehidupan.

2
C. Menerapkan Norma-Norma Berlaku Dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa
Dan Bernegara

Penerapan norma-norma, kebiasaan, adat istiadat, dan peraturan yang berlaku itu pada
dasarnya berkaitan dengan penggunaan hak dan pemenuhan kewajiban. Selanjutnya lebih luas
dalam kehidupan di sekolah, dalam kebidupan masyarakat, dan dalam kehidupan bernegara.

BAB II
NORMA HUKUM DALAM NEGARA
Norma hukum ialah sebuah aturan yang dibuat oleh pemerintahan yang mengikat setiap
warga Negara tanpa terkecuali. Norma hukum dalam Negara Indonesia mengatur semua
hierarki aturan perundang-undangan yang ada yakni : Norma Fundamental
Negara(Staatsfundamentalnorm) , Aturan Dasar Negara/Aturan Pokok
Negara(Staatsgrundgesetz), Undang-undang “FORMAL” (formell Gesetz). dan Peraturan
Pelaksanaan Dan Peraturan Otonom(Verordnung & Autonome Satzung).

BAB III
TATA SUSUNAN NORMA HUKUM NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Sistem hukum negara Republik Indoensia terbentuk sejak negara Republik Indonesia
merdeka dan ditetapkannya Pancasila sebagai dasar negara serta UUD 1945 sebagai
konstitusi negara.

Dalam sistem hukum Indonesia, Pancasila merupakan norma fundamental negara


sehingga merupakan norma tertinggi kemudian berturut-turut diikuti oleh UUD 194,
Hukum Dasar yang tidak tertulis (Konvensi Kenegaraan) sebagai aturan dasar negara, UU,
Peraturaan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, dan peraturan
pelaksanaan dan peraturan otonom lainnya.

Struktur tata hukum Indonesia menurut Hans Kelsen dan disempurnakan oleh Hans
Nawiasky

1. Staatsfundamentalnorm: Pancasila (Pembukaan UUD 1945).

2. Staatsgrundgesetz: Batang Tubuh UUD 1945, Tap MPR, dan Konvensi Ketatanegaraan.

3. Formell gesetz: Undang-Undang.

3
4. Verordnung en Autonome Satzung: Secara hierarkis mulai dari Peraturan Pemerintah
hingga Keputusan Gubernur, Bupati atau Walikota.

BAB IV
LEMBAGA NEGARA PEMBENTUK PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN

1. Sebelum UUD 1945 diamandemen

Dalam susunan ketatanegaraan Republik Indonesia pernah dikenal istilah lembaga


tertinggi negara .Yang dimaksud lembaga tertinggi negara dan lembaga tinggi negara adalah
lembaga tertinggi negara dan lembaga tinggi negara menurut UUD 1945 (Daliyo, 1992 : 56).
Lembaga yang disebut sebagai lembaga tertinggi negara dan lembaga tinggi negara dalam
UUD 1945 adalah :

1) Majelis permusyawaratan Rakyat (MPR)

2) Presiden

3) Dewan Pertimbangan Agung (DPA)

4) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

5) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

6) Mahkamah Agung (MA)

2. Pasca amandemen UUD 1945

Setelah adanya amandemen ke IV UUD 1945, (yang selanjutnya akan disebut UUD
NRI 1945), terdapat suatu perubahan yang cukup mendasar baik dalam sistem ketatanegaraan
maupun kelembagaan negara di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari dihapuskannya
kedudukan MPR sebagai lembaga tertinggi negara serta adanya beberapa lembaga negara baru
yang dibentuk, yaitu Dewan Perwakilan Daerah dan Mahkamah Konstitusi. Selain itu,
kedudukan seluruh lembaga negara adalah sejajar sebagai lembaga tinggi negara. Adapun
lembaga – lembaga yang tercantum sebagai lembaga tinggi negara menurut UUD NRI 1945
adalah :

1) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

4
2) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

3) Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

4) Presiden

5) Mahkamah Agung (MA)

6) Mahkamah Konstitusi (MK)

7) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

3. Lembaga negara yang mempunyai kuasa memebentuk peraturaan perundang


undangan

1. Kekuasaan DPR dalam Pembentukan Undang-undang

Fungsi utama parlemen pada hakekatnya adalah fungsi pengawasan dan Legislasi, parlemen
berfungsi mengkomunikasikan tuntutan dan keluhan dari berbagai kalangan masyarakat
kepada pihak pemerintah (Parlemen Parle an Government). Sementara instrumen yang dapat
digunakan oleh Parlemen untuk menyadar fungsi pengawasan terhadap jalannya pemerintah
secara efektif adalah:

a. Hak budget

b. Hak inteplasi

c. Hak angket

d. Hak usul resolusi

e. Hak konfirmasi atau hak memilih calon pejabat tertentu

Selain hak yang bersifat kelembagaan, setiap individu anggota parlemen juga dijamin haknya
untuk bertanya dan mengajukan usul pendapat serta hak lain, seperti hak immunitas dan hak
protokuler. Semua hak itu penting sebagai instrumen yang dapat dipakai dalam menjalankan
fungsi pengawasan politik terhadap jalannya pemerintahan

2. Kekuasaan DPD dalam Pembentukan Undang-undang

Dalam pasal 42 UU Susduk diatur bahwa DPD hanya memiliki fungsi yaitu :

a. Pengajuan usul, ikut dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan dengan bidang
legislasi tertentu,

5
b. Pengawasan atas pelaksanaan Undang-undang tertentu.

Dengan kata lain, ketentuan dalam pasal tersebut sangat membatasi kewenangan DPD untuk
terlibat dalam proses pembuatan sebuah Undang-undang, ia hanya dapat sebatas mengajukan
usul dan ikut dalam pembahasan serta memberikan pertimbangan tanpa diminta kewenangan
untuk mengambil keputusan.

Begitu juga dengan tata tertib DPD, di mana Pasal 46 (1) yang mengamanatkan dibentuknya
panitia perancang Undang-undang yang merupakan alat kelengkapan DPD. Pasal yang ayat (
1) tata tertib DPD menyebutkan tugas Panitia Perancang Undang-Undang adalah :
merencanakan dan menyusun program serta urutan prioritas pembahasan, usul pembentukan
rancangan Undang-undang dan usul rancangan Undang-undang untuk 1 (satu) masa keanggota
DPD dan setiap anggaran.

3. Kekuasaan Presiden dalam Pembentukan Undang-undang

Sebelum perubahan UUD1945, Presiden bahkan merupakan lembaga yang memegang


kekuasaan untuk membentuk undang-undang. Sedangkan sesudah perubahan UUD1945,
Presiden masih pula dilibatkan seperti hak untuk mengajukan rancangan undang-undang,
pembahasan yang dilakukan secara bersama dengan DPR terhadap RUU dan pengesahan RUU
menjadi undang-undang yang juga dilakukan oleh Presiden.

Sebelum perubahan (amandemen) UUD 1945 presiden merupakan lembaga yang memegang
kekuasaan membentuk Undang-Undang. Sedangkan sesudah amandemen UUD1945 Presiden
masih dilibatkan dalam pembentukan Undang-undang seperti hak untuk mengajukan
rancangan undang-undang, pembahasan yang dilakukan bersama DPR terhadap rancangan
Undang-undang dan pengesahan rancangan Undang-undang menjadi Undang-undang yang
juga dilakukan oleh presiden

4. Lembaga Pembentuk Undang-Undang

Di atas sudah dijelaskan bahwa secara umum, ada 3 (tiga) prinsip perwakilan yang dikenal di
dunia, sebagai berikut ;

1. Representasi politik (political representation)


2. Representasi teritorial (territorial representation)
3. Representasion fungsional (functional representation).

6
Di Indonesia, fungsi lembaga perwakilan atau parlemen biasanya dibedakan ke dalam 3 (tiga)
fungsi, yaitu:
1. Fungsi legislasi (legislatif);
2. Fungsi pengawasan (control); dan
3. Fungsi anggaran (budget).

Dalam Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
ditentukan bahwa:

“Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang”.

Selanjutnya dalam Pasal 20 ayat (2) ditentukan:

“Setiap undang-undang dibahas bersama oleh DPR dan Presiden untuk mendapat persetujuan
bersama”.

Pada pokoknya, fungsi legislatif itu menyangkut empat bentuk kegiatan sebagai berikut:
1. Prakarsa pembuatan undang-undang (legislative initiation);
2. Pembahasan rancangan undang-undang (law making process);
3. Persetujuan atas pengesahan rancangan undang-undang (law enachtment approval);
4. Pemberian persetujuan pengikatan atau ratifikasi atas perjanjian atau persetujuan internasional
dan dokumen-dokumen hukum yang mengikat lainnya (binding decision making on
international agreement and treaties or other legal binding documents).

BAB V
LEMBAGA PEMERINTAH PEMBENTUK PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN
a. Pemerintah
Pemerintah adalah presiden dibantu oleh para menteri. Presiden sebagai kepala pemerintahan
memiliki wewenang untuk menetapkan Peraturan Presiden (Perpres). Di samping itu, Pasal 5
ayat 2 juga mem berikan suatu kewenangan kepada presiden untuk menetapkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang.
b. Menteri
Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, dibantu oleh para menteri. Menteri
diangkat dan diberhentikan oleh presiden dan setiap menteri membidangi urusan tertentu

7
dalam pemerintahan (Pasal 17 UUD 1945). Menteri memiliki hak mengeluar kan Keputusan
Menteri (Kepmen).
c. Lembaga Pemerintah Nondepartemen
Lembaga pemerintah nondepartemen memiliki wewenang mengeluarkan peraturan-peraturan
pelaksanaan dari perundang-undangan yang lebih tinggi, yaitu melaksanakan kebijaksanaan
yang digariskan oleh presiden. Lembaga pemerintah nondepartemen, antara lain sebagai
berikut.
1) Badan Kepegawaian Negara (BKN)
2) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
3) Badan Urusan Logistik (BULOG)
4) Badan Pusat Statistik (BPS)
5) Badan Intelijen Negara (BIN)
d. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Badan-badan negara dibentuk dan disesuaikan dengan kebutuhan dalam penyelenggaraan
negara. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan lembaga pemerintah yang dibentuk
dengan suatu undang-undang dan berfungsi menciptakan kesejahteraan masyarakat. Contoh
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah Pertamina, Bank Indonesia (BI), Perusahaan
Listrik Negara (PLN).
e. Direktorat Jenderal Departemen
Direktorat Jenderal Departemen adalah lembaga di bawah menteri yang bertugas menjabarkan
lebih lanjut keputusan menteri. Keppres No. 44 Tahun 1974 menyatakan bahwa Direktorat
Jenderal Departemen menyelenggarakan fungsi perumusan kebijaksanaan peraturan-peraturan
atas namanya sendiri, yang isinya memberikan rincian yang bersifat teknis dan ke bijaksanaan
bidang pemerintahan yang digariskan oleh menteri. Direktorat Jenderal Departemen
berhak membuat Surat Keputusan Direktorat Jenderal.
f. Pemerintah Daerah
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 10 Tahun 2003
tentang Pembentukan Perundang-Undangan, menegas kan bahwa Peraturan Daerah dibentuk
oleh gubernur, bupati, atau walikota bersama dengan DPRD provinsi, dan
DPRD Kabupaten/Kota.

Untuk melihat apakah sebuah perundang-undangan tersebut dapat dikatakan baik maka
perundang-undangan tersebut sekurang-kurangnya harus memiliki tiga landasan sebagai
berikut.
8
a. Landasan Filosofis
Landasan filosofis menyatakan bahwa dalam setiap penyusunan perundang-undangan harus
dengan sungguh-sungguh mem perhatikan cita-cita moral dan cita-cita hukum sebagaimana
diamanatkan oleh Pancasila.
b. Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis menyatakan bahwa peraturan perundang-undangan yang dibuat harus
berkaitan dengan kondisi atau kenyataan yang tumbuh dan hidup di masyarakat.
c. Landasan Yuridis
Landasan yuridis menyatakan bahwa peraturan perundangan dibuat oleh lembaga
berwenang, mengikuti prosedur tertentu, dan tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih
tinggi.

BAB VI
JENIS-JENIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Sejak Indonesia merdeka tangal 17 Agustus 1945 ada beberapa peraturan yang
mengalami tata urutan perundang-undangan, yaitu : Pertama, Ketetapan MPRS nomor
XX/MPRS/1966 tentang “Memorandum DPR-GR mengatur “Sumber Tertib Hukum Republik
Indonesia”. Kedua, pada era reformasi, MPR telah mengeluarkan produk hukum yang berupa
Ketetapan MPR Nomor III/MPR/2000 tentang “Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan
Perundang-Undangan”. Ketiga pada tahun 2004 melalui UU RI no. 10 tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Lahirnya UU RI no. 10 tahun 2004 tidak
terlepas dari tuntutan reformasi di bidang hukum. MPR pada tahun 2003 telah mengeluarkan
Ketetapan nomor 1/MPR/2003 tentang Peninjauan kembali terhadap Materi dan Status Hukum
Ketetapan MPRS dan MPR RI Tahun 1960 sampai dengan tahun 2002.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-


undangan, yang menegaskan bahwa, jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri
atas :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

9
4. Peraturan Pemerintah;

5. Peraturan Presiden;

6. Peraturan Daerah Provinsi; dan

7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

BAB VII
JENIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN HINDIA-BELANDA,
ORDE LAMA DAN ORDE BARU

Peraturan perundang-undangan yang merupakan produk orde lama adalah


penetapan presiden dan peraturan presiden yang dibentuk oleh Presiden berdasarkan
surat presiden kepada ketua DPR No.3639/Hk/59 tanggal 26 November 1959 tentang
Penjelasan Atas Bentuk Peraturan Negara.
Setelah orde baru dimulai ,MPR sementara dalam rangka pemurniaan
pelaksanaa Undang-Undang Dasar 1945 berusaha berusaha melakukan peninjauan
terhadap produk-produk legislatif baik yang berbentuk penetapan-penetapan
presiden,peraturan-peraturan presiden,maupun yang berbentuk Undang-undang dan
peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang.Usaha tersebut dilakukan denhgan
membentuk Ketetapan MPRS No.XIX/MPRS/1966 tentang Peninjauan kembali
produk-produk legislatif negara Di luar Produk MPRS yang tidak sesuai Dengan
Udang-undang Dasar 1945.kemudian untuk melaksanakan ketentuan dalam ketetapan
MPRS No.XIX/MPRS/1966 tersebut pemerintah dan dewan Perwakilan rakyat
Kemudian membentuk Undang-Undang Untuk Melakukan Penyesuaian terhadap
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku sebagai berikut :

1. UU No.25 Th.1968 tentang peryataan tidak berlakunya berbagai penetapan


presiden dan peraturan presiden republik.

2. UU No.5 Th.1969 Tentang peryataan berbagai penetapan presiden dan peraturan


presiden sebagai Undang-undang.

10
3. Uu No.6 Th.1969 tentang peryataan tidak berlakunya berbagai undang-Undang
dan Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang.

4. UU No.7 th.1969 tentang Penetapan berbagai peraturan Pengganti Undang-


undang menjadi Undang-Undang.

 Jenis peraturan perundang-undangan zaman orde baru

Berdasarkan Undang-Undang No.10 th.2004 tentang pembentukan peraturan


perundang-Undangan di tetapkan bahwa ,segala keputusan yang bersifat mengatur
harus di sebut dengan Istillah “Peraturan“.Hal ini dikuatkan dengan rumusan dalam
pasal 56 undang-Undang No.110 Th 2004 dengan rumusan sebagai berikut :
“Semua keputusan Presiden ,Keputusan Menteri,Keputusan Gubernur,keputusan
bupati/Walikota ,atau keputusan pejabat lainya sebagai mana dimaksud dalam pasal 54
yang sifatnya mengatur,yang sudah ada sebelum undang-undang ini berlaku,harus
dibaca peraturan ,sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang lain ini.”
Penegasan tersebut juga dapat dilihat dari definisi dalam pasal 1 angka 2
Undang-Undang tersebut,yang menetapkan bahwa,Peraturan perundang-undangan
adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang
berwenang dan mengikat secara umum.

BAB VIII
FUNGSI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

a. Fungsi Aturan Perundang-undangan dalam Sistem Hukum Indonesia


1. Fungsi Undang Undang Dasar
Berfungsi sebagai hukum dasar bagi pembentukan lembaga-lembaga negara,
fungsi, dan hubungannya antara satu dengan yang lain, mengatur hubungan antara
Negara dengan warga negara, dan memuat cita-cita serta tujuan Negara.
Fungsi UUD 1945 yang utama adalah membatasi dan membagi kewenangan
para penyelenggara pemerintahan negara,sehingga dapat tercipta keterkendalian dan
keseimbangan (checks and balances) diantara para penyelenggara pemerintahan negara

11
sesuai dengan asas trias politica (distribution of powers) dan menciptakan
penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih(cleangovernance/goverment).
2. Fungsi Undang-Undang
Dasar Hukum : Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 UUD 1945 Undang-undang adalah
peraturan perundang-undangan yang tertinggi di Negara Republik Indonesia, yang di
dalam pembentukannya dilakukan oleh dua lembaga, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat
dengan Persetujuan Presiden.Undang-undang dapat diartikan menjadi 2 yakni Undang-
undang dalam arti material serta Undang-undang dalam arti formil. Di Indonesia hanya
dikenal Undang-Undang dalam arti formal.
Fungsi Undang-undang(UU) adalah menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut
ketentuan dalam UUD 1945(dan Perubahannya) baik yang tersurat (paling tidak ada 18
hal sebagaimana diuraikan oleh A. Hamid, SA [10]) maupun yang tersirat sesuai
dengan negara berdasar atas hukum (rechtsstaat) dan asas konstitusionalisme, serta
yang diperintahkan oleh TAP MPR yangtegas-tegas menyebutnya (sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 3 ayat (3) TAP MPRNo. III/MPR/2000).
Fungsi Undang-Undang:
 Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Undang-Undang
Dasar 1945 yang tegas-tegas menyebutnya;
 Pengaturan lebih lanjut secara umum aturan dasar lainnya dalam Batang Tubuh
UUD 1945;
 Pengaturan lebih lanjut dalam ketetapan MPR yang tegas-tegas menyebutnya;
 Pengaturan di bidang materi konstitusi, seperti organisasi, Tugas dan Wewenang
Susunan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara.

3. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang


Dasar Hukum : Pasal 22 Undang-Undang Dasar 1945Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang (PERPU) merupakan suatu peraturan yang bertindak
sebagai suatu Undang-Undang.
Fungsi Perpu adalah mengatur lebih lanjut sesuatu substansi dalam keadaan hal-
ihwal kegentingan yang memaksa berdasarkan Pasal 22 UUD 1945, dengan ketentuan
sebagai berikut:
 Perpu harus diajukan keDPR dalam persidangan yang berikut:
 DPR dapat menerima atau menolak Perpu dengan tidak mengadakan perubahan;

12
 Jika ditolak DPR Perpu tersebut harus dicabut.

4. Fungsi Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (PERPU)


Fungsi Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (PERPU) pada
dasarnya sama dengan fungsi dari undang-undang. Perbedaan keduanya terletak pada
Pembuatnya, undang-undang dibuat oleh Presiden bersama-sama dengan DPR dalam
keadaan normal sedangkan PERPU dibuat oleh Presiden. Perbedaan lainnya adalah
Undang-undang dibuat dalam suasana (keadaan) normal, sedangkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang dibuat dalam keadaan kegentingan yang
memaksa.
Fungsi Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang adalah:
 Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Undang-Undang
Dasar 1945 yang tegas-tegas menyebutnya;
 Pengaturan lebih lanjut secara umum aturan dasar lainnya dalam Batang Tubuh
UUD 1945;
 Pengaturan lebih lanjut dalam ketetapan MPR yang tegas-tegas menyebutnya;
 Pengaturan di bidang materi konstitusi.

5. Ketetapan MPR
Pada dasarnya berfungsi mengatur tugas dan wewenang Majelis
Permusyawaratan Rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi dalam Negara
Republik Indonesia berdasarkan Undang-undang Dasar 1945.

6. Fungsi Peraturan Pemerintah


Fungsi PeraturanPemerintah adalah menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut
untuk melaksanakan perintah suatu UU. Landasan formal konstitusionalnya adalah
Pasal 5 ayat (2) UUD 1945. Di samping itu kata “perintah” dimuat dalamPasal 3 ayat
(5) TAP MPR No. III/MPR/2000, atau :
 pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam undang-undang yang tegas-tegas
menyebutnya;
 menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut, ketentuan lain dalam undang-undang
yang mengatur meskipun tidak tegas-tegas menyebutnya.

13
7. Fungsi Keputusan Presiden yang berisi pengaturan
Fungsi Peraturan Presiden (regeling) adalah menyelenggarakan pelaksanaan
administrasi negara dan administrasi pemerintahan (Pasal 3 ayat (6)TAP MPR No.
III/MPR/2000). Sedangkan landasan formal konstitusionalnya adalah Pasal 4 ayat (1)
UUD 1945 yaitu menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan negara. Mengenai
lingkup“administrasi negara dan pemerintahan” dalam Pasal 6 TAP MPR
No.III/MPR/2000 masih akan diatur lebih lanjut dengan UU.
Secara umumnya Fungsi Peraturan Presiden (regeling) adalah, sebagai berikut :
 menyelenggarakan pengaturan secara umum dalam rangka penyelenggaraan
kekuasaan pemerintahan. (sesuai Pasal 4 ayat 1 UUD 1945);
 menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Peraturan
Pemerintah yang tegas-tegas menyebutnya;
 menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan lain dalam Peraturan
Pemerintah meskipun tidak tegas-tegas menyebutkannya.

8. Fungsi Peraturan Mahkamah Agung (Perma)

Fungsi Peraturan Mahkamah Agung (Perma) adalah untuk menyelenggarakan


aturan lebih lanjut atau mengisi kekosongan aturan yang berkaitan dengan lembaga
peradilan dan hokum acaranya. Dasar hukumnya adalah UU No. 14/1985 tentang
Mahkamah Agung dan Pasal 4 ayat (2) TAPMPR No. III/MPR/2000. Sebenarnya
Perma ini bukan termasuk jenis peraturan perundang-undangan tetapi termasuk jenis
peraturan perundang-undangan semu (pseudowetgeving/beleidsregels).

9. Fungsi Keputusan Menteri


Fungsi Keputusan Menteri (Kepmen) yang bersifat pengaturan (regeling)adalah
menyelenggarakan fungsi pemerintahan umum sebagai pembantu Presiden sesuai
dengan lingkup tugas dan fungsi, serta kewenangannya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Menteri yang dimaksud adalah baik menteri negara
maupun menteri yang memimpin departemen teknis. Kepmen ini seyogyanya hanya
merupakan delegasian dari Keppres yang bersifat pengaturan (regeling)atau Peraturan
Pemerintah. Sedangkan kalau suatu UU akan mendelegasikan Pasal tertentu kepada
Kepmen seyogyanya kalau substansi tersebutsangat bersifat teknis. Misalnya

14
penentuan jenis-jenis narkotika sebagaimana diatur dalam UU No. 22/1997 tentang
Narkotika diatur/ditetapkan lebih lanjut dengan Kepmenkes.

10. Fungsi Keputusan Menteri (Kepmen)


Fungsi kepmen secara rinci adalah sebagai berikut :
 menyelenggarakan pengaturan secara umum dalam rangka penyelenggaraan
kekuasaan pemerintahan di bidangnya (sesuai dengan pasal 17 ayat 1 UUD 1945);
 menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Keputusan Presiden;
 menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam undang-undang yang
tegas-tegas menyebutnya;
 menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Peraturan Pemerintah
yang tegas-tegas menyebutnya.

11. Fungsi Keputusan Dari Kepala Lembaga Pemerintah Non – Departemen


 menyelenggarakan pengaturan secara umum dalam rangka penyelenggaraan
kekuasaan pemerintahan di bidangnya;
 menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Keputusan Presiden.
Merupakan delegasikan berdasarkan pasal 17 ayat (1) UUD 1945.

12. Fungsi Keputusan Ketua/Kepala LPND/Komisi/Badan

Fungsi Keputusan Ketua/Kepala LPND/Komisi/Badan atau yang setingkat yang


dibentuk oleh Pemerintah yang bersifat pengaturan (regeling) adalah untuk
menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan sesuai dengan lingkup tugas dan fungsi serta
kewenangannya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur dan
menetapkan LPND/Badan/Komisi tersebut.

13. Fungsi Keputusan Direktur Jenderal Departemen


 menyelenggarakan perumusan kebijakan teknis Keputusan Menteri;
 menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Keputusan Menteri.

14. Fungsi Keputusan Badan Negara


 Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam undang-undang yang
mengatribusikan dan Peraturan Pemerintah yang bersangkutan;

15
 Menyelenggarakan secara umum dalam rangka penyelenggaraan fungsi dan
tugasnya.
15. Fungsi Peraturan Daerah
Fungsi Peraturan Daerah Propinsi adalah untuk menyelenggarakan otonomi
daerah di tingkat propinsi dan tugas pembantuan (medebewind) serta dekonsentrasi
dalam rangka mengurus kepentingan rakyat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat sebagaimana ditentukan dalam Pasal 7, Pasal 9,
dan Pasal 13(tugas pembantuan) dari UU No. 22/1999 yang kemudian dijabarkan
lebih lanjut dalam PP No. 25/2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propini Sebagai Daerah Otonom (vide Pasal 3 PP No. 25/2000).
Disamping itu fungsi Peraturan Daerah Propinsi juga untuk menyelenggarakan
ketentuan tentang fungsi anggaran dari DPRD Propinsi dalam rangka menetapkan
APBD, Perubahan dan Perhitungan APBD, dan pengelolaan keuangan daerah
Propinsi sesuai dengan Pasal 19 ayat (3) dan Pasal 23 ayat (1) UU No.
25/1999tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Fungsi Peraturan Daerah diatur dalam BAB IV khususnya pada pasal 69
dan pasal 70. UU no. 22 Tahun 1999. Fungsi Keputusan Kepala Daerah Adalah
menyelenggarakan pengaturan dalam rangka pelaksanaan Peraturan Daerah yang
bersangkutan dan tugas-tugas pemerintahan.

16. Fungsi Keputusan Gubernur Provinsi

Fungsi Keputusan Gubernur Propinsi yang bersifat


pengaturan (regeling)adalah untuk menyelenggarakan lebih lanjut ketentuan dalam
Perda Propinsi atau atas kuasa peraturan perundang-undangan lain, sesuai dengan
lingkup kewenangan Propinsi sebagai daerah otonom sekaligus wilayah
administratif (wakil Pemerintah Pusat).

17. Fungsi Peraturan Daerah Kabupaten/Kota


Fungsi Peraturan Daerah Kabupaten/Kota adalah untuk menyelenggarakan
otonomi daerah sepenuhnya ditingkat Kabupaten/Kota dan tugas
pembantuan (medebewind) dalam rangka mengurus kepentingan rakyat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sebagaimana ditentukan
dalam Pasal 11 dan Pasal 13 UU No. 22/1999 yang kemudian dijabarkan lebih

16
lanjut dalam PP No.25/2000 (vide Pasal 3 ayat (1), ayat (2), dan ayat (5))
melaluiteori residu. Fungsi Peraturan Daerah Kabupaten/Kota juga untuk
menyelenggarakan ketentuan tentang fungsi anggaran dari DPRD Kabupaten/Kota
dalam rangka menetapkan APBD, Perubahan dan Perhitungan APBD, dan
pengelolaan keuangan daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan Pasal 19 ayat(3) dan
Pasal 23 ayat (1) UU No. 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daera.
18. Fungsi Keputusan Bupati/Walikota
Fungsi Keputusan Bupati/Walikota yang bersifat pengaturan (regeling)adalah
untuk menyelenggarakan lebih lanjut ketentuan dalam Perda Kabupaten/Kota atau
ataskuasa peraturan perundang-undangan lain, sesuai dengan lingkup kewenangan
Kabupaten/Kota sebagai daerah otonom sepenuhnya.
19. Fungsi Peraturan Desa

Fungsi Peraturan Desa (atau yang sejenis) adalah untuk menyelenggarakan


ketentuan yang mengayomi adatistiadat desa. Fungsi Keputusan Kepala Desa adalah
untuk mengatur lebih lanjut ketentuan yang termuat dalam Peraturan Desa.

20. Fungsi keputusan Desa

Adalah mengatur segala sesuatu yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan


pemerintahan desa, yang dibuat oleh Kepala Desa setelah mendapat persetujuan Badan
Perwakilan Desa. Sedangkan Keputusan Kepala Desa berfungsi sebagai pelaksanaan
peraturan desa dan pelaksanaan kebijaksanaan kepala desa dalam pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan di desa.

Dasar Hukum :

1. Pasal 22 ayat (1) UUD 1945


2. UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan;
3. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2005tata Cara Mempersiapkan Rancangan
Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang,
Rancangan Peraturan Pemerintah, dan Rancangan Peraturan Presiden.

17
BAB IX
MATERI MUATAN PERUNDANG-UNDANGAN

Istilah muatan Undang-undang ini pertama kali diperkenalkan oleh A. Hamid


Attamimi, dalam Majalah hukum dan pembangunan No. 3 Tahun ke-IX, Mei 1979,
sebagai terjemahan dari ‘het eigenaardig onderwerp der wet’.
A Hamid Attamimi berpendapat bahwa materi muatan Undang-Undang Indonesia
merupakan hal yang penting untuk kita teliti dan kita cari, oleh karena pembentukan
Undang-undang suatu Negara bergantung pada cita Negara dan teori bernegara yang
dianutnya, pada kedaulatan dan pembagian kekuasaan dalam negaranya pada sistem
pemerintahan negara yang diselenggarakannya.
Untuk menemukan materi muatan Undang-Undang dapat digunakan tiga pedoman
yaitu:
1. Dari ketentuan dalam Batang Tubuh UUD 1945
2. Berdasarkan Wawasan Negara berdasar atas hukum (Rechtsstaat)
3. Berdasarkan Wawasan Pemerintahan berdasarkan sistem Kontitusi

BAB X
MATERI MUATAN PERUNDANG-UNDANGAN LAINNYA

Peraturan perundang-undangan lainnya yaitu jenis Peraturan Perundang-undangan


selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)mencakup peraturan yang ditetapkan oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat, DewaPerwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial,
Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan
Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota,
Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat. Lembaga negara tersebut memiliki materi
muatan yang berbeda-beda sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan lembaga tersebut.

18
DAFTAR PUSTAKA

Referensi buku :

Maria Farida Indrati Soeprapto, 2010. Ilmu Perundang-Undangan.Yogyakarta: Kanisius.

Jimly Asshiddiqie, 2006. Teori Hans Kelsen Tentang Hukum.Jakarta: Sekretariat Jenderal dan
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI. Asshiddiqie, J. (2011).

Asshiddiqie, J. (2011).Perihal Undang-Undang. Jakarta: Rajawali Pers. Farida, M. (2007).

Ilmu Perundang-undangan : Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan. Yogyakarta: Kanisius.


Purbacaraka, P., & Soekanto, S. (1982).

Mertokusumo, Sudikno. 1989. Mengenal Hukum Suatu pengantar. Yogyakarta : Liberty.

Referensi internet:

https://ilmupemerintahan2013.blogspot.com/2015/10/norma-hukum-dalam-negara-hirarki-
norma.html/ diakses pada tanggal 20/12/18

https://sahabatgembel.wordpress.com/2015/05/31/materi-diskusi-ilmu-peraturan-perundang-
undangan/diakses pada tanggal 20/12/18

https://www.scribd.com/doc/88105696/Tata-Susunan-Norma-Hukum-Finish-1diakses pada
tanggal 21/12/18

https://wongsedayulawas.wordpress.com/hukum/materi-muatan-perundang-undangan/diakses pada
tanggal 22/12/18

http://www.wikiapbn.org/peraturan-perundang-undangan/diakses pada tanggal 22/12/18

19

Anda mungkin juga menyukai