Resume Ilmu Perundang-Undangan SM 3 (Ayu WD)
Resume Ilmu Perundang-Undangan SM 3 (Ayu WD)
1
1.3 Bentuk Klasifikasi Norma Dalam Kehidupan Masyarakat
Soerjono Soekanto membagi norma berdasarkan daya ikatnya berturut-turut dari norma
dengan daya ikat lemah hingga norma dengan daya ikat yang kuat, yaitu cara atau usage,
kebiasaan atau folkways, tata kelakuan atau mores, dan adat istiadat atau custom.
Merujuk pada bentuk perbuatan individual yang memiliki daya ikat yang lemah, tata cara
yang dilakukan dengan cara terus menerus.
Merupakan tata kelakuan yang kekal dan menyatu dengan pola-pola perilaku masyarakat.
2
C. Menerapkan Norma-Norma Berlaku Dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa
Dan Bernegara
Penerapan norma-norma, kebiasaan, adat istiadat, dan peraturan yang berlaku itu pada
dasarnya berkaitan dengan penggunaan hak dan pemenuhan kewajiban. Selanjutnya lebih luas
dalam kehidupan di sekolah, dalam kebidupan masyarakat, dan dalam kehidupan bernegara.
BAB II
NORMA HUKUM DALAM NEGARA
Norma hukum ialah sebuah aturan yang dibuat oleh pemerintahan yang mengikat setiap
warga Negara tanpa terkecuali. Norma hukum dalam Negara Indonesia mengatur semua
hierarki aturan perundang-undangan yang ada yakni : Norma Fundamental
Negara(Staatsfundamentalnorm) , Aturan Dasar Negara/Aturan Pokok
Negara(Staatsgrundgesetz), Undang-undang “FORMAL” (formell Gesetz). dan Peraturan
Pelaksanaan Dan Peraturan Otonom(Verordnung & Autonome Satzung).
BAB III
TATA SUSUNAN NORMA HUKUM NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Sistem hukum negara Republik Indoensia terbentuk sejak negara Republik Indonesia
merdeka dan ditetapkannya Pancasila sebagai dasar negara serta UUD 1945 sebagai
konstitusi negara.
Struktur tata hukum Indonesia menurut Hans Kelsen dan disempurnakan oleh Hans
Nawiasky
2. Staatsgrundgesetz: Batang Tubuh UUD 1945, Tap MPR, dan Konvensi Ketatanegaraan.
3
4. Verordnung en Autonome Satzung: Secara hierarkis mulai dari Peraturan Pemerintah
hingga Keputusan Gubernur, Bupati atau Walikota.
BAB IV
LEMBAGA NEGARA PEMBENTUK PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
2) Presiden
Setelah adanya amandemen ke IV UUD 1945, (yang selanjutnya akan disebut UUD
NRI 1945), terdapat suatu perubahan yang cukup mendasar baik dalam sistem ketatanegaraan
maupun kelembagaan negara di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari dihapuskannya
kedudukan MPR sebagai lembaga tertinggi negara serta adanya beberapa lembaga negara baru
yang dibentuk, yaitu Dewan Perwakilan Daerah dan Mahkamah Konstitusi. Selain itu,
kedudukan seluruh lembaga negara adalah sejajar sebagai lembaga tinggi negara. Adapun
lembaga – lembaga yang tercantum sebagai lembaga tinggi negara menurut UUD NRI 1945
adalah :
4
2) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
4) Presiden
Fungsi utama parlemen pada hakekatnya adalah fungsi pengawasan dan Legislasi, parlemen
berfungsi mengkomunikasikan tuntutan dan keluhan dari berbagai kalangan masyarakat
kepada pihak pemerintah (Parlemen Parle an Government). Sementara instrumen yang dapat
digunakan oleh Parlemen untuk menyadar fungsi pengawasan terhadap jalannya pemerintah
secara efektif adalah:
a. Hak budget
b. Hak inteplasi
c. Hak angket
Selain hak yang bersifat kelembagaan, setiap individu anggota parlemen juga dijamin haknya
untuk bertanya dan mengajukan usul pendapat serta hak lain, seperti hak immunitas dan hak
protokuler. Semua hak itu penting sebagai instrumen yang dapat dipakai dalam menjalankan
fungsi pengawasan politik terhadap jalannya pemerintahan
Dalam pasal 42 UU Susduk diatur bahwa DPD hanya memiliki fungsi yaitu :
a. Pengajuan usul, ikut dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan dengan bidang
legislasi tertentu,
5
b. Pengawasan atas pelaksanaan Undang-undang tertentu.
Dengan kata lain, ketentuan dalam pasal tersebut sangat membatasi kewenangan DPD untuk
terlibat dalam proses pembuatan sebuah Undang-undang, ia hanya dapat sebatas mengajukan
usul dan ikut dalam pembahasan serta memberikan pertimbangan tanpa diminta kewenangan
untuk mengambil keputusan.
Begitu juga dengan tata tertib DPD, di mana Pasal 46 (1) yang mengamanatkan dibentuknya
panitia perancang Undang-undang yang merupakan alat kelengkapan DPD. Pasal yang ayat (
1) tata tertib DPD menyebutkan tugas Panitia Perancang Undang-Undang adalah :
merencanakan dan menyusun program serta urutan prioritas pembahasan, usul pembentukan
rancangan Undang-undang dan usul rancangan Undang-undang untuk 1 (satu) masa keanggota
DPD dan setiap anggaran.
Sebelum perubahan (amandemen) UUD 1945 presiden merupakan lembaga yang memegang
kekuasaan membentuk Undang-Undang. Sedangkan sesudah amandemen UUD1945 Presiden
masih dilibatkan dalam pembentukan Undang-undang seperti hak untuk mengajukan
rancangan undang-undang, pembahasan yang dilakukan bersama DPR terhadap rancangan
Undang-undang dan pengesahan rancangan Undang-undang menjadi Undang-undang yang
juga dilakukan oleh presiden
Di atas sudah dijelaskan bahwa secara umum, ada 3 (tiga) prinsip perwakilan yang dikenal di
dunia, sebagai berikut ;
6
Di Indonesia, fungsi lembaga perwakilan atau parlemen biasanya dibedakan ke dalam 3 (tiga)
fungsi, yaitu:
1. Fungsi legislasi (legislatif);
2. Fungsi pengawasan (control); dan
3. Fungsi anggaran (budget).
Dalam Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
ditentukan bahwa:
“Setiap undang-undang dibahas bersama oleh DPR dan Presiden untuk mendapat persetujuan
bersama”.
Pada pokoknya, fungsi legislatif itu menyangkut empat bentuk kegiatan sebagai berikut:
1. Prakarsa pembuatan undang-undang (legislative initiation);
2. Pembahasan rancangan undang-undang (law making process);
3. Persetujuan atas pengesahan rancangan undang-undang (law enachtment approval);
4. Pemberian persetujuan pengikatan atau ratifikasi atas perjanjian atau persetujuan internasional
dan dokumen-dokumen hukum yang mengikat lainnya (binding decision making on
international agreement and treaties or other legal binding documents).
BAB V
LEMBAGA PEMERINTAH PEMBENTUK PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN
a. Pemerintah
Pemerintah adalah presiden dibantu oleh para menteri. Presiden sebagai kepala pemerintahan
memiliki wewenang untuk menetapkan Peraturan Presiden (Perpres). Di samping itu, Pasal 5
ayat 2 juga mem berikan suatu kewenangan kepada presiden untuk menetapkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang.
b. Menteri
Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, dibantu oleh para menteri. Menteri
diangkat dan diberhentikan oleh presiden dan setiap menteri membidangi urusan tertentu
7
dalam pemerintahan (Pasal 17 UUD 1945). Menteri memiliki hak mengeluar kan Keputusan
Menteri (Kepmen).
c. Lembaga Pemerintah Nondepartemen
Lembaga pemerintah nondepartemen memiliki wewenang mengeluarkan peraturan-peraturan
pelaksanaan dari perundang-undangan yang lebih tinggi, yaitu melaksanakan kebijaksanaan
yang digariskan oleh presiden. Lembaga pemerintah nondepartemen, antara lain sebagai
berikut.
1) Badan Kepegawaian Negara (BKN)
2) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
3) Badan Urusan Logistik (BULOG)
4) Badan Pusat Statistik (BPS)
5) Badan Intelijen Negara (BIN)
d. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Badan-badan negara dibentuk dan disesuaikan dengan kebutuhan dalam penyelenggaraan
negara. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan lembaga pemerintah yang dibentuk
dengan suatu undang-undang dan berfungsi menciptakan kesejahteraan masyarakat. Contoh
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah Pertamina, Bank Indonesia (BI), Perusahaan
Listrik Negara (PLN).
e. Direktorat Jenderal Departemen
Direktorat Jenderal Departemen adalah lembaga di bawah menteri yang bertugas menjabarkan
lebih lanjut keputusan menteri. Keppres No. 44 Tahun 1974 menyatakan bahwa Direktorat
Jenderal Departemen menyelenggarakan fungsi perumusan kebijaksanaan peraturan-peraturan
atas namanya sendiri, yang isinya memberikan rincian yang bersifat teknis dan ke bijaksanaan
bidang pemerintahan yang digariskan oleh menteri. Direktorat Jenderal Departemen
berhak membuat Surat Keputusan Direktorat Jenderal.
f. Pemerintah Daerah
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 10 Tahun 2003
tentang Pembentukan Perundang-Undangan, menegas kan bahwa Peraturan Daerah dibentuk
oleh gubernur, bupati, atau walikota bersama dengan DPRD provinsi, dan
DPRD Kabupaten/Kota.
Untuk melihat apakah sebuah perundang-undangan tersebut dapat dikatakan baik maka
perundang-undangan tersebut sekurang-kurangnya harus memiliki tiga landasan sebagai
berikut.
8
a. Landasan Filosofis
Landasan filosofis menyatakan bahwa dalam setiap penyusunan perundang-undangan harus
dengan sungguh-sungguh mem perhatikan cita-cita moral dan cita-cita hukum sebagaimana
diamanatkan oleh Pancasila.
b. Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis menyatakan bahwa peraturan perundang-undangan yang dibuat harus
berkaitan dengan kondisi atau kenyataan yang tumbuh dan hidup di masyarakat.
c. Landasan Yuridis
Landasan yuridis menyatakan bahwa peraturan perundangan dibuat oleh lembaga
berwenang, mengikuti prosedur tertentu, dan tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih
tinggi.
BAB VI
JENIS-JENIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Sejak Indonesia merdeka tangal 17 Agustus 1945 ada beberapa peraturan yang
mengalami tata urutan perundang-undangan, yaitu : Pertama, Ketetapan MPRS nomor
XX/MPRS/1966 tentang “Memorandum DPR-GR mengatur “Sumber Tertib Hukum Republik
Indonesia”. Kedua, pada era reformasi, MPR telah mengeluarkan produk hukum yang berupa
Ketetapan MPR Nomor III/MPR/2000 tentang “Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan
Perundang-Undangan”. Ketiga pada tahun 2004 melalui UU RI no. 10 tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Lahirnya UU RI no. 10 tahun 2004 tidak
terlepas dari tuntutan reformasi di bidang hukum. MPR pada tahun 2003 telah mengeluarkan
Ketetapan nomor 1/MPR/2003 tentang Peninjauan kembali terhadap Materi dan Status Hukum
Ketetapan MPRS dan MPR RI Tahun 1960 sampai dengan tahun 2002.
9
4. Peraturan Pemerintah;
5. Peraturan Presiden;
BAB VII
JENIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN HINDIA-BELANDA,
ORDE LAMA DAN ORDE BARU
10
3. Uu No.6 Th.1969 tentang peryataan tidak berlakunya berbagai undang-Undang
dan Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang.
BAB VIII
FUNGSI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
11
sesuai dengan asas trias politica (distribution of powers) dan menciptakan
penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih(cleangovernance/goverment).
2. Fungsi Undang-Undang
Dasar Hukum : Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 UUD 1945 Undang-undang adalah
peraturan perundang-undangan yang tertinggi di Negara Republik Indonesia, yang di
dalam pembentukannya dilakukan oleh dua lembaga, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat
dengan Persetujuan Presiden.Undang-undang dapat diartikan menjadi 2 yakni Undang-
undang dalam arti material serta Undang-undang dalam arti formil. Di Indonesia hanya
dikenal Undang-Undang dalam arti formal.
Fungsi Undang-undang(UU) adalah menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut
ketentuan dalam UUD 1945(dan Perubahannya) baik yang tersurat (paling tidak ada 18
hal sebagaimana diuraikan oleh A. Hamid, SA [10]) maupun yang tersirat sesuai
dengan negara berdasar atas hukum (rechtsstaat) dan asas konstitusionalisme, serta
yang diperintahkan oleh TAP MPR yangtegas-tegas menyebutnya (sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 3 ayat (3) TAP MPRNo. III/MPR/2000).
Fungsi Undang-Undang:
Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Undang-Undang
Dasar 1945 yang tegas-tegas menyebutnya;
Pengaturan lebih lanjut secara umum aturan dasar lainnya dalam Batang Tubuh
UUD 1945;
Pengaturan lebih lanjut dalam ketetapan MPR yang tegas-tegas menyebutnya;
Pengaturan di bidang materi konstitusi, seperti organisasi, Tugas dan Wewenang
Susunan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara.
12
Jika ditolak DPR Perpu tersebut harus dicabut.
5. Ketetapan MPR
Pada dasarnya berfungsi mengatur tugas dan wewenang Majelis
Permusyawaratan Rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi dalam Negara
Republik Indonesia berdasarkan Undang-undang Dasar 1945.
13
7. Fungsi Keputusan Presiden yang berisi pengaturan
Fungsi Peraturan Presiden (regeling) adalah menyelenggarakan pelaksanaan
administrasi negara dan administrasi pemerintahan (Pasal 3 ayat (6)TAP MPR No.
III/MPR/2000). Sedangkan landasan formal konstitusionalnya adalah Pasal 4 ayat (1)
UUD 1945 yaitu menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan negara. Mengenai
lingkup“administrasi negara dan pemerintahan” dalam Pasal 6 TAP MPR
No.III/MPR/2000 masih akan diatur lebih lanjut dengan UU.
Secara umumnya Fungsi Peraturan Presiden (regeling) adalah, sebagai berikut :
menyelenggarakan pengaturan secara umum dalam rangka penyelenggaraan
kekuasaan pemerintahan. (sesuai Pasal 4 ayat 1 UUD 1945);
menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Peraturan
Pemerintah yang tegas-tegas menyebutnya;
menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan lain dalam Peraturan
Pemerintah meskipun tidak tegas-tegas menyebutkannya.
14
penentuan jenis-jenis narkotika sebagaimana diatur dalam UU No. 22/1997 tentang
Narkotika diatur/ditetapkan lebih lanjut dengan Kepmenkes.
15
Menyelenggarakan secara umum dalam rangka penyelenggaraan fungsi dan
tugasnya.
15. Fungsi Peraturan Daerah
Fungsi Peraturan Daerah Propinsi adalah untuk menyelenggarakan otonomi
daerah di tingkat propinsi dan tugas pembantuan (medebewind) serta dekonsentrasi
dalam rangka mengurus kepentingan rakyat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat sebagaimana ditentukan dalam Pasal 7, Pasal 9,
dan Pasal 13(tugas pembantuan) dari UU No. 22/1999 yang kemudian dijabarkan
lebih lanjut dalam PP No. 25/2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propini Sebagai Daerah Otonom (vide Pasal 3 PP No. 25/2000).
Disamping itu fungsi Peraturan Daerah Propinsi juga untuk menyelenggarakan
ketentuan tentang fungsi anggaran dari DPRD Propinsi dalam rangka menetapkan
APBD, Perubahan dan Perhitungan APBD, dan pengelolaan keuangan daerah
Propinsi sesuai dengan Pasal 19 ayat (3) dan Pasal 23 ayat (1) UU No.
25/1999tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Fungsi Peraturan Daerah diatur dalam BAB IV khususnya pada pasal 69
dan pasal 70. UU no. 22 Tahun 1999. Fungsi Keputusan Kepala Daerah Adalah
menyelenggarakan pengaturan dalam rangka pelaksanaan Peraturan Daerah yang
bersangkutan dan tugas-tugas pemerintahan.
16
lanjut dalam PP No.25/2000 (vide Pasal 3 ayat (1), ayat (2), dan ayat (5))
melaluiteori residu. Fungsi Peraturan Daerah Kabupaten/Kota juga untuk
menyelenggarakan ketentuan tentang fungsi anggaran dari DPRD Kabupaten/Kota
dalam rangka menetapkan APBD, Perubahan dan Perhitungan APBD, dan
pengelolaan keuangan daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan Pasal 19 ayat(3) dan
Pasal 23 ayat (1) UU No. 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daera.
18. Fungsi Keputusan Bupati/Walikota
Fungsi Keputusan Bupati/Walikota yang bersifat pengaturan (regeling)adalah
untuk menyelenggarakan lebih lanjut ketentuan dalam Perda Kabupaten/Kota atau
ataskuasa peraturan perundang-undangan lain, sesuai dengan lingkup kewenangan
Kabupaten/Kota sebagai daerah otonom sepenuhnya.
19. Fungsi Peraturan Desa
Dasar Hukum :
17
BAB IX
MATERI MUATAN PERUNDANG-UNDANGAN
BAB X
MATERI MUATAN PERUNDANG-UNDANGAN LAINNYA
18
DAFTAR PUSTAKA
Referensi buku :
Jimly Asshiddiqie, 2006. Teori Hans Kelsen Tentang Hukum.Jakarta: Sekretariat Jenderal dan
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI. Asshiddiqie, J. (2011).
Referensi internet:
https://ilmupemerintahan2013.blogspot.com/2015/10/norma-hukum-dalam-negara-hirarki-
norma.html/ diakses pada tanggal 20/12/18
https://sahabatgembel.wordpress.com/2015/05/31/materi-diskusi-ilmu-peraturan-perundang-
undangan/diakses pada tanggal 20/12/18
https://www.scribd.com/doc/88105696/Tata-Susunan-Norma-Hukum-Finish-1diakses pada
tanggal 21/12/18
https://wongsedayulawas.wordpress.com/hukum/materi-muatan-perundang-undangan/diakses pada
tanggal 22/12/18
19