September 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIV. AL-KHAIRAAT PALU
TINAJAUN PUSTAKA
PARKINSON
Disusun Oleh:
Sri Nurnaningsih
15 19 777 14 363
Pembimbing:
dr. Magdalena Sp.S
dr. Intje Norma
Palu,
Pembimbing Pembimbing
Dokter Muda
Sri Nurnaningsih
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar i
i
Daftar Isi i
i
i
Daftar gambar i
v
Bab I Pendahuluan 1
1.1. Latar Belakang 1
Bab II Tinjauan Pustaka 3
2.1.Definisi 3
2.2. Epidemiologi 3
2.3. Klasifikasi 3
2.4. Patogenesis 4
2.5. Patofisiologi 6
2.6. Manifestasi Klinis 7
2.7. Diagnosis 9
2.8. Penatalaksanaan 1
1
2.9. Prognosis 1
2
Bab III Kesimpulan 1
3
Daftar Pustaka
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Patogenesis penyakit parkinson 5
Gambar 2.2. Algoritma penatalaksanaan penyakit parkinson 11
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Penyakit parkinson pertama kali digambarkan oleh Dr. James Parkinson di dalam
sebuah buku kecil yang berjudul “An Essay on the Shaking Palsy” yang
dipublikasi pada tahun 1817.1 Penyakit parkinson adalah suatu kelainan
degeneratif sistem saraf pusat yang sering merusak sistem motor penderita seperti
keterampilan, ucapan dan fungsi lainnya.2 Penyakit Parkinson memiliki
sekelompok kondisi yang disebut gangguan gerak. Hal ini ditandai dengan
kekakuan otot, tremor, perlambatan gerakan fisik (bradikinesia) dan dalam kasus
yang ekstrim, hilangnya gerakan fisik (akinesia).2,3
Penyakit Parkinson menyerang jutaan penduduk di dunia atau sekitar 1%
dari total populasi dunia. Penyakit tersebut menyerang penduduk dari berbagai
etnis dan status sosial ekonomi.4 Kejadian penyakit parkinson telah diperkirakan
4,5-21 kasus per 100.000 penduduk per tahun, dan perkiraan prevalensi berkisar
18-328 kasus per 100.000 penduduk, dengan sebagian besar studi menghasilkan
prevalensi sekitar 120 kasus per 100.000 penduduk.5 Kejadian penyakit parkinson
berhubungan dengan usia, yang berarti bahwa jumlah kasus akan meningkat
sebesar 25-30% selama 25 tahun ke depan.6
Di Skotlandia, terdapat sekitar 120 dan 230 pasien penyakit parkinson per
100.000 orang.6 Di Indonesia, diperkirakan sebanyak 876.665 orang dari total
jumlah penduduk sebesar 238.452.952 menderita parkinson. Total kasus kematian
akibat penyakit Parkinson di Indonesia menempati peringkat ke-12 di dunia atau
peringkat ke-5 di Asia, dengan prevalensi mencapai 1100 kematian pada tahun
2002.4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif sistem ekstrapiramidal
yang merupakan bagian dari parkinsonism yang secara patologis ditandai oleh
adanya degenerasi ganglia basalis terutama di substansia nigra pars kompakta
(SNC) yang disertai adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik (lewy bodies).3
Parkinsonism adalah suatu sindrom yang ditandai oleh tremor pada waktu
istirahat, rigiditas, bradikinesia dan hilangnya refleks postural akibat penurunan
dopamin dengan berbagai macam sebab.2,3
2.2. Epidemiologi
Penyakit parkinson diakui sebagai salah satu gangguan neurologis yang paling
umum, mempengaruhi sekitar 1% dari orang yang lebih tua dari 60 tahun. Insiden
dan prevalensi penyakit Parkinson meningkat dengan usia, dan usia rata-rata onset
adalah sekitar 60 tahun. Onset pada orang yang lebih muda dari 40 tahun relatif
jarang.5
Kejadian penyakit parkinson telah diperkirakan 4,5-21 kasus per 100.000
penduduk per tahun, dan perkiraan prevalensi berkisar 18-328 kasus per 100.000
penduduk, dengan sebagian besar studi menghasilkan prevalensi sekitar 120 kasus
per 100.000 penduduk.5 Di Indonesia, diperkirakan sebanyak 876.665 orang dari
total jumlah penduduk sebesar 238.452.952 menderita penyakit parkinson. Total
kasus kematian akibat penyakit parkinson di Indonesia menempati peringkat ke-
12 di dunia atau peringkat ke-5 di Asia, dengan prevalensi mencapai 1100
kematian pada tahun 2002.4
Suatu kepustakaan menyebutkan prevalensi tertinggi penyakit parkinson
terjadi pada ras Kaukasian di Amerika Utara dan ras Eropa 0,98% hingga 1,94%,
menengah terdapat pada ras Asia 0,018% dan prevalensi terendah terdapat pada
ras kulit hitam di Afrika 0,01%.9 Penyakit parkinson 1,5 kali lebih sering terjadi
pada pria dibandingkan pada wanita.5
2.3. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, penyakit parkinson dibagi menjadi 4 jenis yaitu: 9
a. Idiopati (primer) merupakan penyakit parkinson secara genetik.
b. Simptomatik (sekunder) merupakan penyakit parkinson akibat infeksi, obat,
toksin, vaskular, trauma, hipotiroidea, tumor, hidrosefalus tekanan normal,
hidrosefalus obstruktif.
c. Parkinson plus (multiple system degenerasion) merupakan parkinsonism
primer dengan gejala-gejala tambahan. Termasuk demensia lewy bodies,
progresif supranuklear palsi, atrofi multi sistem, degenerasi striatonigral,
degenerasi olivopontoserebelar, sindrom Shy-Drager, degenerasi
kortikobasal, kompleks parkinson demensia ALS (Guam), neuroakantositosis.
d. Parkinsonism herediter, terdiri dari penyakit wilson, penyakit huntington,
penyakit Lewy bodies.
2.4. Patogenensis
Studi postmortem secara konsisten menyoroti adanya kerusakan oksidatif dalam
patogenesis penyakit parkinson, dan khususnya kerusakan oksidatif pada lipid,
protein, dan DNA dapat diamati pada substansia nigra pars kompakta (SNc) otak
pasien penyakit parkinson sporadik. Stress oksidatif akan membahayakan
integritas neuron sehingga mempercepat degenerasi neuron. Sumber peningkatan
stress oksidatif ini masih belum jelas namun mungkin saja melibatkan disfungsi
mitokondria, peningkatan metabolisme dopamin yang menghasilkan hidrogen
peroksida dan reactive oxygen species (ROS) lain dalam jumlah besar,
peningkatan besi reaktif, dan gangguan jalur pertahanan antioksidan.3
Banyak bukti mengarah pada peran utama disfungsi mitokondria sebagai
dasar patogenesis penyakit parkinson, dan khususnya defek mitokondria complex-
I (complex-I) dari rantai respirasi. Defek complex-I mungkin yang paling tepat
menyebabkan degenerasi neuron pada penyakit parkinson melalui penurunan
sintesis ATP.3
Gambar 2.1. Patogenesis penyakit parkinson8
2.5. Patofisiologi
Secara umum dikatakan bahwa penyakit parkinson terjadi karena penurunan kadar
dopamin akibat kematian neuron di pars kompakta substansia nigra sebesar 40
hingga 50 persen yang disertai adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy
bodies).3
Lesi primer pada penyakit parkinson adalah degenerasi sel saraf yang
mengandung neuromelanin di dalam batang otak, khususnya di substansia nigra
pars kompakta, yang menjadi terlihat pucat dengan mata telanjang.3
Dalam kondisi normal (fisiologik), pelepasan dopamin dari ujung saraf
nigrostriatum akan merangsang reseptor D1 (eksitatorik) dan reseptor D2
(inhibitorik) yang berada didendrit output neuron striatum. Output striatum
disalurkan ke globus palidus segmen interna atau substansia nigra pars retikularis
lewat 2 jalur yaitu jalur direk reseptor D1 dan jalur indirek yang berkaitan dengan
reseptor D2. Apabila masukan direk dan indirek seimbang, maka tidak ada
kelainan gerakan.3
Pada penderita penyakit parkinson, terjadi degenerasi kerusakan substansia
nigra pars kompakta dan saraf dopaminergik nigrostriatum sehingga tidak ada
rangsangan terhadap reseptor D1 maupun D2. Gejala Penyakit parkinson belum
terlihat sampai lebih dari 50 persen sel saraf dopaminergik rusak dan dopamin
berkurang sebanyak 80 persen.3
Reseptor D1 yang eksitatorik tidak terangsang sehingga jalur langsung
dengan neurotransmitter GABA (inhibitorik) tidak teraktifasi. Reseptor D2 yang
inhibitorik tidak terangsang, sehingga jalur indirek dari putamen ke globus palidus
segmen eksterna yang GABAergik tidak ada yang menghambat sehingga fungsi
inhibitorik terhadap globus palidus segmen eksterna berlebihan. Fungsi inhibisi
dari saraf GABAergik dari globus palidus segmen ekstena ke nukleu subtalamikus
melemah dan kegiatan neuron nukleus subtalamikus meningkat akibat inhibisi.3
Terjadi peningkatan output nukleus subtalamikus ke globus palidus
segmen interna/substansia nigra pars retikularis melalui saraf glutaminergik yang
eksitatorik akibatnya terjadi peningkatan kegiatan neuron globus
palidus/substansia nigra. Keadaan ini diperhebat oleh lemahnya fungsi inhibitorik
dari jalur langsung, sehingga output ganglia basalis menjadi berlebihan ke arah
talamus. Saraf eferen dari globus palidus segmen interna ke talamus adalah
GABAergik sehingga kegiatan talamus akan tertekan dan selanjutnya rangsangan
dari talamus ke korteks lewat saraf glutamatergik akan menurun dan output
korteks motorik ke neuron motorik medulla spinalis melemah terjadi hipokine.3
2.7. Diagnosa
Diagnosis penyakit parkinson didasarkan pada riwayat medis dan
pemeriksaan neurologis melalui wawancara dan mengamati pasien secara
langsung menggunakan Unified Parkinson's Disease Skala Rating. Sebuah
radiotracer untuk mesin pemindaian SPECT yang disebut DaTSCAN dibuat oleh
General Electric untuk mendiagnosis penyakit parkinson, tetapi hanya dipasarkan
di Eropa. Oleh karena itu, penyakit ini sulit untuk didiagnosis secara akurat,
terutama pada tahap awal.2
Diagnosis penyakit parkinson berdasarkan gejala klinis dilihat dari gejala
motorik utama yaitu tremor pada waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia dan
hilangnya refleks postural. Kriteria yang dipakai di Indonesia adalah kriteria
Hughes (1992) yaitu:3
Possible: bila ditemukan 1 dari gejala-gejala utama
Probable: bila ditemukan 2 dari gejala-gejala utama
Definite: bila ditemukan 3 dari gejala-gejala utama
Untuk menentukan berat ringannya penyakit, digunakan stadium klinis
berdasarkan Hoehn and Yahr (1967) yaitu: 3
Stadium 1: Gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala yang ringan,
terdapat gejala yang mengganggu tetapi belum menimbulkan kecacatan,
biasanya terdapat tremor pada satu anggota gerak, gejala yang timbul dapat
dikenali orang terdekat (teman).
Stadium 2: Terdapat gejala bilateral, terdapat kecacatan minimal, sikap/cara
berjalan terganggu.
Stadium 3: Gerak tubuh nyata melambat, keseimbangan mulai terganggu saat
berjalan/berdiri, disfungsi umum sedang.
Stadium 4: Terdapat gejala yang berat, masih dapat berjalan hanya untuk jarak
tertentu, rigiditas dan bradikinesia, tidak mampu berdiri sendiri, tremor dapat
berkurang dibandingkan stadium sebelumnya.
Stadium 5: Stadium kakhetik (cachactic stage), kecacatan total, tidak mampu
berdiri dan berjalan walaupun dibantu.
Penyakit parkinson adalah diagnosis klinis. Tidak terdapat biomarker
laboratorium dan temuan rutin pada Magnetic Resonance Imaging (MRI) ataupun
computed tomography (CT) scan. Tomografi emisi positron (PET) dan single-
photon emisi CT (SPECT) mungkin menunjukkan temuan yang konsisten dengan
penyakit parkinson, dan pengujian penciuman dapat memberikan bukti menunjuk
ke arah penyakit parkinson, namun studi ini tidak secara rutin diperlukan.5
2.8. Penatalaksanaan
Dalam penatalaksanaan penyakit parkinson, pengobatan dikelompokkan
menjadi 3 kelompok yaitu bekerja pada sistem dopaminergik, sistem kolinergik
dan sistem glutamatergik. Dari ketiga macam pengobatan mempunyai tujuan yang
sama yaitu mengurangi gejala motorik dari penyakit parkinson. 3
2.9. Prognosis
Penyakit parkinson tidak dianggap sebagai penyakit yang fatal dengan sendirinya,
tapi berkembang dengan waktu. Harapan hidup rata-rata pasien penyakit
parkinson pada umumnya lebih rendah daripada orang yang tidak memiliki
penyakit. Pada tahap akhir, penyakit parkinson dapat menyebabkan komplikasi
seperti tersedak, pneumonia, dan jatuh yang dapat menyebabkan kematian.2
Perkembangan gejala pada penyakit parkinson dapat berlangsung 20 tahun
atau lebih. Pada beberapa orang, penyakit berlangsung lebih cepat. Dengan
perawatan yang tepat, kebanyakan orang dengan penyakit parkinson dapat hidup
produktif selama bertahun-tahun setelah didiagnosis.2
BAB 3
KESIMPULAN