Anda di halaman 1dari 14

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP KELUARGA

A. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan ikatan perkawinan
dan memiliki kedekatan emosi yang masing-masing mengidentifikasi diri sebagai
bagian dari keluarga (Susanto, 2015).

Keluarga adalah kumpulan dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi dan setiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu
sama lain (Harmoko, 2013).

Menurut WHO (2016) keluarga merupakan anggota rumah tangga yang saling
berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan (Setiadi, 2008).
Sedangkan menurut Depkes RI (2015) keluarga adalah inti terkecil dari masyarakat
yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi,
2016).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah inti terkecil dalam masyarakat terdiri
dari dua orang atau lebih yang hidup bersama di bawah suatu atap dengan ikatan
perkawinan, darah atau adopsi yang memiliki kedekatan emosi dan saling
ketergantungan.

B. Struktur Keluarga
Menurut Setiadi (2015), Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga
melaksanakan fungsinya dimasyarakat. Struktur keluarga terdiri dari :
1. Patrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2. Matrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa generasi, dimana
hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal
Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
4. Patrilokal
Sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5. Keluarga Kawin
Hubungan sepasang suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan
beberapa sanak saudara menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan
suami atau istri.

C. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (2014), yaitu :
1. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak,
membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan perilaku
yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya anak.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam
melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin
pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan spiritual dengan cara
memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap
anggota keluarga.
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan,
papan dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber daya keluarga.
5. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan tetapi untuk
memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya.
6. Fungsi Psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih sayang dan rasa
aman atau memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga.
7. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan,
keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan
dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.

D. Tipe Keluarga
Menurut Allender dan Spradley (2015), tipe keluarga terdiri dari :
1. Keluarga Tradisional
a. Keluarga inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri,
dan anak kandung atau anak angkat.
b. Keluarga besar (Extended Family) yaitu keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek,
paman, dan bibi.
c. Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.
d. Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak
kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau kematian.
e. Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dariseorang dewasa saja.
f. Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang
berusia lanjut.
2. Keluarga non tradisional
a. Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup
serumah.
b. Orang tua (ayah/ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah.
c. Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama dalam
satu rumah tangga.
E. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Duval 2013 dan friedman 2014,
ada 8 tahap tumbuh kembang keluarga, yaitu :
1. Tahap I : Keluarga Pemula
Keluarga pemula merujuk pada pasangan menikah atau tahap pernikahan. tugas
perkembangan keluarga saat ini adalah membangun perkawinan yang saling
memuaskan, menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis,
merencanakan keluarga berencana.
2. Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30
bulan) tugas perkembangan keluarga pada tahap II yaitu membentuk keluarga
muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran orang tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan dengan
lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan.
3. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2-6
tahun)
tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi kebutuhan anggota
keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara
tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang
sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan,
mulai mengenalkan kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama,
memenuhi kebutuhan bermain anak.
4. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun)
tugas perkembangan keluarga tahap V, yaitu mensosialisasikan anak termasuk
meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman
sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi
kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga, membiasakan belajar teratur,
memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolah.
5. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)
tugas perkembangan keluarga pada tahap V yaitu menyeimbangkan kebebasan
dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan
kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua
dan anak-anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan
tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.
6. Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak
pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah).
Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda dengan tugas
perkembangan keluarga antara lain : memperluas siklus keluarga dengan
memasukkan anggota keluarga baru yang didapat dari hasil pernikahan anak-
anaknya, melanjutkan untuk memperbaharui dan menyelesaikan kembali
hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari
suami dan istri.
7. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan) tahap
keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini juga dimulai ketika orang
tua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat pasangan pensiun. Tugas
perkembangannya adalah menyediakan lingkungan yang sehat, mempertahankan
hubungan yang memuaskan dan penuh arah dengan lansia dan anak-anak,
memperoleh hubungan perkawinan yang kokoh.
8. Tahap VIII : Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia dimulai dengan salah
satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun terutama berlangsung hingga
salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lain meninggal.
Tugas perkembangan keluarga adalah mempertahankan pengaturan hidup yang
memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan
hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan dan
mempertahankan ikatan keluarga antara generasi.

F. Tugas Keluarga di bidang kesehatan


Menurut Setiadi (2016), Keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu
dipahami dan dilakukan, meliputi :
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga. Orang tua perlu mengenal keadaan
kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan
sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi
perhatian orang tua atau keluarga.
2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan
upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan
keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai
kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan
kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan
dapat dikurangi atau bahkan teratasi.
3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Seringkali keluarga telah
mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan
yang telah diketahui keluarga sendiri. Anggota keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan perlu mendapatkan tindak lanjut atau perawatan agar masalah
yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan
kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan
tindakan untuk pertolongan pertama. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk
menjamin kesehatan keluarga.
4. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.
5. Mempertahankan hubungan timbal-balik antara keluarga dan lembaga kesehatan
(pemanfaatan kesehatan yang ada).

G. Keperawatan Keluarga
1. Pengkajian
Pengumpulan data dalam pengkajian dilakukan dengan wawancara, observasi, dan
pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Pengkajian asuhan keperawatan
keluarga menurut teori/model family centre nursing friedman (2015), meliputi 7
komponen pengkajian yaitu :
a. Data umum
1) Identitas kepala keluarga
2) Kompisisi anggota keluarga
3) Genogram
4) Tipe keluarga
5) Suku bangsa
6) Agama
7) Status sosial ekonomi keluarga
b. Aktifitas rekreasi keluarga
1) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
2) Tahap perkembangan keluarga saat ini
3) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
4) Riwayat keluarga inti
5) Riwayat keluarga sebelumnya
c. Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakter tetangga dan komunitas tempat tinggal
3) Mobilitas geografis keluarga
4) Perkembangan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
5) Sistem pendukung
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga
3) Struktur peran (formal dan informal)
4) Nilai dan norma keluarga
e. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
2) Fungsi sosialisasi
3) Fungsi perawatan kesehatan
f. Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta kekuatan
keluarga
2) Respon keluarga terhadap stress
3) Strategi koping yang digunakan
4) Strategi adaptasi yang disfungsional
g. Pemeriksaan fisik
1) Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan
2) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga
3) Pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala, mata, mulut, THT,
leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan bawah, system genetalia
4) Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik
h. Harapan keluarga
1) Terhadap masalah kesehatan keluarga
2) Terhadap petugas kesehatan yang ada
Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan saat pengkajian menurut supraji (2015)
yaitu :
a. Membina hubungan baik
Dalam membina hubungan yang baik, hal yang perlu dilakukan antara lain,
perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah tamah, menjelaskan
tujuan kunjungan, meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah
menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di keluarga, menjelaskan luas
kesanggupan bantuan perawat yang dapat dilakukan, menjelaskan kepada
keluarga siapa tim kesehatan lain yang ada di keluarga.
b. Pengkajian awal
Pengkajian ini terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit pelayanan
kesehatan yang dilakukan.
c. Pengkajian lanjutan (tahap kedua)
Pengkajian lanjutan adalah tahap pengkajian untuk memperoleh data yang
lebih lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang berorientasi pada
pengkajian awal. Disini perawat perlu mengungkapkan keadaan keluarga
hingga penyebab dari masalah kesehatan yang penting dan paling dasar.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan
menggambarkan
respons manusia. Dimana keadaan sehat atau perubahan pola interaksi
potensial/aktual dari individu atau kelompok dimana perawat dapat menyusun
intervensi-intervensi definitive untuk mempertahankan status kesehatan atau
untuk mencegah perubahan (Carpenito, 2014).

Untuk menegakkan diagnosa dilakukan 2 hal, yaitu :


a. Analisa data
Pengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian dibandingkan dengan
standar normal sehingga didapatkan masalah keperawatan.
b. Perumusan diagnosa keperawatan
Komponen rumusan diagnosa keperawatan meliputi :
1) Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota keluarga.
2) Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif dan objektif.
3) Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh
perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung atau tidak yang
mendukung masalah dan penyebab.

Dalam penyusunan masalah kesehatan dalam perawatan keluarga mengacu pada


tipologi diagnosis keperawatan keluarga yang dibedakan menjadi 3 kelompok,
yaitu :
1) Diagnosa sehat/Wellness/potensial
yaitu keadaan sejahtera dari keluarga ketika telah mampu memenuhi
kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan
yang memungkinkan dapat digunakan. Perumusan diagnosa potensial ini
hanya terdiri dari komponen problem (P) saja dan sign/symptom (S) tanpa
etiologi (E).
2) Diagnosa ancaman/resiko
yaitu masalah keperawatan yang belum terjadi. Diagnosa ini dapat
menjadi
masalah aktual bila tidak segera ditanggulangi. Perumusan diagnosa risiko
ini terdiri dari komponen problem (P), etiologi (E), sign/symptom (S).
3) Diagnosa nyata/aktual/gangguan
yaitu masalah keperawatan yang sedang dijalani oleh keluarga dan
memerlukan bantuan dengan cepat. Perumusan diagnosa aptual terdiri dari
problem (P), etiologi (E), dan sign/symptom (S). Perumusan problem (P)
merupakan respons terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan dasar.
Sedangkan etiologi mengadu pada 5 tugas keluarga.
Dalam friedman (1998) diagnosa-diagnosa keperawatan pilihan NANDA
yang cocok untuk praktek keperawatan keluarga seperti tabel dibawah ini:
Kategori diagnosa NANDA Diagnosa keperawatan

Persepsi kesehatan pola Manajemen kesehatan yang dapat di


manajemen kesehatan ubah perilaku mencari sehat

Kognitif-pola latihan Kerusakan penatalaksanaan


Lingkungan rumah

Peran-pola persepsi Kurang pengetahuan


Konflik keputusan

Peran-pola hubungan Berduka antisipasi


Berduka disfungsional
Konflik peran orang tua isolasi
sosial
Perubahan dalam proses keluarga
Perubahan penampilan peran
Risiko perubahan dalam menjadi
orang tua
Perubahan menjadi orang tua
risiko terhadap kekerasan

Koping pola-pola terhadap koping Koping keluarga potensial terhadap


stress pertumbuhan
Koping keluarga tidak efektif :
menurun
Koping keluarga tidak efektif :
kecacatan

3. Perencanaan
Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk
dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah
diidentifikasi. Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu
pemenuhan skala prioritas dan rencana perawatan (Supraji, 2015).
a. Skala prioritas
Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai skor tinggi
dan disusun berurutan sampai yang mempunyai skor terendah. Dalam
menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus
didasarkan beberapa kriteria sebagai berikut :
1) Sifat masalah (actual, risiko, potensial)
2) Kemungkinan masalah dapat diubah
3) Potensi masalah untuk dicegah
4) Menonjolnya masalah

Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa keperawatan telah dari


satu proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon
dan Maglay (2016) dalam effendy (2016).
Kriteria Bobot Skor

Sifat masalah 1 aktual = 3


risiko = 2
potensial = 1

Kemungkinan masalah untuk 2 Sudah = 2


dipecahkan Sebagian = 1
tidak dapat = 0

Potensi masalah untuk dicegah 1 Tinggi = 1


cukup = 2
rendah = 1

Menonjolnya masalah 1 Segera diatasi = 2


tidak segera diatasi = 1
tidak dirasakan adanya
masalah = 0

Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan :


a. Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikaitkan dengan bobot
c. Jumlahkan skor untuk semua kriteria
d. Skor tertinggi berarti prioritas (skor tertinggi)

b. Rencana
Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan keperawatan.
tujuan dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi serta meminimalkan
stressor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan.
pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan
sekunder untuk memperkuat garis pertahanan sekunder, dan pencegahan
tersier untuk memperkuat garis pertahanan tersier (padila, 2012).
Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan
jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah (P) di
keluarga. Sedangkan penetapan tujuan jangka pendek mengacu pada
bagaimana mengatasi etiologi yang berorientasi pada lima tugas keluarga.
Adapun bentuk tindakan yang akan dilakukan dalam intervensi nantinya
adalah
sebagai berikut :
1) Menggali tingkat pengetahuan atau pemahaman keluarga mengenai
masalah
2) Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yang belum diketahui
dan meluruskan mengenai intervensi/interpretasi yang salah.
3) Memberikan penyuluhan atau menjelaskan dengan keluarga tentang
faktor-faktor penyebab, tanda dan gejala, cara menangani, cara perawatan,
cara
mendapatkan pelayanan kesehatan dan pentingnya pengobatan secara
teratur.
4) Motivasi keluarga untuk melakukan hal-hal positif untuk kesehatan.
5) Memberikan pujian dan penguatan kepada keluarga atas apa yang telah
diketahui dan apa yang telah dilaksanakan.

4. Pelaksanaan
Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah disusun. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap
keluarga yaitu :
a. Sumber daya keluarga
b. Tingkat pendidikan keluarga
c. Adat istiadat yang berlaku
d. Respon dan penerimaan keluarga
e. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi dengan
kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.
Kerangka kerja evaluasi sudah terkandung dalam rencana perawatan jika secara
jelas telah digambarkan tujuan perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi
sebagai kriteria evaluasi bagi tingkat aktivitas yang telah dicapai (freidman, 2015).
Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana :
S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh
keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
O : Keadaan obyektif yang dapar diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang obyektif.
A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan
obyektif.
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis (Suprajitno,
2015).
DAFTAR PUSTAKA

Allender, JA & Spradley, B.W. (2015). Community as Partner, Theory and Practice Nursing.
Philadelpia : Lippincott.

Carpenitti, L.J 2015. Buku saku Diagnosa keperawatan. Jakarta : EGC.

Friedman, M.M (2016). Keperawatan Keluarga : Teori dan praktik Edisi 3. Jakarta : EGC.

Harmoko. (2014). Asuhan Keperawatan keluarga. Yogyakarta : Nuha medika.

Setiadi (2015). Konsep & proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Grahalilmu.

Supraji, (2015). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC

Susanto, T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Aplikasi Teori pada praktik Asuhan
Keperawatan keluarga. Jakarta : Trans Info media.

Anda mungkin juga menyukai