Anda di halaman 1dari 13

CASE REPORT

Kejang Demam

Pembimbing :

dr. Firdaus Djunid, Sp.A

Oleh:

Evriana Citra, S.Ked

Natasya Hayatillah, S.Ked

KEPANITERAAN KLINIKILMU KESEHATAN ANAK

RSUD JEND. AHMAD YANIKOTA METRO

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2019

1
BAB I
STATUS PENDERITA

Masuk RSAY : 19Februari2019

Anamnesis
Anamnesis dilakukan dengan alloanamnesis dari ibu pasien pada tanggal 19Februari 2019
pukul 18.00 di ruang anakRSAY.

I. ANAMNESIS
a. Identitas
Nama pasien : An. M

Jenis Kelamin : Laki Laki

Umur : 3 tahun 9 hari

Agama : Islam

Suku : jawa

Alamat : jl. Gele Harun, Metro Pusat, provinsi Lampung

Nama Ayah : Tn.M

Umur :41 tahun

Pekerjaan : pegawai swasta

Pendidikan : SMK

Nama ibu : Ny.A

Umur : 40 tahun

Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SMA

2
b. Riwayat Penyakit
Keluhan Utama : Kejang

Keluhan tambahan : Demam, pilek

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dengan keuhan kejang disertai demam. 1 hari sebelum pasien datang ke

Igd, pasien mengeluh pilek disertai demam tinggi, namun keluarga tidak mengukur

suhu badan.Pasien telah meminum obat yaitu paracetamol diminum 4 kali dalam

sehari, namun demam belum juga turun. Pada esok harinya, di pagi hari jam 7.30

pasien dibawa oleh orang tuanya ke mantri dan diberi obat berupa racikan, namun

demam tetap tidak turun.

Pada pukul 09:00 pagi tanggal 19 februari 2019, pasien mengalami kejang, kemudian

orang tua pasien membawa pasien ke Igd RSAY. Kejang berlangsung sekitar kurang

lebih 2 menit, orang tuanya mengatakan bahwa kejang ini baru pertama kali dialami

oleh pasienn, kejang meliputi seluruh tubuh, dengan mata menghadap ke atas, pasien

lemas setelah mengalami kejang.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Sebelumnya tidak ppernah mengalami keluhan seperti ini.demam biasanya cepat

turun setelah meminum paracetamol

Riwayat Penyakit Keluarga :

Sebelumnya tidak ada keluarga yang mengalami keluhan seperti ini

3
Riwayat Sosial dan Lingkungan:

Pasien diberi jajanan di luar dan tidak rutin mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan. Terdapat paparan asap dari pembakaran sampah di lingkungan rumah. Ibu
merasa sanitasi dan ventilasi di rumah cukup baik.

Riwayat Penyakit Kehamilan :


Tidak ada penyakit saat kehamilan, tidak terdapat perdarahan selama kehamilan, dan
ibu tidak menggunakan obat-obatan diluar resep dokter.Ibu kontrol rutin di bidan
setiap bulan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Kejang Demam

Berdasarkan International League AgainstEpilepsy (ILAE), kejang demam

merupakankejang selama masa kanak-kanak setelahusia 1 bulan, yang berhubungan

denganpenyakit demam tanpa disebabkan infeksisistem saraf pusat, tanpa riwayat

kejangneonatus dan tidak berhubungan dengankejang simptomatik lainnya. Definisi

berdasarkan konsensus tatalaksana kejangdemam dari Ikatan Dokter Anak

Indonesia/IDAI, kejang demam adalah bangkitan kejangyang terjadi pada kenaikan suhu

tubuh(suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkanoleh suatu proses ekstrakranium.biasanya

terjadi antara umur3 bulan dan 5 tahun(Pusponegoro, Widodo dan Ismael, 2006; Deliana,

2002).

1.2 Klasifikasi Kejang Demam

4
Kejang demam terbagi menjadi dua, yakni kejang demam sederhana(simple febrile seizure)

dan kejang demam kompleks (complex febrile seizure). Keduanya dapat dibedakan berdasarkan

beberapa kriteria seperti pada tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan Kejang Demam Sederhana dan Kompleks

Kriteria Kejang demam sederhana Kejang demam kompleks

Lama kejang Singkat (<15menit) lama (>15menit)

Jenis Kejang kejang umum (tonik dan atau Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau

klonik) kejang umum didahului kejangparsial

Ulangan Kejang tidak berulang dalam waktu Berulang atau lebih dari 1 kali dalam

24jam. waktu 24 jam.

Kejang demam sederhana merupakan 80%di antara seluruh kejang demam, pada jenis

kejang ini anak akanpulih dengan spontan pasca kejang. Kejangdemam kompleks

biasanya menunjukkangambaran kejang fokal atau parsial satu sisiatau kejang umum

yang didahului kejangparsial.Kejang lama adalah kejang yangberlangsung lebih dari 15

menit atau kejangberulang lebih dari 2 kali, dan di antarabangkitan kejang kondisi anak

tidak sadarkan diri. Kejang lama terjadi pada sekitar 8%kejang demam.Kejang fokal

adalah kejangparsial satu sisi, atau kejang umum yangdidahului kejang parsial.Kejang

berulangadalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari,di antara 2 bangkitan anak

sadar.Kejangberulang terjadi pada 16% kejang demam (Soetomenggolo, 1999).

1.3 Mekanisme Terjadinya Kejang Demam

Peningkatan temperatur dalam otakberpengaruh terhadap perubahan letupanaktivitas

neuronal. Perubahan temperaturetersebut menghasilkan sitokin yangmerupakan pirogen

endogen, jumlahsitokin akan meningkat seiring kejadiandemam dan respons inflamasi

akut. Responsterhadap demam biasanya dihubungkandengan interleukin-1 (IL-1) yang

5
merupakanpirogen endogen atau lipopolisakarida (LPS)dinding bakteri gram negatif

sebagai pirogeneksogen. LPS menstimulus makrofag yangakan memproduksi pro- dan

anti-inflamasisitokin tumor necrosis factoralpha (TNF-α),IL-6, interleukin1 receptor

antagonist (IL-1ra), dan prostaglandin E2 (PGE2). Reaksisitokin ini mungkin melalui sel

endothelialcircumventricular akan menstimulus enzimcyclooxygenase2 (COX-2) yang

akan mengkatalis konversi asam arakidonat menjadiPGE2 yang kemudian menstimulus

pusattermoregulasi di hipotalamus, sehingga terjadi kenaikan suhu tubuh. Demam

jugaakanmeningkatkan sintesis sitokin di hipokampus.Pirogen endogen, yakni interleukin

1ß,akan meningkatkan eksitabilitas neuronal(glutamatergic) dan menghambat GABA-

ergic, peningkatan eksitabilitas neuronal iniyang menimbulkan kejang(Arief,

2015).Patogenesis kejang demam sederhana dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Patogenesis Kejang Demam Sederhana.


Sumber: Universitas Calgary.

6
1.4 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut rekomendasi IDAI tahun 2016 adalah:

1. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboraturium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam,tetapi

dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebabdemamataukeadaan

lain misalnya gastroenteritisdehidrasi disertai demam.Pemeriksaan laboratorium yang

dapat dikerjakan atas indikasimisalnya darah perifer, elektrolit, dan gula darah.

2. Pungsi lumbal

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan ataumenyingkirkan

kemungkinan meningitis.Berdasarkan bukti-bukti terbaru,saat ini pemeriksaan pungsi lumbal

tidak dilakukan secara rutin padaanak berusia <12 bulan yang mengalami kejang demam

sederhana dengankeadaan umum baik.pungsi lumbal dilakukan apabila:

a. Terdapat tanda dan gejala rangsang meningeal

b. Terdapat kecurigaan adanya infeksi SSP berdasarkan anamnesis danpemeriksaan klinis

c. Dipertimbangkan pada anak dengan kejang disertai demam yangsebelumnya telah

mendapat antibiotik dan pemberian antibiotictersebut dapat mengaburkan tanda dan

gejala meningitis.

3. Elektroensefalografi (EEG)

Pemeriksaan EEG tidak diperlukan untuk kejang demam, kecuali apabila bangkitan bersifat

fokal.EEG hanya dilakukan pada kejang fokal untuk menentukan adanya focuskejang di otak

yang membutuhkan evaluasi lebih lanjut.Pemeriksaan EEG tidakdirekomendasikan

karena tidak dapat memprediksiberulangnya kejang atau memperkirakankemungkinan

epilepsi pada pasien kejangdemam. Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada

keadaan kejang demam yangtidak khas, misalnya pada kejang demamkompleks pada

anak usia lebih dari 6 tahun,atau kejang demam fokal

7
4. Pencitraan

Pemeriksaan neuroimaging (CT scan atau MRI kepala) tidak rutin dilakukanpada

anak dengan kejang demam sederhana.Pemeriksaan tersebut dilakukan bila terdapat

indikasi,seperti kelainan neurologis fokal yang menetap, misalnya hemiparesis

atauparesis nervus kranialis.

1.5 Penatalaksanaan

Penatalaksaanaan kejang demam menurut rekomendasi IDAI tahun 2016 adalah:

1. Penatalaksanaan Saat Kejang

Pada umumnya kejang berlangsung singkat (rerata 4 menit) dan padawaktu pasien

datang, kejang sudah berhenti.Apabila saat pasien datingdalam keadaan kejang, obat

yang paling cepat untuk menghentikan kejangadalah diazepam intravena. Dosis

diazepam intravena adalah 0,2-0,5 mg/kgperlahan-lahan dengan kecepatan 2

mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit,dengan dosis maksimal 10 mg. Secara umum,

penatalaksanaan kejang akutmengikuti algoritma kejang pada umumnya.

Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orangtua di rumah(prehospital)adalah diazepam

rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak

dengan berat badan kurangdari 12 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 12 kg.Bila

setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapatdiulang lagi dengan cara dan

dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal

masih tetap kejang, dianjurkanke rumah sakit.Di rumah sakit dapat diberikan diazepam

intravena.Jika kejang masih berlanjut, lihat algoritme tatalaksana status

epileptikus.Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari

indikasi terapi antikonvulsan profilaksis.

8
2. Pemberian obat pada saat demam

a. Antipiretik

Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risikoterjadinya

kejangdemam).Meskipun demikian, dokter neurologi anak di Indonesia sepakat

bahwaantipiretik tetap dapat diberikan.Dosis parasetamol yang digunakan

adalah10-15 mg/kg/kali diberikan tiap 4-6 jam.Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali,3-

4 kali sehari.

b. Antikonvulsan

Pemberian obat antikonvulsan intermiten yaitu antikonvulsan yang diberikan

hanya pada saat demam.Profilaksis intermiten diberikan pada kejang demam

dengan salah satufaktor risiko di bawah ini:

 Kelainan neurologis berat, misalnya palsi serebral

 Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun

 Usia <6 bulan

 Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius

 Apabila pada episode kejang demam sebelumnya, suhu tubuhmeningkat

dengan cepat.

 Obat yang digunakan adalah diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oralatau rektal 0,5

mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan <12 kg dan 10 mguntuk berat badan >12 kg),

sebanyak 3 kali sehari, dengan dosis maksimumdiazepam 7,5 mg/kali. Diazepam

intermiten diberikan selama 48 jampertama demam. Perlu diinformasikan pada

orangtua bahwa dosis tersebutcukup tinggi dan dapat menyebabkan ataksia,

iritabilitas, serta sedasi.

Pemberian antikonvulsan Rumatan berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang

demam tidak berbahaya danpenggunaan obat dapat menyebabkan efek samping

9
yang tidak diinginkan,maka pengobatan rumat hanya diberikan terhadap kasus

selektif dan dalamjangka pendek. Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat

menimbulkan gangguanperilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus.Obat

pilihan saat iniadalah asam valproat.Pada sebagian kecil kasus, terutama yang

berumurkurang dari 2 tahun, asam valproat dapat menyebabkan gangguan

fungsihati.Dosis asam valproat adalah 15-40 mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis,

danfenobarbital 3-4 mg/kg/hari dalam 1-2 dosis.

3. Beberapa hal yang harus dilakukana saat anak kejang

a. Tetap tenang dan tidak panik.

b. Longgarkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher.

c. Bila anak tidak sadar, posisikan anak miring. Bila terdapat muntah,bersihkan muntahan

atau lendir di mulut atau hidung.

d. Walaupun terdapat kemungkinan (yang sesungguhnya sangat kecil)lidah tergigit, jangan

memasukkan sesuatu kedalam mulut.

e. Ukur suhu, observasi, dan catat bentuk dan lama kejang.

f. Tetap bersama anak selama dan sesudah kejang.

g. Berikan diazepam rektal bila kejang masih berlangsung lebih dari 5menit. Jangan berikan

bila kejang telah berhenti. Diazepam rektalhanya boleh diberikan satu kali oleh orangtua.

h. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit ataulebih, suhu tubuh

lebih dari 40 derajat Celsius, kejang tidak berhentidengan diazepam rektal, kejang fokal,

setelah kejang anak tidak sadar,atau terdapat kelumpuhan.

10
BAB III
ANALISIS KASUS

3.1 Apakah diagnosis pada pasien sudah tepat?


Apakah anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan sudah
tepat untuk menegakkan diagnosis kasus kejang demam?

Diagnosis pada kasus belum sesuai, karena pada kasus diagnosisnya adalah kejang
demam kompleks. Namun dari hasil anamnesis didapatkan kesan kejang deman simple.

Hasil anamnesis

 Pilek 1 hari, kemudian panas tinggi


 Kejang terjadi +- 2 menit saat panas
 Tidak ada riwayat kejang
 Kejang seluruh tubuh
 Kejang tidak berulang dalam 24 jam Kejang demam simple

Pemeriksaan Fisik
 Temperature: 37, 8

Pemeriksaan penunjang
 Darah rutin: dalam batas normal
 EEG: tidak dilakukan  sesuai
rekomendasi

11
3.2 Apakah Penatalaksanaan dari Kasus ini sudah tepat ?

Terapi awal yang diberikan


 D5-1/4 NS gtt X tpm  Antipiretik: sesuai dengan rekomendasi IDAI 2016
 PCT syr 3x 150 mg
Dosis pct 10-15 mg/KgBB/kali diberikan selama 4-6
jam
Berat anak: 14 Kg
Dosis PCT: 140mg-210 mg dosis benar. Namun
pemberian seharusnya 4-6 jam sekali sehingga
diberikan minimal 4x 150 mg.

Terapi di ruang anak yang diberikan


 D5-1/2 NS gtt XII tpm Dosis diazepam0,2-0,5 mg/kgperlahan-lahan dengan
 Santagesik 3x140 g bila T> kecepatan 2 mg/menit atau dalam waktu 3-5
37,5 menit,dengan dosis maksimal 10 mg
 Diazepam 4 mg IV pelan
bila kejang Berat pasein : 14 Kg
Dosis diazepam yang diperlukan bila kejang: 2,8-7 mg 
dosis yang diberikan sudah sesuai.

12
DAFTAR PUSTAKA

Arief, RF.2015. Penatalaksanaan Kejang Demam. CDK.42(9): 658-60.

Deliana, M. 2002. Tata Laksana Kejang Demam pada Anak.Sari Pediatri. 4(2):59 – 62

Ikatan Dokter Anak Indonesia. RekomendasiPenatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta: 2016

Ikatan Dokter Anak Indonesia. KonsensusPenatalaksanaanKejang Demam. Jakarta: 2006

13

Anda mungkin juga menyukai