Anda di halaman 1dari 15

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA DALAM

PEMBANGUNAN NASIONAL

Dosen Pengampu : Titie Syahnaz Natalia, S.H.,M.H.

OLEH
KELOMPOK 8
Sella Putri Rezky ( 1911038 )
Hesty Resy Ria ( 1911045 )
Septa Yupita ( 1911057 )
Meylawati ( 1911001P )

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MANAJEMEN


UNIVERSITAS BATURAJA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas segala limpahan rahmat – Nya
sehingga makalah mata Pancasila dengan judul Pancasila Sebagai Paradigma
Dalam Pembangunan Nasional ini dapat terselesaikan.

Sebagai bangsa negara merdeka, negara Republik Indonesia mempunyai


nilai filosofis ideologis dan konstitusional sebagai asas normatif fundamental serta
sumber motivasi dan cita – cita nasional. Nilai fundamental ini adalah pandangan
hidup bansa dan filsafat negara yang tertuang dalam pembukaan Undang –
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang kemudian nilai
tersebut yang kita kenal dengan pancasila. Pancasila pada hakekatnya menjamin
kesatuan bangsa, kemerdekaan dan kedaulatan nasional. Pancasila juga mengakui
dan menjamin kebhinekaan kita sebagai rakyat indonesia dalam mengelola
kehidupan berbangsa dan bernegara sekaligus melaksanakan pembangunan
nasional sebagai upaya berkelanjutan mencapai tujuan nasional negara Republik
Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia harus dilaksanakan
secara konsisten dalam kehidupan bernegara. Tujuan nasional sebagaimana
ditegaskan dalam Pembukaan Undang – Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 di wujudkan melalui pelaksanaan penyelenggaran negara
yang berkedaulatan rakyat dan demokratis dengan mengutamakan persatuan dan
kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang – undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Penyelenggaran negara dilaksanakan melalui
pembangunan nasional dalam segala aspek kehidupan bangsa oleh penyelenggara
negara bersama segenap rakyat Indonesia di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, Hal itu di
karenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN PARADIGMA
2. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA REFORMASI
PEMBANGUNAN
3. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA
4. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA MEMBANGUN
MASYARAKAT MADANI
5. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBAGUNAN
KEHIDUPAN BERAGAMA
6. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PENYIMBAG IPTEK
DAN IMTAQ
7. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN
BIDANG POLITIK
8. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PENGEMBAGAN
EKONOMI
9. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN KAMPUS

KESIMPULAN ........................................................................................... iii

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. iiii

PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN PARADIGMA

Nomenklatur Paradigma berasal dari bahasa Latin, yakni kata para dan
diegma. Para berarti disamping, disebelah dan dikenal sedangkan diegma berarti
suatu model, teladan, arketif dan ideal. Dalam masalah populer paradigma
berkembang menjadi termilogi yang mengandung konotasi pengertian sumber
nilai, kerangka piker, orientasi dasar, sumber asas serta arah dan tujuan dari
perkembangan, perubahan, serta proses dala suatu bidang tertentu. Dalam kamus
Besar Bahasa Indonesia, paradigma diartikan sebagai seperangkat unsur bahasa
yang sebagian bersifat tetap dan yang sebagian berubah-ubah. Paradigma juga
diartikan sebagai suatu gugusan sistem pemikiran. Secara terminologi paradigm
dalam dunia ilmu pengetahuan pertama kali digunakan oleh Thomas S. Khun
dalam bukunya yang berjudul structure of scientific revolution. Menurut
pendapatnya, paradigma tidak lain merupakan suatu asumsi – asumsi dasar dan
teoretis yang umum ( merupakan suatu sumber nilai ) yang merupakan sumber
hukum, metode serta cara penerapan dalam ilmu pengetahuan tersebut. Istilah
paradigma makin lama makin berkembang tidak hanya di bidang ilmu
pengetahuan, tetapi pada bidang lain seperti bidang politik, hukum, sosial dan
ekonomi.

Istilah pembangunan menunjukan adanya pertumbuhan, perluasan ekspansi


yang bertalian dengan keadaan yang harus digali dan dibangun agar dicapai
kemajuan dimasa yang akan datang. Didalam proses pembangunan terdapat
perubahan yang terus menerus diarahkan untuk menuju kemajuan dan perbaikan
ke arah tujuan yang diciptakan. Dengan kata lain, pembangunan merupakan suatu
proses perubahan yang direncanakan dan mencakup semua aspek kehidupan
untuk ,mewujudkan tujuan hidup.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum paradigma
pembangunan adalah suatu model, pola yang merupakan sistem berfikir sebagai
upaya untuk melaksanakan perubahan yang direncanakan guna mewujudkan cita-
cita kehidupan masyarakat menuju hari esok yang lebih baik.
2. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA REFORMASI
PEMBANGUNAN
Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian sebagai kerangka pikir,
kerangka bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah dan
tujuan. Sesuatu dijadikan paradigma berarti sesuatu itu dijadikan sebagai
kerangka, acuan, tolok ukur, parameter, arah, dan tujuan dari sebuah kegiatan.
Kita tentunya tahu rumusan Pembukaan Undang – Undang dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 alenia IV. Dalam rumusan tersebut dinyatakan
bahwa tujuan negara Republik Indonesia adalah melindungi segenap bangsa
indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia; memajukan kesejahteraan umum;
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dengan
demikian, paradigma menempati posisi tinggi dan penting dalam melaksanakan
segala hal dalam kehidupan manusia. Pancasila sebagai paradigma, artinya nilai-
nilai dasar pancasila secara normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolok
ukur segenap aspek pembangunan nasional yang dijalankan di Indonesia. Hal ini
sebagai konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan bangsa Indonesia atas
Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional.

Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat manusia. Hakikat
manusia menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat manusia yang
monopluralis tersebut mempunyai ciri-ciri, antara lain:

- susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga

- sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial

- kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan.

Berdasarkan hal itu, Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan


kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan,
berlandaskan kemampuan nasional dengan memanfaatkan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global.
Dalam pelaksanaanya, pembangunan nasional mengacu pada kepribadian bangsa
dan nilai – nilai luhur yang universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang
berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju serta kokoh kekuatan moral dan
etikanya. Oleh sebab itu, untuk mencapai semua itu bangsa dan negara Indonesia
harus menjadikan pancasila sebagai paradigma pembangunan.
3. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA REFORMASI

Reformasi secara etimologis berasal dari kata reformation. Secara harfiah


reformasi memiliki makna suatu gerakan untuk memformat ulang, menata ulang
atau menata kembali hal – hal yang menyimpang untuk dikembalikan pada format
atau bentuk semula sesuai dengan nilai – nilai ide yang diciptakan rakyat.

Gerakan reformasi biasanya dilandasi oleh nilai – nilai dasar yang


terkandung dalam ideologi nasional. Berkaitan dengan hal tersebut, gerakan
reformasi yang sedang dijalankan di Indonesia tentu saja tidak boleh menyimpang
dari nilai – nilai fundamental negara yang terkandung dalam pancasila.

Dengan kata lain, gerakan reformasi di Indonesia harus tetap diletakkan


dalam kerangka perspektif pancasila sebagai landasan dan cita – cita Ideologi. Hal
ini dikarenakan, tanpa ada suatu dasar nilai yang jelas, maka suatu gerakan
reformasi akan mengarah pada suatu disintegrasi, anarkisme, brutalisme, serta
pada akhirnya menuju kehancuran bangsa dan negara Indonesia. Oleh karena itu,
gerakan reformasi yang berlangsung di Indonesia harus merupakan gerakan
reformasi yang berperspektif pancasila, yaitu:

- Reformasi yang Berketuhanan Yang Maha Esa.


- Reformasi yang berkemanusiaan yang adil dan beradab.
- Semangat reformasi harus berdasarkan pada nilai persatuan.
- Semangat dan jiwa reformasi harus berakar pada asas kerakyatan.
- Visi dasar gerakan reformasi harus jelas.
4. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA MEMBANGUN
MASYARAKAT MADANI

Pancasila sebagai paradigma membangun masyarakat madani pada hakikatnya


telah terkandung dalam pembukaan UUD 1945 yang terdiri dari dua tujuan utama,
yaitu tujuan kedalam dan tujuan keluar. Tujuan kedalam antara lain:
1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah darah Indonesia.
2. Memajuakn kesejahteraan umum
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tujua diatas merupakan tujuan negara hukum material, yang secara
keseluruhan sebagai tujuan khusus atau nasional. Sedangkan tujuan keluar yang
merupakan tujuan umum atau internasional adalah “ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.
Secara filosofis hakikat kedudukan pancasila sebagai paradigma
membangun masyarakat madani mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam
segala aspek pembangunan nasional kita harus mendasarkan pada hakikat nilai-
nilai Pancasila yang lahir dari hasil eksplorasi kebiasaan hidup bangsa Indonesia
yang teruji oleh perjalanan sejarah yang sangat panjang. Alhasil, Pancasila adalah
bentuk miniatur sejarah hidup bangsa indonesia yang di terima oleh seluruh
bangsa yang majemuk.
Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat
kemanusiaan. Hakikat menusia menurut pancasila adalah makhluk monopluralis.
Kodrat manusia minopluralis tersebut memiliki bebrapa ciri, antara lain:
1. Susunan kodrat manusia terdidri atas jiwa dan raga.
2. Sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial
3. Kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan.
Berdasarkan konteks diatas, maka pembangunan nasional diarahkan
sebagai upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia yang meliputi aspek
jiwa, raga, pribadi, sosial, dan aspek ketuhanan. Secara singkat, pembangunan
nasional sebagai upaya memajukan Indonesia secara komprehensif.
Pengembangan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan martabat
manusia secara keseluruhan.
Namun banyak juga di antara rakyat sederhana dan tak berkuasa acap kali
harus mngalami bagaiman pembangunan merampas tenaga, tanah, rumah dan lain
harta bendanya yang sederhana saja dan menghilangkan pencarian nafkahnya.
Contoh akan ketidak adilan dan kesewenang-wenangan itu itu mengakibatkan
rakyat banyak menjadi curiga dan sinis terhadap pembangunan.
5. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBAGUNAN
KEHIDUPAN BERAGAMA

Pancasila terutama pancasila yang petama menegaskan bahwa Indonesia adalah


negara yang beragama bukan negara agama. Setiap warga negara harus beragama
dan memiliki kewajiban menjalankan keberagamaannya secara konsisten (taat).
Ini berarti seluruh warga negara diberi kebebasan seluas-luasnya menganut agama
dan menjalankan berbagai kegiatan agama dan ibadahnya. Sebaliknya, negara
tidak menjamin warga negara yang tidak beragama untuk hidup dan berkembang
di bumi Indonesia.
Pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai yang fundamental bagi
bangsa indonesia untuk hidup secara damai dalam kehidupan beragama di negara
Indonesia. Dalm pengertian ini maka menegaskan dalam UUD 1945 bahwa
“Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa”, ini berarti bahwa
kehidupan yang ada dalam negara mendasarkan pada nilai-nilai ketuhanan.
Para penganut agama di jamin oleh negara untuk melakukan kegiatan-
kegiatan keagamaan sebagai bentuk implementasi ritual dan ibadahnya. Sebagai
bentuk tanggung jawab negara, pemerintah bahkan telah mengagendakan secara
proporsional seluruh kegiatan mereka dalam jadwal kalender nasional setiap
tahun.

6. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PENYIMBAG IPTEK DAN


IMTAQ
Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) pada hakikatnya merupakan suatu hasil
kreatifitas rohani manusia, unsur rohani (jiwa) manusia meliputi aspek akal, rasa,
dan kehendak. Akal merupakan potensi rohaniah manusia dalam hubungannya
dengan intelektualitas, rasa dalam bidang etnis, dan kehendak dalam bidang moral
(etika). Tujuan yang esensialdari iptek adalah demi kesejahteraan manusia,
sehingga iptek pada hakikatnya tidak bebas nilai namun terikat oleh
nilai.pengembangan iptek sebagai hasil budaya manusia harus didasarkan pada
moral ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab. Artinya semua upaya
peningkatan nilai keimanan dan ketakwaan (IMTAQ) kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Pancasila juga merupakan pegangan dan pedoman dalam usaha ilmu
pengetahuan, yang telah mulai pula dipikirkan tentang arti dari nilainya
dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, lagi pula telah di mulai ditinjau dalam
bentuk serta cara yang bagaimana untuk dapat dipergunakan dalam
menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang berilmu pengetahuan, dalam
hal mana, perlu diulangi lagi yang dalam uraian tadi telah dikemukakan, dipegang
teguh unsur kenyataan, syarat mutlak bagi usaha ilmu pengetahuan.
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memberikan pemahaman bahwa ilmu
pengetahuan adalah menciptakan keseimbangan antara rasional dan irasional,
antara akal, rasa dan kehendak. Berdasarkan sila ini ilmu pengetahuan dan
teknologi tidak hanya memikirkan apa yang ditemukan tetapi juga memikirkan
apa manfaat serta dampaknya di lingkungan sekitar.
2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab, memberikan dasar-dasar nilai
morallitas bahwa manusia dalam mengembangkan iptek harus memiliki sikap
sopan santun (Akhlaqul Karimah), rendah hati dan tidak sombong serta berpola
pikir (mind-sett) untuk kemajuan peradaban bangsa Indonesia.
3. Sila persatuan indonesia, memberikan makna universitas dan
internasionalisme (kemanusiaan) dalam sila-sila yang lain. Artinya pengembangan
iptek hendaknya tetap dapat ditumbuhkembangkan rasa nasionalisme, kebanggaan
dan kebesaran hati menjadi bagian dari dari bangsa Indonesia serta menjaga
keluhuran bangsa sebagai bagian dari umat manusia di dunia.
4. SiIa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.mendasari pengembangan iptek secar demikratis.
Artinya setiap ilmuan memiliki kebebasan mengembangkan iptek, namun juga
harus menghormati dan menghargai kebebasan dan karya orang lain serta harus
memiliki sikap yang terbuka untuk dikritik, dikaji ulang maupun dibandingkan
dengan penemuan ilmuwan lain.
5. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, memberikan arti bahwa
pengembangan iptek haruslah menjaga keseimbangan dan berkeadilan dalm
kehidupan kemanusiaan. Artinya, keseimbangan dan berkedilan tersebut
dimasukkan dalam hubungannya dengan diri sendiri, manusia dengan Tuhan,
manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan masyarakat bangsa dan negara
serta dengan alam lingkungannya.
7. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN BIDANG
POLITIK

Pembangunan dan pengembangan di bidang politik harus mendasarkan dasar


ontologis manusia.hal ini didasarkan pada kenyataan objektif bahwa manusia
adalah sebagai objek negara, oleh karena itu kehidupan politik dalam negara harus
benar- benar merealisasikan tujuan demi harkat dan martabat manusia.
Dalam sistem politik negara harus mendasarkan pada tuntunan hak dasar
kemanusiaan yang didalam istilah ilmu hukum dan kenegaraan disebut hak asasi
manusia. Hal ini sebagai perwujudan hak atas martabat kemanusiaan sehingga
sistem politik negara harus mampu menciptakan sistem yang menjamin atas hak-
hak tersebut.
Dalm sistem politik negara harus mendasarkan pada kekuasaan yang
bersumber pada penjelmaan hakikat manusia sebagai individu-makhluk sosial
yang terjelma sebagai rakyat. Maka rakyat merupakan asal mula kekuasaan
negara. Oleh karena itu kekuasaan negara harus berdasarkan kekuasaan rakyat
bukannya kekuasaan perseorangan atau kelompok.
Selain sistim politik negara Pancasila memberikan dasar-dasar moralitas
politik negara. Telah diungkapkan oleh para pendiri Majelis Permusyawaratan
Rakyat, misalnya Drs. Moh. Hatta, menyatakan bahwa “ negara berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa. Atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab” . hal
ini menurut Moh. Hatta agar memberikan dasar-dasar moral supaya negara tidak
berdasarkan kekuasaan, oleh karena itu dalam politik negara termasuk para elit
politik dan para penyelenggara negara untuk memegang budi pekerti kemanusiaan
serta memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
8. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PENGEMBAGAN
EKONOMI

Dalam dunia ekonomi jarang ditemukan pakar ekonomi yang mendasarkan


pemikiran pengembangan ekonomi atas dasar moralitas kemanusiaan dan
ketuhanan. Sehingga lazim nya pengembangan ekonomi mengarah pada
persaingan bebas, dan akhirnya yang kuatlah yng menang. Hal ini sebagai
implikasi dari perkembangan ilmu ekonomi pada akhir abad ke 18 menimbulkan
ekonomi kapitalis. Atas dasr kenyataan objektif inilah maka di eropa pada awal
abad ke -19 muncullah pemikiran sebagai reaksi atas perkembangan ekonomi
tersebut yaitu sosialisme komunisme yang memeperjuangkana nasib proletar oleh
kaum kapitalis. Oleh karenanya itu kiranya menjadi sngat penting bahkan
mendesak untuk dikembangkan sistem ekonomi yang mendasarkan pada moralitas
humanistik, ekonomi yang berkemanusiaan.
Atas dasar kenyataan tersebut oleh karena itu mubyarto kemudian
mengembangkan ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang humanistik yang
mendasarkan pada tujuan demi kesejahteraan rakyat secara luas. Pengembangan
ekonomi kerakyatan yaitu ekonomi humanistik yang mendasarkan pada tujuan
demi kesejahteraan rakyat secara luas. Pengembangan ekonomi bukan hanya
mengejar pertumbuhan saja namun demi kemanusiaan, dan demi kesejahteraan
seluruh bangsa. Maka sistem ekonomi Indonesia mendasarkan pada kekeluargaan
seluruh bangsa. Pengembangan ekonomi tidak bisa dipisahkan dengan nilai-nilai
moral kemanusiaan (Mubyarto,1999).hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa
tujuan ekonomi adalah untuk kesejahteraan kemanusiaan.
9. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PENGEMBANGAN SOSIAL
BUDAYA
Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena memang pancasila bertolak
dari hakikat dan kodrat manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana tertuang pada
sila kemanusiaan yang adila dan beradab. Oleh karena itu, pembngunan sosial
budaya harus mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia, yakni menjadi
manusia berbudaya dan beradab. Pembnagunan sosial budaya yang menghasilkan
manusia-manusia biadab, kejam, brutal dan bersifat anarkis jelas bertentangan
dengan cita-cita menjadi manusia adil dan berdab. Manusia tidak cukup sebagai
manusia secara fisik, tetapi harus mampu meningkatkan derajat kemanusiaannya.
Manusia harus dapat mengembangkan dirinya dari tingkat homo menjadi human.
Manusia akan memiliki kehormatan, jika mampu menempatkan kemanusiaannya
dalam seluruh aspek kehidupannya secara proporsional.
Berdasarkan sila perstuan Indonesia, pembngunan sosial budaya
dikembangkan atas dasar penghargaan terhadap nilai sosial budaya yang beragam
di seluruh wilayah nusantara menuju tercapainya rasa persatuan dan kesatuan
sebagai bangsa yang Bhineka Tunggal Ika. Oleh karena itu dalam
implementasinya perlu ada pengakuan dan penghargaan terhadap seluruh aset
budaya kehidupan sosial yang ada dalam berbagai kelompok suku, agama, ras,
dan antar golongan (SARA) di Indonesia. Aset budaya kelompok satu dengan
budaya yang lainnya memiliki kedudukan yang sama dalam aspek apapun.
Denagn pembagunan sosial budaya tidak menciptakan kesenjangan,
kecemburuan, diskriminasi, dan ketidak adilan sosial.
Bentuk aktualisasi pncasila sebagai paradigma pembangunan sosial
budaya yang humanis adalah baha setiap individu bangsaharus menyadari
sepenuhnya bahwa manusia di mata Tuhan adalah sama.

George Ritzer mmeberikan pengertian bahwa paradigma adalah suatu pandangan


fundamental tentang pokok persoalan dalam suatu cabang ilmu pengetahuan.
Paradigma membantu merumuskan apa yang harus di pelajari, persoalan apa yang
harus di jawab, dan aturan apa yang harus diikuti dalam mengintrepretasikan
jawaban yang di peroleh
- Secara filosofis hakikat kedudukan pancasila sebagai paradigma
pembangunan nasional mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek
pembangunan nasional kita harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai sila-sila
pancasila. Oleh karena hakikat nilai sila-sila Pancasila mendasarkan diri pada
dasar ontologis manusia sebagai pendukung pokok negara. Hal ini berdasarkan
pada kenyataan objektif bahwa Pancasila dasar negara dan negara adalah
organisasi (persekutuan hidup) manusia. Oleh kerena itu negara dalam rangka
mewujudkan tujuannya melalui pembangunan nasional untuk mewujudkan
tujuannya melalui pembangunan nasional.
- Pancasila sebagai paradigma membangun masyarakat madani pada
hakikatnya telah terkandung dalam pembukaan UUD 1945.
- Pancasila terutama pancasila yang petama menegaskan bahwa Indonesia
adalah negara yang beragama bukan negara agama. Setiap warga negara harus
beragama dan memiliki kewajiban menjalankan keberagamaannya secara
konsisten (taat).
- Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) pada hakikatnya merupakan suatu
hasil kreatifitas rohani manusia, unsur rohani (jiwa) manusia meliputi aspek akal,
rasa, dan kehendak. Akal merupakan potensi rohaniah manusia dalam
hubungannya dengan intelektualitas, rasa dalam bidang yang adil dan beradab.
Artinya semua upaya peningkatan nilai keimanan dan ketakwaan (IMTAQ)
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
- Pembangunan dan pengembangan di bidang politik harus mendasarkan dasar
ontologis manusia.hal ini didasarkan pada kenyataan objektif bahwa manusia
adalah sebagai objek negara, oleh karena itu kehidupan politik dalam negara harus
benar- benar merealisasikan tujuan demi harkat dan martabat manusia.
- Dalam dunia ekonomi jarang ditemukan pakar ekonomi yang mendasarkan
pemikiran pengembangan ekonomi atas dasar moralitas kemanusiaan dan
ketuhanan. Sehingga lazim nya pengembangan ekonomi mengarah pada
persaingan bebas, dan akhirnya yang kuatlah yang menang.
- Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena memang pancasila
bertolak dari hakikat dan kodrat manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana tertuang
pada sila kemanusiaan yang adila dan beradab. Oleh karena itu, pembngunan
sosial budaya harus mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia, yakni
menjadi manusia berbudaya dan beradab. Pembnagunan sosial budaya yang
menghasilkan manusia-manusia biadab, kejam, brutal dan bersifat anarkis jelas
bertentangan dengan cita-cita menjadi manusia adil dan berdab.
- Oleh karena Pancasila sebagai dasar Negara dan mendasarkan diri pada
hakikat nilai kemanusiaan monopluralis maka pertahan dan keamanan Negara
harus dikembalikan pada tercapainya harkat dan martabat manusia sebagai
pendukung pokok Negara. Dasar-dasar kemanusiaan yang beradab merupakan
basis moralitas pertahanan dan keamanan Negara.
KESIMPULAN

Hakekat kedudukan pancasila sebagai paradigma pembangunan mengandung


pengertian bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional, harus berlandaskan
pada nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila. Dalam hidup
berbangsa, bernegara dan bermasyarakat, pancasila harus mewarnai gerak
langkah, sikap dan perilaku kita. Sebagai landasan hidup pancasila harus dipahami
secara mendalam, menyeluruh, dan kontekstual negara Republik Indonesia
mempunyai nilai filosofis ideologis dan konstitusional sebagai asas normatif
fundamental serta sumber motivasi dan cita – cita nasional. Nilai fundamental ini
adalah pandangan hidup bansa dan filsafat negara yang tertuang dalam
pembukaan Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang kemudian nilai tersebut yang kita kenal dengan pancasila. Pancasila pada
hakekatnya menjamin kesatuan bangsa, kemerdekaan dan kedaulatan nasional.
DAFTAR PUSTAKA

http://qonitanurilula.blogspot.com/2015/02/makalah-pancasila-sebagai-paradigma.html

http://zeniprayoga.blogspot.com/2015/07/makalah-pancasila-sebagai-paradigma.html

Anda mungkin juga menyukai