Anda di halaman 1dari 12

PEDOMAN PENGGUNAAN

PSIKOTROPIKA DAN NARKOTIKA

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

DINAS KESEHATAN

UPT PUSKESMAS LESPADANGAN


Jl. Raya Bagusan No. 17 Desa Terusan Kec. Gedeg
Kode Pos 61351Telepon (0321) 362558
Email;puskesmaslespadangan@gmail.com
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan Pedoman pelayanan obat UPT Puskesmas
Lespadangan dapat diselesaikan dengan baik.

UPT Puskesmas Lespadangan sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan


Kabupaten yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerja, mempunyai posisi yang strategis dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat, sehingga masyarakat dapat memperoleh
pelayanan kesehatan yang optimal.

Pedoman pelayanan obat UPT Puskesmas Lespadangan ini merupakan acuan


minimal yang diperlukan untuk melaksanakan pelayanan obat di UPT Puskesmas agar
tercapai pelayanan yang terstandar, aman dan bermutu .

Dengan tersusunnya pedoman ini, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar


- besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan
pedoman ini.

Kami sadari pedoman ini masih belum sempurna, oleh karenanya masukan dan
saran perbaikan sangat kami harapkan guna penyempurnaannya.

SemogaTuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua.

KEPALA UPT PUSKESMAS LESPADANGAN

Dr. Nurul Agustien


Pembina
NIP. 19700802 200212 2 005
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG.

Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya (NAPZA)


atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA (Narkotika dan Bahan/
Obat berbahanya) merupakan masalah yang sangat kompleks, yang memerlukan upaya
penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama multidispliner,
multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, konsekuen dan konsisten. Meskipun dalam Kedokteran, sebagian
besar golongan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) masih
bermanfaat bagi pengobatan, namun bila disalahgunakan atau digunakan tidak menurut
indikasi medis atau standar pengobatan terlebih lagi bila disertai peredaran dijalur ilegal,
akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat luas khususnya
generasi muda. Maraknya penyalahgunaan NAPZA tidak hanya dikota-kota besar saja,
tapi sudah sampai ke kota-kota kecil diseluruh wilayah Republik Indonesia, mulai dari
tingkat sosial ekonomi menengah bawah sampai tingkat sosial ekonomi atas.Dari data
yang ada, penyalahgunaan NAPZA paling banyak berumur antara 15–24 tahun.Oleh
karena itu kita semua perlu mewaspadai bahaya dan pengaruhnya terhadap ancaman
kelangsungan pembinaan generasi muda. Sektor kesehatan memegang peranan
penting dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan NAPZA, melalui upayaPromotif,
Preventif, Terapi dan Rehabilitasi.

Peran penting sektor kesehatan mengharuskan Puskesmas sebagai ujung


tombak pelayanan kesehatan berperan sebagai instansi yang berwenang dalam
pengelolaan psikotropik lebih selektif daam pemberian pada pasien yang sangat
membutuhkan psikotropika dan harus lebih proaktif dalam upaya penanggulangan
penyalahgunaan NAPZA di masyarakat.

Pada saat pasien berkunjung ke sebuah pelayanan kesehatan, harapan pasien


adalah mendapatkan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya dan dengan waktu
sesingkat-singkatnya.Pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, klinik
swasta maupun dokter praktek sesungguhnya tidak hanya memberikan pelayanan
medis profesional namun juga memberikan pelayanan umum kepada masyarakat.
Selain mendapatkan pelayanan kesehatan sebaik-baiknya, pasien dan keluarga juga
mengharapkan kenyamanan dan keamanan baik dari segi petugas yang cekatan,
kenyamanan ruang tunggu, antrian yang tidak terlalu lama, kebersihan toilet maupun
dari sumber daya manusia yang bertugas ditempat pelayanan kesehatan tersebut harus
profesional.

1.2. TUJUAN PEDOMAN.

a. Tujuan khusus

Terwujudnya penyelanggaraan pelayanan kesehatan dengan mutu tinggi serta


mengutamakan keselamatan pasien dalam mempergunakan obat-obat jenis
psikotropika di lingkungan kerja puskesmas.

b. Tujuan umum

 Pemberian obat psikotropika di pelayanan kesehatan instalasi rawat jalan ( BP ,


KIA/KB, Gigi, IGD, dapat berjalan dengan baik berdasarkan SPO sehingga
keselamatan pasien dapat dimaksimalkan.
 Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata,terjangkau dengan
pengutamaan pada upaya preventif dan kuratif.
 Menciptakan dan meningkatkan serta memperkuat deteksi terhadap sistem
monitoring diversi dan evaluasi pada kebocoran pengelolaan prekursor seluruh
tahap farmasi sedini mungkin
 Memberikan peningkatkan mutu kerja, kepastian hukum bersama lintas sektor di
bagian pengelola lingkungan prekursor farmasi untuk mencegah terjadinya
pengelola prekursor penyimpangan atau terjadinya kebocoran farmasi (diversi)
dan dan penyimpangan kebocoran prekursor farmasi dari jalur legal ke jalur ilegal
atau sebaliknya .

1.3. RUANG LINGKUP PELAYANAN


1. Ruang lingkup pelayanan klinik umum ( BP ): Memberikan pelayanan dengan
lingkup yang terbatas yaitu pasien dengan diagnosa psikosis, skizoprenia,
psikosomatis, epilepsi dan kejang yang periksa oleh dokter umum.
2. Ruang lingkup pelayanan KIA dalam penanganan anak kejang demam.
3. Memberikan pelayanan kepada pasien di IGD yang memerlukan perawatan
observasi dan tindakan yang harus segera dilakukan, misalnya kejang.
4. Ruang lingkup Ruang persalinan untuk mengatasi adanya pasien kejang karena
eklamsi.

1.4. BATASAN OPERASIONAL

a. Pelayanan poliklinik :

1. Klinik Umum ( BP ) dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan dan


penentuan diagnosa dan yang memeriksa adalah dokter umum.
2. KLinik Gigi mencakup pelayanan pemeriksaan dan penentuan diagnose penyakit
gigi , klinik ini di layani oleh dokter gigi.
3. Klinik KB dan ANC dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan
kehamilan, konsultasi kandungan / alat kontrasepsi, penentuan diagnosa,
tindakan pemasangan dan lepas alat kontrasepsi iud. yang melayani adalah
bidan.
4. Klinik KIA dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaanbalitayang akan
dilayani oleh bidan.

b. Pelayanan IGD dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan dan


penanganan tindakan darurat yang akan dilayani oleh dokter umum dan perawat.

c. pelayanan persalinan dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan dan


penanganan tindakan darurat kebidanan yang akan dilayani oleh dokter umum dan
perawat.

d. Pelayanan Administrasi

1. Menerima daftar dari bagian admisi untuk didata dan membagi pendistribusian
ke poli pelayanan yang di tuju.
2. Mencatat dan menerima .
1.5. LANDASAN HUKUM

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.


2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik
Perawat.
5. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
6. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1796/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.
7. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit.
8. Standar Asuhan Keperawatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1997.
9. Pedoman Uraian Tugas Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia 1999.
10. Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2001.
11. Standar Peralatan Keperawatan Dan Kebidanan Di Sarana Kesehatan,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2001.
12. Standar Manajemen Pelayanan Keperawatan Dan Kebidanan Di Sarana
Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2001.
13. Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia 2005.
14. Dasar-dasar Asuhan Kebidanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
2005.
15. Pedoman Penanggulangan KLB – DBD Bagi Keperawatan di RS Dan
Puskesmas, Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2006.
16. Pedoman Pelayanan Perinatal Pada Rumah Sakit Umum kelas C Dan D
Departemen Kesehatan 1991.
17. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
18. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
19. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotik
BAB II STANDAR KETENAGAAN

2.1. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA.

Kualifikasi sumber daya manusia yang ada di instalasi rawat jalan ( BP ) adalah :

1. Tenaga Medis

a. Tenaga medis yang ada di instalasi rawat jalan adalah tenaga medis yang
bersertifikat,dan berkompeten dibidangnya dalam arti sudah lulus dari
pendidikan kedokteran sebagai dokter umum serta lulus dalam kredential .
b. Tenaga medis yang ada di klinik gigi adalah tenaga medis yang bersertifikat
dan berkompeten sebagai dokter gigi.

2. Tenaga Perawat

Untuk menunjang pelayanan perawatan di instalasi rawat jalan harus di


dukung oleh tenaga perawat yang memiliki ketrampilan, pendidikan dan pelatihan
yang mendukung dalam pelayanan instalasi rawat jalan.

3.Tenaga bidan

Untuk menunjang pelayanan perawatan di instalasi KB, KIA dan ANC harus
di dukung oleh tenaga bidan yang memiliki ketrampilan, pendidikan dan pelatihan
yang mendukung dalam pelayanan .

4.Tenaga kesehatan lain

Kualifikasi Sumber Daya Manusia Petugas yang memiliki


kewenanangan dalam pelayanan resep narkotik dan psikotropika adalah
Apoteker yang memiliki STRA dan SIPA dalam wilayah kerja tersebut dan
Tenaga Teknis Kefarmasian yang memiliki STR dan SIKTTK
dalamwilayah kerja tersebut di bawah pengawasan Apoteker.Distribusi
KetenagaanTenaga kefarmasian yang dibutuhkan dalam pelayanan ini adalah
minimal 1 orang Apoteker dan 2 orang Tenaga Teknis Kefarmasian.

BAB III

STANDAR FASILITAS

3.1. DENAH RUANG

(Ada pada lampiran)


STANDAR FASILITAS

Keterangan :
A = Gudang Obat
B = Lemari Khusus Psikotropik dan Narkotik
C = Ruang Pelayanan Resep
D = Pintu Pembatas Gudang dan Ruang Pelayanan

Standar Fasilitas

Terdapat lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika yang dilengkapi kunci
ganda dan kunci hanya dikendalikan oleh bidan penanggung jawab obat dan
Tenaga Teknis

Kefarmasian.
Lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika dipersyaratkan
agar tidak dapat dipindahkan

Kelengkapan alat dalam instalasi farmasi puskesmas terdiri dari :

1. Registrasi

– Meja komputer

– komputer

– kursi

– Alat tulis ( balpoint,spidol warna,staples,lem )

2. Meja kerja

– Meja kerja

– Kursi

- Alat peracik obat

3. Klinik umum

– Meja kerja
– Kursi

– Tempat tidur periksa pasien

– komputer

– Tensimeter

– Stetoskop

– Senter

– Tongue spatel

– Termometer suhu badan

BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

1.PENGADAAN

Narkotika dan psikotropik untuk kebutuhan Puskesmas diperoleh dari


permintaan melalui LPLPO kepada Dinas Kesehatan.Bukti pengadaan ditelusuri
melalui SBBK Obat Psikotropik dan Narkotik.

2. PENYIMPANAN DAN PELAPORAN

a. Narkotika dan psikotropika yang berada di Puskesmas Gebang wajib disimpan


secara khusus sesuai standar fasilitas.

b. Apoteker penanggung jawab wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan


laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran Narkotika yang
berada dalam penguasaannya.
3. PENYERAHAN

a. Penyerahan Narkotika dan Psikotropika hanya dapat dilakukan oleh dan Tenaga
Teknis Kefarmasian dibawah pengawasan Apoteker berdasarkan resep dokter.

b. Penyerahan Narkotika dan psikotropika oleh dokter hanya dapat dilaksanakan


untuk menolong orang sakit dalam keadaan darurat dengan memberikan
Narkotika dan psikotropika melalui suntikan atau melalui oral.

c. Resep yang berisi obat Narkotika harus digaris bawahi dengan warna merahdan
untuk obat Psikotropika digaris bawahi warna biru sebagai penanda khusus.

d. Pasien yang menerima obat Narkotika dan psikotropika harus ditanyakan


nomor telepon dan alamat lengkap.

4. PEMANTAUAN

Pemantauan terhadap obat-obatan Narkotika dan psikotropika yang dilakukan


meliputi pemantauan stok harian, pasien yang mendapatkan stok harian,
pasien yang mendapatkan resep Narkotika dan Psikotropika berulang kali dan
masa kadaluarsa obat.

5. PEMUSNAHAN

Obat narkotika dan psikotropika yang telah kadaluarsa tidak dimusnahkan di


puskesmas , namum dikembalikan ke Dinas Kesehatan setempat dengan dilampiri
Berita Acara Pengembalian.

A. Lingkup Kegiatan

Tata laksana palayanan dalam instalasi rawat jalan pada umumnya dikerjakan secara
team work, dilakukan sesuai S, O, A dan P serta terdokumentasikan dengan baik.

1. PASIEN UMUM
Setelah mendaftar pasien dipersilahkan menunggu, petugas mengantar
berkas pendaftaran ke bagian rekam medic. Bagian rekam medic akan mencari
berkas pasien, petugas registrasi akan memasukan data ke komputer rawat jalan
untuk ke pelayanan dokter atau ruang pemeriksaa yang di tuju. Pasien akan
dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik pendahuluan yang terdiri dari timbang
badan, ukur suhu tubuh, tensimeter pasien siap untuk diperiksa dokter sesuai
antrian. Setelah pasien menyelesaikan tahap pemeriksaan dokter selanjutnya
pasien mendapat resep ataupun advis dari dokter. Kemudian pasien menunggu
didepan ruang farmasi untuk menerima obat.

2. PASIEN ONE DAY CARE

Pasien one day care adalah pasien yang memerlukan perawatan dan
observasi dalam satu hari, apabila dalam satu hari perawatan / observasi tersebut
pasien belum ada perubahan kondisi yang lebih baik maka pasien dianjurkan untuk
rawat inap. Pelayanan one day care bekerjasama dengan instalasi rawat jnap untuk
proses observasi yang lebih baik.

BAB V

LOGISTIK

Obat-obatan Psikotropik dan Narkotik yang tersdia di apotek Puskesmas Gebang


adalah:

a. Obat Narkotika : kosong


b. Obat Psikotropika : Diazepam tablet 2 mg, diazepam rectal 5 mg Fenobarbital
tablet 30 mg,haloperidol 1,5 mg,haloperidol 2 mg,triheksilfenidil 2
mg,chlorpromazine 100 mg,carbamazepin 200 mg,trifuperazin 5 mg ,resperidon 2
mg,amitryptilin 25 mg.

Anda mungkin juga menyukai