CARSINOMA THYROID
DISUSUN OLEH:
PEMBIMBING :
dr. HENKY AGUNG NUGROHO, M.Si.Med., Sp.B(K)Onk.
Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Ilmu
Bedah Onkologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret / RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. referat dengan judul:
Carcinoma Thyroid
Oleh:
A. Embriologi Tiroid
Kelenjar tiroid berasal dari evaginasi epitelium farings. Evaginasi ini berjalan
turun dari dasar lidah ke daerah leher sampai akhirnya mencapai letak
anatomisnya. Sebagian jaringan tiroid ini kadang tertinggal di sepanjang lintas
tersebut sehingga membentuk duktus thyroglossus. Dalam keadaan normal
kelenjar tiroid pada orang dewasa beratnya antara 10-20 gram.
C. Definisi
Karsinoma tiroid merupakan keganasan yang terjadi pada kelenjar tiroid.
Keganasan tiroid dikelompokkan menjadi karsinoma tiroid berdiferensiasi baik
yaitu bentuk papiler, folikuler atau campuran keduanya yaitu meduler yang berasal
dari sel parafolikuler yang mengeluarkan kalsitonin, dan karsinoma yang
berdiferensiasi buruk atau anaplastik.
Karsinoma tiroid terjadi dari 2 jenis sel yang terdapat dalam kelenjar tiroid.
Sel folikel berasal endodermal menimbulkan karsinoma papiler, karsinoma
folikuler, dan mungkin karsinoma anaplastik, sedangkan sel C dari neuroendokrin
calsitonin dapat menimbulkan karsinoma medular.
D. Epidemiologi
Karsinoma tiroid diperkirakan sebesar 1,5% dari keganasan seluruh tubuh di
negara-negara berkembang. Karsinoma tiroid menempati urutan ke-9 dari sepuluh
keganasan tersering di Indonesia. Angka insidensi bervariasi di seluruh dunia, yaitu
dari 0,5-10 jiwa per 100.000 populasi. American Cancer Society memperkirakan
sekitar 17.000 kasus baru muncul setiap tahunnya di Amerika Serikat dan sekitar
1700 diantaranya mengakibatkan kematian. Di Amerika Serikat, karsinoma ini
relative jarang ditemukan, mencakup 1% dari seluruh jenis kanker dan 0,4%
kematian akibat kanker. Lebih banyak ditemukan pada wanita dengan distribusi
berkisar 2:1 sampai 3:1. Secara primer dijumpai pada dewasa muda dan usia
pertengahan serta jarang ditemukan pada anak-anak.
E. Etiologi
a. Radiasi
Radiasi intensitas rendah jangka panjang dimana masa laten akibat
radioaktif ini mencapai 10 – 20 tahun. Paparan radiasi secara signifikan
meningkatkan risiko untuk keganasan tiroid, karsinoma tiroid khususnya
papiler. Temuan ini diamati pada anak-anak yang terpapar radiasi setelah bom
nuklir di Hiroshima dan Nagasaki saat Perang Dunia II. Bukti tambahan
dikumpulkan setelah bom atom diuji di Kepulauan Marshall, setelah kecelakaan
di pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl, dan pada pasien yang menerima
terapi radiasi dosis rendah untuk kelainan jinak (misalnya, jerawat, hipertrofi
adenotonsillar). Paparan radiasi dosis rendah dari pencitraan belum ditemukan
memiliki efek tumorigenik. Radiasi dengan menargetkan kelenjar tiroid
(misalnya, yodium-131 ablasi tiroid) atau eksternal terapi radiasi dosis tinggi
tampaknya tidak meningkatkan risiko karsinoma tiroid papiler karena diduga
proses pembunuhan sel meningkat dengan dosis ini.
b. Iodine excess
Pada studi epidemiologi yodium tidak semuanya menunjukkan korelasi
nyata dengan insiden kanker tiroid, tetapi beberapa kesimpulan menyatakan
bahwa daerah gondok endemik menunjukkan adanya peningkatan terjadinya
well differentiated tiroid karsinoma terutama type folicular.
Pada daerah dengan gondok endemik, penambahan kandungan yodium
pada dietnya dapat meningkatkan proporsi karsinoma papiler dibanding dengan
karsinoma follikular, tetapi bagaimanapun, tumor ini jarang agresif dan
mempunyai prognosis yang lebih bagus dan mempunyai angka harapan hidup
yang lebih tinggi.
Asupan makanan rendah yodium tidak meningkatkan kejadian kanker
tiroid secara keseluruhan. Namun, populasi dengan asupan yodium diet rendah
memiliki proporsi yang tinggi dari karsinoma folikuler.
c. Aktivasi dari reseptor tyrosine kinase (TRK), apakah karena rearrangement
atau gen amplifikasi menghasilkan transformasi yang spesifik dimana sel – sel
folikular tiroid karsinoma menjadi sel – sel papillar karsinoma.
Kira – kira 40 % orang dewasa dengan sporadic papillary karsinoma memiliki
RET gen rearrangement dan sekitar 15 % memiliki TRK1 rearrangement.
Rearrangement tersebut paling tinggi pada anak – anak ( 60 %).
Korelasi antra karsinoma tiroid papillar dengan Human Lekosit Antigen
(HLA)-DR7 masih diselidiki dan juga terjadinya karsinoma tiroid pada kembar
monozygotik juga masih diselidiki.
F. Patofisiologi
Adenokarsinoma papiler biasanya bersifat multisentrik dan 50% penderita
dengan ada sarang ganas di lobus homolateral dan lobus kontralateral. Metastasis
mula-mula ke kelenjar limfe regional, dan akhirnya terjadi metastasis hematogen.
Umumnya adenokarsinoma follikuler bersifat unifokal, dengan metastasis juga ke
kelenjar limfe leher, tetapi kurang sering dan kurang banyak, namun lebih sering
metastasisnya secara hematogen. Adenokarsinoma meduller berasal dari sel C
sehingga kadang mengeluarkan kalsitonin (sel APUD). Pada tahap dini terjadi
metastasis ke kelenjar limfe regional. Adenokarsinoma anaplastik yang jarang
ditemukan, merupakan tumor yang tumbuh agresif, bertumbuh cepat dan
mengakibatkan penyusupan ke jaringan sekitarnya terutama trakea sehingga
terjadi stenosis yang menyebabkan kesulitan bernafas. Tahap dini terjadi
penyebaran hematogen. Dan penyembuhan jarang tercapai. Penyusupan
karsinoma tiroid dapat ditemukan di trakea, faring, esophagus, N.rekurens,
pembuluh darah karotis, struktur lain dalam darah dan kulit. Sedangkan metastasis
hematogen ditemukan terutama di paru, tulang, otak dan hati.
1. Faktor genetik
Pentingnya faktor genetik karena adanya kasus kanker tiroid dalam keluarga.
Karsinoma medularis familial terjadi pada neoplasia endokrin multiple tipe 2
yang berkaitan dengan mutasi protoonkogen di sel germ line; baru-baru ini
juga dilaporkan suatu sindrom karsinoma tiroid papilar familial, meskipun
lokus genetik untuk entitas ini belum diketahui. Baik mutasi loss-of-function
di agen APC pada poliposis adenomatosa familial maupun perubahan gen
PTEN pada penyakit Cowden (Sindrom hematom multiple), berkaitan dengan
predisposisi herediter kanker tiroid. Selain kanker tiroid familial, kelainan
protoonkogen RET juga pernah dilaporkan pada beberapa kasus karsinoma
tiroid medular dan papilar yang sporadik. RET sering mengalami pengaktifan
pada karsinoma tiroid papilar karena letaknya yang berdekatan dengan gen lain
yang aktif secara konstitutif (produksi fusi yang terbentuk dari tata ulang
somatik pada RET ini secara generik dikenal sebagai RET/PTC. Baru-baru
ini, ditemukan translokasi kromosom, t(2;3) (q13;p25) pada beberapa kasus
karsinoma folikular tiroid. Faktor ini menyebabkan fusi gen untuk faktor
transkripsi tiroid PAX8 ke gen PPARy1, menghasilkan sebuah protein
onkogenik baru. Meskipun tampaknya cukup spesifik untuk karsinoma
folikular tiroid, proses malekular ini hanya diekspresikan oleh 20% tumor.
Mutasi inaktivasi gen TP53 jarang ditemukan pada kanker tiroid yang
berdifrensiasi (papilar atau folikular) tetapi pada kanker anaplastik.
2. Radiasi Pengion
Pajanan ke radiasi pengion, terutama selama dua dekade pertama kehidupan,
muncul sebagai salah satu faktor predisposisi terpenting timbulnya kanker
tiroid. Dahulu,terapi radiasi digunakan secara bebas pada pengobatan
sejumlah lesi dikepala dan leher pada bayi dan anak, termasuk pembesaran
tonsil reaktif, akne, dan tinea kapitis. Sampai 9% orang yang mendapat terapi
semacam ini selama masa anak-anak kemudian mengidap keganasan tiroid,
biasanya beberapa dekade setelah pajanan. Selain itu, insidensi karsinoma
tiroid meningkat secara substansial pada mereka yang selamat dari bom atom
dijepang dan mereka yang terpajan radiasi pengion setelah bencana reaktor
nuklir chernobyl. Sebagian besar kanker yang muncul dalam situasi ini adalah
kanker tiroid papilaris dan sebagian besar memperlihatkan tata ulang gen RET.
3. Penyakit tiroid yang sudah ada
Gondok multinodular kronis dilaporkan merupakan faktor predisposisi pada
beberapa kasus karena daerah dengan gondok endemik akibat defisiensi
yodium memperlihatkan prevalensi karsinoma folikular yang lebih tinggi. Dan
hanya sedikit terdapat bukti bahwa adenoma folikular berkembang menjadi
karsinoma. Meskipun sebagian besar tidak semua limfoma tiroid muncul dari
tiroiditis yang sudah ada, tidak ada bukti yang mengisyaratkan bahwa tiroiditis
menyebabkan penigkatan resiko karsinoma tiroid.
2. Karsinoma folikuler
Karsinoma yang berasal dari sel-sel folikel dan merupakan 20-25 % dari
karsinoma tiroid. Merupakan jenis kedua kanker tiroid paling umum,
merupakan 5-10 persen dari karsinoma tiroid dan sekitar 15 persen dari
karsinoma tiroid berdeferensiasi baik. Lebih agresif (ganas) dari karsinoma
papiler, dan terjadi lebih sering pada wanita daripada pria dengan rasio tiga
banding satu. Puncaknya onset adalah pada usia 50 tahun. Biasanya tidak
menyebar ke kelenjar getah bening, tetapi dapat menyerang vena dan arteri, dan
kemudian dapat menyebar (metastasis) ke lain organ. Paling sering metastasis
ke paru-paru, tulang, otak, hati, kandung kemih, dan kulit. Kanker ini jarang
terjadi pada individu yang telah terpapar radiasi dan lebih jarang terjadi pada
anak-anak. Muncul dari sel-sel yang membuat hormon tiroid. Survival rate
tergantung pada ukuran tumor dan apakah telah menginvasi pembuluh darah,
kelangsungan hidup 10 tahun untuk tumor yang non invasif 86 persen dan untuk
yang invasif 44 persen (Sjamsuhidajat R, 2005).
Karsinoma folikuler dibedakan dari adenoma folikuler jinak dengan
invasi kapsul dan atau invasi vascular, karena membedakan karsinoma folikuler
dari adenoma folikuler jinak sangat sulit dengan sitologi FNAB dan analisis
frozen section. Tumor dibagi menjadi minimal invasif dan invasif luas lesi
tergantung pada bukti histologis invasi kapsul dan vaskular. Imunohistokimia
untuk thyroglobulin dan cytokeratins hampir selalu positif.
3. Karsinoma anaplastik
Karsinoma yang sangat ganas dan merupakan 5-10% dari kanker tiroid.
Metastasis terjadi secara cepat, mula-mula di sekitarnya dan kemudian ke
seluruh bagian tubuh. Jarang ditemukan dibandingkan dengan karsinoma yang
berdiferensiasi baik. Tumor ini sangat ganas, terutama terdapat pada usia tua
dan lebih banyak pada wanita. Sebagian tumor terjadi pada struma nodosa yang
kemudian membesar dengan cepat. Tumor ini sering disertai nyeri dan nyeri
alih ke daerah telinga dan suara serak karena infiltrasi n.rekuren (Sjamsuhidajat
R, 2005).
Prognosis penyakit menjadi lebih buruk apabila telah terjadi metastase
ke jaringan sekitar seperti laring, faring dan esophagus. Karsinoma anaplastik
merupakan massa tiroid berkembang pesat berbeda dengan karsinoma
berdiferensiasi baik, yang tumbuh relatif lambat. Pasien biasanya datang
dengan gejala karena invasi lokal. Suara serak dan dispnea akibat terkenanya
nervus laringeus rekuren dan jalan nafas terjadi sebanyak 50% dari
pasien. Pemeriksaan fisik menunjukkan perubahan massa tiroid yang paling
sering lebih besar dari 5 cm. Sekitar 30% dari pasien mengalami kelumpuhan
pita suara. Setidaknya satu setengah dari pasien telah memiliki metastasis jauh
pada saat diagnosis. Organ yang paling sering terkena adalah paru-paru, tulang,
dan otak.
4.Karsinoma parafolikular
Karsinoma parafolikular atau meduller adalah unik diantara kanker
tiroid. Karsinoma medular meliputi 10-15% keganasan tiroid yang berasal dari
sel parafolikuler, atau sel C yang memproduksi tirokalsitonin, kadang
dihasilkan pula carcinoembryonic antigen (CEA). Karsinoma medular berbatas
tegas dan keras pada perabaan. Karsinoma ini didapat pada usia lebih dari 40
tahun, namun pada usia lebih muda dan bahkan anak – anak juga dapat
ditemukan, serta biasanya disertai dengan gangguan endokrin yang lain. Sel
karsinoma medular memproduksi kalsitonin, maka jumlah kalsitonin serum
tinggi dapat digunakan sebagai sarana diagnostik. Meskipun pengukuran rutin
kalsitonin serum memiliki potensi hasil rendah dalam pengelolaan nodul tiroid
soliter.
Karsinoma ini dengan cepat bermetastasis, sering ketempat jauh seperti
paru, tulang, dan hati. Ciri khasnya adalah kemampuannya mensekresi
kalsitonin karena asalnya. Karsinoma ini sering dikatakan herediter. Tumor
berbatas tegas dan keras pada perabaan. Tumor ini terutama ditemukan pada
usia di atas 40 tahun, tetapi juga ditemukan pada usia yang lebih muda bahkan
pada anak- anak dan biasanya disertai gangguan endokrin lainnya
(Sjamsuhidajat R, 2005).
H. Manifestasi Klinis
a. Anamnesis
Penderita perlu ditanyakan mengenai hal – hal yang diduga mempunyai
hubungan dengan keganasan kelenjar tiroid, antara lain :
1. Umur < 20 th atau > 50 th
2. Riwayat terpapar radiasi leher pada waktu kanak – kanak
3. Pembesaran kelenjar tiroid yang cepat
4. Penderita struma dengan suara parau
5. Disertai disfagia
6. Disertai rasa nyeri
7. Ada riwayat pada keluarga yang menderita kanker.
8. Penderita struma yang diduga hyperplasia dan diterapi dengan hormon
thyroksin tetap membesar
9. Struma dengan sesak nafas.
Selain itu perlu juga ditanyakan apakah ada tanda – tanda hypertiroidea, seperti
tremor, akral basah dan hangat, takikardi, susah konsentrasi, makan banyak tetapi
berat badan tidak naik/kurus,sering diare, dan juga tanda – tanda hipotiroidea
seperti apatis, sikap lamban, wajah sembab, konstipasi, kulit kering sering
mengantuk, berat badan bertambah dan non pitting oedema pada tungkai.
b. Pemeriksaan Fisik
Seperti halnya pemeriksaan fisik pada kasus – kasus tumor yang lain, maka
kepala, leher dan dada bagian atas harus terlihat. Pemeriksaan dilakukan dari
belakang kepala penderita sedikit fleksi sehingga musculus
sternocleidomastoideus relaksasi sehingga tumor tiroid lebih mudah untuk
dievaluasi dengan palpasi. Digunakan kedua tangan bersamaan dengan ibu jari
posisi di tengkuk penderita dan keempat jari yang lain dari arah lateral
mengevaluasi tiroid serta mencari pole bawah kelenjar tiroid sewaktu penderita
disuruh menelan. Secara rutin juga harus dievaluasi keadaan kelenjar getah
bening leher.
Pada pemeriksaan nodul tiroid, untuk pembesaran kelenjar tiroid yang jinak
dapat ditemukan di medial musculus sternocleidomastoideus, tetapi apabila
didapatkan adanya pembesaran kelenjar getah bening berada di lateral musculus
sternocleidomastoideus harus dipertimbangkan adanya suatu proses keganasan.
Pada pemeriksaan fisik, apabila dijumpai adanya nodul pada struma harus
didiskripsikan :
1. Lokasi : lobus kanan, kiri, ismus.
2. Ukuran.
3. Jumlah nodul : uninodusa, multinodusa.
4. Konsistensinya : kistik, lunak, kenyal, keras.
5. Nyeri/tidak.
6. Mobilitas : ada tidak perlengketan dengan musculus
sternocleidomastoideus ataupun trakea.
7. Pembesaran kelenjar getah bening sekitar tiroid.
Dalam melakukan pemeriksaan kelenjar tiroid yang perlu diwaspadai adanya
suatu keganasan adalah :
1. Tumor yang cepat membesar tanpa diikuti rasa nyeri.
2. Pengerasan pada beberapa bagian atau menyeluruh dari suatu struma.
3. Struma yang sudah lama tiba – tiba membesar secara progresif.
4. Hilangnya mobilitas dari struma, yang terjadi karena proses infiltrasi
tumor ke jaringan sekitarnya.
5. Pulsasi arteri karotis teraba dari arah tepi belakang musculus
sternocleidomastoideus karena terdesak oleh tumor.
6. Adanya obstruksi trakea.
7. Struma dengan Horner sindrom (ptosis, miosis, enophtalmus dengan
suara parau).
8. Struma dengan pembesaran kelenjar limfe leher.
9. Struma dengan metastase jauh.
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan untuk mengukur fungsi tiroid.
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan T3, T4, TSH, FT4
b. Pemeriksaan untuk menunjukkan penyebab gangguan fungsi tiroid
Pemeriksaan anti body tiroid dimana antibody ini terdiri atas :
Antibody thyroglobulin.
Antibody mikrosomal.
Antibody CA2
Cell Surface antibody
Tiroid stimulating antibody (TSA)
Selain itu untuk mengetahui keganasan tiroid perlu diperiksa :
a. Human thyroglobulin, suatu hormon marker untuk ca tiroid jenis yang
berdifferensiasi baik, terutama untuk follow up.
b. Kadar calsitonin, untuk pasien yang dicurigai ca meduller.
2. Foto rontgen
Pemeriksaan dilakukan dengan posisi anteroposterior (AP) untuk menilai
dan menentukan adanya metastasis atau tidak.
3. Foto polos leher (soft tissue technic) anteroposterior dan lateral, untuk
melihat kalsifikasi dan untuk melihat ada tidaknya deviasi trachea.
4. CT-Scan, dapat digunakan untuk mengetahui penyebaran lokal di coli
ataupun untuk mengetahui adanya penyebaran jauh di mediatinum, liver,
paru, tulang, ataupun otak.
5. Ultrasonography (USG)
Pemeriksaan dilakukan dengan posisi transducer secara transversal mulai
dari pole bawah digeser ke arah cephalad sampai pole atas sehingga
seluruh tiroid dapat dinilai. Dapat juga dilakukan pemeriksaan dengan
posisi transducer longitudinal atau oblik dari lateral ke arah medial.
Manfaat pemeriksaan ini untuk mendiagnosis kasus pembesaran kelenjar
tiroid adalah :
a. Dapat menentukan jumlah nodul.
b. Dapat membedakan lesi tiroid tersebut padat atau kistik.
c. Dapat mengukur volume dari kelenjar tiroid
d. Dapat mendeteksi adanya jaringan kanker tiroid residif yang tidak
menangkap yodium yang tidak terlihat dengan sidik tiroid.
e. Pada kehamilan dimana pemeriksaan sidik tiroid adalah kontraindikasi,
hal ini sangat membantu untukmengetahui adanya pembesaran tiroid.
f. Untuk mengetahui lokasi dengan tepat benjolan tiroid yang akan
dilakukan biopsi
g. Dapat dipakai untuk pengamatan lebih lanjut hasil pengobatan.
Gambaran USG untuk membedakan nodul jinak atau ganas:
Jinak Ganas
Normal Echo / Hyperecho Hipoecho
Kalsifikasi yang kasar Mikrokalsifikasi
Tipis dengan halo yang jelas Tebal, irreguler atau tanpa halo
Batas tegas Batas tidak tegas
Tidak ada pembesaran limfadenopathy Ada pembesaran lymphadenopaty
regional regional
I. Staging
T Tumor Primer
Tx Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak didapatkan tumor primer
T1 Tumor dengan ukuran terbesar 2 cm atau kurang, masih terbatas
pada tiroid
T2 Tumor dengan ukuran terbesar lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih
dari 4 cm, masih terbatas pada tiroid
T3 Tumor dengan ukuran terbesar lebih dari 4 cm, masih terbatas
pada tiroid atau tumor ukuran berapapun degan ekstensi ekstra
tiroid yang minimal
T4a Tumor telah keluar kapsul tiroid dan menginvasi ke jaringan
lunak subkutan, laring trakea, esofagus, dan n.laringeus.
T4b Tumor menginvasi fasia prevertebra, pembuluh mediastinal, atau
arteri karotis.
T4a* (Karsinoma anaplastik) Tumor dengan ukuran berapapun yang
masih terbatas apada tiroid
T4b* (Karsinoma anaplastik) Tumor dengan ukuran berapapun yang
berekstensi keluar kapsul tiroid
N Kelenjar Getah Bening Regional
Nx Kelenjar getah bening tidak dapat dinilai
N0 Tidak didapatkan metastasis ke kelenjar getah bening
N1 Terdapat metastasis ke kelenjar getah bening
N1a Metastasis pada kelenjar getah bening cervical level VI
(pretrakeal dan paratrakeal, termasuk prelaringeal dan Delphia)
N1b Metastasis pada kelenjar getah bening cervical uilateral, bilateral,
atau kotralateral atau ke kelnjar getah bening mediastinal atas.
M Metastasis jauh
Mx Metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 Tidak didapatkan metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh
Stadium Klinis
Karsinoma tiroid papilar atau folikular (usia <45 tahun)
Stadium I Tiap T Tiap N M0
Stadium II Tiap T Tiap N M1
Karsinoma tiroid papilar atau folikular (usia >45 tahun)
Stadium I T1 N0 M0
Stadium II T2 N0 M0
Stadium III T3 N0 M0
T1, T2, T3 N1a M0
Stadium IVA T1, T2, T3 N1b M0
T4a N0, N1 M0
Stadium IVB T4b Tiap N M0
Stadium IVC Tiap T Tiap N M11
Anaplastik
Stadium IVA T4a Tiap N M0
Stadium IVB T4b Tiap N M0
Stadium IVC Tiap T Tiap N M1
J. Tatalaksana
1. Operasi
Pada kanker tiroid yang masih berdeferensiasi baik, tindakan tiroidektomi
(operasi pengambilan tiroid) total merupakan pilihan untuk mengangkat
sebanyak mungkin jaringan tumor. Pertimbangan dari tindakan ini antara lain
60-85% pasien dengan kanker jenis papilare ditemukan di kedua lobus. 5-10%
kekambuhan terjadi pada lobus kontralateral, sesudah operasi unilateral
(Tjindarbumi, 2011).
Secara klinis harus ditentukan, apakah nodul tiroid tersebut kemungkinan
jinak atau ganas. Bila nodul tiroid suspek ganas, juga harus dibedakan apakah
nodul tersebut operabel ataukan inoperabel. Jika inoperabel, maka bisa
dilakukan biopsi incisi yang dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi
secara blok parafin. Setelah hasil ada dan ternyata ganas dilakukan tindakan
debulking dan radiasi eksterna dan kemoterapi. Tetapi apabila nodul tersebut
operabel, maka dilakukan itsmolobektomi dan dilanjutkan dengan pemeriksaan
Frozen section durante operasi.
Ada beberapa kemungkinan hasil yang didapat dari pemeriksaan Frozen
Section :
1. Lesi Jinak.
Maka tindakan operasi selesai dan dilanjutkan dengan observasi.
2. Karsinoma papilare
Dibedakan atas 2 hal :
a) Resiko Rendah : Maka tindakan operasi selesai dan dilanjutkan dengan
observasi.
b) Resiko Tinggi : dilakukan total tiroidektomi.
3. Karsinoma Folikulare
Dilakukan Total tiroidektomi
4. Karsinoma medulare
Dilakukan Total tiroidektomi
5. Karsinoma Anaplastik.
Bila memungkinkan dilakukan tindakan total tiroidektomi
Bila tidak memungkinkan, cukup dilakukan debulking dilanjutkan dengan
radiasi eksterna atau kemoterapi.
Bila nodul tiroid tersebut kemungkinan benigna maka dilakukan tindakan
FNAB. Ada beberapa kemungkinan hasil yang didapat dari FNAB :
1 Hasil suspek maligna, folliculare pattern, Hurthle cell
Dilakukan tindakan itsmolobektomi dengan pemeriksaan Frozen section
seperti diatas
2 Hasil FNAB Benigna.
Dilakukan terapi supresi TSH dengan tablet thyrax selama 6 bulan kemudian
dievaluasi. Bila nodul tersebut mengecil diikuti dengan tindakan observasi
dan apabila nodul tersebut tidak ada perubahan atau bertambah besar
sebaiknya dilakukan tindakan itsmolobectomi dengan Frozen section.
Gangguan menelan
Gangguan pernafasan
Suara parau
4. Kosmetik
K. Komplikasi
1. Perdarahan (Tjindarbumi, 2011):
Bila darah di botol Redon > 300 ml per 1 jam, perlu dilakukan re-open. Jika
perdarahan arterial, drain Redon kurang cepat menampung perdarahan dan
darah mengumpul pada leher membentuk hematoma dan menekan trakea
sehingga penderita sesak napas.
Lakukan intubasi. Atau tusukkan Medicut no.12 perkutan menembus
membran krikotiroid.
Luka operasi dibuka dan evakuasi bekuan darah
Penderita dibawa ke kamar pembedahan untuk dicari sumber perdarahan dan
dihentikan, dipasang drain Redon.
2. Lesi n. laringius superior (Tjindarbumi, 2011):
Cedera pada cabang eksternus mengakibatkan perubahan tonus suara
penderita, bila berbicara agak lama maka penderita merasa capek dan suara
makin menghilang.
Cedera pada cabang internus mengakibatakan penderita tersedak bila minum
air.
3. Kerusakan n. rekuren (Tjindarbumi, 2011):
Bila waktu pembedahan kedua syaraf rekuren diidentifikasi maka
kemungkinan paralise akibat kecelakaan dilaporkan hanya 0-0,6%. Gangguan
yang sifatnya transien pada 2-4% dan akan sembuh sendiri dalam beberapa
minggu atau bulan
Adanya gangguan pada n. rekuren secara awal dapat dilihat
dengan laringoskop direkta pada waktu dilakukan ekstubasi.
4. Hipoparatiroidism (Tjindarbumi, 2011):
Hipokalsemia transien dapat terjadi 1-2 hari pasca-bedah. Oedema pada
paratiroid karena manipulasi dapat menambah terjadinya hipoparatiroidism
transien.
Bila timbul gejala klinis seperti parestesi, kram, kejang, perlu diberi terapi
dengan pemberian pelan intravena kalsium glukonat 10 % sebanyak 10 ml,
disertai kalsium per-oral. Terjadinya hipoparatiroidism permanen bila kel.
paratiroid terambil sebanyak 2 buah atau lebih, atau terjadi kerusakan
vaskularisasinya. Untuk mencegah hal ini dianjurkan untuk melakukan
autotransplantasi kel. paratiroid pada m. sternokleidomastoideus.
Autotransplantasi kel. paratiroid ini memiliki daya hidup yang tinggi.
BAB III
SIMPULAN
Adedayo A. Onitilo et. al. Simplifying the TNM System for Clinical Use in
Differentiated Thyroid Cancer. 2016. Journal of Clinical Oncology.
Djokomoeljanto, 2009. Buku Ajar Tiroidologi Klinik. Semarang: Badan Penerbit
Undip.
Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. 2005. Pathologic Basis of Disease, Seventh Edition,
Saunders; page: 1180-1181.
Lal G and Clark O.H. Thyroid, Parathyroid and Adrenal in Schwartz. Principles of
Surgery ninth edition.2010, pp: 1343-1408.
Liberty Kim H (1997). Kelenjar Tiroid : Buku Teks Ilmu Bedah, Jilid 1, Penerbit
Jakarta: Binarupa Aksara, pp: 15-19.
Lowy, FD. 2006. Harrison’s Principle of Internal Medicine 17th ed. New York:
McGraw Hill.
Orell SR, Philips J. 1997. The Thyroid Fine Needle Biopsy and Cytological Diagnosis
of Thyroid Lesion; Vol. 14, page: 61-78.
Sjamsuhidajat R, de Jong W. 2005. Buku Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 691-695.
Suryanto dan Emir T.P, Bedah Onkologi, Sogung Seto, Jakarta, 2010, hal: 1-31.
Tjindarbumi. 2011. Karsinoma tiroid, dalam: kumpulan kuliah ilmu bedah. Jakarta:
Binarupa Aksara; page: 366-376.