Anda di halaman 1dari 12

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di SMKN 1 Glagah Kecamatan Glagah Kabupaten

Banyuwangi yang dilaksanakan pada bulan Mei 2019. Pengumpulan data dilakukan

dengan menggunakan lembar kuesioner yang diisi oleh siswa (responden), maka tahap

selanjutnya adalah dengan menampilkan hasil penelitian sebagai berikut :

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Data Umum

1. Karakteristik Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMKN 1 Glagah Kecamatan Kabat

Kabupaten Banyuwangi, dengan batas-batas wilayah SMKN 1 Glagah

sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Rumah Dinas SMKN 1 Glagah

b. Sebelah Timur : Jl. Kuntulan

c. Sebelah Selatan : Persawahan

d. Sebelah Barat : Rel kereta api

SMKN 1 Glagah merupakan salah satu SMK berstatus Negeri yang

berada di Kecamatan Glagah yang berdiri pada tanggal 30 Juli 1980,

terakreditasi A dan memiliki fasilitas yang cukup memadai. Luas tanah dari

SMKN 1 Glagah adalah 35.000m2 dan luas bangunan dari SMKN

26.378m2,. Terdapat 13 kopetensi keahlian yang terdiri dari Tehnik Gambar

dan Bangunan (Desain Permodelan dan Informasi Bangunan), Teknik

56
57

Konstruksi Batu dan Beton (Konstruksi Gedung, Sanitasi dan Perawatan),

Teknik Audio Video, Teknik Elektronika Industri, Teknik Komputer

Jaringan, Teknik Otomasi Industri (Teknik Instalasi Tenaga Listrik),

Teknik Otomasi Industri (Teknik Instalasi Tenaga Listrik), Teknik

Pemesinan, Teknik Pemesinan, Teknik Kendaraan Ringan (Teknik

Kendaraan Ringan Otomotif), Nautika Kapal Penangkap Ikan, Teknika

Kapal Penangkap Ikan, Budidaya Perikanan (Agribisnis Perikanan Air

Tawar), Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan (Agribisnis Pengolahan

Hasil Perikanan). Penentuan kelas disesuaikan dengan kopetensi

keahliannya dengan masing-masing tingkatan terdapat kurang lebih 20

kelas. Peneliti mengambil kelas X sebagai populasi, karena saat dilakukan

penelitian kelas X melaksanakan kegiaan belajar mengajar secara normal.

Jumlah siswa di SMKN 1 Glagah Banyuwangi pada tahun ajaran

2018/2019 sebanyak 3942 anak. Sedangkan jumlah guru beserta staf yang

aktif berkisar 408 orang. Fasilitas juga sarana dan prasarana yang terdapat

di lingkungan sekolah antara lain ruang kelas (teori) berkisar 63 ruangan,

Aula, Ruang dinas, Kantin, Gudang, Laboratorium, Gazebo, Taman,

Ruang guru, Ruang Humas, Ruang Kesiswaan, Ruang Kepala Sekolah,

Ruang TU, Ruang Program, Mushola, Ruang UKS, Lapangan Upacra,

Lapangan Voly, Pos Security, WIFI dan hotspot area disetiap ruangan yang

dapat diakses oleh siswa dan guru. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler

yang berjalan di SMKN 1 Glagah adalah pramuka.


58

2. Karakteristik Demografi Responden

A. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin

2 Siswi (7%)

28 siswa
(93%)

Laki-laki Perempuan

Diagram 5.1 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di SMKN


1 Glagah Banyuwangi tahun 2019.
Berdasarkan diagram 5.1 dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 28 orang

(93%).

B. Distribusi responden berdasarkan usia


usia 17 usia 18
3% usia 15
10% 10%

usia 16
77%

usia 15 usia 16 usia 17 usia 18

Diagram 5.2 Distribusi responden berdasarkan usia di SMKN 1 Glagah


Banyuwangi tahun 2019.

Berdasarkan diagram 5.2 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

responden berusia 16 tahun sebanyak 23 orang (77%).


59

5.1.2 Variabel yang diukur.

A. Lingkungan Sekolah di SMKN 1 Glagah Banyuwangi Tahun 2019.


1 (3%)

12 (40%) SANGAT BAIK


17 (57%) BAIK
TIDAK BAIK

Diagram 5.3 Prosentase Lingkungan Sekolah di SMKN 1 Glagah


Banyuwangi tahun 2019.

Dari hasil penelitian di SMKN 1 Glagah Banyuwangi didapatkan

bahwa sebagaian besar berkategori lingkungan sekolah baik adalah sebanyak

17 responden (57%).

B. Kecerdasan Emosional remaja pada siswa kelas X di SMKN 1 Glagah

Banyuwangi tahun 2019.

Diagram 5.4 Prosentase Kecerdasan Emosional remaja kelas X di SMKN 1


Glagah Banyuwangi tahun 2019.

Dari hasil penelitian di SMKN 1 Glagah Banyuwangi didapatkan

bahwa sebagian besar responden memiliki kecerdasan emosional sedang

sebanyak 21 anak (70%).


60

5.1.3 Hubungan Lingkungan Sekolah dengan Kecerdasan Emosional Remaja

kelas X di SMKN 1 Glagah Banyuwangi Tahun 2019.

Tabel 5.1 Hubungan Lingkungan Sekolah dengan Kecerdasan Emosional Remaja


kelas X di SMKN 1 Glagah Banyuwangi Tahun 2019.

Kecerdasan
Emosional Tinggi Sedang Rendah Total
Ling
kungan N % N % N % N %
sekolah
Sangat Baik - - 1 3% - - 1 3%
Baik 7 23% 10 33% - - 17 57%
Tidak Baik 2 7% 10 33% - - 12 40%
Total 9 30% 21 70% - - 30 100%

Dari tabel 5.1 di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar responden

berkategori lingkungan sekolah baik sebanyak 17 anak (57%). Sedangkan responden

yang memiliki kecerdasan emosional sedang sebanyak 21 anak (70%)

5.1.3.4 Analisa Statistik

Correlations

Lingkungan Kecerdasan
Sekolah Emosional

Spearman's rho Lingkungan Sekolah Correlation Coefficient 1.000 .611**

Sig. (2-tailed) . .000

N 30 30

Kecerdasan Emosional Correlation Coefficient .611** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Analisa statistik yang digunakan untuk menguji hubungan kedua variabel

penelitian adalah uji rank spearman dengan hasil SPSS ρ= 0,000. Sehingga dapat
61

disimpulkan bahwa ρ= 0,000 < α=0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti

ada hubungan yang signifikan antara lingkungan sekolah dengan kecerdasan emosional

remaja kelas X di SMKN1 Glagah Banyuwangi tahun 2019. Tingkat keeratan dari hasil

tersebut adalah 0,611 yang artinya memiliki keeratan yang kuat.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Lingkungan sekolah

Berdasarkan data hasil penelitian pada diagram 5.3 diketahui bahwa dari 30

responden tersebut terdapat hasil lingkungan sekolah baik sebanyak 17 anak

(57%).

Dari indikator lingkungan sekolah sosial dan nonsosial menurut Muhibbin

Syah (2013). Dimana yang termasuk dalam lingkungan sosial sekolah adalah guru,

staf dan teman sebayanya dan yang termasuk dalam lingkungan nonsosial sekolah

adalah fasilitas dan sarana prasana yang di gunakan. Rata-rata anak sekolah

menghabiskan waktu 7 jam sehari. (Sarwono, 2002 dalam Woro Priatini dkk.,

2008: 44). Hal ini berarti sepertiga waktunya dihabiskan disekolah, melalui

lingkungan sekolah seperti guru, teman sebaya, sarana prasarana dan

ekstrakurikuler yang ada dapat membuat lingkungan sekolah menjadi baik.

Peneliti telah mendapatkan hasil berdasarkan perhitungan kuesionare yang

sudah diisi oleh responden. Pada kuesionare lingkungan sekolah dengan rentang

skor tertinggi yaitu antara 90-100 terdapat pada soal no 1, 3, 4, 7, 8, 9, 17, dan 21.

Dimana soal tersebut membahas tentang lingkungan sosial dan non sosial sekolah.

Dengan demikian menurut peneliti sekolah telah memberikan fasilitas yang

memadai guna mendukung belajar siswa.


62

Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa lingkungan sekolah

yang baik menurut siswa adalah lingkungan sekolah yang memiliki fasilitas dan

sarana prasarana yang memadai dan mendukung kegiatan belajar disekolah.

Seperti ruang kelas yang nyaman dan aman dengan fasilitas AC, LCD Proyektor,

taman, laboratorium, ruang praktek, dan hotspot area yang dapat dengan mudah

diakses oleh para siswa, dan lingkungan di sekolah yang kondusif. Dengan begitu

siswa dapat dengan mudah menambah wawasan dengan memanfaatkan fasilitas

yang ada. Selain itu kegiatan ekstrakurikuler yang berjalan adalah pramuka.

Dimana dengan pramuka siswa dapat lebih aktif dan kreatif. Selain itu siswa dapat

berinteraksi dengan alam seperti lingkungan sekitar dan interaksi dengan teman

sebaya juga pembina pelatih pramuka disekolahnya.

5.2.2 Kecerdasan Emosional

Berdasarkan diagram 5.4 diketahui bahwa sebagian besar responden

memiliki kecerdasan emosional yang sedang yaitu sejumlah 21 remaja (70%).

Kecerdasan emosi atau Emotional Intelligent adalah kemampuan seseorang

mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life

with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the

appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran

diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial (Goleman,

2009). Menurut Harmoko (2010), Kecerdasan emosi dapat diartikan kemampuan

untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk

memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan

dengan orang lain. Jelas bila seorang individu mempunyai kecerdasan emosi
63

tinggi, dapat hidup lebih bahagia dan sukses karena percaya diri serta mampu

menguasai emosi atau mempunyai kesehatan mental yang baik. Remaja yang

memiliki kecerdasan emosional sedang dapat diartikan bahwa remaja tersebut

dapat menngekspresikan emosinya dengan tepat dan dapat membina hubungan

dengan orang lain secara baik.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosional salah

satunya adalah jenis kelamin menurut Goleman (2009). Dalam suatu penelitian

yang dilakukan oleh Hardini (2016) terdapat perbedaan kecerdasan emosional

pada remaja laki-laki dan perempuan. Remaja perempuan lebih cenderung lebih

terpengaruh dan menunjukan sikap emosionalnya daripada laki-laki. Hasil

penelitian tersebut mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Katyal

dan Awasthi (2005) tentang perbedaan kecerdasan emosional yang ditinjau dari

jenis kelamin pada remaja di Chandigarth, yang menunjukan bahwa kecerdasan

emosional perempuan lebih tinggi daripada kecerdasan emosional remaja laki-laki.

Berdasarkan diagram 5.1 terdapat hasil bahwa sebagaian besar responden

laki-laki sebanyak 2I orang dari hasil keseluruhan yang memiliki kecerdasan

emosional sedang. Hal ini mungkin dikarenakan mayoritas siswa yang terdapat

pada sekolah tersebut adalah laki-laki. Laki-laki lebih mungkin menunjukan

kemarahannya kepada orang lain ketika mereka merasa telah ditantang. Perbedaan

emosional laki-laki dan perempuan yang sering muncul yaitu menyoroti peran

sosial dan hubungan dengan orang lain. Sebagai contoh perempuan lebih mungkin

mendiskusikan emosi dalam hal hubungannya dengan orang lain. Mereka juga

lebih mungkin untuk mengekspresikan rasa takut dan sedih (Santrock, 2014). Akan
64

tetapi perbedaan kecerdasan emosional tersebut salah satunya dapat dipengaruhi

oleh pola interaksi guru terhadap siswa dan siswinya. Terkadang tanpa sadar guru

memberikan perlakuan yang berbeda antara siswa dan siswi (Herdiansyah, 2016)

Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa sebagian besar remaja berusia

16 tahun sebanyak 15 siswa dengan kategori kecerdasan emosional sedang. Dalam

hal ini remaja mempunyai arti luas yang mencangkup kematangan mental,

emosional, sosial, dan fisik. Perubahan emosi yang terjadi pasa usia remaja

merupakan keadaan yang labil. Keadaan seperti ini menyebabkan remaja gagal

dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dan tidak mampu menghadapi

tekanan-tekanan dari lingkungan (Hurlock, 2011).

Hal ini juga didukung dari hasil kuesioner yang menunjukan bahwa sebagian

besar responden memiliki kecerdasan emosional sedang. Ditunjukan dari hasil

perhitungan bahwa rentang nilai antara 90-100 terdapat pada soal no. 1, 7, 9, 14,

19, 20, dan 24. Dimana soal tersebut menunjukan bahwa remaja mampu

mengambil tindakan dan bangkit setiap kali mengalami kesedihan dan kegagalan

dari lingkungan.

5.2.3 Hubungan lingkungan sekolah dengan kecerdasan emosional remaja kelas X

di SMKN 1 Glagah Banyuwangi.

Dari hasil penelitian yang telah di crosstabulasi didapatkan hasil hitungan

dengan menggunakan SPSS, nilai ρ dengan dk=30 adalah 0.000 dan α adalah 0.05.

Dapat disimpulkan bahwa ρ = 0.000 < α = 0.05 maka Ha diterima dan Ho ditolak

yang berarti ada hubungan yang signifikan antara lingkungan sekolah dengan

kecerdasan emosional remaja kelas X di SMKN 1 Glagah Banyuwangi Tahun


65

2019. Tingkat keeratan dari hasil tersebut adalah 0,611 yang artinya memiliki

keeratan yang kuat.

Dalyono (2015) mengemukakan bahwa lingkungan sekolah merupakan salah

satu faktor yang turut mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak

terutama untuk kecerdasan anak. Berdasarkan pendapat yang telah disebutkan,

dapat diartikan bahwa lingkungan sekolah yaitu seluruh kondisi yang ada di

lembaga pendidikan formal yang melaksanakan program pendidikan agar dapat

mengembangkan potensi peserta didik. Seluruh kondisi tersebut mencangkup

lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial yang berpengaruh dan bermakna bagi

pertumbuhan dan perkembangan siswa di sekolah baik fisik maupun

emosionalnya. Oleh karena itu lingkungan sekolah akan memberikan pengalaman

baru dalam belajar bagi para siswa.

Goleman menjelaskan kecerdasan emosi (Emotional Intelligence) adalah

kemampuan untuk mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain,

kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan

baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain (Nggermanto, 2008).

Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh

psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University

of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang

tampaknya penting bagi keberhasilan. Sementara itu perkembangan kecerdasan

emosi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor otak, faktor keluarga dan

faktor lingkungan sekolah (Goleman 2009). Kecerdasan emosional menuntut

pemilikan perasaan untuk belajar mengakui, menghargai pada diri dan orang lain
66

serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam

kehidupan sehari-hari. Pada intinya kecerdasan emosi merupakan komponen yang

membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosi.

Kecerdasan emosi seseorang tersebut dipengaruhi banyak faktor meliputi

faktor internal (individu); fisiologis (kesehatan badan, pancaindera, jenis kelamin,

usia, system limbic) dan psikologis (IQ, temperamen, motivasi), dan

eksternal/lingkungan sekolah (sosial dan nonsosial), informal (sosial ekonomi,

pendidikan, dan pola asuh orang tua), dan non formal (sosial dan budaya). Salah

satu faktor eksternal yang dapat berpengaruh besar terhadap perkembangan emosi

anak ialah lingkungan sekolah.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulansari (2014)

menunjukkan lingkungan sekolah memiliki pengaruh yang besar kecerdasan

emosional siswa. Selain itu berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa

lingkungan sekolah yang digunakan seperti lingkungan sosial sekolah dan

nonsosial sekolah yang kondusif dapat mempengarui kecerdasan emosional.

Lingkungan sosial sekolah merupakan guru, staf dan teman sebaya dikelas

sedangkan lingkungan nonsosial adalah fasilitas dan sarana dan prasarana yang

memadai.

Dari hasil Crosstabulasi Lingkungan sekolah yang baik mampu menghasilkan

kecerdasan emosional yang baik, dikarenakan berbagai faktor yang

mempengaruhi. Yaitu salah satunya lingkungan sosial sekolah dimana hubungan

siswa dengan guru, siswa dengan staf di sekolah, dan siswa dengan teman
67

sebayanya disekolah. Dari interaksi tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan

dan perkembangan remaja termasuk emosionalnya.

Namun biasanya lingkungan sekolah tida peduli dengan kecerdasan

emosional siswanya. Bahkan sekolah meremehkan kecerdasan emosinal remaja

atau siswanya karena tidak akan berpengaruh pada remaja. Anggapannya adalah

remaja masih terlalu muda dan masih belum mengerti. Anggapan seperti ini adalah

sikap yang salah besar karena remaja yang baik memiliki kemampuan mengontrol

emosinya dengan baik dan tida melakukan hal-hal yang dapat melanggar aturan.

Memang saat itu remaja tidak langsung mengungkapkan apa yang dirasakan atau

dialami, namun suatu saat bisa saja remaja akan mengungkapkan dan

mengekspresikan memori yang pernah disimpannya. Tentunya ini akan menjadi

masalah manakala remaja melakukan atau mengekspresikan ke dalam hal yang

negatif.

Dari hasil diatas diketahui adanya hubungan yang signifikan antara

lingkungan sekolah dengan kecerdasan emosional remaja kelas X di SMKN 1

Glagah Banyuwangi, hal ini dikarenakan banyak faktor. Dari hasil penelitian

lingkungan sekolah dapat mempengaruhi kecerdasan emosional remaja,

dikarenakan faktor lingkungan sekolah seperti, lingkungan sekolah sosial dan

nonsosial. Lingkungan sekolah merupakan lingkungan pendidikan kedua setelah

keluarga dirumah yang merupakan tempat seorang anak dalam menuntut ilmu,

sehingga bagaimana sekolah menciptakan lingkungan yang kondusif pada remaja

atau siswa yang akan mempengaruhi kecerdasan emosionalnya. Karena

kecerdasan emosional akan menentukan kesuksesan remaja dimasa depan.

Anda mungkin juga menyukai