A. Latar Belakang
yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan yang sehat, memiliki
pada status kesehatan yang buruk dan mortalitas di kalangan anak berusia
(ISPA) atau Acute Respiratory Infection (ARI) baik yang disebabkan oleh bakteri
menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran napas mulai hidung sampai
2012).
Indonesia adalah mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Salah satu faktor utama
yang berperan penting dalam mewujudkan Indonesia Sehat 2010, dan sesuai
Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA) dan Angka
Kematian Anak (AKA). Target yang diharapkan dicapai pada tahun 2015 untuk
1
2
angka kematian balita adalah 32 per 1.000 kelahiran hidup (Prasetyawati, 2011).
salah satu Negara yang mempunyai jumlah penduduk sebesar 241.182.182 jiwa.
disebabkan oleh penurunan daya tahan tubuh maupun karena penyakit kronik
dan akut. Hal ini pun terjadi pada anak balita yang kehidupannya sangat rentan
oleh penyakit.
menempati urutan pertama penyebab 32,1% kematian bayi pada tahun 2009,
serta penyebab 18,2% kematian pada balita pada tahun 2010 dan 38,8% tahun
2011. Selain itu ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di
rumah sakit. Berdasarkan data dari P2 program ISPA tahun 2009 cakupan
penderita ISPA melampaui target 13,4%, hasil yang di peroleh 18.749 kasus
sementara target yang ditetapkan hanya 16.534 kasus. Survey mortalitas yang
Kematian akibat ISPA lebih di dominasi balita usia 1-4 tahun yaitu lebih
dari 2 juta kematian tiap tahunnya, ini juga berarti 1 dari 5 orang balita di dunia
meninggal setiap harinya. Dari seluruh kasus kematian balita usia 1-5 akibat
menempati peringkat keenam dengan jumlah kasus ISPA sebanyak 6 juta kasus
angka kematian bayi di atas 40 per 1.000 kelahiran hidup adalah 15%-20%
pertahun pada golongan usia balita. Kejadian pneumoni di Indonesia pada balita
diperkirakan antara 10% sampai dengan 20% pertahun. Menurut WHO kurang
lebih 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar
menempati prevalensi tertinggi pada balita yaitu lebih dari 35%. (RISKESDAS,
2010).
tertinggi terjadi pada bayi dua tahun (>35%). Jumlah balita dengan ISPA di
Indonesia pada tahun 2011 adalah lima diantara 1.000 balita yang berarti
perbulan atau 416 kasus sehari atau 17 balita perjam atau seorang balita perlima
(41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa
(25,0%) tidak jauh berbeda dengan 2007 (25,5%), sedangkan ISPA yang terjadi
Di Kalimantan Barat pada tahun 2007 angka kematian balita kasus ISPA
adalah 59 orang dari 1.000 balita. Pada tahun 2009 terdapat 10.584 kasus ISPA,
pada anak balita terdapat 5.953 kasus ISPA yang tersebar pada puskesmas dan
terdapat 4.490 kasus pada balita yang terkena ISPA (Profil Dinas Kesehatan
Singkawang 2013).
Hasil survey awal dilapangan kasus ISPA pada balita dari bulan
466 balita yang terkena ispa. Kasus ispa ini merupakan peringkat pertama dari
beberapa Ibu menganggap Ispa adalah penyakit yang biasa terjadi pada balita.
rendah atau SD. Hal ini terlihat dari data tingkat pendidikan Ibu sebagian besar
pengetahuan Ibu yang pada akhirnya akan berpengaruh pada sikap dan perilaku
masyarakat terkecil. Oleh sebab itu, untuk mencapai perilaku masyarakat yang
sasaran utama dalam promosi kesehatan pada tatanan ini. Karena orang tua,
mereka.
suatu penelitian yaitu “Gambaran Sikap dan Perilaku Ibu dalam Upaya
B. Rumusan Masalah
ISPA pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Singkawang Selatan Tahun 2014.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran Sikap dan
Perilaku Ibu dalam Upaya Penanganan ISPA pada Balita di Wilayah Kerja
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
Sebagai bahan masukan kepada ibu yang mempunyai anak balita untuk
2. Bagi Peneliti
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menjadi masukan atau sumber
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi penelitian atau
E. Keaslian Penelitian