Anda di halaman 1dari 13

Kata Pengantar

Segala puji hanya milik Allah SWT.Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW.Berkat limpahandan rahmat-Nya.penyusun mampu menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Peran Agama Dalam Keperawatan”.
Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah agama di STIKES MUHAMMADIYAH MANADO.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memahami Tinjauan agama dalam
keperawatan paliatif yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber
informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai
rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun
dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepad apembaca khususnya para mahasiswa STIKES
MUHAMMADIYAH MANADO. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Untukitu, kepada dosen pembimbing saya meminta masukannya
demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca.

Manado, 28 oktober 2019

penyusun
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan...............................................................................

1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................. .....


1.2 Rumusan Masala................................................................................... .....
1.3 Tujuan ......................................................................................................
1.4 Manfaat.....................................................................................................

Bab II Pembahasan...............................................................................
A.Pengertian Agama.........................................................................................
B.Perkembangan Keperawatan Dalam Keperawatan......................................
C.Pelayanan dan aplikasi keperawatan dalam agama.........................................

Bab III Konsep......................................................................................


1.Konsep Teori...................................................................................................
2.Prinsip-prinsip Paliative Care...........................................................................
3.Layanan Palliative Care....................................................................................
4.Peran Spiritual Dalam Paliative Care...............................................................

Bab IV Penutup.................................................................................................
A.Kesimpulan........................................................................................................
B.Saran..................................................................................................................

Daftar Pustaka......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Peran agama dalam keperawatan adalah topik yang jarang untuk dibahas, padahal
kita tahu hal ini sangat berpengaruh didalam pelayanan, hal ini terbukti dengan didalam
keperawatan kita juga mengenal tentang kebutuhan spiritual (walaupun tidak benar-benar
dapat disamakan dengan agama).Tapi kali ini saya hanya ingin membagi ide atau pemikiran
saya, bukan tentang pemenuhan kebutuhan spiritual,tetapi yang berhubungan dengan
pendidikan agama bagi keperawatan.
Dalam kehidupan profesional, tiap cabang ilmu keperawatan tentu sudah mempunyai
patokan tentang apa yang harus dan tidak boleh dilakukan. Selain itu juga ada mata kuliah
etika keperawatan yang tentu saja diharapkan dapat menumbuhkan sikap profesional sesuai
dengan tuntutan dunia keperawatan, yang tentu saja diharapkan dengan ini sudah cukup
untuk membentuk mahasiswa yang siap pakai dan terampil dan bahkan bisa dikatakan
tindakannya sesuai dengan tuntutan etika dalam keperawatan yang pengertiannya tidak jauh
beda dengan akhlak. Karena kalau kita berbicara tentang akhlak yang mulia, mengapa
pembentukannya harus dilakukan dibangku kuliah. Bukankah dengan pendidikan etika
keperawatan saja sudah cukup,Karena itu mengapa agama tetap diajarkan dibangku kuliah.
Agama tetap penting untuk diajarkan, karena untuk menekan)kan aspek tertentu bagi
masyarakat kita peran agama sangat besar, tinggal bagaimana pemanfaatannya yang perlu
dibenahi. Bila mata kuliah agama hanya mengajarkan agama secara umum saja yang tidak
mengena dengan kehidupan profesional, maka menurut saya tidak ada gunanya dan jadinya
hanya formalitas mengajarkan agama, karena tidak mau disebut sebagai institusi yang tidak
mengajarkan akhlak pada mahasiswa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa guna agama dalam keperawatan Paliatif ?
2. Pengertian Agama yang ada di Indonesia ?
3. Apa Pengertian Keperawatan paliatif dalam masing-masing agama ?
4.Apa pelayanan dan aplikasi agama dalam keperawatan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui guna agama dalam keperawatan paliatif
2. Untuk mengerti agama yang ada di Indonesia ?
3. Untuk mengerti keperawatan paliatif dalam masing-masing agama?

1.4 Manfaat
1.Mengetahui manfaat agama dalam keperawatan.
2. Menerapkan ilmu keperawatan dengan akhlak yang baik dalam agama.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Agama
Agama adalah keyakinan yang dianut oleh individu dalam pedoman hidup mereka
yang dianggap benar.Agama sangat menghargai seorang petugas kesehatan karena petugas
ini adalah petugas Kemanusiaan yang sangat mulia. Dalam Ensiklopedi Indonesia dijelaskan
pula tentang agama sebagai berikut. Agama (umum), manusia mengakui dalam agama
adanya Yang Suci; Manusia itu insyaf bahwa ada suatu kekuasaan yang memungkinkan dan
melebihi segala yang ada. Kekuasaan inilah yang dianggap sebagai asal atau Khalik segala
yang ada. Maka Tuhan dianggap oleh manusia sebagai tenaga gaib di seluruh dunia dan
dalam unsur-unsurnya atau sebagai khalik rohani. Pengertian agama dalam konsep Sosiologi
adalah: kepercayaan terhadap hal-hal yang spiritual; perangkat kepercayaan dan praktik -
praktik spiritual yang dianggap sebagai tujuan tersendiri; dan ideologi mengenai hal-hal yang
bersifat supranatural. Dalam konsepsi ini, agama memiliki peranan yang paling
penting dalam kehidupan manusia. Dalam kehidupan sosial, keberadaan lembaga
agamasangat mempengaruhi perilaku manusia. Dengan agama manusia dapat membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk.
Demikian pula definisi tentang religion, berkaitan dengan kepercayaan dan aktivitas
manusia yang biasanya dikenal seperti: kebaktian, pemisahan antara yang sakral dengan yang
profan, kepercayaan terhadap jiwa, kepercayaan terhadap dewa-dewa atau Tuhan,
penerimaan atas wahyu yang supranatural dan pencarian keselamatan. Dari beberapa definisi
tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa agama, religion (religi) din, maupun agama
masing-masing mempunyai riwayat dan sejarahnya sendiri. Namun dalam arti terminologis
dan teknis, ketiga istilah tersebut mempunyai makna yang sama, religion (bahasa
Inggris), religie (bahasa Belanda), din (bahasa Arab), dan agama (bahasa
Indonesia).Mengenai arti kepercayaan , disamping berdimensi berpikir, maka manusia
berdimensi percaya. Percaya adalah sifat dan sikap membenarkan sesuatu, atau menganggap
sesuatu sebagai kebenaran. Menurut Prof. Pudjawijatna ada kemungkinan seseorang
mempunyai keyakinan akan kebenaran bukan karena penyelidikan sendiri, melainkan atas
pemberitahuan pihak lain. Bila seorang ahli astronomi mengatakan bahwa pada tanggal
tertentu akan terjadi gempa bumi, kita yakin bahwa pemberitahuan itu benar, dan setelah
diberitahu tentang hal itu, maka kita tahu akan adanya kebenaran. Pengetahuan yang
demikian disebut kebenaran.
Pengertian agama atau definisi agama dalam jagad pemikiran Barat, telah
mengundang perdebatan dan polemik tak berkesudahan. Baik dibidang filsafat agama,
teologi, sosiologi, antropologi, maupun ilmu perbandingan agama. Sehinggga sangat sulit
bahkan nyaris mustahil untuk mendapatkan definisi agama yang bisa disepakati dan diterima
semua pihak. Wilfred Cantwell Smith misalnya menyatakan: terminologi (agama) luarbiasa
sulitnya didefinisikan. paling tidak dalam beberapa dasawarsa terakhir ini terdapat beragam
definisi yang membingungkan dan tak dapat diterima secara luas.....Oleh karenanya, istilah
ini harus dibuang dan ditinggalkan untuk selamanya." (Wilfred cantwell smith: The meaning
and end of Religion (London, spk[1962] 1978) Pandangan Smith, jelas berlebihan, karena
istilah ini masih terus digunakan sampai hari ini. Lalu bagaimanakah pengertian agama yang
sebenarnya? Menurut Dr. Anis malik Thoha, untuk mendefinisikan agama, para ahli
menggunakan setidaknya tiga pendekatan. yakni pendekatan fungsi, institusi dan substansi.
Para pakar sosiologi dan antropologi cenderung mendefinisikan agama dari sudut fungsi
sosialnya. Sebagaimana yang dilakukan Durkheim, Robert N. Bellah, Thomas Luckemann,
dan Clifortz Geertz. Para ahli sejarah sosial (social history) cenderung mendefinisikan agama
sebagai sebuah institusi historis. Yakni suatu pandangan hidup yang institutionalized, dengan
melihat latar belakang kelahiran agama yang kemudian semakin karakteristik mengikuti alur
kesejarahan. Sedang kebanyakan pakar teologi, fenomenologi dan sejarah agama cenderung
melihat dari aspek substansinya yang sangat asasi, yakni sesuatu yang sakral, mengenai
hubungan Tuhan dengan makhluknya.Bila dikaji lebih dalam, tiga pendekatan di atas adalah
saling melengkapi untuk mendapatkan definisi atau pengertian agama yang utuh sebagaimana
definisi agama menurut Islam yang diambil dari Hadist "Jibril".
Dimana Jibril As. mendatangi Muhammad saw yang sedang bersama para sahabatnya.
Jibril bertanya tentang iman, Islam dan ihsan. Dan Muhammad Saw. menjawab semua
pertanyaan itu dengan benar berupa apa yang dikenal sebagai rukun iman, rukun islam, dan
ihsan. Setelah Jibril berlalu, Muhammad Saw berkata:
”Itu adalah Jibril yang mengajarkan manusia tentang din (agama) mereka.”. ( HR Bukhari
dan Muslim )
Dari hadis itu, dapat diambil kesimpulan bahwa agama (din) adalah sistem
pengabdian pada Tuhan yang meliputi iman (substansi), seperangkat hukum Tuhan/syariat
(institusi) dan ihsan/akhlak (fungsi). Sebuah pengertian agama yang solid dan komprehensif.

B.Perkembangan Keperawatan Dalam Keperawatan

1.Perkembangan Keperawatan dalam Islam


Islam adalah salah satu agama yang diakui keberadaaannya di Indonesia. Jumlah
penganut agama Islam di Indonesia sangat banyak dibandingan penganut agama non Islam.
Islam adalah agama yang benar disisi Allah dan hamba-hambanya, sehingga Allah
menurunkan Al-Qur’an untuk menjadi pedoman hidup bagi manusia(muslim) khusus untuk
umat Nabi Muhammad Saw. Didalam Al-Qur’an ada ayat yang menerangkan bahwa salah
satu tujuan diturunkannya Al-Qur’an adalah sebagai obat dan rohmat bagi orang – orang
mukmin. Misalnya dengan ilmu8 kesehatan, ilmu ini zaman nabi pun ada tapi belum semaju
sekarang karena adanya pengaruh globalisasi. Tokoh Islam yang terkenal di dunia kesehatan
salah satunya yaitu Ibnu Sina.Islam sangat menyarankan untuk selalu menjaga kesehatan
karena dengan jiwa yang sehat akan mempermudah sekali kita untuk beribadah kepada Allah
karena tujuan kita diciptakan adalah untuk beribadah kapada-Nya.Islam menaruh perhatian
yang besar sekali terhadap dunia kesehatan dan keperawatan guna menolong orang yang sakit
dan meningkatkan kesehatan. Kesehatan merupakan modal utama untuk bekerja, beribadah
dan melaksanakan aktivitas lainnya. Ajaran Islam yang selalu menekankan agar setiap orang
memakan makanan yang baik dan halal menunjukkan apresiasi Islam terhadap kesehatan,
sebab makanan merupakan salah satu penentu sehat tidaknya seseorang.

"Wahai sekalian manusia, makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
bumi. Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa yang baik-baik yang Kami
rezekikan kepadamu" (QS al-Baqarah: l68, l72).

Makanan yang baik dalam Islam, bukan saja saja makanan yang halal, tetapi juga
makanan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan, baik zatnya, kualitasnya maupun ukuran
atau takarannya. Makanan yang halal bahkan sangat enak sekalipun belum tentu baik bagi
kesehatan.Sebagian besar penyakit berasal dari isi lambung, yaitu perut, sehingga apa saja isi
perut kita sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Karena itu salah satu resep sehat Nabi
Muhammad SAW adalah memelihara makanan dan ketika makan, porsinya harus
proporsional, yakni masing-masing sepertiga untuk makanan, air dan udara (HR. Turmudzi
dan al-Hakim)..Anjuran Islam untuk hidup bersih juga menunjukkan obsesi Islam untuk
mewujudkan kesehatan masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan, dan kebersihan
dipandang sebagai bagian dari iman. Itu sebabnya ajaran Islam sangat melarang pola hidup
yang mengabaikan kebersihan, seperti buang kotoran dan sampah sembarangan, membuang
sampah dan limbah di sungai/sumur yang airnya tidak mengalir dan sejenisnya. Islam sangat
menekankan kesucian (al-thaharah), yaitu kebersihan atau kesucian lahir dan batin. Dengan
hidup bersih, maka kesehatan akan semakin terjaga, sebab selain bersumber dari perut
sendiri, penyakit seringkali berasal dari lingkungan yang kotor.
Islam juga sangat menganjurkan kehati-hatian dalam bepergian dan menjalankan
pekerjaan, dengan selalu mengucapkan basmalah dan berdoa. Agama sangat melarang
perilaku nekad dan ugal-ugalan, seperti bekerja tanpa alat pengaman atau ngebut di jalan raya
yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan” (al-Baqarah:: l95).

Hal ini karena sumber penyakit dan kesakitan, tidak jarang juga berasal dari pekerjaan
dan risiko perjalanan. Sekarang ini kecelakaan kerja masih besar disebabkan kurangnya
pengamanan dan perlindungan kerja. Lalu lintas jalan raya; darat, laut dan udara juga
seringkali diwarnai kecelakaan, sehingga kesakitan dan kematian karena kecelakaan lalu
lintas ini tergolong besar setelah wabah penyakit dan peperangan.Jadi walaupun seseorang
sudah menjaga kesehatannya sedemikian rupa, risiko kesakitan masih besar, disebabkan
faktor eksternal yang di luar kemampuannya menghindari. Termasuk di sini karena faktor
alam berupa rusaknya ekosistem, polusi di darat, laut dan udara dan pengaruh global yang
semakin menurunkan derajat kesehatan penduduk dunia. Karena itu Islam memberi
peringatan antisipatif: jagalah sehatmu sebelum sakitmu, dan jangan abaikan kesehatan,
karena kesehatan itu tergolong paling banyak diabaikan orang. Orang baru sadar arti sehat
setelah ia merasakan sakit.
2.Perkembangan Keperawatan Masa Penyebaran Kristen
Agama Kristen juga memiliki peranan yang sangat penting dalam keperawatan
dimana agama merupakan bagian utama yang tidak bias dipisahkan dari kehidupan
seseorang. Dalam hal ini baik yang merawat maupun yang dirawat. Agama Kristen
memandang bahwa seseorang yang sakit itu sebagai bentuk dari pertobatan. Maka dari itu
dalam merawat seseorang harus memiliki iman yang kuat dalam niatnya.Tindakan medis
dalam dunia keperawatan tidak menyertakan tuhan maka tindakan-tindakan yang dilakukan
menjadi tidak terarah dan tidak akan tercapai sesuai dengan harapan yang kita inginkan.
3.Perkembangan keperawatan dalam Agama Budha
Agama budha mengajarkan kepada semua umatnya untuk menghargai makhluk hidup
tanpa terkecuali dari sudut pandang itulah pemberian askep harus sesuai ajaran agama budha.
Karena apabila tidak terpenuhi maka klien merasa tidak puas atas pelayanan perawat.
4.Perkembangan Keperawatan dalam Agama hindu
Dalam ajaran agama hindhu terdapat upacara manusia yajna. Upacara tersebut untuk
membersihkn diri lahir batin serta memelihara secara rohaniah hidup manusia. Jika umat
hindhu ada yang sakit dilakukan tradisi melukat sebagai sarana pembersihan diri dan pikiran
untuk membuang sial biasanya juga diikuti mandi kelaut.

C. Pelayanan dan aplikasi keperawatan dalam agama

1.Definisi Pelayanan Keperawatan


Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam meningkatkan derajat
kesehatan. Melalui sistem ini tujuan pembangunan kesehatan dapat tercapai dengan efektif,
efisien dan tepat sasaran.
2.Sistem Pelayanan Kesehatan
Keberhasilan sistem pelayanan keehatan tergantung dari berbagai komponen yang
masuk dalam pelayanan kesehatan. Sistem terbentuk dari subsistem yang saling berhubungan
dan saling mempengaruhi. Sistem terdiri dari: input, proses, output, dampak, umpan balik dan
lingkungan.
a Input
Merupakan sistem yang akan memberikan segala masukan untuk berfungsinya
sebuah sistem. Input pelayanan kesehatan meliputi: potensi masyarakat, tenaga dan
sarana kesehatan, dan sebagainya.
b.Proses
Merupakan kegiatan merubah sebuah masukan menjadi sebuah hasil yang
diharapkan dari sistem tersebut. Proses dalam pelayanan kesehatan meliputi berbagai
kegiatan dalam pelayanan kesehatan.
c.Output
Merupakan hasil yang diperoleh dari sebuah proses. Output pelayanan
kesehatan dapat berupa pelayanan yang berkualitas dan terjangkau sehingga
masyarakat sembuh dan sehat.
d.Dampak
Merupakan akibat dari output atau hasil suatu sistem, terjadi dalam waktu
yang relatif lama. Dampak sistem pelayanan kesehatan adalah masyarakat sehat,
angka kesakitan dan kematian menurun.
e.Umpan balik
Merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadi masukan. Terjadi dari sebuah
sistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Umpan balik dalam
pelayanan kesehatan dapat berupa kualitas tenaga kesehatan.
f.Lingkungan
Adalah semua keadaan diluar sistem tetapi dapat mempengaruhi pelayanan
kesehatan.
BAB III
KONSEP
1.Konsep Teori
Palliative Care (Perawatan palliative) bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien
dan keluarga mereka dalam menghadapi masalah/penyakit yang mengancam jiwa, melalui
pencegahan, penilaian sempurna dan pengobatan rasa sakit masalah, fisik, psikososial dan
spiritual (Kemenkes RI Nomor 812, 2007). Fokus perawatan palliative adalah peredaman
rasa sakit dan gejala serta stress akibat penyakit kritis seperti kanker stadium lanjut.
Perawatan palliative dapat dilakukan segera setelah diputuskan terapi yang akan diterima
klien bersifat palliative sampai pasien meninggal. Perawatan ini mencakup perawatan holistik
bagi pasien dan keluarganya, serta pemberian informasi terkini sehingga mereka dapat
mengambil keputusan ketika dihadapkan pada peristiwa anggota keluarganya akan
meninggal. Melalui pengawasan, keluarga maupun teman terdekat dapat membantu
memberikan perawatan paliative pada penderita. Perawatan spesialis berlanjut setelah
kematian pasien sampai anggota keluarga yang berduka telah memulai proses pemulihan.
Perawatan palliative merupakan kombinasi unik dukungan di rumah sakit, hospice, day-
centre (tempat perawatan lansia dan orang gangguan jiwa), dan di rumah masing-masing
untuk memenuhi kebutuhan individual pasien dan keluarganya. Apa Saja Ruang Lingkup
Kegiatan Paliative Care Jenis kegiatan perawatan palliative menurut Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia nomor 812/Menkes/sk/VII/2007 tentang kebijakan lingkup
kegiatan perawatan palliative,meliputi :

1. pengelolaan keluhan nyeri,


2. pengelolaan keluhan fisik lain,
3. asuhan keperawatan,
4. dukungan psikologis,
5. dukungan sosial, kultural dan spiritual,
6. dukungan persiapan dan selama masa duka cita (bereavement).

Perawatan palliative dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dan kunjungan
/rawat. Perawatan palliative dapat dilaksanakan melalui pendekatan sebagai
berikut, :
a. Menyediakan bantuan untuk rasa sakit dan gejala lain yang menganggu
klien.
b. Menegaskan hidup dan menganggap mati sebagai proses yang normal
c Tidak bermaksud untuk mempercepat atau menunda kematian
d. Mengintegrasikan aspek-aspek psikologis dan spiritual perawatan pasien
e. Meredakan nyeri dan gejala fisik lain yang mengganggu
f. Aspek medikolegal dalam Palliative Care
g. Masalah medikolegal lainnya pada perawatan pasien palliative

Tim Perawatan palliative bekerja berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh


Pimpinan Rumah Sakit, termasuk pada saat melakukan perawatan di rumah
pasien. Tindakan yang bersifat medis harus dikerjakan oleh tenaga medis, tetapi dengan
pertimbangan yang memperhatikan keselamatan pasien tindakan-tindakan tertentu
dapat didelegasikan kepada tenaga kesehatan non medis yang terlatih.Komunikasi
antara pelaksana dengan pembuat kebijakan harus dipelihara (Kepmenkes RI
Nomor: 812, 2007)
2.Prinsip-prinsip Paliative Care

Pelaksanaan palliative care tetap harus memperhatikan kode etik profesi, hak dan
kewajiban perawat dan pasien terutama menghormati atau menghargai martabat
dan harga diri dari pasien dan keluarga serta pemberian dukungan untuk caregiver,
karena masa-masa terminal merupakan masa yang sensitif untuk pasien dan
keluarganya. Palliative care merupakan accses yang competent dan compassionnet,
pengembangan secara professional dan soisial support sangat perlu dengan
pengembangan melalui penelitian dan pendidikan (Ferrell, & Coyle, 2007: 52)

3.Layanan Palliative Care

Pain Management : sekitar seperempat dari pasien yang menderita kanker stadium
lanjut mengalami rasa sakit yang luar biasa. Rasa sakit ini sering sulit untuk dikendalikan.
Kadangkala pengobatan yang bertujuan untuk meredam rasa sakit bisa menyebabkan banyak
efek samping. Tim spesialis hadir untuk membantu dan menangani bagaimana caranya untuk
mengurangi rasa sakit akibat kanker, serta membantu meminimalisir efek samping akibat
obat-obatan. Discharge & Home Care Planning : pasien dengan kanker stadium lanjut akan
menjadi sangat lemah dan membutuhkan perhatian lebih dari yang biasanya di rumah. Tim
spesialis dapat mengevaluasi kondisi pasien serta menentukan perawatan serta peralatan apa
saja yang akan dibutuhkan pasien di rumah. Mereka juga akan menghubungkan layanan-
layanan yang diperlukan untuk memberikan perawatan serta peralatan di rumah.
Advance Care Planning (ACP) adalah sebuah konsep baru yang mulai populer di
Amerika Serikat dan Australia. Tim spesialis dapat membantu pasien untuk merencanakan
dan mendokumentasikan keinginan pasien akan pengobatan medisnya, dan menunjuk
seseorang yang dapat menggantikan pasien dalam mengambil keputusan di masa yang akan
datang. End-of-life Care : Pasien dengan kanker stadium lanjut bisa menderita beragam
gejala pada masa masa akhir hidupnya. Gejala-gejala ini bisa membuat pasien beserta
anggota keluarga merasa tertekan. Tim spesialis dapat membantu dalam mengatasi gejala-
gejala ini sehingga pasien merasa lebih nyaman di tempat ia dirawat.
Paliative Care Plan : Paliative Care Plan dapat dilaksanakan dengan partnership
antara pasien, keluarga, orang tua, teman sebaya dan petugas kesehatan yang professional,
suport fisik, emosinal, pycososial, dan spiritual khususnya. Melibatkan pasien dalam
kebutuhan memahami gambaran dan kondisi penyakit terminalnya secara bertahap, tepat dan
sesuai. Menyediakan diagnostik atau kebutuhan intervensi terapeutik guna
memperhatikan/memikirkan konteks tujuan dan pengaharapan dari pasien dan keluarga
(Doyle, Hanks and Macdonald, 2003:42)

4.Peran Spiritual Dalam Paliative Care

Beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan dramatis dalam agama dan
keyakinan spiritual sebagai sumber kekuatan dan dukungan dalam penyakit fisik yang serius.
Profesional kesehatan yang memberikan perawatan medis menyadari pentingnya memenuhi
'kebutuhan spiritual dan keagamaan' pasien (Woodruff ,2004).
Sebuah pendekatan kasih sayang akan meningkatkan kemungkinan pemulihan atau
perbaikan. Dalam contoh terburuk, ia menawarkan kenyamanan dan persiapan untuk individu
melalui proses traumatis penyakit terakhir sebelum kematian (Doyle, Hanks and Macdonald,
2003 :101). Studi pasien dengan penyakit kronis atau terminal telah menunjukkan kejadian
insiden tinggi depresi dan gangguan mental lainnya. Dimensi lain menunjukkan bahwa
tingkat depresi sebanding dengan tingkat keparahan penyakit dan hilangnya fungsi tambahan.
Sumber depresi adalah sekitar isu yang berkaitan dengan spiritualitas dan agama.Pasien di
bawah perawatan palliative dan dalam keadaan seperti itu sering mempunyai keprihatinan
rohani yang berkaitan dengan kondisi mereka dan mendekati kematian (Ferrell & Coyle,
2007: 848).
Spiritual dan keprihatinan keagamaan dengan pasien biasanya bersinggungan dengan
isu sehari-hari penyakit yang tidak dapat disembuhkan, dengan orang tua dan mereka yang
menghadapi kematian yang akan datang. Kekhawatiran semacam itu telah diamati, bahkan
pada pasien yang telah dirawat di rumah sakit dengan penyakit serius non-terminal (Ferrell &
Coyle, 2007: 52). Studi lain telah menunjukkan bahwa persentase yang tinggi dari pasien di
atas usia 60 tahun menemukan hiburan dalam ketekunan bergama yang memberi mereka
kekuatan dan kemampuan untuk mengatasi kehidupan, sampai batas tertentu. Kekhawatiran
di saat sakit parah mengasumsikan berbagai bentuk seperti hubungan seseorang dengan
Allah, takut akan neraka dan perasaan ditinggalkan oleh komunitas keagamaan mereka.
Sering menghormati dan memvalidasi individu pada dorongan agama dan keyakinan adalah
setengah perjuangan ke arah menyiapkan mereka pada sebuah kematian yang baik (Ferrell &
Coyle, 2007: 1171 8).
Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya, dan
pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari
kehidupan. Banyak agama memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci yang
dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup dan / atau menjelaskan asal usul kehidupan
atau alam semesta. Dari keyakinan mereka tentang kosmos dan sifat manusia, orang
memperoleh moralitas, etika, hukum agama atau gaya hidup yang disukai. Menurut beberapa
perkiraan, ada sekitar 4.200 agama di dunia. Banyak agama yang mungkin telah
mengorganisir perilaku, kependetaan, definisi tentang apa yang merupakan kepatuhan atau
keanggotaan, tempat-tempat suci, dan kitab suci. Praktik agama juga dapat mencakup ritual,
khotbah, peringatan atau pemujaan tuhan, dewa atau dewi, pengorbanan, festival, pesta,
trance, inisiasi, jasa penguburan, layanan pernikahan, meditasi, doa, musik, seni, tari,
masyarakat layanan atau aspek lain dari budaya manusia. Agama juga mungkin mengandung
mitologi. Kata agama kadang-kadang digunakan bergantian dengan iman, sistem kepercayaan
atau kadang-kadang mengatur tugas; Namun, dalam kata-kata Émile Durkheim, agama
berbeda dari keyakinan pribadi dalam bahwa itu adalah "sesuatu yang nyata sosial" Émile
Durkheim juga mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas
kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Sebuah jajak pendapat
global 2012 melaporkan bahwa 59% dari populasi dunia adalah beragama, dan 36% tidak
beragama, termasuk 13% yang ateis, dengan penurunan 9 persen pada keyakinan agama dari
tahun 2005. Rata-rata, wanita lebih religius daripada laki-laki. Beberapa orang mengikuti
beberapa agama atau beberapa prinsip-prinsip agama pada saat yang sama, terlepas dari
apakah atau tidak prinsip-prinsip agama mereka mengikuti tradisional yang memungkinkan
untuk terjadi unsur sinkretisme.
Berdasarkan definisi yang dikutip dari Kamus besar Indonesia, Agama adalah
sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang
Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta
lingkungannya. Agama yang diakui di Indonesia ada 6 yakni Agama Islam, Kristen Protestan,
Katolik, Hindu, Buddha dan Kong Hu Cu. Pada era Order Baru, Agama yang diakui oleh
Pemerintah Indonesia hanya 5 yakni Agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Buddha.
Tetapi setelah era reformasi, berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) No. 6/2000,
pemerintah mencabut larangan atas agama, kepercayaan dan adat istiadat Tionghoa. Keppres
No.6/2000 yang dikeluarkan oleh Presiden Abdurrahman Wahid ini kemudian diperkuat
dengan Surat Keputusan (SK) Menteri Agama Republik Indonesia Nomor MA/12/2006 yang
menyatakan bahwa pemerintah mengakui keberadaan agama Kong Hu Cu di Indonesia.
BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
Keperawatan Paliatif tidak hanya berfokuskan kepada keperawatan pengelolaan
keluhan nyeri, pengelolaan keluhan fisik lain, maupun pemberian intervensi pada asuhan
keperawatan, dukungan psikologis, dukungan social saja tetapi kita tahu fungsi perawat
sebelumya yaitu salah satunya adalah holistic care pada keperawatan palliative yaitu kultural
dan spiritual, serta dukungan persiapan dan selama masa duka cita (bereavement).Berdasarka
penelitian-penelitian yang sudah ada ternyata peran aspek agama dalam keperawatan
paliative sangatlah penting dilihat dari psikologis pasien yang memerlukan dukungan dalam
menghadapi penyakitnya. Banyak penelitian juga mengatakan terapi yang menggunakan
keagamaan seperti ceramah, dakwah, siraman rohani, membaca doa-doa, berserah diri
kepada Tuhan TYE cukup membantu pada pasien palliative dalam mengurangi rasa cemas,
ataupun nyeri yang di alami.

B.Saran
Kami menyarankan bahwa kegiatan terapi menggunakan metode holistic keagamaan
atau mendekatkan kepada Tuhan sangatlah berdampak positif bagi kualitas hidup pada pasien
terminal, karena dengan rasa bersyukur, pasrah, menyadari bahwa kehidupan ini tidaklah
semua abadi pastilah semua mahluk hidup akan wafat pada akhirnya. Akan lebih
meringankan beban bagi pasien terminal baik secara psikologis dan fisiknya siap menerima
keadaanya sampai dengan akhir hayatnya. Dengan ini kelompok kami telah menyelesaikan
tugas perkuliahan tentang aspek agama pada keperawatan palliative, saran dan kritik
senantiasa sangat kami butuhkan dalam menyempurnakan makalah ini, untuk itu kami mohon
maaf jika ada kurang berkenanya baik dari penulisan kalimat, kata yang kurang dimengerti
Daftar Pustaka
Hidayanti Erna, dkk. 2016.” KONTRIBUSI KONSELING ISLAM DALAM
MEWUJUDKAN PALLIATIVE CARE BAGI PASIEN HIV/AIDS DI RUMAH SAKIT
ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG”. Vol. 19 No. 1, April 2016. Hlm. 113-132.

Semarang. http://e-journal.stain-pekalongan.ac.id/index.php/Religia/article/view/662
Riyadi Agus, 2014.” Dakwah TeRhaDaP Pasien: Telaah Terhadap Model
Dakwah Melalui sistem layanan Bimbingan Rohani islam di Rumah sakit”. Vol. 5, No.
2, Desember 2014.Semarang. http://ejournal.wiraraja.ac.id/index.php/JIK/article/view/119

Anda mungkin juga menyukai