Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KULIAH

MANAJEMEN EKSPLORASI

Oleh :
MASON HARRY ROY SINAGA
111.170.097
Kelas B

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
1. Pengertian Eksplorasi

 Eksplorasi bahan galian didefinisikan sebagai penyelidikan yang dilakukan


untuk mendapatkan suatu keterangan mengenai letak, sifat-sifat, bentuk,
cadangan, mutu serta nilai ekonomis dari endapan bahan galian. (Menurut
Dhadar ,1980).
 Eksplorasi adalah suatu aktivitas untuk mencari tahu keadaan suatu daerah,
ruang ataupun realm yang sebelumnya tidak diketahui keberadaannya,
sedangkan istilah eksplorasi geologi adalah mencari tahu tentang keadaan
suatu objek geologi yang umumnya berupa cebakan mineral.
(Koesoemadinata, 1995).
 Eksplorasi mineral merupakan suatu usaha ekonomi, sehingga pertimbangan
ekonomi adalah sangat penting. Dalam setiap kegiatan ekonomi perencanaan
teknis merupakan hal yang mutlak. Setiap usaha ekonomi memerlukan suatu
perencanaan yang cermat dari segi biaya dan perhitungan untung rugi. (Adjat
Sudrajat, 1999).
 Eksplorasi adalah Penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh
pengetahuan lebih banyak tentang keadaan, terutama sumber-sumber alam
yang terdapat di tempat itu; penyelidikan;penjajakan. (KBBI).
 Eksplorasi adalah pencarian endapan mineral berharga atau bahan bakar fosil.
Kegiatan ini meliputi penyelidikan geologi seperti penginderaan jauh, geologi
foto, geofisikia, geokimia, serta penyelidikan di permukaan dan bawah tanah
(Bates dan Jackson,1980)
 Tindakan mencari atau melakukan perjalanan dengan tujuan menemukan
sesuatu untuk mengidentifikasi, menentukan lokasi, ukuran, bentuk, letak,
sebaran, kuantitas dan kualitas suatu endapan bahan galian untuk kemudian
dapat dilakukan analisis/kajian kemungkinan dilakukannya penambangan.
(Tuzo Wilson, 1988).
 Proses kegiatan penyelidikan lapangan untuk penggalian informasi dan
pengumpulan data-data yang dilakukan dengan tujuan kepentingan penelitian
dan penyedian informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan (Andrew H.
White, 1997).
 Eksplorasi adalah kegiatan teknis ilmiah untuk mencari tahu suatu area,
daerah, keadaaan , ruang yang sebelumnya tidak diketahui keberadaan akan
isinya. Eksplorasi yang ilmiah akan memberikan sumbangan terhadap
khazanah ilmu pengetahuan. Eksplorasi tidak hanya dilakukan disuatu daerah,
dapat pula di kedalaman laut yang belum pernah dijelajah, ruang angkasa,
bahkan wawasan alam pikiran (eksloratin of the mind) (Koesoemadinata,
2000).
 Eksplorasi adalah tindakan atau mencari atau melakukan perjalanan dengan
tujuan menemukan sesuatu; misalnya daerah yang tak dikenal, termasuk
antariksa (penjelajahan angkasa), minyak bumi (explorasi minyak bumi), gas
alam, batu bara, mineral, gua, air, ataupun informasi (wikipedia).

2. Eksplorasi Timah
 Pengertian
Timah merupakan logam putih keperakan, logam yang mudah ditempa dan
bersifat fleksibel, memiliki struktur kristalin, akan tetapi bersifat mudah patah jika
didinginkan. Timah dibawah suhu 13,20C dan tidak memiliki sifat logam sama
sekali. Timah biasa disebut sebagai timah putih disebabkan warnanya putih
mengkilap, dan memiliki struktur kristal tetragonal. Tingkat resistansi
transformasi dari timah putih ke timah hitam dapat ditingkatkan dengan
pencampuran logam lain pada timah seperti seng, bismuth, atau gallium.
Timah tidak ditemukan dalam unsur bebasnya dibumi, akan tetapi diperoleh
dari senyawaannya. Timah pada saat ini diperoleh dari mineral cassiterite atau
tinstone. Mayoritas timah saat ini digunakan untuk membuat patri solder. Patri
solder adalah campuran timah dan timbal yang digunakan untuk menyambungkan
pipa dan membuat sirkuit elektronik. Timah juga digunakan sebagai pelapis untuk
melindungi logam lainnya seperti timbal, seng, dan baja dari korosi. Aplikasi lain
untuk timah termasuk paduan logam seperti perunggu dan timah, produksi kaca
menggunakan proses Pilkington, tempat pasta gigi, dan dalam pembuatan tekstil.
 Genesa Timah
Timah terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada
daerah sentuhan batuan endapan metamorf yang biasanya berasosiasi dengan
turmalin dan urat kuarsa timah, serta sebagai endapan sekunder, yang di dalamnya
terdiri dari endapan aluvium, eluvial, dan koluvium.
Genesis kehadiran timah bermula dengan adanya intrusi granit yang
diperkirakan ± 222 juta tahun yang lalu pada Masa Triassic Atas, magma yang
bersifat asam mengandung gas F dan Cl yang membawa unsur Sn (SnF4 dan
SnCl4 yang bersifat volatile) bereaksi dengan air meteoric (H2O), atau melalui
proses pneumatolitik hidrotermal menerobos bereaksi dengan air meteoric (H2O)
dan mengisi celah retakan yang ada, di mana terbentuk reaksi dasar:
SnF4 + H2O -> SnO2 + HF2 atau SnCl4 + 2H2O -> SnO2 + 4Cl2
Pada proses endapan timah melalui beberapa fase penting yang sangat
menentukan keberadaan timah itu sendiri, fase tersebut adalah, pertama adalah
fase pneumatolitik, selanjutnya melalui fase kontak pneumatolitik-hidrotermal
tinggi dan fase terakhir adalah hipotermal sampai mesotermal. Fase yang terakhir
ini merupakan fase terpenting dalam penambangan karena mempunyai arti
ekonomi, dimana larutan yang mengandung timah dengan komponen utama silica
(Si02) mengisi perangkap pada jalur sesar, kekar dan bidang perlapisan.Sampai
ini ada dua jenis utama timah yang berdasarkan proses terbentuknya yaitu timah
primer dan timah sekunder. Endapan timah primer pada umumnya terdapat pada
batuan granit daerah sentuhannya, sedangkan endapan timah sekunder
kebanyakan terdapat pada sungai-sungai tua dan dasar lembah baik yang terdapat
di darat maupun di laut. Produksi delapan puluh persen dari endapan timah
sekunder yang merupakan hasil proses pelapukan endapan timah primer,
sedangkan sisanya ada dua puluh persen berasal dari endapan timah primer itu
sendiri. kedua timah jenis tersebut dibedakan atas dasar proses terbentuknya
(genesa).
Tipe kuarsa-kasiterit dan greisen merupakan tipe mineralisasi utama yang
membentuk sumber daya timah putih pada jalur timah yang menempati
Kepulauan Riau hingga Bangka-Belitung. Jalur ini dapat dikorelasikan dengan
“Central Belt” di Malaysia dan Thailand (Mitchel, 1979).
Mineral utama yang terkandung di dalam bijih timah berupa kasiterit,
sedangkan pirit, kuarsa, zirkon, ilmenit, galena, bismut, arsenik, stibnit, kalkopirit,
xenotim, dan monasit merupakan mineral ikutan. Timah putih dalam bentuk
cebakan dijumpai dalam dua tipe, yaitu cebakan bijih timah primer dan sekunder.
Pada tubuh bijih primer, kandungan kasiterit terdapat pada urat maupun dalam
bentuk tersebar.
Proses oksidasi dan pengaruh sirkulasi air yang terjadi pada cebakan timah
primer pada atau dekat permukaan menyebabkan terurainya penyusun bijih timah
primer. Proses tersebut menyebabkan juga terlepas dan terdispersinya timah putih,
baik dalam bentuk mineral kasiterit maupun berupa unsur Sn.
Proses pelapukan, erosi, transportasi dan sedimentasi yang terjadi terhadap
cebakan bijih timah putih pimer menghasilkan cebakan timah sekunder, yang
dapat berada pada tanah residu maupun letakan sebagai endapan koluvial, kipas
aluvial, aluvial sungai maupun aluvial lepas pantai. Tubuh bijih primer yang
berpotensi menghasilkan sumber daya cebakan timah letakan ekonomis adalah
yang mempunyai dimensi sebaran permukaan erosi luas sebagai sumber dispersi.
Mineral yang terkandung di dalam bijih timah pada umumnya mineral
utama yaitu kasiterit, sedangkan pirit, kuarsa, zircon, ilmenit, plumbum, bismut,
arsenik, stibnite, kalkopirit, kuprit, xenotim, dan monasit merupakan mineral
ikutan. Sumber timah Indonesia merupakan bagian jalur timah Asia Tenggara
(The South East Tin Belt), jalur timah terkaya di dunia yang membentang mulai
dari selatan China, Thailand, Birma, Malaysia sampai Indonesia.

Berdasarkan tempat atau lokasi pengendapannya endapan bijih timah


sekunder dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Endapan Elluvial
Endapan elluvial adalah endapan bijih timah yang terjadi akibat
pelapukan secara intensif. Proses ini diikuti dengan disintegrasi batuan
samping dan perpindahan mineral kasiterit (Sn02) secara vertikal sehingga
terjadi konsentrasi residual.
Ciri-ciri endapan elluvial adalah sebagai berikut :
 Terdapat dekat sekali dengan sumbernya
 Tersebar pada batuan sedimen atau batuan granit yang telah lapuk
 Ukuran butir agak besar dan angular
2. Endapan Alluvial
Endapan bijih yang terjadi akibat proses transportasi sungai,
dimana mineral berat dengan ukuran butiran yang lebih besar diendapkan
dekat dengan sumbernya. Sedangkan mineral-mineral yang berukuran
lebih kecil diendapkan jauh dari sumbernya.
Ciri-cirinya :
 Terdapat di daerah lembah
 Mempunyai bentuk butiran yang membundar

3. Endapan Kollovial
Endapan bijih timah yang terjadi akibat peluncuran hasil pelapukan
endapan bijih timah primer pada suatu lereng dan terhenti pada suatu
gradien yang agak mendatar diikuiti dengan pemilahan.
Ciri-cirinya :
 Butiran agak besar dengan sudut runcing
 Biasanya terletak pada lereng suatu lembah

 Manfaat
Penggunaan timah untuk paduan logam telah berlangsung sejak 3.500 tahun
sebelum masehi, sebagai logam murni digunakan sejak 600 tahun sebelum masehi.
Kebutuhan timah putih dunia setiap tahun sekitar 360.000 ton. Logam timah putih
bersifat mengkilap, mudah dibentuk dan dapat ditempa (malleable), tidak mudah
teroksidasi dalam udara sehingga tahan karat. Kegunaan timah putih di antaranya
untuk melapisi logam lainnya yang berfungsi mencegah karat, bahan solder,
bahan kerajinan untuk cendera mata, bahan paduan logam, casing telepon
genggam. Selain itu timah digunakan juga pada industri farmasi, gelas, agrokimia,
pelindung kayu, dan penahan kebakaran. Timah merupakan logam ramah
lingkungan, penggunaan untuk kaleng makanan tidak berbahaya terhadap
kesehatan manusia. Kebanyakan penggunaan timah putih untuk pelapis/pelindung,
dan paduan logam dengan logam lainnya seperti timah hitam dan seng. Konsumsi
dunia timah putih untuk pelat menyerap sekitar 34% untuk solder 31%.
 Eksplorasi
Secara umum aliran kegiatan/eksplorasi endapan bahan galian dimulai
dengan kegiatan prospeksi atau eksplorasi pendahuluan yang meliputi kegiatan
persiapan di kantor (kompilasi foto udara, citra landast, GIS, peta-peta yang sudah
ada, atau laporan yang tersedia) sampai kepada survei geologi awal yang terdiri
dari peninjauan lapangan, pemetaan geologi regional, pengambilan contoh (scout
sampling) serta memetakan mineralisasi endapan untuk mengetahui apakah
kegiatan eksplorasi ini bisa dilanjutkan atau tidak.
Kegiatan selanjutnya adalah melakukan eksplorasi detail (rinci) yang meliputi
pemetaan geologi rinci serta pengambilan contoh dengan jarak yang relatif rapat
sesuai dengan sifat endapan bahan galian termaksud. Contoh-contoh yang
diperoleh kemudian dianalisis di laboratorium untuk ditentukan kadar, sifat fisik
lain yang menunjang kegiatan penambangan. Perhitungan cadangan dilakukan
dengan berbagai metode perhitungan yang sesuai untuk jenis endapan tertentu,
antara lain dengan cara area of influence, triagular grouping,cara penampang, cara
block system dan lain sebagainya. Secara konvensional sampai kepada cara
geostatistik (kriging). Kegiatan eksplorasi diawali dengan melakukan studi
pendahuluan, berupa studi literatur tentang genesa timah, keterdapatan, studi
fisiografis, lithologi dan stratigrafi daerah eksplorasi. Studi ini juga dilakukan
tinjauan kembali terhadap data pemboran yang telah dilakukan. Kemudian
dilakukan penetapan wilayah studi dan dibuat suatu program pemboran.

Singkapan cebakan timah putih primer tipe urat kuarsa-kasiterit, di Pulau


Singkep
Pendulangan pasir timah, dan penambangan menggunakan sekop (titik-titik
kehitaman di kejauhan), lepas pantai timur Pulau Singkep

3. Hubungan eksplorasi dan genesa Timah


Bagan alir kegiatan usaha pertambangan timah putih PT. Timah

 PENAMBANGAN
a. Penambangan Lepas Pantai
Penambangan Timah Lepas Pantai (laut lepas). Pada kegiatan penambangan
lepas pantai, perusahaan mengoperasikan armada kapal keruk untuk operasi
produksididaerah lepas pantai (off shore). Armada kapal keruk mempunyai
kapasitas mangkok (bucket) mulai dari ukuran 7 cuft sampai dengan 24 cuft.
Kapal keruk dapat beroperasi mulai dari kedalaman 15 meter sampai 50 meter di
bawah permukaan laut dan mampu menggali lebih dari 3,5 juta meter kubik
material setiap bulan. Setiap kapal keruk dioperasikan oleh karyawan yang
berjumlah lebih dari 100 karyawan yang waktu bekerjanya terbagi atas 3
kelompok dalam 24 jam sepanjang tahun.

Hasil produksi bijih timah dari kapal keruk diproses di instalasi pencucian
untuk mendapatkan kadar minimal 30% Sn dan diangkut dengan kapal tongkang
untuk dibawa ke Pusat Pengolahan Bijih Timah (PPBT) untuk dipisahkan dari
mineral ikutan lainnya selain bijih timah dan ditingkatkan kadarnya hingga
mencapai persyaratan peleburan yaitu minimal 70-72% Sn.
b. Penambangan Timah Darat - Gravel Pump
Penambangan darat dilakukan di wilayah daratan pulau Bangka Belitung,
tentunya system operasional yang digunakan tidaklah sama seperti pada wilayah
lepas pantai. Proses penambangan timah alluvial menggunakan pompa semprot
(gravel pump). Setiap kontraktor atau mitra usaha melakukan kegiatan
penambangan berdasarkan perencanaan yang diberikan oleh perusahaan dengan
memberikan peta cadangan yang telah dilakukan pemboran untuk mengetahui
kekayaan dari cadangan tersebut dan mengarahkan agar sesuai dengan pedoman
atau prosedur pengelolaan lingkungan hidup dan keselamatan kerja di lapangan.
Hasil produksi dari mitra usaha dibeli oleh perusahaan sesuai harga yang telah
disepakati dalam Surat Perjanjian Kerja Sama.
Pada daerah tertentu, penambangan timah darat menghasilkan wilayah sungai
besar yang disebut dengan kolong/danau. Kolong/danau itulah merupakan inti
utama cara kerja penambangan darat, karena pola kerja penambangan darat sangat
tergantung pada pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air dalam jumlah
besar. Sehingga bila kita lihat dari udara, penambangan timah darat selalu
menimbulkan genangan ari dalam jumlah besar seperti danau dan tampak
berlobang-lobang besar.
Produksi penambangan darat yang berada di wilayah Kuasa Pertambangan
(KP) perusahaan dilaksanakan oleh kontraktor swasta yang merupakan mitra
usaha dibawah kendali perusahaan. Hampir 80% dari total produksi perusahaan
berasal dari penambangan di darat mulai dari Tambang Skala Kecil berkapasitas
20 m3/jam sampai dengan Tambang Besar berkapasitas 100 m3/jam. Produksi
penambangan timah menghasilkan bijih pasir timah dengan kadar tertentu.
 PELEBURAN
Konsentrat hasil dari proses pemisahan mempunyai kadar Sn 72%,
selanjutnya dilebur pada smelter timah putih. Bijih timah setelah dipekatkan lalu
dipanggang sehingga arsen dan belerang dipisahkan dalam bentuk oksida-oksida
yang mudah menguap. Kemudian bijih timah yang sudah dimurnikan itu direduksi
dengan karbon. Timah cair yang terkumpul di dasar tanur kemudian dialirkan ke
dalam cetakan untuk memperoleh timah batangan.
Proses peleburan merupakan proses melebur bijih timah menjadi logam
Timah. Untuk mendapatkan logam timah dengan kualitas yang lebih tinggi, maka
harus dilakukan proses pemurnian terlebih dahulu dengan menggunakan suatu alat
pemurnian yang disebut crystallizer. Produk yang dihasilkan berupa logam timah
dalam bentuk balok atau batangan dengan sekala berat antara 16 kg sampai
dengan 26 kg per batang
 PEMASARAN
Pemasaran timah putih mencakup kegiatan penjualan dan pendistribusian
logam timah. Pendistribusian logam timah hampir 95% untuk memenuhi pasar di
luar negeri atau ekspor dan dan hanya sebesar 5% untuk memenuhi pasar
domestik. Negara tujuan ekspor logam timah putih antara lain adalah Jepang,
Korea, Taiwan, Cina dan Singapura, Inggris, Belanda, Perancis, Spanyol, Italia,
Amerika Serikat dan Kanada.

Harga timah yang semakin membaik, dan peluang Indonesia untuk menjadi
pengendali harga timah pada pasar dunia, serta meningkatnya status kadar rendah
menjadi ekonomis memberikan peluang prospektif bagi pengusahaan
pertambangan timah. Masih rendahnya konsumsi timah pada pasar domestik di
bandingkan ekspor, merupakan indikator bahwa pemanfaatan timah masih sebatas
penjualan bahan setengah jadi yang mempunyai nilai tambah belum optimal.
Indonesia sebagai produsen timah putih terbesar di dunia sangat berpeluang
mengembangkan industri dengan mengandalkan bahan timah putih, agar
didapatkan nilai tambah berganda berupa pengembangan sektor usaha ikutan yang
lain dan penciptaan lapangan kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Adjat Sudrajat,1999, TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN SUMBERDAYA


MINERAL, Penerbit ITB Bandung.
Andrew H.White,1997, MANAGEMEN OF MINERAL EKSPLORATION,
printed by RossCo Print, Preston, Victoria Australia.
Gondwana. 1981. PETROGENESA, MINERALISASI TIMAH PRIMER DAN
POLA STRUKTUR INTRUSI GRANIT KLABAT. Bangka Utara. PT
Timah – ITB.
Joko, Sabtanto Suprapto.-. POTENSI, PROSPEK DAN PENGUSAHAAN
TIMAH PUTIH DI INDONESIA. Kelompok Program Penelitian
Konservasi – Pusat Sumber Daya Geologi

Anda mungkin juga menyukai