Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH AIR, SUSU, AIR KELAPA DAN MIKROBA TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BUNCIS ( Phaseolus vulgaris L. )

Okta Latifa Zaqiah1, Qonita Nuraeni, Shara Rosa Camelia, dan Zakiah Nur Afifah
1
Biologi, Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Negeri Jakarta, Indonesia.

humas@unj.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Air, Susu, Air Kelapa, dan Mikrobakteri Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Buncis ( Phaseolus vulgaris L.)”. Rumusan masalah dari
artikel ini adalah “Bagaimana pengaruh kontrol-kontrol tersebut terhadap pertumbuhan dan hasil
dari tanaman buncis yang ditanam“. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengetahui teknik
penanaman tanaman buncis yang baik dan benar, (2) Mengetahui respon pertumbuhan tanaman
buncis terhadap pemberian air susu, air kelapa, dan mikroba, (3) Mengetahui dan menganalisis
hama dan penyakit yang dapat menyerang tanaman buncis. Jenis penelitian ini adalah penelitian
eksperimen. Penelitian ini dilakukan dari hari Senin, 16 Oktober 2017 sampai 11 Januari 2018,
prosesnya mulai dari persiapan media tanam sampai tanaman tumbuh. Pengujian ini bertempat di
Green House, Gedung FMIPA Kampus B, Universitas Negeri Jakarta dan juga dilakukan di
Rumah Zakiah. Penelitian ini dilakukan dengan menanam benih dimana hanya menggunakan
daun pisang sebagai media tanam dan tanah di Green House. Setelah tumbuh menjadi tunas lalu
dipindahkan ke polybag. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah eksperimental, study
pustaka, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman Buncis yang disiram
menggunakan air susu lebih cepat mengalami proses pertumbuhan dan hasil tumbuhnya lebih
lebat dibandingkan dengan menggunakan kontrol-kontrol lainnya. Sedangkan tanaman Buncis
yang di siram menggunakan larutan mikrobakteri mengalami pertumbuhan yang relatif lebih
lambat dibandingkan yang lainnya.

Kata kunci : Air, Susu, Air Kelapa, Mikroba, Buncis


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan sayuran buah yang termasuk family
Leguminosae. Tanaman buncis berasal dari wilayah selatan Meksiko dan wilayah panas
Guatemala. Penyebarluasan tanaman buncis di Indonesia telah meluas ke berbagai daerah. Tahun
1961-1967 luas areal penanaman buncis di Indonesia sekitar 3.200 hektar, tahun 1969-1970
seluas 20.000 hektar dan tahun 1991 mencapai 79.254 hektar dengan produksi 168.829 ton
(Rukmana, 1998).

Buncis sangat berperan penting dalam peningkatan gizi masyarakat, sekaligus berdaya
guna bagi usaha mempertahankan kesuburan dan produktivitas tanah. Buncis merupakan sumber
protein, vitamin dan mineral yang penting dan mengandung zat-zat lain yang berkhasiat untuk
obat dalam berbagai macam penyakit. Gum dan pektin yang terkandung dapat menurunkan kadar
gula darah, sedangkan lignin berkhasiat untuk mencegah kanker usus besar dan kanker payudara.
Serat kasar dalam polong buncis sangat berguna untuk melancarkan pencernaan sehingga dapat
mengeluarkan zat-zat racun dari tubuh. Zat-zat gizi yang terdapat di dalam buncis dalam 100 g
adalah Energi/kalori 35 kal, Protein 2,4 g, Lemak 0,2 g, Karbohidrat 7,7 g, Kalsium 6,5 g, Fosfor
4,4 g, Serat 1,2 g, Besi 1,1 g, Vitamin A 630,0 SI, Vitamin B1/Thiamine 0,08 mg, Vitamin
B2/Riboflavin 0,1 mg, Vitamin B3/Niacin 0,7 mg, Vitamin C 19,0 mg, Air 89 g (Waluyo dan
Djuariah, 2013).

Tanaman buncis cocok untuk dibudidayakan dan dapat bereproduksi baik pada dataran
medium maupun dataran tinggi. Tanaman buncis dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe
merambat (bersifat indeterminate) dan tipe tegak (berbentuk semak dan bersifat determinate).
Kultivar merambat memiliki percabangan yang lebih banyak dan jumlah buku bunga yang lebih
banyak, tetapi tumbuhnya tidak serempak sehingga mempunyai potensi hasil yang lebih besar.
Tipe buncis rambat panjangnya dapat mencapai 3 meter dan mudah rebah, sehingga memerlukan
lanjaran/turus agar dapat tumbuh dengan baik. Tipe tegak umumnya pendek dengan tinggi tidak
lebih dari 60 cm (Djuariah, 2008).
B. Tujuan
1. Mengetahui teknik penanaman tanaman buncis yang baik dan benar
2. Mengetahui respon pertumbuhan tanaman buncis terhadap pemberian air susu, air kelapa,
dan mikroba
3. Mengetahui dan menganalisis hama dan penyakit yang dapat menyerang tanaman buncis.

METODE

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Green House Kampus B UNJ dan Rumah Zakiah. Penelitian ini
dilaksanakan pada 16 Oktober 2017 sampai 11 Januari 2018

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah gunting, stapler, styrofoam, sekop, plastic polybag,
gelas beaker 1 L, gelas ukur, dan label. Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu benih
kacang buncis (berwarna hitam), air, daun pisang, tanah kompos, air kelapa, air susu, dan
mikroba

C. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Rancangan Acak Percobaan (RAP)
HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Hasil
Tabel Pertumbuhan Tanaman Buncis terhadap Perlakuan Penyiraman dengan
Berbagai Jenis Air

Tinggi Tanaman Buncis ( cm)


Senin, Kamis Kamis, Kamis, Kamis,
30 Senin, Kamis, 23 30 14 21 Kamis, Kamis, Kamis, Rata-
Perlakuan Okt 6 Nov 9 Nov Nov Nov Des Des 28 Des 4 Jan 11 Jan Rata
Susu (A1) 28 39 44 26 0 0 0 0 0 0
A2 6 34 48 0 0 0 0 0 0
A3 28 19 0 0 0 0 0 0 0
A4 20 0 0 0 0 0 0 0 0
A5 29 32 60 80 87
A6 33 36 51 70 80
A7 28 30 66 80 88
A8 21 23 69 97 105
Rata-rata 28 23,25 24,25 18,5 0 13,88 15 30,75 40,9 45 23,96
Mikroba ( 0 0 0 0 0
B1) 20,5 30 34 20 0
B2 38 33 25 0 0 0 0 0 0
B3 23 27 36 0 0 0 0 0 0
B4 22 22 15 0 0 0 0 0 0
B5 20 23 32 35 37
B6 20 23 42 59 62
B7 16 20 22 25 30
B8 14 16 18 42 45
Rata-rata 20,5 28,25 29 24 0 8,75 10 14,25 20,1 21,8 17,69
Air Kelapa 34 52 49,4 0 0 0 0 0
(C1) 18,5 0
C2 10 22 21 0 0 0 0 0 0
C3 26 35 40 0 0 0 0 0 0
C4 23 22 19,6 0 0 0 0 0 0
C5 26 30 41 55 58
C6 26 28 54 58 60
C7 29 33 41 44 46
C8 18 20 23 27 30
Rata-rata 18,5 23,25 32,75 32,5 0 12,38 14 19,875 23 24,3 20,04
Air (D1) 22,5 36 51 52 0 0 0 0 0 0
D2 16 16 18 0 0 0 0 0 0
D3 39 29 24,5 0 0 0 0 0 0
D4 15 30 58 0 0 0 0 0 0
D5 21 23 31 36 39
D6 22 25 32 39 41
D7 23 25 56 62 64
D8 27 30 54 68 71
Rata-rata 22,5 26,5 31,5 38,125 0 11,63 13 21,625 25,6 26,9 21,73

Keterangan : Satuan tinggi tanaman adalah Cm

b. Pembahasan
Percobaan dimulai dari tahap perkecambahan benih buncis. Pertama, benih buncis
direndam dengan air selama beberapa menit, perendaman air diharapkan dapat
mempercepat terjadinya proses imbibisi ke dalam embrio sehingga akan mempercepat
terjadinya perkecambahan. Lalu, dipilih benih yang tenggelam untuk dikemcambahkan
ke wadah yang dibuat dari daun pisang yang membentuk seperti tabung dengan diameter
4 cm dan dimasukkan ¾ tanah kompos.
Benih buncis ditanam pada kedalaman tanam yang dangkal, karena benih akan
mudah tumbuh. Hal ini disebabkan oleh kadar oksigen yang terdapat di dalam tanah.
Kadar oksigen akan semakin menurun dengan semakin dalam lapisan tanah (Ashari,
2006). Menurut Sutopo (2002), pada saat proses perkecambahan berlangsung proses
respirasi akan meningkat disertai pula dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan
pelepasan karbondioksida, air dan energi. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan
mengakibatkan terhambatnya proses perkecambahan benih. Tiap tabung diletakkan satu
benih dan disusun dalam sterofoam. Kemudian, disiram dengan air cukup banyak selama
proses perkecambahan.
Setelah 3-4 hari, benih yang telah berkecambah dipindahkan ke dalam polybag
berukuran 15x15 dan diberi media tumbuh kompos ¾ bagian. Kemudian diberi label
A(air susu), B(air mikroba), C(air kelapa) dan air sebagai kontrol. Kemudian perlakuan
penyiraman dengan berbagai jenis air dilakukan setiap 2 minggu sekali.
Pertumbuhan atau tinggi tanaman buncis tiap minggu sangat beragam. Pada
minggu pertama, perlakuan kontrol 22,5 cm; perlakuan air susu 28 cm; mikroba 20,5 dan
air kelapa 18,5. Pada minggu ke-2 dan ke-3 pertumbuhan sangat bervariasi. Beberapa
sampel mengalami peningkatan pertumbuhan yang signifikan, mengalami penurunan dan
pertumbuhan yang tetap. Diduga terjadi kesalahan peneliti dalam pengukuran tinggi
tanaman.
Dari beberapa perlakuan, terlihat bahwa perlakuan air susu sangat mempengaruhi
tinggi tanaman buncis. Tanaman buncis yang diberi perlakuan air susu tumbuh sangat
tinggi mencapai 28 cm, dibandingkan dengan tanaman buncis yang diberi perlakuan lain.
Sedangkan tanaman buncis yang diberi perlakuan mikroba mengalami pertumbuhan yang
relatif lebih lambat dibandingkan dengan perlakuan kontrol, air susu, dan air kelapa.
Menurut artikel “Milk Fertilizer Benefits: Using Milk Fertilizer On Plants” dari
laman gardeningknowhow.com, susu mengandung kalsium yang juga dibutuhkan
tanaman untuk pertumbuhan. Tanaman yang kekurangan kalsium bisa dilihat dari ciri
fisiknya yang kerdil atau tidak dapat tumbuh sebagaimana mestinya, layu, kemudian
membusuk. Susu juga berfungsi untuk bahan campuran pestisida yang berguna
membasmi kutu daun. Susu juga bisa menjadi agen anti jamur yang efektif.
Perlakuan air kelapa juga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Air kelapa
merupakan salah satu produk tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman. Air kelapa yang biasa dibuang di pasar dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk bahan organik bagi tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air
kelapa kaya akan kalium, mineral diantaranya Kalsium (Ca), Natrium (Na), Magnesium
(Mg), Ferum (Fe), Cuprum (Cu), dan Sulfur (S), gula dan protein. Disamping kaya
mineral, dalam air kelapa juga terdapat dua hormone alami yaitu auksin dan sitokinin
yang berperan sebagai pendukung pembelahan sel.
Selain itu, perlakuan mikroba juga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman.
Dilansir dalam laman web CNN Indonesia, mikroba ada yang merugikan dan tentu saja
banyak juga yang menguntungkan. Mikroba tertentu memainkan peran penting dalam
mengubah nutrisi dalam tanah dan melindungi tanaman, serta meningkatkan
pertumbuhan. Suhas P. Wanim, Direktur Program Riset ICRISAT Development Center,
mengatakan penggunaan mikroba akan menggantikan pupuk non organik, pestisida, dan
penumbuh tanaman buatan, yang berpotensi merusak tanah.
Tanaman buncis yang ditanam di Green House Kampus B UNJ mengalami
kekeringan pada minggu ketiga pasca pemindahan bibit ke polybag. Tanaman buncis
mengalami kekeringan terlihat pada daunnya yang kering, menguning, dan layu. Hal ini
disebabkan karena kurangnya intensitas penyiraman atau pengairan. Tanaman buncis
dapat tumbuh optimum pada suhu 20-25° C di ketinggian 300-600 m (dataran medium
rendah), dengan pH tanah 5,8-6. Buncis rambat tumbuh dengan baik pada daerah bersuhu
dingin dengan ketinggian 1.000-1.500 m (dataran tinggi). Buncis rentan terhadap
kekeringan dan genangan air, sehingga sebaiknya ditanam pada daerah dengan irigasi dan
drainase yang baik. Tanaman ini sangat cocok tumbuh di tanah lempung ringan dengan
drainase yang baik. Pengairan dilakukan setiap sore sampai benih tumbuh, sedangkan
penyiraman selanjutnya disesuaikan dengan kondisi lahan pertanaman dan kondisi
tanaman (Djuariah, 2008).
Masalah lainnya yang menganggu pertumbuhan tanaman buncis adalah hama.
Tanaman buncis yang diserang hama mengakibatkan tanaman layu dan lama-kelamaan
mati. Beberapa hama penyakit yang dapat menyerang adalah kumbang daun, kutu daun,
penggerek daun, dan lain-lain. Untuk mencegah serangan hama dan penyakit perlu
diperhatikan sanitasi lahan dan drainase yang baik. Jika menggunakan pestisida,
sebaiknya menggunakan jenis pestisida yang aman dan mudah terurai seperti pestisida
biologi dan pestisida nabati. Dalam penggunaan pestisida harus tepat pemilihan jenis,
dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval maupun waktu aplikasinya (Djuariah,
2008).

KESIMPULAN

Tanaman buncis dapat tumbuh optimum pada suhu 20-25° C di ketinggian 300-600 m
(dataran medium rendah), dengan pH tanah 5,8-6. Buncis rambat tumbuh dengan baik pada
daerah bersuhu dingin dengan ketinggian 1.000-1.500 m (dataran tinggi). Pertumbuhan tanaman
buncis dipengaruhi oleh iklim, media tanam, dan ketinggian tempat. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tanaman buncis yang diberi perlakuan air susu dapat tumbuh tinggi
dibandingkan dengan pemberian perlakuan lainnya. Sedangkan tanaman buncis yang diberi
perlakuan mikroba mengalami pertumbuhan yang relatif lebih lambat dibandingkan dengan
perlakuan kontrol, air susu, dan air kelapa. Pada penanaman buncis yang dilakukan di Green
House UNJ mengalami kekeringan dan kematian karena kurangnya intensitas penyiraman serta
serangan hama.

DAFTAR PUSTAKA

Chairani, C. Z. (2017). Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kacang Buncis (Phaseolus vulgaris L.)
Terhadap Pemberian EM4 Dan Beberapa Macam Pupuk Kandang. Jurnal Penelitian Pertanian
BERNAS Volume 13 No.1, 15.

Djuariah, D. (2008). Budidaya Buncis. Retrieved Desember 10, 2017, from Badan Penelitian Dan
Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian:
http://balitsa.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Isi%20poster/MP-
08%20Budidaya%20Buncis.pdf

Rukmana, R. (1998). Bertanam Buncis. Yogyakarta: Kanisius.

S, Deddy. (2017). Manfaat Mikroba dalam Pertanian. Retrieved December 14, 2018, from CNN
Indonesia Student: https://student.cnnindonesia.com/edukasi/20170718121227-445-2285-56/manfaat-
mikroba-dalam-pertanian/

Tilley, N. (2016). Milk Fertilizer Benefits: Using Milk Fertilizer On Plants. Retrieved January 14, 2018, from
http://www.gardeningknowhow.com/garden-how-to/soil-fertilizers/milk-fertilizer.htm
LAMPIRAN

GAMBAR KETERANGAN

Anda mungkin juga menyukai