PRAKTIKUM UJI
TANAH
Elrlanga Rizki Dewantara 201903103028
Virgistia kharisma kaulin 201903103029
Rega Qori Miranto 201903103032
BAB 1
TES SONDIR
■ Alat Praktikum
1. Anchor beserta perlengkapannya.
2. Mesin sondir beserta pipa sondir lengkap dengan batang dalam. 2
3. Konus atau mata sondir dan bikonus atau batang pipa sondir.
4. Kunci pipa.
5. Hidrolik.
6. Manometer 0 – 60 kg/cm2 untuk pembacaan kecil.
7. Manometer 100 – 600 kg/cm2 untuk pembacaan besar.
8. Alat-alat pembersih
9. Oli dan minyak hidrolik.
PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Memasukan anchor ke dalam tanah sampai kepala drat masuk, kepala drat ini memiliki fungsi vital
sebagai pengikat alat.
2. Merakit alat sesuai standar yang berlaku, setelah perakitan selesai.
3. Karena alat masih dalam kondisi horizontal pada tanah, maka harus di berdirikan terlebih dahulu agar
dapat menjalankan fungsinya nanti.
4. Memasang rantai, rantai ini fungsinya sebagai pemutar alat agar rantai tidak tersendat maka perlu
dioleskan pelumas.
5. Memasang kedua manometer pada hidrolik.
3
6. Memasang pengikat anchor pada alat, pemasangan pengikat ini dilakukan untuk mengunci alat.
7. Sehingga tetap pada posisinya yang stabil dan tidak bergerak saat dilakukan pengujian tanah.
8. Mengisi minyak hidrolik, pastikan agar minyak hidrolik tidak terdapat gelembung udara.
9. Cara yang biasa dilakukan agar gelembung udara tidak mencemari minyak hidrolik adalah melakukan
pembersihan hidrolik.
10. Dengan mengocok tuas hidrolik kemudian barulah minyak diisikan sampai penuh.
11. Melakukan penyesuaian dan pengaturan yang tepat agar bikonus tidak miring dan lurus vertikal pada
tanah.
12. Gunanya untuk memastikan agar ketika alat di masukan ke dalam tanah maka alat masuk lurus sempurna.
13. Bila tidak lurus sempurna maka hasil pengukuran tidak akurat.
PROSEDUR PRAKTIKUM
14. Tandai titik dimana akan di masukan bikonus.
15. Hal ini perlu dilakukan untuk mempermudah saat konus di masukan ke dalam tanah pada titik yang
diinginkan.
16. Memasukan pipa pertama yang telah disambung dengan konus bikonus, turunkan pipa hidrolik ke dalam
tanah.
17. Kemudian dengan memutar tuas alat sehingga pipa mengalami proses penekanan dan terdorong masuk ke
dalam tanah.
18. Setelah pipi pertama masuk ke dalam tanah, naikkan hidrolik. 4
19. Kemudian pasang pipi kedua dan lakukan seperti langkah pertama, sampai pipi kedua masuk ke dalam
tanah.
20. Memasukan lagi pipa berikutnya sampai didapatkan kedalaman yang diinginkan.
21. Untuk mengetahuinya dapat dilakukan dengan cara membaca alat manometer.
22. Pembacaan manometer biasanya dilakukan tiap penekanan pipa sedalam 20 cm.
23. Melakukan tahapan tersebut hingga terkumpul data sondir yang akurat.
24. Untuk dapat dilakukan perhitungan daya dukung tanah berdasarkan data sondir.
DATA HASIL PRAKTIKUM
Kedalaman Perlawanan Jumlah Perlawanan Hambatan Jumlah Hambatan Rasio Gesek
(meter) Konus (qc) Perlawanan (qt) Gesek (fs) Pelekat (qf) Pelekat (Rf = fs/qc*100)
■ . Alat praktikum
▹ Berikut ini adalah alat-alat yang digunakan pada test pit :
1. Meteran
2. Cangkul
3. Garpu Tanah
4. Trash Bag
■ Prosedur Praktikum
1. Siapkan peralatan yang diperlukan saat pengujian
2. Tentukan lokasi yang akan digunakan untuk engujian
3. Membuat sumur uji dengan ukuran 1 x 1 m ( kotak )
4. Menandai titik pengukuran untuk mempermudah dalam pengukuran
selanjutnya.
5. Kemudian menggali lubang yang telah diukur dengan cangkul hingga
kedalaman 20 cm, dan diusahakan dalam proses menggali memiliki
kedalaman yang sama.
6. Selanjutnya , menggunakan garpu tanah untuk mempermudah proses
penggalian tanah.
7. Mengindetifikasikan jenis tanah untuk kedalaman 20 cm dengan cara
melihat tekstur tanah dan kondisi tanah untuk setiap arah.
8. Kemudian menggali lubang hingga kedalaman 1 meter dan
mengidentifikasikan jenis tanah tiap 20 cm.
9. Kemudian , lubang yang telah mencapai kedalaman 1 meter diambil
sampel tanah dan dimasukkan kedalam trash bag sebagai sampel tanah.
10. Selanjutnya , tutup kembali lubang / sumur uji menggunakan tanah yang
telah digali.
11. Apabila telah selesai , merapikan dan membersihkan peralatan yang telah
digunakan.
BAB 3
TEST PENGEBORAN
DAN SPT
PENDAHULUAN
▹ Sebelum mendirikan sebuah konstruksi bangunan, dilakukan penelitian terhadap
keadaan tanah di tempat konstruksi yang akan di bangun. Penelitian ini di lakukan
untuk keamanan konstruksi, karena factor ini sangat menentukan untuk perencanaan
kestabilan konstruksi. Metode pemboran tangan ( hand anger boring ) termasuk
metode pengamatan yang banyak digunakan untuk eksplorasi geoteknik dangkal dan
jenis tanah lunak dan kenyal.
▹ SPT ( Standart Penetration Text ) adalah salah satu jenis uji tanah yang sering
digunakan untuk mengetahui daya dukung tanah. SPT dilaksanakan bersama dengan
pengeboran ( boring ) untuk mengetahui baik perlawanan dinamik tanah. Teknik
pemboran yang baik merupakan salah satu prasyarat untuk mendapatkan hasil uji
SPT yang baik.
A.Tujuan Praktikum
1.Untuk mendapatkan sample tanah tak terganggu dan
pengujian SPT
2.Untuk mendapatkan daya dukung tanah dan properti tanah
3.Dapat menggambarkan profil tanah dan hasil pengeboran.
B.Alat dan bahan
1.Mesin bor lengkap dengan peralatannya.
2.Mesin pompa lengkap dengan peralatannya.
3.Pengambil contoh tanah tabung belah.
4.Hammer dengan berat kurang lebih 63,5 kg.
5.Blok panahan.
6.Waterpass
7.Tali Tambang
PROSEDUR
PRAKTIKUM
1. Memasang alat pengambil contoh tanah tabung belah pada stang bor, kemudian
memasukkan kedalam lubang bor.
2. Memasang blok penahan pada stang bor dan kemudian memasang hammer.
3. Member tanda pada ketinggian kurang lebih 75 cm pada stang bor yang berada diatas
penahan ( titik jatuh hammer ).
4. Kemudian member stang bor mulai dari muka tanah pada ketinggian 15 cm, 30 cm,
dan 45 cm.
5. Selanjutnya menarik tali pengikat hammer sampai batas titik jatuh dan menggunakan
tali hanya untuk memastikan stang bor dalam posisi harus terhadap luba bor.
6. Menjatuhkan hammer sampai mencapai penetrasi 15 cm pertama, kemudian mecatat
jumlah pukulan ( N1 ).
7. Melakukan hal yang sama untuk mendapatkan jumlah pukulan pada penetrasi
berikutnya yaitu 30 cm dan 45 cm ( N2 dan N3 ).
8. Melakukan langkah-langkah pengujian yang sama untuk kedalaman yang telah
ditentukan
PROSEDUPEHITUNGAN DAN ANALISA HASIL DATA
PRAKTIKUM PRAKTIKUM
Kedalaman ( m ) N-SPT Jenis Tanah
0 0 Clay
2 5 Clay
4 5 Clay
6 2 Silty Clay
8 10 Clay
10 7 Silty Clay
12 18 Clay
14 9 Clay
16 8 Silty Clay
18 19 Clay
20 5 Silty Clay
22 30 Clay
24 22 Clay
26 25 Silty Clay
28 21 Silty Clay
30 29 Clay
32 40 Silty Clay
34 37 Clay
36 28 Clay
38 16 Clay
40 52 Clay
42 44 Clay
44 39 Clay
46 38 Clay
48 51 Clay
50 56 Silty Clay
KESIMPULAN
Berdasarkan data hasil praktikum yanga kan dilakukan dapat diambil
kesimpulan bahwa secara garis besar, jenis tanah pada lokasi test tersebut adalah tanah
lempung ( clay ) dan lanau ( silty ).
Dengan detail sebagai berikut :
1. Pada kedalaman 2-4 m lapisan tanahnya adalah lempung ( clay ) dan lanau ( silty )
2. Pada kedalaman 6 m lapisan tanahnya adalah lempung ( clay ) dan lanau ( silty )
3. Pada kedalaman 8 m lapisan tanahnya adalah lempung ( clay ) dan lanau ( silty )
4. Pada kedalaman 11-14 m lapisan tanahnya adalah lempung ( clay )
5. Pada kedalaman 16 m lapisan tanahnya adalah lempung ( clay ) dan lanau (silty)
6. Pada kedalaman 18 m lapisan tanahnya adalah lempung ( clay )
7. Pada kedalaman 20 m lapisan tanahnya adalah lempung ( clay ) dan lanau (silty)
8. Pada kedalaman 21-24 m lapisan tanahnya adalah lempung ( clay )
9. Pada kedalaman 25-28 m lapisan tanahnya adalah lempung ( clay ) dan lanau (silty)
10. Pada kedalaman 30 m lapisan tanahnya adalah lempung ( clay )
11. Pada kedalaman 32 m lapisan tanahnya adalah lempung ( clay ) dan lanau (silty)
12. Pada kedalaman 33-48 m lapisan tanahnya adalah lempung ( clay )
13. Pada kedalaman 50 m lapisan tanahnya adalah lempung ( clay ) dan lanau (silty)
INDEKS
PROPERTIES
PENGETIAN INDEKS
PROPERTIES TEST
Indeks properties test merupakan salah satu cara uji yang
membedakan jenis tanah berdasarkan karakteristik atau
sifat –sifat yang dimiliki tanah tersebut.
18
19
Uji berat volume
Prosedur Praktikum Untuk Uji Berat Volume
Berat gumpal tanah kering mutlak / BTKM( gr ) Berat tanah kering mutlak (gr) =
a = 100/(100+ka)
⬝ ( c-a ) x 100/(100+Ka)
Volume gumpal tanah
Keterangan :
a = berat wadah (gr)
b = berat wadah + tanah 29
lembab (gr)
c = berat wadah + tanah kering (gr)
( b-a ) = berat tanah lembab
( c-a ) = berat tanah kering
( b-c ) = berat air yang hilang
Analisa Saringan
dan Hidrometer
Analisa Saringan
Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan distribusi
ukuran butir tanah, hingga ukuran pasir (saringan No.10).
Penentuan dan analisa butiran tanah yang lebih kecil dari
0,075 atau lolos dari saringan No.10 digunakan analisa 32
dengan hidrometer.
PERALATAN
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.
b. Saringan 3 inchi ; 1 inchi ; 3/4 inchi ; 1/2 inchi ; No.4 ; No.8 dan No.10
c. Alat penumbuk.
d. Oven
e. Talam / baki.
f. Sikat pembersih saringan
g. Shieve shaker
33
BENDA UJI
a. Tanah dibiarkan mengering diudara hingga tercapai keadaan rapuh. Setiap
gumpalan butiran dipecah hingga merata. Untuk penghancuran sampel dapat
digunakan alat penumbuk dari karet.
b. Benda-uji diaduk sampai merata lalu dibagi-bagi agar dapat dikeringkan dalam
oven, setelah kering sampel ditimbang.
Prosedur Analisa Saringan :
34
Analisa 35
Hidormeter
Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan susunan ukuran
butiran tanah yang mempunyai diameter lebih kecil dari 0,075 atau
yang lolos saringan No.10 dengan menggunakan alat hidrometer.
Hidrometer tersebut berfungsi untuk mengetahui specific gravity 36
larutan setiap waktu pengamatan. Dari data data tersebut dapat
digambarkan grafik distribusi butiran yang merupakan hubungan
antara diameter dan prosentase yang lolos.
PERALATAN
a. Hidrometer dengan skala-skala konsentrasi (5 - 60 gram/liter) atau untuk pembacaan
berat jenis campuran (0,995 - 1,038).
b. Tabung-tabung gelas kapasitas 1000 ml, dengan diameter 6,5 cm.
c. Termometer 0 - 50 °C dengan ketelitian 1 °C.
d. Pengaduk mekanis dan mangkok dispresi / mechanical stirer.
e. Saringan-saringan No.10 ; No.20 ; No.40 ; No.80 ; No.100 ; No.200.
f. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram
g. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ± 5 ).
37
h. Tabung-tabung gelas dengan ukuran 50 ml dan 100 ml.
i. Batang pengaduk dari gelas.
j. Stop watch.
PROSEDUR PRAKTIKUM
a. Rendamlah benda uji tersebut dengan 100 ml air suling dan bahan dispersi waterglass sebanyak 20 ml, atau 50 ml air suling dan bahan
dispersi SHP (sodium hexametaphospat) sebanyak 100 ml, aduk sampai merata dengan pengaduk gelas dan biarkan terendam selama 24 jam.
b. Sesudah perendaman, pindahkan campuran semua ke dalam mangkok pengaduk dan tambahkan air suling sampai kira-kira setengah penuh.
Aduklah campuran selama 15 menit.
c. Pindahkan campuran semuanya ke dalam tabung gelas ukur dan tambahkan air suling atau air bebas mineral sampai campuran menjadi
1000 ml. Tutuplah rapat-rapat mulut tabung tersebut dengan telapak tangan dan kocoklah dalam arah mendatar selama 1 menit.
d. Segera setelah dikocok letakan tabung dan dengan hati-hati masukkan hidrometer. Biarkan hidrometer terapung bebas, dan tekanlah stop
watch. Bacalah angka skalanya pada saat stopwatch menunjukkan 0,5 menit ; 1 menit dan 2 menit dan catatlah pada Form No.06. Bacalah
pada puncak meniscus nya dan catatlah pembacaan itu sampai 0,5 gram per liter yang terdekat atau 0,001 berat jenis (Rh). Sesudah pembacaan
pada menit kedua, angkatlah hidrometer dengan hati-hati, cuci dengan air suling dan masukkan ke dalam air tabung yang berisi air suling yang
bersuhu sama seperti suhu tabung percobaan.
e. Masukkan kembali hidrometer dengan hati-hati ke dalam tabung dan lakukan pembacaan hidrometer pada saat-saat 5, 15, 30 menit, 1, 4, 24
jam.Sesudah setiap pembacaan dan kembalikan hidrometer ke dalam air suling. Lakukan proses memasukkan dan mengangkat hidrometer
masing-masing selama 10 detik.
f. Ukur suhu campuran tersebut sekali dalam 15 menit yang pertama, kemudian pada setiap pembacaan berikutnya.
g. Sesudah pembacaan terakhir, pindahkan campuran tersebut ke dalam saringan No. 200 dan cucilah air pencucinya hingga jernih dan biarkan
air ini mengalir terbuang. Fraksi yang tertinggal diatas saringan No. 200 harus dikeringkan dan dilakukan pemeriksaan analisa saringan agregat
halus dan kasar.
38
UJi Kepadatan
Tanah
Alat dan Bahan yang perlukan dalam
prosedur pengunjian
40
Prosedur Praktikum
⬝ Mengeringkan tanah dari lapangan di udara atau dengan suhu tidak lebih dari 60˚C.
⬝ Menumbuk gumpalan-gumpalan contoh tanah.
⬝ Menyaring tanah dengan saringan no.4 ( 4, 75 mm ).
⬝ Memisahkan benda uji tanah menjadi 6 bagian.
⬝ Mencampurkan benda uji tanah dengan air dan di aduk hingga homogeny.
⬝ Memasukkan kembali benda uji dalam plastik.
⬝ Penambahan air pada benda uji diatur sehingga didapat 3 benda uji dengan kadar air
kira-kira dibawah optimum dan 3 benda uji dengan kadar air kira-kira diatas
optimum.
⬝ Menimbang cetakan dan keeping alas ( B1 ).
41
⬝ Memasang jadi satu cetakan, leher dan keping alas, kemudian menempatkan pada
landasan yang kokoh.
⬝ Memasukkan benda uji kedalam cetakan.
⬝ Memadatkan benda uji dalam 3 lapisan dengan ketebalan yang sama, kemudian
memadatkan dengan 25 tumbukan lapisan.
⬝ Melepaskan bagian leher cetakan, kemudian meratakan kelebihan tanah dengan pisau
hingga benar-benar rata dengan permukaan cetakan.
⬝ Menimbang benda uji dan cetakan ( B2 ).
⬝ Mengeluarkan benda uji dari cetakan, kemudian mengambil sebagian benda uji untuk
diuji kadar airnya.
⬝ Melakukan pengujian yang sama terhadap 5 benda uji yang lain
Tabel perbandingan metode antara kepadatan ringan dan kepadatan berat.
Perbandingan Kepadatan Ringan Kepadatan Berat
Berat Penumbuk 2,5 kg 4,5 kg
Tinggi Jatuh 300 mm 450 mm
Jumlah Tumbukan 25 Perlapis 25 Perlapis
Jumlah Lapisan 3 Lapis 5 Lapis
42
Permeabilitas
Tanah
Alat dan Bahan Praktikum yang digunakan:
⬝ Penggaris
Prosedur Praktikum
47
Direct Shear
(TEGANGAN GESER)
Direct Shear
(TEGANGAN GESER)
Kekuatan geser suatu tanah tergantung pada tahanan geser antara butir butir
tanah dan kohesi pada permukaan butir tanah. Nilai kekuatan geser tanah ini
berubah-ubah sesuai dengan jenis dan kondisi tanah. Nilai ini digunakan untuk
menghitung daya dukung tanah (bearing capacity), tekanan tanah terhadap
dinding penahan (earth pressure) dan kestabilan lereng (slope stability).
Keruntuhan geser (shear failure) disebabkan oleh gaya-gaya yang berkerja antara
butirannya, dimana ini akan menyebabkan terjadinya gerak relatif antara butir 49
tanah.
Bila pada tanah jenuh dikerjakan gaya di atasnya, maka tegangan normal yang
bekerja ini akan ditahan oleh air yang terdapat pada pori Setelah air pori
mengalir ke luar dari porinya maka tekanan ini berangsur-angsur dipikul oleh
butiran tanah. Jumlah tekanan air dan pori serta tekanan efektif disebut tekanan
total. Ada beberapa cara untuk menentukan kuat geser tanah yaitu:
a.Percobaan geser langsung (Direct shear test).
b.Percobaan triaxial (Traxial Test).
c.Percobaan kekuatan geser "Unconfined" (tekanan bebas).
TUJUAN PERCOBAAN
Alat Praktikum
■Berikut ini adalah alat-alat yang digunakan:
a. Satu set alat Direct Shear
b. Keping beban
c. Ring pencetak
d. Ekstruder
e. Gergaji kawat
51
f. Jangka sorong
g. Batu pori
h. Kertas saring
i. Timbangan digital
j. Stopwatch
Bahan Praktikum
■Benda Uji yang digunakan adalah tanah tidak terganggu
(Undisturbed)
PROSEDUR PRAKTIKUM
a. Menyiapkan alat dan bahan tanah tidak terganggu ( undisturbed )
b. Mengukur diameter ring pencetak tanah dengan menggunakan jangka sorong.
c. Menimbang berat ring, batu pori, dan berat bangku beban.
d. Mengeluarkan sampel tanah undisturbed dengan menggunakan alat extruder dengan
cara menyimpan tabung sampel lalu letakkan ring pencetak diujung tabung sampel.
e. Memutar tuas di alat extruder hingga tanah memenuhi ring pencetak.
f. Menimbang berat sampel tanah yang akan di uji.
g. Memasang connecting pin shear box di alat direct shear.
h. Kemudian memasukkan sampel tanah kea lat direct shear test susunan batu pori,
kertas saring, sampel tanah, kertas saring, batu pori dan bangku beban.
i. Mengencangkan skrup pada container agar shear terkunci lalu lepas connecting pin di
52
shear box.
j. Mengatur semua bacaan dial vertical, dial horizontal, dan poving ring pada keadaan
nol.
k. Menyalakan alat direct shear bersamaan dengan pembebanan keping bahan sebesar
0.8 kg.
l. Mengamati dan mencatat bacaan dial vertical, dial horizontal, dan poving ring dalam
waktu yang bersamaan degan interval waktu 30 detik.
m. Mengulangi langkah 8-12 untuk percobaan selanjutnya.
n. Lalu mematikan mesin direct shear apanila keadaan bacaan dial poving sudah
berlawanan arah.
o. Mencatat hasil praktikum pada lembar form praktikum.
Uji Kuat Tekan Be 53
bas (Unconfined
)
Setiap material apabila dikenai beban maka akan mengalami perubahan
bentuk (deformasi). Gaya atau tekanan per satuan luas disebut stress, ( ).
Selain stress, perubahan bentuk dalam hal ini perubahan dalam panjang,
(∆l) dibanding dengan panjang semula, (l) disebut strain, (ε). Untuk
tingkat tegangan yang lemah plot antara stress vs strain akan membentuk
suatu garis lurus seperti yang terjadi pada material logam yang merupakan
jenis material linear elastis.
Tentu saja ada stress maksimum yang dapat diterima oleh suatu bahan sebelum
patah. Material untuk pemipaan seperti baja, peralon, mempunyai sifat seperti 54
ini, ketika stress dinaikkan sampai tingkat paling tinggi maka patahan akan
terjadi. Pada material rapuh seperti batuan, patahan bisa terjadi tiba-tiba dengan
sedikit tambahan strain. Stress yang dibutuhkan untuk menyebabkan patahan
disebut dengan uniaxial compressive strength, (Co). Closure pressure (stress)
adalah harga rata-rata minimum dimana rekahan dapat terjadi. Nilai ini dapat
meningkat jika tekanan pori-pori naik (poro-elasticeffect).
Unconfined Compression Strength test atau pengujian kuat tekan batuan utuh untuk
menentukan kuat kekuatan batuan intact dengan sampel berbentuk silinder hasil dari
pengeboran full coring. Pengujian ini menggunakan mesin tekan untuk menekan sampel
batuan yang berbentuk silinder dari satu arah (uniaksial).
Perbandingan antara tinggi dan diameter percontoh (l/D) mempengaruhi nilai kuat tekan
batuan. Untuk pengujian kuat tekan secara umum digunakan perbandingan L= 2D. L
adalah Length atau panjang dari sampel sedangkan D adalah diameter dari sampel batuan
yang akan diuji. Sebagai standard bisa dicek di ASTM D 2166 Unconfined Compressive
Strength.
55
Perpindahan gaya regangan dari sampel batuan baik aksial (∆l) maupun lateral (∆D)
selama pengujian dapat diukur dengan menggunakan dial gauge secara manual yang
membutuhkan ketelitian tinggi atau bisa juga dengan electric strain gauge yang hasilnya
akan tercatat secara otomatis secara komputerisasi dan lebih praktis. Dari hasil pengujian
kuat tekan, dapat digambarkan kurva tegangan-regangan (stress-strain) untuk tiap sampel
batu, kemudian dari kurva ini dapat ditentukan sifat mekanik batuan. Sebenarnya dari UCS
test tidak hanya nilai UCS yang bisa kita dapat tetapi nilai nilai seperti batas elastik,
modulus Young dan Poison Ratio juga dapat kita tentukan dari hasil plot ke kurva tegangan
- regangan. Lihat gambar dibawah :
56
CBR
(California Bearing Ratio)
Pengujian CBR (California Bearing Ratio) merupakan salah satu
metode yang digunakan untuk mengetahui kekuatan tanah, yaitu
dengan membandingkan gaya perlawanan penetrasi piston terhadap
tanah dengan gaya perlawanan yang serupa pada contoh standard
berupa batu pecah di California dan umumnya digunakan untuk
mendesain tebal perkerasan jalan, nilai CBR dapat juga diperoleh
melalui DCPT (Dynamic Cone Penetrometer Test) dan menggunakan
korelasi kedalaman penetrasi dengan nilai CBR. Pengujian CBR
dilakukan pada sampel tanah uji terkompaksi yang mana tanah
pengujian telah dipadatkan untuk mencapai kepadatan maksimum
untuk menunjang daya dukung tanah yang lebih tinggi. Metode
kompaksi yang digunakan adalah metode kompaksi proctor dan juga 58
kompaksi Soelarno, dan dengan kedua metode kompaksi yang
berbeda dengan energi kompaksi yang sama dihasilkan kepadatan
tanah dan nilai CBR tanah yang berbeda, perbedaan tersebut terjadi
dikarenakan beberapa faktor seperti redaman energi tumbukan pada
dasar alat kompaksi Soelarno, friksi dari kabel seling yang menumpu
palu kompaksi Soelarno, metode penumbukkan satu titik, dan tidak
terpenuhinya pori-pori pada sampel tanah uji kompaksi Soelarno yang
membuat berat isi tanah kompaksi Soelarno lebih ringan daripada
kompaksi proctor.
Anda bisa mempelajari rumus Uji CBR Jalan melalui
artikel ini.
▹Pelaksanaan pengujian CBR lapangan ini diatur
secara langsung di dalam SNI 1738-2011. Metode
CBR ini adalah kombinasi dari percobaan
pembebanan penetrasi, baik yang ada di lapangan
maupun di laboratorium. 59
▹ Pastikan semua peralatan uji dalan kondisi stabil, vertikal, sentris (segaris dan
tidak melenting/melendut) dan kokoh serta tepat pada posisi yang disyaratkan
▹ Keping beban/plat baja setebal 25 cm (10”) diletakkan sentris dibawah torak
penetrasi sehingga piston penetrasi tepat masuk kedalam lubang keping beban
tersebut.
▹ Arloji/dial pengukur penetrasi dipasang pada piston penetrasi, sedemikian rupa
sehingga jarum pada dial penetrasi menempel pada keping beban/plat baja
Persiapan Lokasi Pengujian
▹ Tanah diratakan permukaannya atau digali sampai lapisan yang
dikehendaki dan diratakan (luas galian kira-kira 60 cm x 60 cm)
▹ Permukaan tanah yang akan diuji harus rata levelnya dan tidak ada
kemiringan : cek dengan waterpass
▹ Dipastikan bahwa di permukaan yang akan diuji (sub grade, sub
base, base course, dsb) tidak ada butiran lepas : bersihkan semua
debu, pasir, kerikil yang lepas/berserakan
▹ Untuk tanah dasar yang belum ada perkerasan dan pemadatan,
62
cukup dibersihkan akar rumput dan bahan organik lain (biasanya
sampai kedalaman 30-50 cm)
▹ Selama pemasangan alat-alat, permukaan tanah atau permukaan
yang sudah dibersihkan harus dijaga supaya tidak kelembabannya
tidak berubah dari kondisi awal, jika perlu ditutup dengan plastik
apabila cuaca sangat panas
▹ Pemeriksaan dilakukan secepat mungkin sesudah persiapan selesai
▹ Apabila dibutuhkan, dapat dilakukan pemeriksaan kadar air dan
berat isi bahan setempat.
Pembacaan Waktu dan Penetrasi
1. Piston penetrasi diturunkan sehingga memberikan beban permulaan sebesar 5 Kg
(10 Lbs) – jika diperlukan, dapat gunakan beban-beban tambahan
2. Arloji cincin penguji (proving ring) dan arloji penunjuk penetrasi (dial penetrasi)
diatur sehingga menunjuk pada angka nol.
3. Pembebanan ditambah dengan teratur, agar kecepatan penetrasinya mendekati
kecepatan tetap 1,25 mm (0,05”) per menit – penambahan pembebanan ini yang sering
terlupa atau tidak terlaksana dengan baik konsistensi kecepatan penetrasi per menitnya
4. Pembacaan beban dicatat pada penetrasi (angka di belakang = angka tabel SNI
yang direvisi):
• 0,3128 mm (0,0125”) 0,32 mm [15 detik]
63
• 0,6200 mm (0,0250”) 0,64 mm [30 detik]