Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

CKD (CRONIC KIDNEY DISEASE)

A. Pengertian
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan fungsi ginjal yang progresif dan tidak
dapat pulih kembali, dimana ginjal tidak mampu untuk mempertahankan metabolisme
serta keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. (Smeltzer dan Bare, 2010).
Gagal ginjal Kronik merupakan penyakit yang terjadi setelah berbagai macam
penyakit yang merusak masa nefron ginjal sampai pada titik keduanya tidak mampu
untuk menjalankan fungsi regulatorik dan estetoriknya untuk mempertahankan
homeostatis. (Lukman, 2013).
Berdasarkan beberapa definisi menurut para ahli diatas maka penulis
menyimpulkan bahwa gagal ginjal kronik merupakan kerusakan fungsi ginjal dan tidak
dapat pulih kembali, dimana ginjal tidak dapat mempertahankan keseimbangan cairan
dalam tubuh, dan secara perlahan nefronnya dapat merusak keseluruhan fungsi ginjal.

B. Etiologi
Gagal ginjal kronik umumnya terjadi saat suatu penyakit mengganggu fungsi
ginjal hingga menyebabkan kerusakan yang terus memburuk dalam beberapa bulan atau
tahun. Penyakit tersebut meliputi : diabetes dimana kadar gula dalam darah yang terlalu
tinggi dapat merusak penyaring dalam ginjal, hipertensi dimana kondisi ini seiring
waktu menambah tekanan pada pembuluh darah kecil di ginjal, yang kemudian
menghambat fungsi ginjal bekerja secara normal. Glomerulonefiritis atau peradangan
pada glomerulus ginjal. Penyakit pembuluh darah ginjal, seperti penyempitan pembulih
arteri ginjal atau gumpalan darah di pembuluh vena ginjal (Willy, 2018).

C. Patofisiologi
Patofisiologi CKD pada awalnya dilihat dari penyakit yang mendasari, namun
perkembangan proses selanjutnya kurang lebih sama. Penyakit ini menyebabkan
berkurangnya massa ginjal. Sebagai upaya kompensasi, terjadilah hipertrofi struktural

1
dan fungsional nefron yang masih tersisa yang diperantarai oleh molekul vasoaktif
seperti sitokin dan growth factor. Akibatnya, terjadi hiperfiltrasi yang diikuti
peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini
berlangsung singkat, hingga pada akhirnya terjadi suatu proses maladaptasi berupa
sklerosis nefron yang masih tersisa. Sklerosis nefron ini diikuti dengan penurunan
fungsi nefron progresif, walaupun penyakit yang mendasarinya sudah tidak aktif lagi
(Suwitra, 2016).

Pathway

2
D. Tanda dan Gejala
Gejala gagal ginjal kronik disebabkan penurunan fungsi ginjal secara
perlahan. Pada tahap awal, gejala belum dapat terasa dengan jelas karena penurunan
fungsi ginjal masih dapat ditoleransi oleh tubuh. Gejala lebih parah mulai terasa jelas
saat penurunan fungsi ginjal sudaah memasuki tahap lanjut. Gejala tersebut
diantaranya : mual, muntah, kehilangan nafsu makan, perasaan lemah dan lesu, wajah
pucat dan pusing, sesak nafas, sakit perut, kram otot dan kejang otot, kulit gatal yang
berkepanjangan, menurunnya ketajaman mental, tekanan darah tinggi yang sulit di
kontrol, nyeri pada dada karena penumpukan cairan di sekitar jantung, pembengkakan
pada pergelangan kaki, kaki, atau tangan, terdapat darah dalam urin, pusing, pucat,
gangguan tidur atau insomnia, dan lebih sering ingin buang air kecil, terutama di malam
hari atau bila tahap lebih lanjut lagi urin semakin sedikit (Willy, 2018).

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium :
a. Laju endap darah : meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hypoalbuminemia. Anemia normositer, normokrom dan jumlah retikulosit yang
rendah.
b. Ureum dan kreatinin : meninggi
c. Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan
d. Hypokalemia dan hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis vitamin
d3 pada GGK
e. Phosphate alkaline : meninggi akibat gangguan metabolism tulang
f. Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia : umunya disebabkan gangguan
metabolisme dan diet rendah protein.
g. Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolism karbohidrat pada gagal
ginjal ( resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer ).
h. Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan peninggian
hormone insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.

3
i. Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukan Ph yang menurun,
BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun, semuanya
disebabkan retensi asam-asam organic pada gagal ginjal.
2. Radiology
Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal ( adanya batu atau
adanya suatu obstruksi ). Dehidrasi karena proses diagnostic akan memperburuk
keadaan ginjal, oleh sebab itu penderita diharapkan tidak puasa.
3. IIntra Vena Pielografi (IVP)
Untuk menilai system pelviokalisisdan ureter.
4. USG
Untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
5. EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia)

F. Penatalaksanaan
Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal/kerusakan fungsi ginjal
dimana ginjal tidak dapat mempertahankan kestabilan tubuh. Tujuan penatalaksanaan
ini yaitu untuk menjaga keseimbangan cairan elektrolit dan mencegah komplikasi yaitu
dengan dialisis atau hemodialisis dimana dapat di lakukan untuk mencegah komplikasi
ginjal yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. (Muttaqin dan Sari,
2014)
Pasien Gagal Ginjal Kronis dalam penatalaksanaannya selain memerlukan
terapi diet dan medikamentosa, juga membutuhkan terapi pengganti fungsi ginjal yaitu
dialisis dan transplantasi ginjal. Diantara dua jenis terapi pengganti fungsi ginjal
tersebut, dialisis adalah terapi yang umum di gunakan karena terbatasnya jumlah donor
ginjal hidup di Indonesia (Zahrofi, 2013).

4
Konsep Laporan Resume
A. Pengkajian
RUANG RAWAT :
NO MEDREC :
TANGGAL PENGKAJIAN :
I. PENGUMPULAN DATA
a. IDENTITAS KLIEN
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Suku :
Agama :
Pekerjaan :
Status marital :
Diagnosa medis :
Sumber info :
Alamat :
b. Fase Pre Hemodialisa
1. Status Kesehatan saat ini
c. Fase Intra Hemodialisis
d. Fase Post Hemodialisa

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme peredaran
darah/cairan tidak efektif.
2. Resiko defisit volume cairan b.d mekanisme peredaran darah/cairan tidak efektif
(proses dialysis berlangsung)
3. Resiko jatuh berhubungan dengan kelelahan

C. Intervensi Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan b.d mekanisme peredaran darah/cairan tidak efektif
a. Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawaan selama 4 jam klien dapat
mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan.
b. Intervensi

5
1) Kaji status cairan
a) Timbang BB pre dan post HD
b) Keseimbangan masukan dan haluaran
c) Turgor kulit dan edema
d) Monitor vital sign
2) Identifikasi sumber masukan cairan
3) Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
2. Resiko deficit volume cairan b.d mekanisme peredaran darah/ cairan tidak
efektif (proses dialysis berlangsung)
a. Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 jam diharapkan defisit
volume cairan tidak terjadi.
b. Intervensi
1) Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik)
2) Monitor vital sign
3) Monitor masukan makanan/cairan selama interdialisis
4) Monitor status nutrisi
5) Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
3. Resiko jatuh berhubungan dengan keletihan
a. Intervensi
1) Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
2) Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik
kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien
3) Menyediakan tempar tidur yang nyaman dan bersih
4) Membatasi pengunjung
5) Memberikan penerangan yang cukup
6) Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
7) Mengontrol lingkungan dari kebisingan
8) Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan

6
DAFTAR PUSTAKA

Lukman, N. (2013). Hubungan Tindakan Hemodialisa Terhadap Tingkat Depresi


Klien Gagal Ginjal Kronik di Ruangan Dahlia Rsup PROF Dr.R.D
KANDOU MANADO (Karya Akhir). Manado: Universitas Sam Ratulangi.

Smeltzer, S.C., & Bare, B. G. (2010). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Zakariyati. Dkk. (2017). Efektifitas Terapi Murottal Qur’an Terhadap Perubahan Kadar
Sitokin IL-6 Pada Pasien Tuberkulosis Paru. Jurnal Of Islamic Nursing, vol (2) no
(2).

Zahrofi, D Nashif. (2013). Pengaruh Pemberian Terapi Murottal Al Qur’an Terhadap


Tingkat Kecemasan Pada Pasien Hemodialisa Di Rs PKU Muhamadiyah.
Surakarta. Jurnal Keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai

  • Sap Nafas
    Sap Nafas
    Dokumen4 halaman
    Sap Nafas
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • Askep Asfiksia
    Askep Asfiksia
    Dokumen20 halaman
    Askep Asfiksia
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • LP Syok
    LP Syok
    Dokumen12 halaman
    LP Syok
    Wulan Nurlaelasari
    100% (1)
  • LP Kista Ovarium
    LP Kista Ovarium
    Dokumen9 halaman
    LP Kista Ovarium
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • LP Febris
    LP Febris
    Dokumen13 halaman
    LP Febris
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Typhoid
    Laporan Pendahuluan Typhoid
    Dokumen15 halaman
    Laporan Pendahuluan Typhoid
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • LP Asfiksia
    LP Asfiksia
    Dokumen13 halaman
    LP Asfiksia
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • BBLSR
    BBLSR
    Dokumen11 halaman
    BBLSR
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • Satuan Acara Penyuluhan Kista
    Satuan Acara Penyuluhan Kista
    Dokumen5 halaman
    Satuan Acara Penyuluhan Kista
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat