Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH AGING TREATMENT TERHADAP POROSITAS DAN KEKUATAN

PUNTIR PRODUK SILINDER Al-Mg-Si PADA SQUEEZE CASTING

MAKALAH SEMINAR HASIL


KONSENTRASI TEKNIK PRODUKSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Teknik

Disusun oleh :

ANDITYA ADI PRASETYO

NIM. 0910623030-62

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS TEKNIK

MALANG

2014
LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH AGING TREATMENT TERHADAP POROSITAS DAN


KEKUATAN PUNTIR PRODUK SILINDER Al-Mg-Si PADA
SQUEEZE CASTING
MAKALAH SEMINAR HASIL

KONSENTRASI TEKNIK PRODUKSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan

Memperoleh gelar sarjana teknik

Disusun oleh:

ANDITYA ADI PRASETYO

NIM. 0910623030 -62

Telah diperiksa dan disetujui oleh ;

DOSEN PEMBIMBING I DOSEN PEMBIMBING II

Dr.Eng.Yudy Surya Irawan, ST, M. Eng Ir. Tjuk Oerbandono, M.Sc., CSE.
NIP. 19750710 199903 1 004 NIP. 19740930 200012 1 001

Pengaruh Aging Treatment Terhadap Porositas dan Kekuatan Puntir Produk Silinder
Al-Mg-Si Pada Squeeze Casting

Anditya Adi Prasetyo , Yudi Surya Irawan, Tjuk Oerbandono


Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang
Jalan MT. Hariono 167, Malang 65145, Indonesia
Anditya58@yahoo.co.id

ABSTRAK
Pada penelitian skripsi ini mengangkat permasalahan mengenai pengaruh aging treatment terhadap porositas
dan kekuatan puntir produk silinder Al-Mg-Si dengan menggunakan metode pengecoran DSC (Direct Sequeeze
Casting). Adapun tujuannya yaitu untuk mengetahui pengaruh efek aging treatment terhadap porositas dan
kekuatan puntir produk silinder Al-Mg-Si pada squeeze casting. Metode penelitian yang dilakukan pertama yaitu
membuat diagram alir penelitian untuk memudahkan proses melakukan penelitian, menentukan tempat penelitian,
variable yang digunakan, menyiapkan alat dan bahan. Untuk tahapan yang kedua yaitu prosedur penelitian yang
meliputi melakukan prosedur pengecoran, bekerja dengan alat squeeze casting, melanjutkan langkah aging
treatment, melakukan prosedur pengujian porositas, dan melakukan pengujian kekuatan puntir. Pada penelitian
spesimen dipanaskan dalam suhu aging yang bervariasi dengan masing-masing waktu 8 jam. Setelah dilakukan
penelitian maka akan diperoleh penurunan porositas dan terjadi peningkatan pada kekuatan puntir. Nilai
porositas terkecil terjadi pada variasi suhu 200C sebesar 0,8150% dan nilai puntir yang terbesar pada
variasi suhu 200 C sebesar 190,2 Mpa

Kata kunci: Metode Pengecoran Logam, Squeeze Casting, DSC, Aging Treatment
diklasifikasikan menjadi 2 dilihat dari
PENDAHULUAN mekanisme pengisian logam cair kedalam
Hal yang melatar belakangi penelitian ini cetakan pengecoran squeeze yaitu DSC
diantaranya adalah tuntutan kemajuan (Direct Sequeeze Casting) dan ISC (Indirect
teknologi terhadap modernisasi dalam Sequeeze Casting), namun pada penelitian
segala bidang. Kususnya dalam bidang metode yang digunakan adalah metode DSC
industri dimana peralatan industri saat ini (Direct Sequeeze Casting) (ASM Handbook
dituntut untuk berkualitas misalnya seperti 1998).
suatu alat yang ringan namun memiliki sifat Seiring dalam perkembangan teknologi
yang kuat, tahan korosi dan dapat menahan pengolahan bahan, alumunium banyak
beban yang besar. digunakan sebagai bahan baku industri,
Salah satu yang dapat di kembangkan dimana parameter yang digunakan adalah
untuk menghasilkan peralatan diatas yaitu produk harus ringan, penghantar panas
dapat di promosikan industri pengecoran yang baik dan bertitik cair yang rendah,
logam sebagai pusat perkembangannya. sehingga alumunium sering kali digunakan
Sehingga diharapkan kedepannya hal untuk menggantikan logam lain dengan
tersebut dapat membantu perkembangan fungsi yang sama. Selain itu alumunium
Negara pada sektor industri dan juga dapat dipadukan dengan beberapa
perekonomian. unsur logam untuk meningkatkan sifat
Dalam perkembangan industri mekaniknya misalnya AL-Mg-Si, dimana
pengecoran logam dikenal beberapa metode paduan ini memiliki keunggulan
yang digunakan Salah satunya adalah diantaranya adalah kekuatan mekaniknya,
metode Squeeze Casting dimana metode ini keuletan, konduktivitas panas logam ini
cukup memadai untuk kondisi perubahan cair tersebut kedalam cetakan, yang mana
tegangan, selain itu juga daya tahan korosi cetakan itu memiliki kemampuan untuk
terhadap uap air cukup tinggi (Surdia Tata, tahan terhadap temperatur tinggi dengan
1986:136). Sehingga paduan logam diatas bentuk rongga cetakan sesuai bentuk logam
yang akan digunakan dalam penelitian ini. yang dibuat, kemudian dibiarkan dingin lalu
Namun pada dasarnya disisi membeku. Terdapat beberapa urutan
keunggulan pasti ada kekurangan, dimana kegiatan yang harus dilakukan dalam
material ini kekuatan bahan alumunium melakukan pengecoran logam diantaranya
murninya sangatlah kecil sehingga perlu membuat cetakan, pencairan logam,
adanya heat treatment yang bertujuan pembersihan logam, dan pemeriksaan hasil
untuk memperbaiki sifat mekaniknya. coran.
Dalam hal ini adalah aging treatment, yaitu B. Pengecoran Squeeze
proses yang dilakukan dalam waktu dan (Squeeze Casting)
suhu tertentu (ASM handbook 1991). Pengecoran squeeze sering
Sehingga dalam penelitian ini akan dicari digambarkan sebagai suatu proses dimana
kekuatan puntir dan porositas silinder logam cair dibekukan di bawah tekanan
komposit Al, Mg, Si. eksternal yang relatif tinggi. Proses ini
Adapun permasalahan yang diangkat mengkombinasikan proses forging dan
didalam penelitian ini adalah bagaimana casting.
pengaruh efek aging treatment terhadap Pengecoran squeeze disebut juga
porositas dan kekuatan puntir produk penempaan logam cair (liquid metal
silinder Al-Mg-Si pada squeeze casting. forging). Proses pemadatan logam cair
Berdasarkan permasalahan tersebut terdapat dilakukan di dalam cetakan yang ditekan
beberapa batasan yaitu pembahasan yang dengan tenaga hidrolis. Penekanan logam
difokuskan pada porositas dan kekuatan cair oleh permukaan cetakan akan
puntir, bahan yang digunakan adalah paduan menghasilkan perpindahan panas dan
Al-Mg-Si, tekanan plunger squeeze casting menghasilkan penurunan porositas seperti
75 MPa, suhu tuang logam cair 900 ºC, sering terjadi pada produk cor besi tempa
temperatur Cetakan. 150 ºC, kecepatan (wrought iron). Penekanan juga berfungsi
penuangan dijaga konstan, dan Suhu suhu untuk membuat produk yang rumit.
aging treatment 100 ºC, 125 ºC, 150 ºC, 175 Hasil proses penempaan logam cair
ºC, 200 ºC. Hal tersebut bertujuan untuk adalah produk yang mendekati ukuran
mengetahui pengaruh efek aging treatment standarnya (near-net shape) dengan
terhadap porositas dan kekuatan puntir kualitas yang baik. Sedangkan struktur
produk silinder Al-Mg-Si pada squeeze mikro hasil pengecoran squeeze terlihat
casting. lebih padat dibandingkan dengan hasil
pengecoran dengan gravitasi. Hal ini
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengecoran dikarenakan kontak logam cair dengan
Logam permukaan die memungkinkan terjadinya
Definisi pengecoran logam (metal perpindahan panas yang cukup cepat
casting) adalah salah satu proses manufaktur sehingga menghasilkan struktur mikro
dimana logam dicairkan dalam tungku yang homogen dengan sifat mekanik yang
peleburan kemudian di tuangkan kedalam baik. Berdasarkan mekanisme pengisian
rongga cetakan (cavity) yang serupa dengan logam cair ke dalam die, pengecoran
bentuk asli dari produk cor yang akan dibuat. squeeze dikategorikan menjadi 2 jenis,
Dalam hal ini dijelaskan prinsip dasar yaitu: direct squeeze casting dan indirect
pengecoran logam adalah mencairkan logam squeeze casting.
dalam dapur kemudian menuangkan logam
• DSC (Direct Squeeze Casting) paling sederhana dalam penghitungan
DSC merupakan proses pengecoran tegangan yang terjadi pada material.
dimana logam cair didinginkan Dalam batas elastis tegangan geser
melalui pemberian tekanan secara bervariasi secara linier dari nol di bagian
langsung yang diharapkan mampu pusat lingkaran hingga mencapai
mencegah munculnya porositas gas maksimum pada permukaan terluar benda
dan penyusutan. uji. Pengujian dilakukan dengan
mencengkam salah satu ujung benda uji
silinder pada grip pemegang (chuck),
sementara ujung lainnya diberikan
pembebanan melalui kepala beban.
Deformasi diukur dengan alat pengukur
sudut puntir (twisting) yang dinamakan
troptometer. Penentuan deformasi
Gambar 1 Mekanisme Direct Squeeze didasarkan atas perpindahan sudut
Casting. (angular displacement) dari suatu titik
Sumber : Tjitro dan Firdaus . 2000: yang berada dekat ujung benda uji
110. terhadap posisi suatu titik dengan elemen
longitudinal yang sama di ujung lainnya
momoen torsi dapat dihitung dengan
• ISC (Indirect Squeeze Casting)
menggunakan rumus: (Djaprie, Sriati.
Istilah indirect dipakai untuk
1991. Ilmu dan Teknologi Bahan. Jakarta
menggambarkan injeksi logam ke
: Penerbit Erlangga..)
dalam rongga cetakan dengan
bantuan piston berdiameter kecil
dimana mekanisme penekan ini
dipertahankan sampai logam cair dengan :
membeku. MT : Momen torsi (N.m)
F : Gaya (N)
L : Panjang lengan (m)

Dan tegangan geser dapat dihitung dengan


menggunakan rumus

Gambar 2 Mekanisme Indirect Squeeze


Casting. dengan :
Sumber : Tjitro dan Firdaus. 2000: 110
: Tegangan
geser (MPa)
Pengujian puntir merupakan jenis
pengujian yang lebih spesifik : Momen torsi (N.m)
dibandingkan pengujian-pengujian D : Diameter (m)
terdahulu (tarik, kekerasan dan impak). : Momen inersia polar benda uji
Walaupun karakteristik mekanis material 4
pejal (m )
telah dapat diketahui dari hasil uji tariknya,
Benda uji puntir umumnya
memiliki penampang lintang silinder,
karena bentuk ini mewakili geometri
C. Aging Treatment dianjurkan sering berhubungan dengan
Pengerasan material dapat dicapai waktu, faktor biaya dan probabilitas untuk
dengan temperatur ruangan (natural aging) mendapatkan sifat yang diinginkan, dengan
atau pun percepatan perlakuan panas pertimbangan tunjangan untuk variabel
(artificial aging). Dalam beberapa paduan, seperti komposisi dalam jangkauan tertentu
percepatan dapat berlangsung beberapa dan variasi suhu di dalam tungku dan beban.
hari, dalam temperatur ruang untuk Penggunaan suhu yang lebih tinggi dapat
menghasilkan produk stabil dengan sifat mengurangi waktu perawatan, tetapi jika
yang baik untuk berbagai aplikasi. suhu terlalu tinggi, karakteristik dari proses
Perlakuan aging ini biasanya dilakukan artificial aging mengurangi kemungkinan
untuk memberikan peningkatan kekuatan untuk mendapatkan sifat yang diinginkan.
dan kekerasan pada produk tempa atau Berikut adalah grafik hubungan antara lama
coran. Pada beberapa paduan dengan waktu artificial aging dengan kekuatan
reaksi yang lama pada temperatur ruang, tarik, kekuatan luluih dan perpanjangan
selalu dilakuakan perlakuan panas sebelum paduan Al-6061 dengan
produk digunakan. suhu yang berbeda pula. (ASTM vol 4)
Natural aging Digunakan pada paduan
dengan seri tempa 6xxx, paduan dengan METODE PENELITIAN
kandungan tembaga seri 7xxx, dan semua Tujuan dari penelitian yang dilakukan
seri 2xxx. Pada beberapa paduan ini terutama adalah untuk mengetahui pengaruh aging
pada paduan seri 2xxx dengan menggunakan treatment pada squeeze casting terhadap
natural aging menghasilkan rasio yang kualitas hasil produk silinder berbahan
tinggi baik kekuatan tarik, luluh, paduan Al-Mg-Si. Dengan asumsi variabel
ketangguhan, dan fatigue. Berbeda halnya yang konstan, maka metode penelitian
dengan paduan seri 6xxx dan 7xxx, paduan yang digunakan adalah penelitian nyata
tersebut jauh kurang stabil pada suhu kamar (true experimental research), yaitu untuk
dan terus menurun setelah bertahun – tahun. menyelidiki kemungkinan hubungan sebab
Sedangkan artificial Aging Pada akibat dengan cara mengenakan kepada
umumnya dilakukan pada suhu rendah dan salah satu atau lebih kelompok
proses yang lama. Suhu berkisar antara 115 eksperimental dengan kondisi perlakuan
– 190oC (240-375oF) ; variasi waktu dari 5 dan membandingkan hasilnya dengan
– 48 jam. kelompok kontrol.
Keuntungan dari artificial aging adalah
meningkatkan sifat mekaniknya, seperti A. Variabel Penelitian Variabel-variabel
kekerasan, tarik, dan puntir, selain itu dapat yang digunakan dalam penelitian ini
juga mengurangi tegangan sisa. Pemilihan adalah sebagai berikut:
siklus suhu-waktu harus dipertimbangakan 1. Variabel Bebas Variabel bebas
secara hati – hati. Semakin besar partikel adalah variabel yang besarnya
paduan, maka dibutuhkan waktu yang lebih ditentukan sebelum penelitian.
lama dan suhu yang lebih tinggi, namun Variabel bebas yang digunakan
partikel yang besar dibutuhkan jarak yang adalah suhu aging treatment 100
lebih besar antar partikelnya. Tujuannya ºC, 125 ºC, 150 ºC, 175 ºC, 200 ºC.
adalah untuk memilih siklus yang 2. Variabel Terikat Variabel Terikat
menghasilkan kekuatan mekanik yang adalah variabel yang besarnya
maksimal. tergantung dari variabel
Jika menginginkan sifat mekanik yang bebas.Variabel terikatnya adalah
baik, maka pemililihan suhu dan waktu Porositas Hasil Coran (%) dan
harus lebih spesifik. Perawatan umum yang Kekuatan Puntir (MPa)
3. Variabel Terkontrol
Variabel Terkontrol adalah
variabel yang besar nilainya
dibuat konstan. Dalam penelitian
ini variabel kontrolnya adalah:
- Tekanan plunger 75 MPa
- Temperatur Tuang Logam
cair: 900 ºC
- Time Delay: 5 menit
- Temperatur Cetakan:150 ºC
- Lama waktu solution
treatment dan artificial agent 8 Gambar 4 Instalasi Squeeze
jam B. Prosedur Penelitian Casting
a. Prosedur Pengecoran Langkah-
langkah pengerjaan dalam penelitian ini
adalah: Keterangan :
1) Persiapan percobaan, yaitu a) Plunger
menyiapkan dapur peleburan, b) Cetakan
menyiapkan cetakan logam, dan
menyiapkan alat-alat yang 3) Peleburan Al-Mg-Si sampai
digunakan. temperatur ± 900ºC
2) Membuat cetakan produk yang 4) Menghitung tekanan plunger
akan digunakan. menjadi tekanan pada hydraulic.
• Pola cetakan logam pada squeeze 5) Penuangan logam cair dengan
casting, seperti terlihat pada tekan plunger 75 MPa
gambar 3.1.
b. Cara Kerja Alat Squeeze Casting
Berikut ini adalah cara kerja dari alat
squeeze casting :
1) Memanaskan Al-Mg-Si hingga
mencair dengan suhu 900ºC pada
dapur listrik.
2) Pasang cetakan logam ke dalam
alat squeeze casting.
3) Panaskan cetakan logam hingga
suhu 150ºC kemudian cek dengan
infrared thermometer pada semua
titik cetakan.
4) Matikan alat pemanas (burner)
Gambar 3 cetakan (satuan : mm) kemudian tuang logam cair ke
dalam saluran masuk dari alat
squeeze casting secukupnya.
• Gambar instalasi squeeze 5) Menekan hidrolik silinder hingga
casting ditunjukkan pada gambar mencapai tekanan 75 MPa sampai
3.2 logam cair turun ke bawah dan
mengisi seluruh cetakan.
6) Membuka cetakannya dan lepas
benda kerja secara perlahan setelah
temperatur pada logam cair sudah
turun. d. Prosedur Pengujian Porositas Dari
7) Melakukan pendinginan specimen benda uji yang dihasilkan dilakukan
dengan air sampai temperature pengujian untuk mengetahui nilai
specimen menjadi temperature porositas hasil coran sebagai berikut:
ruangan Pengujian Porositas sebelum finishing.

c. Aging Treatment 1) Mengambil benda kerja hasil coran


Keterangan gambar dan dilakukan pemotongan, seperti
1) Langakah 1-2 Hasil coran squeeze gambar 3.5.
casting dipanaskan dalam dapur
pemanas hingga mencapi suhu
530°C
2) Langkah 2-3 setelah suhu dapur Gambar 6 Spesimen Uji piknometri
pemanas mencapai suhu 530°C
dilakuakan holding selama 8 jam 2) Pengambilan data uji porositas
3) Langkah 3-4 Setelah dilakukan menggunakan metode piknometri.
holding maka slanjutnya hasil 3) Pengolahan data hasil pengujian.
coran dilakukan quenching dengan Melakukan pengulangan langkah
menggunakan fluida air hingga 1 sampai 4 untuk spesimen dengan
mencapai suhu kamar variasi aging treatment 100 ºC,
4) Langkah 4-5 Dilakukan aging 125 ºC, 150 ºC, 175 ºC, 200 ºC.
treatment dengan variasi 4) Melakukan analisa dan
suhu100ºC, 125ºC, 15 ºC, 17 ºC, pembahasan dari data-data yang
200ºC. selama 8 jam diperoleh.
5) Selesai.

e. Prosedur Pengujian Kekuatan


Puntir
Dalam penelitian ini dilakukan
pengujian kekuatan puntir dengan
spesifikasi mesin dan bentuk spesimen
seperti ditunjukkan Gambar 3.4 dan
Gambar 3.5.
Gambar 5 Heat treatment 1) Persiapkan spesimen yang akan
diuji puntir
Pengerjaan aging treatment dalam 2) Periksa dan pasang jarum penunjuk
penelitian ini adalah: momen puntir pada skala nol.
1) dilakukan proses quenching 3) Atur jarum penunjuk sudut puntir
dengan menggunakan air pada pada skala nol.
produk hasil coran sampai 4) Atur jarum penunjuk momen
mencapai suhu 27 oC puntir pada skala nol.
2) dilakukan proses aging treatment 5) Pasang spesimen uji dengan baik.
dengan memasukan produk coran Putarlah grip pemegang ke arah
ke dalam dapur pemanas dengan yang sesuai. Pastikan
variasi suhu 100 oC,125 oC,150 pengencangan yang dilakukan
o
C,175 oC, 200 oC selama 8 jam tidak terlalu rendah maupun terlalu
besar. Gunakan alat bantu bila
perlu.
6) Putar pemutar pada mesin puntir
untuk menghitung besarnya torsi
tiap perubahan sudut yang terjadi.
7) Amati dan catat momen torsi pada
penambahan sudut puntir tiap 10º
hingga benda uji putus.
Gambar 8 grafik porositas pada variasi
suhu aging

Dari grafik 8 dapat disimpulkan bawah


aging treatment dapat menurunkan nilai
Gambar 7 Spesimen pengujian puntir porositas.dari hasil aging treatment didapat
Sumber: ASTM E-143. hasil porositas tertinggi pada suhu aging
100ᵒC sebesar 1,79% dan hasil porositas
terendah terdapat pada suhu aging 200ᵒC
yaitu sebesar 0,883%.hal ini disebabkan
Karena pada saat solution treatment terjadi
pergerakan butiran secara acak. Pada saat
atom bergerak secara acak lalu didinginkan
secara cepat membuat atom tersebut
berhenti bergerak secara mendadak dan
tidak sempat tetrtata secara teratur. Lalu
dilakukan aging treatment, pada saat

melalui suhu aging dilakukan pendinginan


dengan didalam sdapur sampai mencapai
suhu 27ᵒC. Karena perlakuan tersebut
membuat benda hasil aging treatmen
menjadi menurun nilai porositasnya.

B. Pengujian Kekuatan Puntir


Pada setiap produk hasil coran
Gambar 3.6 Mesin uji puntir. dipanaskan pada suhu aging, atom-atom
tersebut mulai tertata atau terdistribusi
secara merata dan mulai mengisi rongga
HASIL DAN PEMBAHASAN yang kosong. Aging treatmen dilakukan
A. Pengujian Porositas Dari hasil selama 8 jm, 8 jam it merupakan waktu yang
penelitian diperoleh grafik seperti cukup ntuk menata struktur atom secara
dibawah merata. Setelah 8 jam dilakukan
pembebanan secara dinamis. Kekuatan
puntir dipengaruhi oleh ukuran butir serta
porositas. Semakin kecil ukuran butir dan
juga menurunya nila porositas maka akan
terjadi peningkatan pada kekuatan puntir.
Hubungan antara aging treatment dengan
kekuatan puntir dapat
dilihat pada grafik 9 dan 10 suhu aging dengan waktu yang sama maka
akan berpengaruh pada unsur Mg dan Si.
Mg dan Si tersebut mengalami keadaan
yang stabil. Selain itu juga struktur butiran
yang halus dan tertata secara merata juga
berpengaruh pada kekuatan puntir. Semakin
rapat dan padat struktru butinya maka
kekuatan puntir
yang dihasilkan juga smakin meningkat

KESIMPULAN
Gambar 9 grafik suhu aging terhadap Adapun yang dapat disimpulkan dari
momen torsi penelitian ini adalah dimana telah diketahui
pengaruh aging treatment terhadap
porositas dan kekuatan puntir produk
silinder Al-Mg-Si :
• Peningkatani suhu aging akan
berbanding terbalik dengan
porositas
• Peningkatan suhu aging juga akan
meningkatkan kekuatan puntir
• Prosentase terendah dan kekuatan
puntir tertinggi terdapt pada
Gambar 10 grafik pengaruh aging
variasi suhu 200C yaitu sebesar
treatmen terhadap kekuatan puntir
0,88% dan 190,2Mpa

DAFTAR PUSTAKA
ASM handbook Vol. 4. 1991. Heat
Treating. Materials. Detroit: ASM
International
ASM handbook Vol. 8. 1998. Mechanical
Gambar 11 hasil uji puntir
Testing and Evaluation. Materials
Park, OH : ASM International
Dari grafik diatas dapat diperoleh nilai
momentorsi minimum yaitu pada suhu De Garmo, E. P. 1990. Materials and
100ᵒC dengan momentorsi 5,763 N.m dan Processes In Manufacturing. John
untuk nilai momentorsi maksimum yaitu Wiley and Sons, Inc.
pada suhu 200ᵒC dengan momentorsi 8,093
N.m. Sedangkan pada grafik diatas juga di Dieter, G.E; 1988: Mechanical Metallurgy;
tunjukkan nilai minimum untuk nilai SI metric edition, McGraw-Hill,
tegangan geser pada suhu 100 ᵒC adalah ISBN 0-07-100406-8..
135,96 MPa dan untuk nilai maksimumnya Djaprie, Sriati. 1991. Ilmu dan Teknologi
pada suhu 200ᵒC adalah 190,92 MPa. Pada Bahan. Jakarta : Penerbit Erlangga.
grafik diatas terliahat bahwa pada variasi
Surdia, dan Kenji. 1996. Teknik
Pengecoran Logam. Jakarta:
Pradnya Paramita.
Tjitro, dan Firdaus. 2000. Pengecoran
Squeeze. Surabaya: Jurnal Teknik
Mesin Vol.3 UK Petra hal. 109-
113.

Anda mungkin juga menyukai