Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH STUDI ISLAM

ASPEK PEMBAHARUAN DALAM ISLAM

Disusun Oleh:

Al hidayah 11151040000111
Anisa Puteri Ashara 11151040000052
Nita Rahmawat 11151040000014
Nurfika Mustka Dewi 11151040000023

PSIK A 2015

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat
dan karunia-Nya lah sehingga tugas Makalah yang berjudul “Aspek Pembaharuan Dalam
Islam“ ini dapat kami selesaikan. Tidak lupa kita sampaikan shalawat pada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliah ke zaman islamiah.
Makalah ini kami buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas kelompok Studi Islam 2.

Makalah ini disusun dalam rangka memberikan perdalaman materi pembelajaran


tentang pengertan pembaharuan dalam islam, perbedaannnya dengan modernisasi,
reformasi, revitalisasi, rekonstruksi, reaktualisasi, dan reinterpretasi, latar belakang lahirnya,
prokontra, tokoh-tokoh,pembaharuan dalam islam, serta manfaat pembaharuan islam bagi
kemajuan islam.

Karena adanya keterbatasan pengetahuan dari kami semua, mungkin makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca, kurang dan lebihnya kami mohon maaf. Terimakasih.

Ciputat, 17 Maret 2016

Kelompok 5

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................2

DAFTAR ISI................................................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................6

PENDAHULUAN........................................................................................................................6

1. Latar Belakang..............................................................................................................6

2. Rumusan Masalah........................................................................................................6

BAB II........................................................................................................................................7
PEMBAHASAN..........................................................................................................................7

Pengertan pembaharuan islam........................................................................................7

Perbedaan pembaharuan islam dengan modernisasi, reformasi, revitalisasi, rekontruksi,


reinterpretasi....................................................................................................................9

Latar belakang lahirnya pembaharuan dalam islam.......................................................13

Para tokoh pembaharu islam..........................................................................................19

Manfaat pembaharuan islam bagi kemajuan islam........................................................29

BAB III.....................................................................................................................................30

PENUTUP...............................................................................................................................30

Kesimpulan.....................................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................31

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pembaharuan dalam islam dikenal juga dengan modernisasi islam, yang mempunyai
tujuan untuk menyesuaikan ajaran yang terdapat dalam agama dengan ilmu pengetahuan
dan Falsafah modern, Tetapi perlu diingat bahwa dalam islam ada ajaran yang tdak bersifat
mutlak, yaitu penafsiran atau interpretasi dari ajaran-ajaran yang bersifat mutlak itu. Dengan
kata lain pembaharuan mengenai ajaran-ajaran yang bersifat mutlak tak dapat diadakan.
Pembaharuan dapat dilakukan mengenai penafsiran dalam aspek teologi, hukum, politk dan
mengenai lembaga-lembaga.

2. Rumusan Masalah
1. Apakah itu pembaharuan dalam islam?
2. Perbedaan pembaharuan islam dengan modernisasi, reformasi, revitalisasi,
rekonstruksi, reaktualisasi, dan reinterpretasi?
3. latar belakang lahirnya pembaharuan dalam islam?
4. Prokontra pembaharuan dalam islam?
5. Siapa saja tokoh-tokoh pembaharuan dalam islam?
6. Manfaat pembaharuan islam bagi kemajuan islam ?

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertan pembaharuan islam

Kata yang lebih dikenal dan lebih populer untuk pemabaharuan ialah modernisasi.
Dalam masyarakat Barat kata modernisasi mengandung art fikiran, aliran, gerakan dan
usaha untuk mengubah paham-paham, adat-istadat lama agar dapat disesuaikan dengan
pendapat-pendapat dan keadaan-keadaan baru yang ditmbulkan ilmu pengetahuan
modern. Fikiran dan aliran itu tmbul di periode yang disebut Age of Reason (masa akal atau
masa terang) 1650-1800 M.

Paham ini mempunyai pengaruh besar dalam masyarakat Barat dan segera memasuki
lapangan agama yang di Barat dipandang sebagai penghalang bagi kemajuan. Modernisasi
dalam hidup keagamaan di Barat mempunyai tujuan untuk menyesuaikan ajaran yang
terdapat dalam agama Katolik dan Protestan dengan ilmu pengetahuan dan Falsafah
modern. Aliran itu akhirnya membawa kepada sekularisme di Barat.
Pembaharuan dalam islam mempunyai tujuan yang sama. Tetapi perlu diingat bahwa
dalam islam ada ajaran yang tdak bersifat mutlak, yaitu penafsiran atau interpretasi dari
ajaran-ajaran yang bersifat mutlak itu. Dengan kata lain pembaharuan mengenai ajaran-
ajaran yang bersifat mutlak tak dapat diadakan. Pembaharuan dapat dilakukan mengenai
penafsiran dalam aspek teologi, hukum, politk dan mengenai lembaga-lembaga. Perkataan
pembaharuaan atau modernisasi islam kurang dapat dipakai yang tepat ialah pembaharuan
atau modernisasi dalam islam.

Dalam masyarakat barat kata modernisasi mengandung pengertan pemikiran, aliran,


gerakan, dan usaha untuk mengubah paham-paham, adat istadat, insttusi-insttusi lama
dan sebagainya. Agar emua itu dapat disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan keadan
baru yang ditmbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern.
Pembaharuan Islam adalah upaya untuk menyesuiakan paham keagamaan Islam
dengan perkembangan dan yang ditmbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan terknologi
odern. Dengan demikian pembaharuan dalam Islam ukan berart mengubah, mengurangi
atau menambahi teks Al-Quran maupun Hadits, melainkan hanya menyesuaikan paham atas
keduanya. Sesuai dengan perkembangannya zaman, hal ini dilakukan karena betapapun
hebatnya paham-paham yang dihasilkan para ulama atau pakar di zaman lampau itu tetap
ada kekurangannya dan selalu dipengaruhi oleh kecendrunagan, pengetahuan, situasional,
dan sebagainya. Paham-paham tersebut untuk di masa sekarang mungkin masih banyak
yang relevan dan madih dapat digunakan, tetapi mungkin sudah banyak yang tdak sesuai
lagi.
Kata tajdid sendiri secara bahasa berart “mengembalikan sesuatu kepada kondisinya
yang seharusnya”. Dalam bahasa Arab, sesuatu dikatakan “jadid” (baru), jika bagian-
bagiannya masih erat menyatu dan masih jelas. Maka upaya tajdid seharusnya adalah upaya
untuk mengembalikan keutuhan dan kemurnian Islam kembali. Atau dengan ungkapan yang
lebih jelas, Thahir ibn ‘Asyur mengatakan, Pembaharuan agama itu mulai direalisasikan
dengan mereformasi kehidupan manusia di dunia. Baik dari sisi pemikiran agamisnya dengan
upaya mengembalikan pemahaman yang benar terhadap agama sebagaimana mestnya,
dari sisi pengamalan agamisnya dengan mereformasi amalan-amalannya, dan juga dari sisi
upaya menguatkan kekuasaan agama.
Pengertan ini menunjukkan bahwa sesuatu yang akan mengalami proses tajdid adalah
sesuatu yang memang telah memiliki wujud dan dasar yang riil dan jelas. Sebab jika tdak, ke
arah mana tajdid itu akan dilakukan? Sesuatu yang pada dasarnya memang adalah ajaran
yang batl –dan semakin lama semakin batl-, akan ditajdid menjadi apa? Itulah sebabnya,
hanya Syariat Islam satu-satunya syariat samawiyah yang mungkin mengalami tajdid.
Sebabnya dasar pijakannya masih terjaga dengan sangat jelas hingga saat ini, dan dapat
dipertanggungjawabkan. Adapun Syariat agama Yahudi atau Kristen –misalnya-, keduanya
tdak mungkin mengalami tajdid, sebab pijakan yang sesungguhnya sudah tdak ada. Yang
ada hanyalah “apa yang disangka” sebagai pijakan, padahal bukan. Tidak mengherankan jika
kemudian aliran Prostestan menerima “kemenangan” akal dan sains atas agama, sebab
gereja pada mulanya tdak menerimanya, sebab teks-teks Injil tdak memungkinkan untuk
itu. Dan yang sepert sama sekali tdak dapat disebut sebagai tajdid. Dalam Islam sendiri,
seputar ide tajdid ini, Rasulullah saw. sendiri telah menegaskan dalam haditsnya tentang
kemungkinan itu. Beliau mengatakan, yang artnya:
“Sesungguhnya Allah akan mengutus untuk ummat ini pada setap pengujung seratus tahun
orang yang akan melakukan tajdid (pembaharuan) terhadap agamanya.” (HR. Abu Dawud ,
no. 3740).
Tajdid yang dimaksud oleh Rasulullah saw di sini tentu bukanlah menggant atau mengubah
agama, akan tetapi –sepert dijelaskan oleh Abbas Husni Muhammad maksudnya adalah
mengembalikannya sepert sediakala dan memurnikannya dari berbagai kebatlan yang
menempel padanya disebabkan hawa nafsu manusia sepanjang zaman. Terma
“mengembalikan agama sepert sediakala” tdaklah berart bahwa seorang pelaku tajdid
(mujaddid) hidup menjauh dari zamannya sendiri, tetapi maknanya adalah memberikan
jawaban kepada era kontemporer sesuai dengan Syariat Allah Ta’ala setelah ia dimurnikan
dari kebatlan yang ditambahkan oleh tangan jahat manusia ke dalamnya. Itulah sebabnya,
di saat yang sama, upaya tajdid secara otomats digencarkan untuk menjawab hal-hal yang
mustahdatsat (persoalan-persoalan baru) yang kontemporer. Dan untuk itu, upaya tajdid
sama sekali tdak membenarkan segala upaya mengoreksi nash-nash syar’i yang shahih, atau
menafsirkan teks-teks syar’i dengan metode yang menyelisihi ijma’ ulama Islam. Sama sekali
bukan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tajdid dalam Islam mempunyai 2 bentuk:
Pertama, memurnikan agama -setelah perjalanannya berabad-abad lamanya- dari hal-hal
yang menyimpang dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Konsekuensinya tentu saja adalah kembali
kepada bagaimana Rasulullah saw dan para sahabatnya mengejawantahkan Islam dalam
keseharian mereka.
Kedua, memberikan jawaban terhadap setap persoalan baru yang muncul dan berbeda dari
satu zaman dengan zaman yang lain. Meski harus diingat, bahwa “memberikan jawaban”
sama sekali tdak identk dengan membolehkan atau menghalalkannya. Intnya adalah
bahwa Islam mempunyai jawaban terhadap hal itu. Berdasarkan ini pula, maka kita dapat
memahami bahwa bidang-bidang tajdid itu mencakup seluruh bagian ajaran Islam. Tidak
hanya fikih, namun juga aqidah, akhlaq dan yang lainnya. Tajdid dapat saja dilakukan
terhadap aqidah, jika aqidah ummat telah mengalami pergeseran dari yang seharusnya.

2. Perbedaan pembaharuan islam dengan modernisasi, reformasi, revitalisasi, rekontruksi,


reinterpretasi

Banyak sekali peristlahan yang digunakan para pe-nulis yang dalam bahasa Indonesia
berkonotasi pemba-haruan, umpamanya tajdid, ishlah, reformasi, ‘ashriyah, modernisasi,
revivalisasi, resurgensi (resurgence), reassersi (reasserton), renaisans, dan fundamentalis.
Peristlahan se-pert ini tmbul, bukan sekedar perbedaan semantk bela-ka, akan tetapi
dilihat dari isi pembaharuan itu sendiri.
1. Tajdid, Ishlah, dan Reformasi
Tajdid sering diartkan sebagai ishlah dan reformasi; karena itu, gerakannya disebut
gerakan tajdid, gerakan ishlah, dan gerakan reformasi. Tajdid menurut bahasa al-i’adah wa
al-ihya’ , mengembalikan dan menghidupkan. Tajdid al-din, berart mengembalikannya
kepada apa yang pernah ada pada masa salaf, generasi muslim awal. Tajdid al-Din menurut
istlah ialah menghidupkan dan membangkitkan ilmu dan amal yang telah diterangkan oleh
al-Quran dan al-Sunnah . Ulama salaf memberikan ta’rif tajdid sebagai berikut :
Menerangkan/membersih-kan Sunnah dari bid’ah memperbanyak ilmu dan memu-
liakannya, membenci bid’ah dan menghilangkannya” . Selanjutnya tajdid dikatakan sebagai
penyebaran ilmu, meletakkan pemecahan secara Islami terhadap setap problem yang
muncul dalam kehidupan manusia, dan menentang segala yang bid’ah. Tajdid tersebut di
atas dapat pula diartkan sebagaimana dikatakan oleh ulama salaf menghidupkan kembali
ajaran salaf al-shaleh, meme-lihara nash-nash, dan meletakkan kaidah-kaidah yang disusun
untuknya serta meletakkan metode yang benar untuk memahami nash tersebut dalam
mengambil mak-na yang benar yang sudah diberikan oleh ulama.
Dari definisi di atas nampak, bahwa tajdid tersebut mendorong umat Islam agar
kembali kepada al-Quran dan sunnah serta mengembangkan ijthad. Inilah makna tajdid
yang dianut oleh kaum puritan yang selama ini suaranya masih bergema. Tajdid sepert ini
pula yang di-katakan sebagai ishlah atau reformasi dalam Islam. Refor-masi itu sendiri,
berdasarkan sejarahnya, muncul akibat modernisasi muncul sebagai reaksi atas reformasi.
Reformasi adalah vis a vis modernisasi. Reformasi sebagai akibat adanya penyimpangan
agama dan teologi yang disebabkan oleh adanya sekularisme modern (reformaton as a
religious and theological and the cauce of modern secularism).
2. ‘Ashriyah dan Modernisasi
Istlah modernisasi atau ashriyah (Arab) diberikan oleh kaum Orientalis terhadap
gerakan Islam tersebut di atas tanpa membedakan isi gerakan itu sendiri. Modernisasi,
dalam masyarakat Barat, mengandung art fikiran, aliran, gerakan dan usaha-usaha untuk
merubah faham-faham, adat istadat, insttusi-insttusi lama, dan sebagai-nya untuk
disesuaikan dengan suasana baru yang ditm-bulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern. Tatkala umat Islam kontak dengan Barat, maka modernisasi dari Barat
membawa kepada ide-ide baru ke dunia Islam, sepert rasionalisme, nasionalisme, demok-
rasi, dan lain sebagainya.

Penyesuaian ajaran sepert di atas disebut modern karena dalam sejarahnya agama
Katholik dan Protestan dahulu diajak menyesuaikan diri dengan ilmu pengeta-huan dan
falsafat modern. Sayangnya, modernisaai di Barat ini akhirnya membawa kepada
sekularisasi. Jika seandainya demikian ternyata perkataan modern tdak sedikit dampaknya
dan bahayanya dalam pemahaman agama, seandainya tdak ada filter-filter tertentu untuk
menyaringnya sebagaimana terjadi di dunia Barat tadi. Itulah sebabnya barangkali Harun
Nasuton tdak begitu sreg menggunakan kata modern sebagai gantnya dipilih kata
pembaharuan.
3. Revivalisasi, Resurgensi, Renaisans, Reasersi
Kesemua peristlahan di atas mengandung art te-gak kembali atau bangkit kembali.
Peristlahan revivali-sasi, pada dasarnya, banyak sekali digunakan oleh para penulis.
Fazlurrahman, misalnya, menggunakan istlah ini, bahkan ia membaginya kepada dua bagian
yaitu revivalis pra-modernis dan revivalis neo modernis.
Penulis lain mengungkapkan kebangkitan kembali dengan kata resurgence. Chandra
Muzaffar yang menge-mukakan istlah ini dalam tulisannya Resurgence A. Global Vew
menyatakan bahwa adanya perbedaan antara istlah revivalis dengan resurgence.
Resurgence, adalah tndakan bangkit kembali yang di dalamnya mengandung unsur :
1. kebangkitan yang datang dari dalam Islam sendiri dan Islam dianggap pentng karena
dianggap mendapatkan kembali prestsenya;
2. ia kembali kepada masa jayanya yang lalu yang pernah terjadi sebelumnya;
3. bangkit kem¬bali untuk menghadapi tantangan, bahkan ancaman dari mereka yang
berpengalam-an lain.
Revivalisme juga berat bangkit kembali, tetapi kem-bali ke masa lampau, bahkan
berkeinginan untuk meng-hidupkan kembali yang sudah usang. Renaisans, jika ha-nya
diartkan secara umum nampaknya membangkitkan kembali ke masa-masa yang sudah
ketnggalan zaman, bahkan ada konotasi menghidupkan kembali masa jahi-liyah,
sebagaimana renaisans di Eropa yang berart meng-hidupkan kembali peradaban Yunani.
Jika istlah ini ter-paksa digunakan, maka Renaisans Islam harus berart tajdid .
Karena itu, barangkali mengapa banyak para penu-lis menggunakan Renaisans dalam
menerangkan tajdid atau Pembaharuan dalam Islam. Fazlurrahman, misalnya dalam
bukunya Islam : Challenges and Opportunites, me-nulis tentang Renaisans Islam : Neo
Modernis. Istlah ini-pun digunakan pula oleh editor buku A History of Islamic Phllisophy,
M.M. Sharif, tatkala rnenerang¬kan tokoh-to-koh pembaharuan dunia Islam, sepert
Muhammad ibn Abd al-Wahab, Muhammad Abduh dan lainnya di ba-wah judul Modern
Renaissans. Sementara itu reasserton berart tegak kembali tetapi tdak mengandung tan-
tangan terhadap masalah sosial yang ada.
Demikianlah istlah tajdid, pembaharuan, yaitu dike-mukakan oleh para ahli, mereka
bukan hanya sekedar berbeda pendapat dalam hal istlah yang digunakan, akan tetapi dalam
makna dan isi pembaharuan itu sen-diri. Itulah sebabnya orang sering mengatakan bahwa
istlah Pembahruan dalam Islam masih merupakan kon-troversi yang mengandung
kebenaran. Dan itu pula sebabnya mengapa Harun Nasuton tdak banyak meng-gunakan
peristlahan yang banyak itu, kecuali menggu-nakan istlah pembaharuan, modern dan tajdid
sewaktu-waktu. Karena, yang pentng adalah isi dan tujuan dari pembaharuan itu sendiri
kembali kepada ajaran-ajaran dasar dan memelihara ijthad.

Pengertan Istlah
1. Harun Nasuton cendrung menganalogikan istlah “pembaharuan” dengan “modernisme”,
karena istlah terakhir ini dalam masyarakat Barat mengandung art pikiran, aliran, gerakan,
dan usaha mengubah paham-paham, adt-istadat, insttusi lama, dan sebagainya unutk
disesuaikan dengan suasana baru yang ditmbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern. Gagasan ini muncul di Barat dengan tujuan menyesuaikan ajaran-ajaran
yang terdapat dalam agama Katolik dan Protestan dengan ilmu pengetahuna modern.
Karena konotasi dan perkembangan yang sepert itu, harun Nasuton keberatan
menggunakan istlah modernisasi Islam dalam pengertan di atas.
2. Revivalisasi. Menurut paham ini, “pembaharuan adalah “membangkitkan” kembali Islam
yang “murni” sebagaimana pernah dipraktekkan Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi
Wassalam dan kaum Salaf.
3. Kebangkitan Kembali ( Resugence ) Dalam kamus Oxford, resurgence didefinisikan sebagai
“kegiatan yang muncul kembali” (the act of rising again ). Pengertan ini mengandung 3 hal :
a. Suatu pandangan dari dalam, suatu cara dalam mana kaum muslimim melihat
bertambahnya dampak agama diantara para penganutnya. Islam menjadi pentng kembali.
Dalam artan, memperoleh kembali prestse dankehormatan dirinya.
b. “Kebangkitan kembali” menunjukkan bahwa keadaaan tersebut telah terjadi sebelumnya.
Jejak hidup nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam dan para pengikutnya memberikan
pengaruh besar terhadap pemikiran orang-orang yang menaruh perhatan pada jalan hidup
Islam saat ini.
c. Kebangkitan kembali sebagai suatu konsep, mengandung paham tentang suatu tantangan,
bahkan suatu ancaman terhadap pengikut pandangan-pandangan lain.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern memasuki dunia Islam terutama
sesudah pembukaan abad ke-19 M, yang dalam sejarah Islam di pandang sebagai permulaan
periode modern. Kontak dengan dunia barat selanjutnya membawa ide-ide baru ke dunia
Islam sepert Rasionalisme, Nasionalisme, Demokrasi, dan sebagainya. Semua ini
menimbulkan persoalan-persoalan baru dan pemimpin-pemimpin Islam pun mulai
memikirkan cara mengatasi persoalan-persoalan itu.
Sebagaimana halnya di barat, di dunia Islam juga tmbul pikiran dan gerakan untuk
menyesuaikan paham-paham keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang
ditmbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern itu. Dengan jalan demikian
itu pemimpin-pemimpin Islam modern berharap akan dapat melepaskan umat Islam nilai
suasana kemunduran untuk selanjutnya dibawa pada kemajuan.
Akan tetapi di sebagian umat Islam tradisional hingga sat ini tampak ada perasaan masih
belum mau menerima apa yang di maksud dengan pembaharuan Islam. Hal ini, antara lain
disebabkan karena salah persepsi dalam memahami art pembaharuan dalam Islam.mereka
memandang bahwa pembaharuan Islam adalah membuang ajaran Islam yang sama digant
dengan ajaran Islam baru, padahal ajaran Islam yang lama itu berdasarkan hasil Ijthad
ulama besar yang dalam ilmunya taat beribadah dan unggul kepribadiannya. Sedangkan
ulama yang sekarang di pandang kurang mendalami ilmu agamanya, kurang taat, dalam
beribadahnya, dan kurang baik budi pekertnya. Oleh Karena itu mereka masih beranggapan
bahwa pemikiran ulama di abad yang lampau sudah cukup baik dan tdak perlu digant
dengan pemikiran ulama sekarang.
Selain itu ada pula yang memahami pembaharuan Islam dengan mengubah Al-Quran
dan Hadits, memahami Al-Quran dan Hadits menurut selera orang yang memahaminya atau
mencocokan-mencocokan makna Al-Quran dan Hadits dengan makna yang dimaui oleh
orang-orang yang menafsirkannya, sehingga Al-Quran dan Hadits semacam setempel yang
melegitmasi segala perbuatan yang dilakukan manusia. Dengan kata lain, pembahasan
Islam mereka persepsikan dengan upaya mencocokkan kehendak Al-Quran dan Hadits
dengan kehendak orang yang menafsirkannya, bukan mengajak orang untuk hidup sesuai
dengan Al-Quran dan Hadits. Persepsi demikian hingga kini tampak di pegang terus oleh
sebagian umat Islam Tradisional tanpa mau melakukan dialog atau dikusi dengan para tokoh
Pembaharu Islam, sehingga munculah istlah kaum modernis dan kaum tradisional.
Modern berart terbaru, mutakhir atau sikap dan cara berpikir serta bertndak dengan
tuntutan zaman.
Sedangkan modernisasi adalah pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga
masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan tuntutan hidup masa kini.
Selain itu pembaharuan dalam Islam dapat pula berart mengubah keadaan umat agar
mengikut ajaran yang terdapat di dalam Al-Quran dan Sunnah. Hal ini perlu dilakukan,
karena terjadi kesenjangan antara yang dikehendaki Al-Quran dengan kenyataan yamg
terjadi di masyarakat. Al-Quran misalnya mendorong umatnya agar menguasai pengetahuan
agama dan ilmu pengetahuan modern serta teknologi secra seimbang; hidup bersatu, rukun,
dan damai sebagai suatu keluarga besar; bersikap dinamis, kreatf, inovatf, demokrats,
terbuka, menghargai pendapat orang lain, menghargai waktu, menyukai kebersihan, dan lain
sebagainya. Namun kenyatan umatnya menunjukan keadan yang berbeda. Sebagaian besar
umat Islam hanya mengetahui pengetahuan agama sedangkan ilmu pengetahuan modern
tdak dikuasai bahkan dimusuhi; hidup dalam keadan penuh pertentangan dan peperangan,
satu dan lainnya saling bermusuhan, stats, memandang cukup apa yang ada, tdak ada
kehandak untuk meningkatkan produktvitas dan efisiensi kerja, bersikap diktator, kurang
menghargai waktu, kurang terbuka, dan lain sebagainya. Sikap dan pandangan hidup umat
demikian jelas tdak sejalan dengan ajaran Al-Quran dan Sunnah, dan hal demikian harus
diperbarui dengan jalan kembali kepada dua sumber ajaran Islam yang utama itu. Dengan
demikian, maka pembaruan Islam mengandung maksud mengembalikan sikap dan
pandangan hidup umat agar sejalan dengan petunjuk Al-Quran dan Sunnah.
Untuk mendukung pernyataan tersebut, Harun Nasuton dalam bukunya berjudul
Pembaharuan dalam Islam telah banyak mengemukakan ide-ide pembaharuan Islam dengan
maksud sepert diungkapkan diatas.
3. Latar belakang lahirnya pembaharuan dalam islam
Mulai abad pertengahan merupakan abad gemilang bagi umat Islam. Abad inilah
daerah-daerah Islam meluas di barat melalui Afrika Utara sampai Spanyol, di Timur Melalui
Pesia sampai India. Daerah-daerah ini kepada kekuasaan kholifah yang pada mulanya
berkedudukan di Madinah, kemudian di Damaskus, dan terakhir di Bagdad. Dabad ini lahir
para pemikir dan ulama besar sepert ;Maliki, Syafi’I, Hanafi, dan Hambali. Dengan lahirnya
pemikiran para ulama besar itu, maka ilmu pengetahuan lahir dan berkembang dengan
pesat sampai ke puncaknya, baik dalam bidang agama, nono agama maupun dalam bidang
kebudayaan lainnya. Memasuki benua Eropa melalui Spanyol dan Sisilia, dan inilah yang
menjadi dasar dari ilmu pengetahuan yang menguasai alam pikiran orang barat (Eropa) pada
abad selanjutnya.
Di pandang dari segi sejarah kebudayaan, maka maka tugas memelihara dan
menyebarkan ilmu pengetahuan itu tdaklah kecil nilainya dibanding dengan mencipta ilmu
pengetahuan. Di antara yang mendorong tmbulnya pembaharuan dan kebangkitan Islam
adalah:
Pertama, paham tauhid yang dianut kaum muslimin telah bercampur dengan kebiasaan-
kebiasaan yang dipengaruhi oleh tarekat-tarekat, pemujaan terhadap orang-orang yang suci
dan hal lain yang membawa kepada kekufuran.
Kedua, sifat jumud membuat umat Islam berhent berfikir dan berusaha, umat Islam maju di
zaman klasik karena mereka mementngkan ilmu pengetahuan, oleh karena itu selama umat
Islam masih bersifat jumud dan tdak mau berfikir untuk berijthad, tdak mungkin
mengalami kemajuan, untuk itu perlu adanya pembaharuan yang berusaha memberantas
kejumudan.
Ketga, umat Islam selalu berpecah belah, maka umat Islam tdaklah akan mengalami
kemajuan. Umat Islam maju karena adanya persatuan dan kesatuan, karena adanya
persaudaran yang diikat oleh tali ajaran Islam. Maka untuk mempersatukan kembali umat
Islam bangkitlah suatu gerakan pembaharuan.
Keempat, hasil dari kontak yang terjadi antara dunia Islam dengan Barat. Dengan adanya
kontak ini umat Islam sadar bahwa mereka mengalami kemunduran dibandingkan dengan
Barat, terutama sekali ketka terjadinya peperangan antara kerajaan Usmani dengan negara-
negara Eropa, yang biasanya tentara kerajaan Usmani selalu memperoleh kemenangan
dalam peperangan, akhirnya mengalami kekalahan-kekalahan di tangan Barat, hal ini
membuat pembesar-pembesar Usmani untuk menyelidiki rahasia kekuatan militer Eropa
yang aru muncul. Menurut mereka rahasianya terletak pada kekuatan militer modern yang
dimiliki Eropa, sehingga pembaharuan dipusatkan di dalam lapangan militer, namun
pembaharuan di bidang lain disertakan pula.

Pembaharuan dalam Islam berbeda dengan renaisans Barat. Kalau renaisans Barat muncul
dengan menyingkirkan agama, maka pembaharuan dalam Islam adalah sebaliknya, yaitu
untuk memperkuat prinsip dan ajaran-ajaran Islam kepada pemeluknya. Memperbaharui
dan menghidupkan kembali prinsip-prinsip Islam yang dilalaikan umatnya. Oleh karena itu
pembaharuan dalam Islam bukan hanya mengajak maju kedepan untuk melawan segala
kebodohan dan kemelaratan tetapi juga untuk kemajuan ajaran-ajaran agama Islam itu.
Adapun yang melatarbelakangi pemikiran politk Islam adalah:
Pertama, kemunduran dan kerapuhan dunia Islam yang disebabkan oleh faktor internal dan
yang berakibat munculnya gerakan-gerakan pembaharuan dan pemurnian.
Kedua, rongrongan Barat terhadap keutuhan kekuasaan politk dan wilayah dunia Islam yang
berakhir dengan dominasi atau penjajahan oleh negara-negara Barat tersebut.
Ketga, keunggulan Barat dalam bidang ilmu, teknologi, dan organisasi.
Ketga hal tersebut ini juga memberi pengaruh pada pemikiran politk Islam yakni banyak di
antara para pemikir politk Islam tdak mengetengahkan konsepsi tentang system politk
Islam, tetapi lebih kepada konsepsi perjuangan politk umat Islam terhadap kezaliman
penguasa, lebih-lebih terhadap imperialis dan kolonialis Barat. Perhatan mereka lebih
banyak dipusatkan pada perjuangan pembebasan dunia Islam dari cengkraman atau
dominasi Barat. Kalau gerakan pembaharuan umat Islam di Turki pada akhirnya
menimbulkan Negara Turki yang bersifat sekuler, gerakan pembaharuan umat Islam di India
melahirkan Negara Pakistan yang mempunyai agama sebagai dasar.
Gerakan yang diusung oleh tga tokoh pembaharu, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad
Abduh, dan Muhammad Rasyid Ridha, dikenal dengan gerakan Salafiyah yaitu suatu aliran
keagamaan yang berpendirian bahwa untuk dapat memulihkan kejayaannya, umat Islam
harus kembali kepada ajaran Islam yang masih murni sepert yang dahulu diamalkan oleh
generasi pertama Islam.
Pemerintahan yang ideal menurut Muhammad Abduh kurang lebih sepert yang
diangankan oleh ahli-ahli hukum pada abad pertengahan, penguasa yang adil, yang
memerintah sesuai dengan hukum dan bermusyawarah dengan para pemimpin rakyat.
Kemunculan ide pembaruan dilatarbelakangi oleh suatu proses yang panjang. Sejak awal
abad ke-2 H (8M). Islam dalam perkembangan dakwahnya yang makin meluas
mengharuskan Islam berinteraksi dengan peradaban dan agama lain. Sehingga tmbul
pergolakan pemikiran antara Islam dengan pemikiran asing. Hal ini mendorong para pemikir
Islam untuk membahas aqidah Islam dari berbagai segi. Termasuk mengemukakan
argumentasi untuk mempertahankan aqidah Islam ketka menghadapi aqidah lain (terutama
Nashrani dengan menggunakan cara berfikir filsafat Yunani). Akhirnya untuk menghadapi
orang-orang Nashrani, umat Islam pun mempelajari filsafat untuk membantah tuduhan-
tuduhan terhadap aqidah Islam, yang pada perkembangannya disebut dengan ilmu kalam.
Ilmu kalam ini dikembangkan oleh generasi setelah shahabat (khalaf) yang berbeda
dengan generasi shahabat (salaf). Kalangan khalaf telah membahas lebih jauh tentang dzat
Allah dengan menggunakan metode pembahasan filosof Yunani. Metode ini menjadikan akal
sebagai dasar pemikiran untuk membahas segala hal tentang iman.
Para pemikir Islam berusaha mempertemukan Islam dengan pemikiran filsafat ini. Cara
berfikir ini memunculkan interpretasi dan penafsiran yang menjauhkan sebagian art dan
hakekat Islam yang sebenarnya. Hal ini ditambahkan dengan masuknya orang-orang munafik
ke tubuh umat Islam. Mereka merekayasa pemikiran dan pemahaman yang bukan berasal
dari Islam dan justru menimbulkan saling pertentangan. Terlebih lagi kelalaian kaum
muslimin terhadap penguasaan bahasa Arab dan pengembangan Islam yang terjadi sejak
abad ke-7 H, mengakibatkan Islam semakin mengalami kemerosotan. Terkikisnya
pemahaman Islam yang hakiki terus berlanjut sampai awal abad ke-13 H. Saat itu umat Islam
mulai mengupayakan pembaruan untuk memahami syariat Islam yang akan diterapkan
dalam masyarakat. Islam ditafsirkan tdak semata-mata selaras dengan isi kandungan nash-
nash.

Disaat kaum muslimin mengalami kemerosotan berfikir, cara pandang mereka mulai
teracuni oleh cara pandang asing. Tsaqofah Islam kian melemah. Upaya-upaya pembaruan
semakin merebak. Para pembaru memandang perlunya mengatasi masalah dengan
melakukan interpretasi hukum-hukum Islam agar sesuai dengan kondisi yang ada. Mereka
mengeluarkan kaidah-kaidah umum dan hukum-hukum terperinci sesuai dengan pandangan
tersebut. Bahkan mereka membuat kaedah umum yang tdak berdasarkan perspektf wahyu
(Al-Quran dan Hadits).

Sampai dengan perempat ketga abad ini, gerakan Islam lebih merupakan pembaharuan
dalam pengertan revitalitas atau semacam romantsme. Hampir seluruh gerakan Islam
dimotori oleh semangat menghidupkan kembali tradisi Islam Klasik sebagai reaksi atas
kebangkrutan kekuasaan politk Islam di satu sisi sementara didomonasi politk dan
intelektual Barat modern merupakan fenomena mondial. Gerakan Islam baik di Timur
Tengah maupun beberapa kawasan Asia sepert India bertumpu pada emansipasi politk dan
intelektual dalam romantsme dan revitalisasi di atas

Walaupun kecendrungan di atas telah berhasil membebaskan beberapa kawasan Islam


dari kolonialisme dan membangkitkan kembali kepercayaan diri dunia Islam, namun
pembaharuan Islam bersifat eksternal. Di sisi lain, Negara-negara baru Islam pun
berhadapan dengan realitas baru tumbuhnya Negara bangsa yang merupakan wacana baru
pemikiran Islam.

Tanpa suatu tradisi intelektual yang mampu berdialog dengan peradaban modern, Negara-
negara baru Islam mulai berhadapan dengan bagaimana membangun tata kehidupan
sebagai realisasi semangat dan pesan universal Islam. Pengembangan kehidupan sosial
muslimpun berhadapan dengan realitas obyektf yang kurang lebih serupa. Bagaimana
membangun peradaban Islam dalam masyarakat modern, sesungguhnya merupakan agenda
gerakan Islam masa depan.

Pemikiran pembaharuan dalam islam terdapat di periode modern. Pemikiran itu tmbul
terutama sebagai hasil dari kontak yang terjadi antara dunia islam dan Barat. Dengan adanya
kontak itu, umat islam abad XIX sadar bahwa mereka telah mengalami kemunduran
diperbandingkan dengan Barat. Sebelum periode modern, kontak sebenarnya sudah ada,
terlebih-lebih antara Kerajaan Usmani yang mempunyai daerah kekuasaan di daratan Eropa
dengan beberapa negara Barat. Jadi ketka negara-negara itu mulai memasuki masa
kemajuan, Kerajaan Usmani sebaliknya mulai memasuki masa kemunduran. Sebagai akibat
dari peubahan itu, Kerajaan Usmani yang biasanya menang dalam peperangan, akhirnya
mengalami kekalahan-kekalahan di tangan Barat.
Hal ini membuat pembesar-pembesar Usmani menyelidiki rahasia kekuatan eropa yng
baru muncul itu. Menurut perkiraan, rahasianya terletak dalam kekuatan militer modern
yang dimiliki Eropa oleh karena itu usaha pembaharuan dipusatkan dalam lapangan militer
Kerajaan Usmani. Bantuan ahli-ahli Eropa diminta dan pada permulaan abad kedelapan
belas Masehi datanglah ke Istanbul ahli-ahli seoert De Rochefort comte De Bonneval juga
dari Prancis. Yang tersebut akhir ini kemudian masuk islam dengan memakai nama
Humbaraci Pasya.

Pembaharuaan dalam bidang-bidang lain juga disambilkan. Tetapi usaha-usaha


pembaharuan itu mendapat tantangan, terutama dari golongan militer yang takut
kehilangan kedudukan dalam perubahan-perubahan yang akan terjadi. Juga dari pihak kaum
ulama datang tantangan karena zaman itu pertentangan antara Kristen dan Islam masih
keras. Orang masih memandang curiga terhadap apa yang berasal dari dunia yang dianggap
kafir.

Sebagai umpama dapat disebut kasus Ibrahim Mutafarrika seorang pemuka


pembaharuan, yang ingin mengaddakan percetakan di Istambul pada tahun 1727 M. Untuk
mengatasi tantangan kaum agama ia terpaksa meminta fatwa dari mufti Besar Kerajaan
Usmani. Setelah fatwa keluar barulah ia berani membuka percetakan itu. Tetapi ia tdak
dibolehkan mencetak Al-quran dan buku-buku agama sepert hadis, tafsir, fikih dan ilmu
kalam, percetakan buku-buku serupa ini masih dianggap terlarang.

Pembaharuaan yang diusahakan pemuka-pemuka Usmani abad kedelapan belas tdak


banyak artnya. Usaha dilanjutkan di abad kesembilan belas dan inilah kemudian yang
membawa kepada perubahan besar Turki.

Keinginan untuk mengadakan perubahan di masa sebelum Periode Modern, juga tmbul
di Arabia. Keinginan itu dicetuskan oleh Muhammad Ibnu abd Al-Wahhab (1703-1787 m).
Keinginan itu lahir bukan sebahagai pengaruh kemajuan Barat, tetapi sebagai reaksi
terhadap paham tauhid yang dianut kaum awam di waktu itu. Kemurnian paham tauhid
mereka telah dirusak oleh kebiasaan-kebiasaan yang tmbul dibawah pengrauh tarekat-
tarekan sepert pujaan dan kepatuhan yang berlebih-berlebihan pada syekh-syekh tarekat,
ziarah ke kuburan-kuburan wali dengan maksud meminta syafaah atau pertolongan dari
mereka dan sebagainya. Menurut pendapat Muhammad Abd Al-Wahhab kebiasaan-
kebiasaan itu mengandung art syirk atau politeisme dan harus diberantas. Semua itu adalah
Bida’ah (sesuatu yang asing) yang dibawa orang dari luar masuk ke dalam islam. Bidah itu
mest dibuang dan orang harus kembali kepada tauhid dan islam yang sebenarnya. Tauhid
dan islam yang murni terdapat pertama-tama pada Nabi Muhammad dan kemudian pada
sahabat, imam-imam dan ulama-ulama besar. Mereka ini disebut salaf. Islam sesudah zaman
salaf banyak dimasuki bidah untuk memurnikan islam semua bidah atau mest dibuang.

Oleh karena itu gerakan yang dipelopori oleh Muhammad Abd Al-Wahhab ini dan yang
dikemudian dikenal dengan nama Wahabiah kurang tepat kalau disebut gerakan
pembaharuan. Ia lebih tepat diberi nama pemurnian. Sungguhpun demikian gerakan ini
mempunyai pengaruh besar terhadap pemikiran dan gerakan pembaharuan yang tmbul di
Priode Modern.

Muhammad Abd Al-Wahhab tdak dipertahankan paham taqlid (tunduk kepada


pendapat ulama-ulama terdahulu). Bahkan, sebagian pengikut Ibn Hambal dan Ibn Taimiyah,
ia berpendapat bahawa pintu ijthad tdak tertutup. Mengadakan ijthad tetap dibolehkan,
dan ijthad dijalankan dengan kembali kepada kedua sumber asli dari jaran-ajaran islam, Al-
Quran dan hadis.

Paham-paham Muhammad Abd Al-wahhab diataslah yaitu pintu ijthad tdak tertutup,
Al-Quran dan hadis dasar ijthad dan kembali ke zaman salaf untuk mengetahui islam murni
dalam praktek yang berpengaruh pada perkembangan pembaharuan dalam islam.

Kesadaran umat islam zaman itu terutama di Mesir, karena kelemahan mereka
ditmbulkan oleh ekspedisi Perancis. Napoleon Bonaparte mendarat di Aleksandria (Mesir)
pada tanggal 2 juli 1798 M dengan maksud menjadikaan Mesir sebagai batu loncatan untuk
menguasai Timur terutama India, yang pada waktu itu telah mulai berada di bawh pengaruh
kekuasaan Inggris. Prancis dan Inggris merupakan dua negara yang bersaing keras untuk
menjadi negara yang terkuat di dunia. Usaha Napoleon untuk meneruskan ekspedisi terus ke
India digagalkan di Palestna dan tanggal 18 Agustus 1799 M. Kembali ke prancis. Tetapi
tentara yang dibawa tnggal di Mesir.

Ia datang ke Timur bukan hanya dengan tentara. Ia juga membawa 1000 orang sipil, 140
diantaranya ahli ahli-ahli ilmu pengetahuan, dua set percetakan dengan huruf latn, arab dan
Yunani dan alat-alat ilmu pengetahuan yang dipakai dalam eksperimen-eksperimen ilmiah.
Selanjutnya dalam rombongan Napoleon terdapat pula satu lembaga ilmah bernama Insttut
d’Egipte yang tersusun dari empat bagian. Bagian ilmu alam, bagian ilmu past, bagian ilmu
politk ekonomi, bagian sastra dan kesenian. Insttut ini dibawa selain untuk penelitan
ilmiah, juga untuk menolong Napoleon dalam pemerintahan Mesir dengan hasil-hasil
penyelidikan para ahlinya.

Insttut itu boleh dikunjungi oleh orang-orang Mesir terutama oleh ulam-ulama yang
diharapkan oleh para ahli Perancis akan menambah pengetahuan mereka dalam bahasa
arab dan agama islam. Di sinilah kaum pelajar islam Mesir buat pertama kali mempunyai
kontak langsung dengan peradaban baru Eropa. Abd Al-Rahman Al-Jabart, seorang ulama
dari Al-Azhar pernah mengunjungi lembaga itu di tahun 1799 M. Yang menarik perhatan
ialah perpustakaan mereka yang terdiri bukan hanya atas buku-buku dalam bahasa Eropa,
tetapi juga dalam bahasa Arab Persia dan Turki. Alat-alat yang dilihatnya di lembaga itu
baginya ganjil, sepert kamera, alat-alat astronomi dengan teleskopnya, alat-alat percobaan
dalam lapangan kimia dan sebagainya. Eksperimen yang dilakukan ahli perancis itu kata
aljabar “sulit untuk dapat ditangkap oleh akal sepert yang ada pada diri kita”.

Demikainlah kesan orang terpelajar islam abad ke-19 terhadap kebudayaan Barat dan
ini menggambarkan betapa terbelakangnya umat islam ketka itu. Kontak dengan
kebudayaan Barat yang lebih tnggi ini ditambah dengan cepatnya kekuatan Mesir dapat
dipertahankan oleh Napoleon, membuka mata pemuka-pemuka islam Mesir untuk
mengadakan pembaharuan.

4. Para tokoh pembaharu islam


Usaha pembaharuan dimulai oleh Muhammad Ali Pasya (1765-1848 M). Seorang
perwira Turki yang dapat merebut kekuasaan di daerah ini setelah tentara Perancis kembali
ke eropa di tahun 1801 M.. Para pembesar dan penasihatnya terdiri antara lain atas orang-
orang yang mengalami ekspedisi Napoleon dan yang menyaksikan kemajuan Barat yang itu.
Di samping itu antara ahli yang dibawa Napoleon dan beberapa yang tdak mau kembali ke
Perancis dan tetap tnggal di Mesir.

Muhammmad Ali Pasya sepert Raja-raja islam lainnya yang ada di zaman itu
berkeyakinan bahwa ketnggian dan kemajuan eropa didasarkan atas kekuatan militernya.
Tetapi disamping itu kelihatannya sadar bahwa di belakang kekuatan militer ada kekuatan
ekonomi yang sanggup mempelajari biaya pembaharuan dalam lapangan militer. Maka
berlainan dengan Raja-raja islam lain ia juga mementngkan soal perekonomian Mesir.

Pembaharuan dalam lapangan militer dan ekonomi kemudian ternyata memerlukan


ahli-ahli. Untuk selain mendatangkan ahli-ahli dari Eropa, ia mendirikan sekolah-sekolah,
sekolah militer di tahun 1815M. Sekolah pertambangan tahun 1834 M. Sekolah kedokteran
di tahun 1827 M. Dan sekolah pertanian tahun 1836 M. Disamping itu ia mengirim pemuda-
pemuda Mesir belajar ke Eropa.

Semula hal ini membuat cepatnya berkembang pemikiran dan gerakan pembaharuan di
Mesir. Salah satu pemikir pembaharuan yang dihasilkan pada zaman Muhammas Ali Pasya
adalah Rifa’ah Badawi Rafi’ Al-Tahtawi (1801-1873 M). Al-Tahtawi, dalam kedudukannya
sebagai seorang ulama dari Al-Azhar dikirim oleh Muhammad Ali Pasya ke Paris di tahun
1826 M. Untuk menjadi imam bagi pelajar-pelajar Mesir yang ada disana. Selama bertugas
di Paris ia juga belajar sehingga ia mahir dalam bahasa Perancis. Sekembalinya di Cairo ia
diangkat menjadi guru dan penerjemah di sekolah kodekteran. Di tahun 1836 M. Sekolah
penerjemah didirikan dan ia diangkat menjadi kepalanya.

Selain dari mengajar dan menerjemahkan buku-buku Al-Tahtawi juga mengarang.


Diantara karangnya terdapat buku mengenai pengalaman di Perancis, tentang
perekonomian , teentang pemerintahan demokrasi, tentang pendidikan dan tentang ithad.
Buku-buku itu mengandung ide baru yang kemudian mempunyai pengaruh terhadap umat
islam Mesir.

Diatara pemikiran-pemikiran yang dimajuakan At-Tahtawi adalah berikut:

1. Ajaran islam bukan hanya mementngkan soal akhirat tetapi juga soal hidup di dunia.
Umat islam harus mementngkan hidup duniawi.

2. Kekuasaan absolut raja harus dibatasi oleh syariat dan raja harus bermusyawarah
dengan ulama dan kaum terpelajar sepert dokter, ekonomi dan lain-lain.

3. Syariat harus disesuaikan dengan perkembangan modern.

4. Kaum ulama harus mempelajari filsafat dan ilmu-ilmu pengetahuan modern agar dapat
menyesuaikan syariat denga kebutuhaan masyarakat modern.

5. Pendidikan harus bersifat universal dan sama bentukanya untuk semua golongan.
Wanita harus memperoleh pendidikan yang sama dengan pria. Istri harus menjadi
teman suami dalam hidup intelektual dan sosialnya, dan bukan hanya untuk tnggal di
dapur.

6. Umat islam harus bersifat dinamis dan meninggalkan sifat statsnya.


Kalau Al-Tahtawi merupakan pemikir pembaharuan pertengana pertama dari abad
kesembilan belas, Muhammad Abduh (1849-1905 M). Merupakan pemikir pembaharuan
pertengahan keduanya. Muhammad abduh adalah juga ulama keluaran Al-azhar. Dimasa
mudanya ia bekenalan dengan Jamaluddin Al-afgani dan banyak dipengaruhi pemikiran-
pemikirannya. Dalam pada itu ide-ide yang dibawa At-tahwi telah mulai dikanal dalam
masyarakat Mesir. Bersama-sama dengan Jamaluddin, Muhammad Abduh memasuki
lapangan politk di Mesir, kemudian ditangkap dan diasingkan keluar negri tahun 1882 M.
Pada mulanya ia berjumpa kembali dengan Jamaluddin dan bersama-sama mereka
mengeluarkan majalah Al-Urwah Al-Wusqa yang banyak nenpengaruhi dunia islam ketka
itu. Di tahun 1886 M ia diizinkan kembali ke mesir.

Sama dengan Muhammad Abd Al-Wahhab ia berpendapat ialam yang dianut umat
bukan lagi islam yang sebenarnya. Inilah sebab-sebab kemunduran umat islam. Untuk dapat
maju lagi umat islam harus kembali kepada islam sejat, islam sebagi diperaktekan di zaman
Klasik.

Ayat-ayat Al-Quran mengenai hidup kemasyarakatan tdak banyak dan inipun hanya
memberikan garis-garis besar saja. Dengan demikian ajaran-ajaran mengenai hidup
kemasyarakatan dalam islam senantasa dapat disesuaikan dengan perkembangan Zaman.

Sikap taklid, menurut ppendapatnya, harus dihapuskan dan ijihad dihidupkan kembali.
Ijthad dijadikan oleh ulama-ulama yang mempunya kesanggupan untuk itu. Ijthad jangan
menghendaki pemakaian akal. Muhammad Abduh memang memeberi penghargaan yang
tnggi kepada akal. Islam dalam pendapatannya adalah agama yang rasional. Wahyu tdak
membawa hal-hal yang bertentangan dengan akal. Kalau pada lahirnya teks ayat
bertentangan denganpendapat akal, harus dicari interpretasi yang membuat ayat itu selaras
dengan pendapat akal. Penghargaan tnggi yang diberikannya kepad akal membuat paham-
pahamnya mempunyai persamaan dengan paham-paham Mu’tazilah.

Muhammad Abduh juag menentang sifat jumud atau stats yang terdapat dalam
kalangan umat islam. Sifat jumud membuat mereka berhent berfikir dan berusaha. Umat
islam harus memiliki sifat dinamis.

Islam tdak bertentangan dengan ilmu pengetahuan modern. Umat islam di zaman
klasik maju karena mereka mementngkan ilmu pengetahuan. Kedalam Al-Azhar dan
madrasah-madrasah perlu dimasukkan mata pelajaran mengenai ilmu pengetahuan
modern.

Murid dan pengikut yang banyak menulis tentang Muhammad Abduh dan ide-idenya
adalah Rusyid Rida (1865-1935 M). Berbeda dengan gurunya ia banyak dipengaruhi oleh
ajaran Ibn tamiyah dan aliran Wahabiyah. Oleh karena itu antara ide pembaharuannya dan
pemikiran pembaharuan Muhammad abdul terdapat sedikit perbedaan. Guru mempunyai
sikap lebih liberal dari murid. Guru melepaskan diri dari aliran-aliran dan mazhab, sedang
murd terikat pada aliran dan mazhab. Tetapi dalam garis besarnya murid ikut orde
pembaharuan guru. Kemuduran umat islam disebabkan karena mereka tdak lagi menganut
islam yang murni dan untuk mengetahui islam murni, orang harus kembali kepada Al-Quran
dan hadis. Ajaran islam tdak membawa kepasifan, tetapi sebaliknya kepada dinamisme.
Peradaban Barat tdak bertentangan islam dan umat islam harus mau menerima peradaban
itu. Peradaban Barat sekarang berasal dari peradaban islam Zaman Klasik. Pembaharuan
harus juga memasuki lapangan fikih.

Juga syekh Ali Abdul Raziq yang berpendapat bahwa sistem kekhalifahan tdak ada
dalam Al-qur’an dan oleh karena itu kalau dihapuskan oleh Mustafa Kemal, maka perbuatan
itu tdak bertentangan dengan islam. Salah seorang teman yang banyak dipengaruhi
Muhammad Abduh adalah Sa’ad Zaghlul yang kemudian menjadi bapak kemerdekaan Mesir.
Atas gerakan yang dipimpinnya Mesir memperoleh kemerdekaan ditahun 1922 M.

Di Al-Azhar terdapat satu golongan pengikut berpengaruh dalam pembaharuan di


Universitas itu sepert Syekh Mustafa Al-Maraghi, Syekh Mustafa Abd Al-Raziq dan Syekh Al-
Labban.

Pengaruh Muhammad Abduh ke luar Mesir , terutama dunia Arab, dibawa oleh buku-
buku yang dikarangnya dan buku-buku yang dikarang murid-murid pengikutnya. Yang banyak
berjasa dalam hal ini adalah Rasyid Rida dengan Majalah Al-Manar dan Tafsir Al-Manarnya.
Dalam pada itu tak dapat dilupakan peranan mahasiswa-mahasiswa yang datang dari
seluruh pelosok dunia islam meneruskan studi Al-Azhar. Setelah selesai studi dan kembali ke
tenpat asal, mereka merupakan pembawa pemikiran pembaharuan di tanah air masing-
masing.
Kalau di Mesir raja yang mempelopori pembaharuan adalah Muhammad ali Pasya, di
kerajaan Usmani pelopor pembaharuan abad kesembilan belas ialah sultan Mahmud II
(1808-1839 M). Dan Sidik Rif’at (1807-1856 M) merupakan pemikiran pembaharuan yang
bayak berpengaruh pada golongan pemerintah. Ide-ide pembaharuan diperoleh Sadik Rif’at
ketka ia berada di wina sebagai Duta Besar Sultan. Dari Wina ia mengirim laporan-laporan
tentang kemajuan Eropa kepada Menteri Luar Negri Mustafa rasyid Pasya (1800-1858 M) di
Istambul.

Ia berpendapat bahwa kerajaan usmani akan maju kembali kalau negara ini
mementngkan perkembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan dalam lapangan
ekonomi dan industri. Tetapi untuk itu perlu diwujudkan terlebih dahulu suasana damai
dalam hubungan internasional dan kemanan serta ketertban didalam negeri. Dan untuk ini
kekuasaan absolutperlu dibatasi agar tdak agar tdak lagi dengan sekehendak hat dapat
memaksa rakyat masuk dinas militer dan dengan sekehendak hat dapat menentukan besar
pajak yang harus dibayar rakyat.

Sadik rif’at banyak dipengaruhi oleh ide egalite (persamaan), fratemite (persaudaraan),
dan li berte (kebebasan) yang ditmbulkan resolusi perancis dan ingin memasukan paham-
paham itu kedalam masyarakat Usmani. Pemerintahan, menurut pendapatnya harus
didasarkan atas prinsip pemerintah untuk kepentngan rakyat dan bukan atas prinsip rakyat
dikorbankan untuk pemerintah.

Ide-ide itu mendapat sambutan baik dari Mustafa Rasyid pasya dan atas pengaruh
pembesar ini pada mulanya sebagai menteri luar negeri dan kemudian sebagai perdana
menteri, pikiran Sadik Rif’at untuk membatasi kekuasaan mutlak sultan Usmani menjelma
dalam bentuk Hatt-i Sherif Gulhane (piagam syarif gulhane) diumumkan di tahun 1939 M,
yang kemudian pada tahun 1856 M diperkuat lagi oleh Hatt-i Humayun (piagam humayun)
kedua piagam ini mengatur penentuan pajak dan dinas militer. Selanjutnya didalamnya
terdapat pasal-pasal yang menjamin hak milik, ketentraman hidup dan kehormatan tap
warga kerajaan usmani, persamaan antara rakyat islam dan bukan islam dan kemrdekaan
beragama menurut hukum-hukum islam.

Hatt-i Sherif dan Hatt-i Humayun, sungguhpun belum banyak telah mulai membatasi
kekuasaan mutlak sultan yang sebelumnya dapat berbuat sekehendak hat dalam soal-soal
pemerintahan. Kedua piagam itu merupakan dasar bagi pembaharuan yang dijalankan di
Zaman Tanzimat (pertengahan pertama abad ke 19), Dalam lapangan pemerintahan,hokum,
administrasi,pendidikan, keuangan,perdagangan dan sebaginya. Pada pertengahan kedua
dari abad ke 19 muncul suatu gerakan yang tdak puas dengan pembaharuan zaman
tanzimat. Gerakan ini dikenal dengan nama Usmani muda. Mereka menginginkan
pembatasan yang lebih tegas terhadap kekuasaan sultan dengan mengadakan konsttusi.

Salah satu ahli pikir usmani muda yang terkenal ialah Namik Ketmal (1840-1888M).
selama dalam pembuangan di eropa (1865-1871M) ia banyak membaca karangan-karangan
Montesqieu,Rousseau dan ahli-ahli piker perancis lainnya. Pemerintah menurut
pendapatnya harus didasarkan atas persetujuan rakyat, dalam art rakyatlah yang memiliki
kedaulatan. Paham kedaulatan ada dalam Islam dan terkandung dalam system bay’ah
(pernyataan seta rakyat kepada khalifah yang baru diangkat). Kekuasaan legislatve harus
dipisahkan dari kekuasaan eksekutf. Prinsip syura (musyawarah) dalam islam
menggambarkan pemisahan yang dimaksud. Pemerintahan konsttusional juga terdapat
dalam islam, karena kekuasaan khalifah atas sultan sebenarnya dibatasi oleh syari’ah. Ia
menganjurkan supaya didirikan tga lembaga : dewan Negara yang bertuga merancang
undang-undang. Dewan nasional yang bertugas undang-undang dan senat yang bertugas
menjadi pengantara antara badan legislatve dan badan eksekutf. Demkianlah antara lain
ide-ide yang dibawa Namik Ketmal.

Yang dituju oleh pemikir pembaharuan ini dan usmani muda ialah pengadaan
konsttusi untuk kerajaan Usmani. Piagam-piagamyang dihasilkan pemikiran Sadik Rif’at
sebelumnya belum merupakan konsttusi.

Orang kuat yang berdiri di belakang gerakan Usmani Muda unuk mewujudkan konsttusi
adalah Midhat Pasya (1822-1884 M). Gubernur daerah-daerah bukan islam. Atas usaha
bersama konsttusi pertama untuk kerajaan Usmani data dihasilkan dan ditandatangani oleh
Sultan Abdul Hamid di tahun 1876 M.

Eksperimen pemerintahan konsttusional inii gagal, terutama karena dalam konsitusi


1876 M itu terdapat pasalpasal yang member kekuasaan pada sultan untuk membubarkan
parlemen, memertahankan menteri-menteri, mengumuumkan perang, mengumumkan
keadaan darurat da menangkap serta mengasingkan orangorang yang dianggap berbahaya
bagi keamanan Negara. Sultan dalam konsttusi masih mempunyai sifat otokrat, sungguhpun
tdak dalam art penuh. Atas dasar pasal-pasal itulah Sultan Abdul Hamid menangkap dan
mengasingkan Midhat Pasya di tahun 1878 M. sampai dijatuhkan iia memerintah sebagai
raja absolute.

Oposisi terhadap kekuasaan absolute itu datng dari golongan-golongan yang dikenal
Dalam sejarah pembaharuan di turki dengan nama Turki Muda. Diantara golongan-golongan
itu perkumpulan persatuan dan kemajuanlah yang berhasil menggulingkan Sultan Abdul
Hamid di tahun 1908 M. Pemerintahan kerajaan selanjutnya dipengaruhi oleh perkumpulan
ini dan untuk kepala Negara mereka mengangkat Mechmed Reshad sebagai sultan boneka.

Sementara itu tmbul dalam gerakan pembaharuan Turki tga golongan pembaharuan
yaitu, golongan barat, golongan islam dan golongan nasional turki. Yang pertama ingin
mengambil peradaban barat sebagai dasar pembaharuan, yang kedua membuat islam
sebagai dasarnya sedangkan yang ketga melihat nasionalismeTurkilah yang harus dijadikan
dasar. Dalam hubungan ini perlu ditegaskan bahwa kerajaan Usmani bukanlah Negara yang
terdiri dari atas satu bangsa, tetapi atas berbagai bangsa, terutama Arab dan Eropa. Bangsa
Turki dalam kerajaan iu merupakan minoritas.

Ide nasionalisme turki dicetuskan pertama kali oleh Yusuf Akruca (1876-1933 M). Ia
melihat bahwa kepentngan golongan Turki, golongan islam bukan turki dan golongan bukan
islam tdak sejalan. Kedua golongan yang tersebut terakhir mempunyai cita-cita nasional
masing-masing. Dalam keadaan serupa ini golongan turki harus pula memikirkan
kepentngan nasionanya sendiri.

Ide nasionalisme turki ini kemudian diperkuat oleh Zia Gokalp (1875-1924M). dalam
pendapatnya bahasalah dasar nasionalisme terkuat. 6rang-orang yang memakai bahasa
yang sama biasanya mempunyai asal keturunan yang sama. Selain dari itu bahasa
merupakan alat komunikasi yang pentng dalam penyebaran ide-ide dan aspirasi-aspirasi.
Antara nasionalisme islam dan turki tdak terdapat pertentangan, karena yang pertama
menggmbarkan kenasionalan, sedang yang kedua menggambarkan keinternasionalan.
Dengan pembaharuan nasionalisme Turki juga tdak bertentangan, karena untuk
pembaharuan yang perlu diambil hanyalah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi barat.
Demikian pemikiran Zia Gokalp.

Dalam perkembangan selanjutnya ide nasionalisme turkilah yang memperoleh


kemenangan. Ide yang dima1ukan golongan barat dan demikian jug aide yang dimajukan
golongan islam terpukul oleh perkembangan suasana. Dalam perang dunia pertama kerjaan
Usmani kehilangan daerah kekuasaan eropa dan dunia arab memisahkan diri, sehingga yang
akhirnya dapat dipertahankan Mustafa Kamal hanyalah daerah turki sekarang. Asia kecil
semenjak ratusan tahun memang telah menjadi tanah tumpah darah baru bagi bangsa turki.

Gerakan pembaharuan selanjutnya yang diadakan di bawah pimpinan Kemal Attaturk


membawa pada sekularisme dalam art pemisahan agama dari Negara turki modern.

Di India kesadaran akan kemunduran umat islam bersamaan waktu tmbulnya dengan di
Turki. Di abad ke 18 M,kerajaan Mughal menurun kekuasannya. Sesudah wafatnya sultan
Aurangzeb di tahun 1707 M. kerajaan ini selalu dihadapkan dengan perang saudara untuk
merampas kekuasaan di Delhi. Di tahun 1737 M mereka sampai ke Delhi dan setelah
merampas harta-harta rakyat yang hidup di pinggir kota mereka kembali. Dua tahun
kemudian hadir Nadir Shah dari Persia dengan serangan terhadap kerajaan Mughal juga
sampai ke Delhi dan setelah memperoleh harta rampasan yang besar ia meninggalkan ibu
kota itu. Kedua serangan terhadap delhi ini membuat golongan Sik serta Jat dan gubernur-
gubernur daerah berani mengambil sikap menentang terhadap sultan. Dari pihak eropa,
inggris telah pula mulai memasuki anak benua ini, pada mulanya dengan maksud berdagang
tetapi kemudian untuk menguasi India. Dipermulaan pertengahan pertama dari abad ke 18
peperanggan- peperangan terjadi antara kerajaan Mughal dan inggris. Dalam peperangan itu
inggris selalu menang. Hal-hal ini yang membuat pemikir-pemikir islam india sadar akan
kelemahan umat islam.
Pemikir ternama di India abad ke 18 adalah SyahWaliyullah (1703-1762). Kemunduran
umat islam menurut pendapatnya disebabkan oleh hal-hal berikut :

1. Ditukarnya system pemerintahan kekhalifahan menjadi system kerajaan yang


bersifat absolute.
2. Masuknya adat-istadat hindu ke dalam islam india
3. Perpecahan di kalangan umat islam
4. Taklid kepada penafsiran- penafsiran yang dibuat berabad-abad sebelumnya.

Untuk mengatasi kemunduran ini ia, sejalan dengan pendapat pemikir-pemikir


pembaharuan tersebut sebelumnya, menganjurkan supaya umat islam kembali kepada islam
yang sebenarnyadan membuka pintu ijthad kembali.

Ide-ide Syah Waliyullah mempengaruhi Sayyid Ahmad Syahid (1752-1831M), pemimpin


pembaharuan abad ke 19 di india. Karena bertambah besarnya pengaruh dan kekuasaan
bukan islam di india, ia menganggap negeri ini bukan lagi dar al islam (daerah islam) tetapi
dar al harb (daerah perang). Ia mengumumkan jihad kepada raja-raja bukan islam. Dalam
peperangan dengan golongan Sik ia mat terbunuh. Gerakannya dikenal dengan nama
gerakan mujahidin yang mempunyai tujuan mendirikan Negara dalam bentuk kekhalifahan
di india. Di tahun 1827 M ia berhasil membentuk Negara yang dimaksud tetapi tdak lama
bertahan. Gerakannya oleh lawan disebut Wahabiah, karena ajaran-ajaran yang
dimajukannya mempunyai persamaan dengan pemikiran-pemikiran Muhammad Abd Al-
Wahhab antara lain pemurnian paham tauhid, penghapusan bid’ah dan tdak tertutupnya
ijthad.

Pemikiran yang kemudian banyak mempengaruhi pemikiran dan gerakan pembahar4an


selanjutnya di india adalah Sir Sayyid Ahmad Khan (1817-1898M).Di masa muda ia bekerja
pada East India Company dan kemudian pada pemerintahan inggris di india. Di tahun
1869/70 M ia pernah berkunjung ke London. Kontaknya dengan orang-orang inggris
menimbulkan dalam dirinya rasa kagum terhadap peradaban inggris dan ingin memasukan
peradaban itu ke kalangan umat islam india.

Ketnggian barat dalampendapatnya berdasar atas sikap rasional dan kemajuan ilmu
pengetahuan mereka. Jalan untuk meningkatkan umat islam india akan dapat dicapai
dengan kerja sama dengan pemerintah inggris di indiadan bukan denggan melawannya. Ia
menganjurkan supaya umat islam jangan turut campur dalam partai Kongres india yang
dibentuk di tahun 1885 M. Bermainpolitk akan marugikan bagi mereka. Perbaikan posisi
umat islam akan dapat dicapai bukan dengan melalui jalan politk, tetapi melalui pendidikan.
Di tahun 1878 M 5a mendirikan Muslim Anglo Oriental College (M.A.O.C) DiAligarth. Di
dalam kurikulumnya terdapat bahasa inggris dan matapelajaran- matapelajaran mengenai
ilmu pengetahuan modern. Dalam usaha menyatukan program pendidikan di kalangan umat
islam india ia mengadakan konferensi pendidikan islam tahun1886 M.

Ide-ide pembaharuan yang dicetuskan dan yang telah mulai diwujudkan Sir Sayyid
Ahmad Khan kemudian mengambil bentuk yang dikenal dengan nama gerakan Aligart. Di
tahun 1921M, M.A.O.C ditngkatkan menjadi universitas yang kemudian merupakan pusat
pembaharuan bagi umat islam india. Diantara pemimpin-pemimpin gerakan Aligart terdapat
Nawab Muhsin Al-Mulk, Viqar Al-Mulk, Althaf Husein Ali, Sayid Amir Ali SalahAl-Din Khuda
Bakhs dan Agha Khan.

Ide nasionalisme islam di india tmbul sebagai reaksi terhadap ide nasionalisme hindu
yang terdapat dalam partai kongres. Di tahun 1906 M didirikan oleh segolongan intelektual
islam india liga muslimin untuk menampung aspirasi nasionalisme islam itu. Pada mulanya,
Liga Muslimin, sesuai dengan ajaran Sir Sayyid Ahmad Khan bersikap loyal terhadap
pemerintah inggris di india, tetapi di tahun 1912 M dimasukan kedalam programnya
tuntutan pemerintahan sendiri bagi india. Di bawah pimpinan Muhammad Ali Jinnah (1876-
1948 M) Liga muslim menjadi gerakan popular umat islam india dan mulai memajukan ide
Negara tersendiri bagi umat islam di india. Ide Pakistan ditmbulkan untuk pertama kali oleh
Muhammad Iqbal (1873-1938 M).

Sebelum Ali Jinnah pernah menjadi ketua Liga Muslimin, yaitu di tahun 1930 M. di
waktu itu ia mulai melahirkan pendapat bahwa orang islam dan orang hindu merupakan dua
bangsa. Ide untuk mementuk Negara untuk golongan islam india di daerah yang mencakup
Punjab, daerah perbatasan di barat laut india, Sind dan Balukhistan ia cetuskan di rapat
tahunan liga muslim tahun1930 M. ide itu kemudian menjadi aspirasi nasional umat islam
india.

Dalam paham-paham keagamaan, iqbal amat menganjurkan supaya umat islam


meninggalkan paham fatalisme dan mengambil paham qadariyah (free will and free act).
Kafir yang dinamis dalam pendapatnya lebih baik daripada muslim yang pasif. Pintu ijthad
tdak tertutup dan dinamika islam harus juga memasuki lapangan fiqih.

Muhammad Ali Jinnah (1876-1948 M) pada mulanya adalah anggota partai kongres dan
ingin menytukan hindu dan islam dalam satu Negara. Tetapi kemudian dia keluar dari partai
kongres karena tdak setuju dengan politk non koperasi Gandhi. Di tah4n 1934 M ia dipilih
menjadi ketua seumur hidup dari liga muslimin dibawah pimpinannya ide Negara Pakistan
makin berkembang dan dalam rapat tahun 1940 M liga muslimin menerima pembentukan
Pakistan sebagai tujuan perjuangan. Tujuan itu akhirnya tercapai tahun 1947 M dan Ali
Jinnah diberi gelar Qaid-I Azam (pemimpin besar).

Kalau gerakan pembaharuan umat islam turki pada akhirnya menimbulkan Negara turki
yang bersifat sekuler, gerakan pembaharuan umat islam di india melahirkan Pakistan yang
mempunyai agama sebagai dasar.

Jamaluddin Al-Afghani (1839-1897 M) berbeda dengan yang lain, adalah pembaharu


yang bergerak dunia islam dan meninggalkan pengaruh bukan di daerah-daerah yang
dikunjunginya saja tetapi di seluruh dunia islam. Ia lahir di afganistan dan meninggalkan
tanah airnya dan pergi ke india, yng pada waktu itu mulai berada di bawah kekuasaan
inggris. Karena tdak bebas bergerak disana ia dua tahun kemudian pindah ke mesir. Disini ia
juga turut main politk dan akhirnya dipaksa keluar dan pergi ke eropa di tahun 1879 M.
jamaluddin meninggal dunia di ibukota kerajaan usmani.

Sejalan dengan pemikiran pembaharu- pembaharu lain ia berpendapat bahwa umat


islam mengalami kemunduran karenamereka telah meningalkan ajaran islam yang
sebenarnya, telah dipengaruhi oleh sifat stats, kuat berpegang pada taklid, bersikap
fatalists, telah meninggalkan akhlak tnggi dan telah melupakan ilmu pengetahuan.

Jamaluddin lebih banyak memperhatkan soal politk dan ia sadar akan bahaya ekspansi
barat ke dunia islam. Untuk menghadapi bahaya itu ia melihat perlunya system
pemerintahan absolute Negara-negara islam zaman itu diubah dengan system syara
(musyawarah) dan kesatuan umat islam diwujudkan kembali. Usaha untuk menciptakan
pemerintahan demokrasi dan persatuan umat islam itu tdaklah berhasil ketka ia wafat d5
tah4n 1879 M.

Kalau pembaharu- pembaharu lain berpendapat bahwa kemajuan umat islam dapat
dicapai kembali dengan kerja sama dengan Negara barat, jamaluddin menganggap barat,
terutama inggris bukenlah teman tetapi musuh. Dalam hal ini berlainan dengan Sir Sayyid
Ahmad Khan di india.

Di Indonesia sebelum ide pembaharuan atang telah terlebih dahulu masuk gera2an
pemurnian wahabiah di minangkabau. Ide wahabiah itu dibawa oleh haji-haji yang pulang
dari mekah, diantaranya haji miskin. Gerakan wahabiah di minangkabau ini dalam sejarah
Indonesia dikenal dengan gerakan padri melawan adat-istadat minangkabau yang
bertentangan dengan ajaran islam. Kaum adat maminta bantuan belanda dan akhirnya
pecahlah perang padri dipermulaan abad ke 19.

Ide-ide pembaharuan masuk ke Indonesia dipermulaan abad ke 20 melalui majalah al-


imam yang diterbitkan di Malaysia oleh Said Muhammad Agil, Syekh Muhammmad Al-kalali
dan Syekh Taher Jalaluddin. Yang tersebut akhir ini pernah meeruskan studi di Al-
Azhar,Cairo. al-imam mengandung ide-ide pembaharuan yang terdapat dalam majalah al-
manar kepunyaan Rasyid Rida. Pengaruhnya kelihatan di padang tempat lahirnya majalah Al-
munir di tahun 1911 M, dibawah asuhan H. Abdullah Ahmad, H. Abdul Karim Amrullah dan
H. Muhammad Taib.

Di Jakarta jamiat khair yang didirikan tahun 1901 M mempunyai sekolah yang ke dalam
kurikulumnya dimasukan bahasa ilmu pengetahuan barat. Siswanya kemudian dikirim ke
Istanbul untuk meneruskan studi. Atas undangan perkumpulan ini datang ke Indonesia
seorang ulama dari sudan bernama Syekh Ahmad Surkat. Ulama ini termasuk salah satu dari
pengikut-pengikut Muhammad Abduh.

Syekh Ahmad Surkat kemudian membentuk perkumpulan baru bernama al-islah wa al


irsyad, yang juga mempunyai sekolah di Jakarta dan majalah Al-zakhirah. Di sekolah itu ide-
ide pembaharuan dijalankan sedang Al-zakhirah menyiarkan ide-ide itu ke dalam
masyarakat.

Usaha yang dilakukan pembaharu- pembaharu diatas pengaruhnya terbatas.


Pembaharu yang kemudian besar pengaruhnya dalam gerakan pembaharuan di Indonesia
adalah Kyai H. Ahmad Dahlan, bapak muhammadiyah yang didirikan pada di tahun 1912 M.
melalui sekolah-sekolah muhammadiyah yang terdapat di seluruh pelosok tanah air, ide
pembaharuan memasuki masyarakat umat islam Indonesia. Karena banyak dipengaruhi
aliran Rasyid Rida, dalam pembaharuan muhammadiyah terdapat unsure-unsur dari ajaran
pemurniah wahabiah. Selanjutnya pemuka-pemuka muhammadiyah yang berasal dari
minangkabau sedikit banyaknya terpengaruh juda oleh aliran padre yang ada disana.

Dalam sejarah pembaharuan di Indonesia tdak dapat dilupakan nama H. Agus Salim
yang banyak mempunyai pengaruh pada golongan intelejensia islam Indonesia yang
berpendidikan barat. Demikian juga Said Umar cokroaminoto dengan sarekat islamnya dan
Hasan Bandung dengan persisnya. Nahdlatul Ulama, jami’atul Washilah dan lain-lain juga
tdak dapat menutup pintunya terhadap ide-ide pembaharuan.

Indonesia lebih banyak dipengaruhi oleh ide-ide pembaharuan yang tmbul di mesir
daripada yang tmbul di turki dan india, ialah karena bahasa arab merupakan bahasa
internasional dunia islam. Sedang bahasa turki dan urdu tdak. Bahasa inggris yang dipakai
pembaharu- pembaharu india, dimasa yang lampau kurang dikenal di Indonesia. Disamping
sebab tersebut diatas mesir berlainan dengan turki dan india, merupakan kiblat uamat islam
untuk memperdalam ilmu pengetahuan keagamaan, Al-Azhar mempunyai pengaruh
diseluruh dunia islam.

5. Manfaat pembaharuan islam bagi kemajuan islam


1. Pembaharuan akan memberikan manfaat berupa inspirasi untuk mengadakan
perubahan-perubahan menjadi lebih efektif dan efesien
2. Sejarah dikemukakan pula masalah sosial dan politik yang terdapat dikalangan
bangsa-bangsa terdahulu
3. Pembaharuan mempunyai pengaruh yang besar apada setiap pemerintahan
contoh: pada zamn Sultan Mahmud ke-2.Ia sadar bahwa pendidikan dasar
Madrasah tradional tidak sesuai lagi dengan tuntunan zaman abad ke-19
4. Bentuk negara dianggap kalangan tertentu bukan persoalan agama tetapi
persoalan duniawi sehingga hal tersebut diserahkan kepada manusia untuk
menuntukannya.

Ada beberapa perilaku yangdapat dijadikan cerminan terhadap penghayatan akan


sejarah perkembangan Islam pada masa pembaharuan ini.Hal-hal tersebut sebagai
berikut:
1. Sejarah dapat dijadikan sumber inspirasi untuk membuat langkah-langkah
inovatif agar kehidupan dapat damai dan sejahtera baik didunia maupun
diakhirat.
2. Memotifikasi diri terhadap masa depan agar memperoleh kemajuan serta
mengupayakan adar sejarah yang mengandung nilai negatif tidak akan
terulang kembali
3. Membangun masa depan berdasarkan pijakan yang telah ada di masa lalu
sehingga dapat membangun negara senantiasa menjadi Baldatun tayyibatun
warabbun gafur atau negara yang baik dean mendapatkan ampunan dari Allah
SWT.
4. Ilmu pengetahuan dan tekhonogi di masa pembaharuan cukup canggih dan
menabjubkan sehingga melalui prosese belajar akan dapat di peroleh
kemajuan yang lebih baik bagi genarasi muslim masa depan

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Pembaharuan Islam adalah upaya untuk menyesuiakan paham keagamaan Islam
dengan perkembangan dan yang ditmbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan terknologi
odern. Dengan demikian pembaharuan dalam Islam ukan berart mengubah, mengurangi
atau menambahi teks Al-Quran maupun Hadits, melainkan hanya menyesuaikan paham atas
keduanya.
Adapun yang mendorong tmbulnya pembaharuan dan kebangkitan Islam adalah:
Pertama, paham tauhid yang dianut kaum muslimin telah bercampur dengan kebiasaan-
kebiasaan yang dipengaruhi oleh tarekat-tarekat, pemujaan terhadap orang-orang yang suci
dan hal lain yang membawa kepada kekufuran.
Kedua, sifat jumud membuat umat Islam berhent berfikir dan berusaha, umat Islam maju di
zaman klasik karena mereka mementngkan ilmu pengetahuan, oleh karena itu selama umat
Islam masih bersifat jumud dan tdak mau berfikir untuk berijthad, tdak mungkin
mengalami kemajuan, untuk itu perlu adanya pembaharuan yang berusaha memberantas
kejumudan.
Ketga, umat Islam selalu berpecah belah, maka umat Islam tdaklah akan mengalami
kemajuan.
Keempat, hasil dari kontak yang terjadi antara dunia Islam dengan Barat.
Pembaharuan dalam islam sangat berpengaruh terhadap kehidupan beragama, politk
dan juga keseharian umat islam. Pembaharuan islam menyebar dengan cepat dan juga
menyebabkan banyak terbentuk gerakan-gerakan yang tentunya memiliki tujuan masing-
masing, maka kita selaku umat muslim sebaiknya menghargai usaha pendahulu kita dan
terus meningkatkan kemampuan kita sebagai umat islam baik dalam segi keagamaan dan
juga ilmu pengetahuan, serta tdak mementngkan golongan atau sekte semata, agar islam
dapat kembali bergerak maju sepert yang telah dicapai oleh umat islam pada masa
kejayaan.

DAFTAR PUSTAKA

Nasuton, Harun, 1985. Islam Ditnjau Dari Berbagai Aspeknya cetakan 5.UI Press. Jakarta.

Asmuni, Yusran. 1998. Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam
Dunia Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mulkhan, Abdul Munir. 1995. Teologi dan Demokrasi Modernitas Kebudayaan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nasution, Harun. 1996. Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan.
Jakarta: Bulan Bintang.
Nasution, Harun. 2003. Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan.
Jakarta: Bulan Bintang.
Nata, Abuddin. 2008. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
http///www.google.com Afifi Fauzi Abbas
http///www.google.com. Muhammad Ikhsan, Tajdid dalam Syariat Islam Antara
Upaya Pemurnian dan Usaha Menjawab Tantangan Zaman. (Ditulis oleh
Administrator, 2006)
http///ww.google.com. Gunawan’s Site, Gerakan Pembaharuan Islam
http///www.google.com

Anda mungkin juga menyukai