Anda di halaman 1dari 10

Journal of Applied Accounting and Taxation Article History

Vol. 3, No. 2, October 2018, 158-167 Received September, 2018


e-ISSN: 2548-9925 Accepted September, 2018

Desain Sistem Manajemen Risiko pada


Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum
(PTN BH) Studi Kasus pada Universitas
Gadjah Mada
Mukhlisa*, Supriyadib
a
Auditor Muda di Kantor Audit Internal, Universitas Gadjah Mada, mukhlis.ginting@gmail.com, Indonesia
b
Universitas Gadjah Mada, Indonesia

Abstract. Penelitian ini membahas desain sistem manajemen risiko yang dapat diterapkan pada Perguruan Tinggi Negeri Badan
Hukum (PTN BH) dengan studi kasus pada Universitas Gadjah Mada (UGM). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
deskriptif dengan studi kasus pada UGM. Penelitian mendeskripsikan dan menganalisis desain sistem manajemen risiko yang
sebaiknya dijalankan oleh UGM dengan menggunakan teknik wawancara dan dokumentasi dalam pengumpulan data. Data
dianalisis menggunakan interactive model, meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan simpulan atau
verifikasi. Penelitian menyimpulkan bahwa manajemen risiko telah berjalan di UGM, meskipun belum terstruktur dan sistematis.
Oleh karena itu, UGM perlu membentuk struktur, proses, dan prosedur manejemen risiko. Struktur manajemen risiko dapat
menggunakan model tiga tingkatan pengendalian; tingkat kebijakan dijalankan oleh Komite Audit, tingkat operasional
dijalankan oleh rektor dibantu oleh Kantor Audit Internal dan Kantor Jaminan Mutu sebagai koordinator proses manajemen
risiko yang dilakukan oleh unit kerja; tingkat pengawasan dilakukan oleh Komite Audit. Proses manajemen risiko dapat
menggunakan standar proses manajemen risiko AS/NZS 31000:2009 yang terdiri atas proses penetapan konteks, identifikasi
risiko, analisis risiko, evaluasi risiko, penanganan risiko, pemantauan dan review, dan komunikasi serta konsultasi. Prosedur
manajemen risiko dapat disusun berdasarkan periode tujuan UGM yang terdiri dari periode lima tahunan, satu tahunan, dan
periode waktu tertentu.

Keywords: Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum, PTN BH, risiko, manajemen risiko, proses manajemen risiko, prosedur
manajemen risiko, struktur manajemen risiko

Pendahuluan disebabkan oleh tiga hal. Pertama, aturan pemerintah


yang mewajibkan penerapannya, Kedua, penerapan
Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH) manajemen risiko membantu PTN BH dalam
adalah perguruan tinggi negeri yang didirikan oleh mencapai tujuan organisasi. Ketiga, perubahan status
pemerintah dan berstatus sebagai badan hukum publik pengelolaan perguruan tinggi dari PTN satuan kerja
yang otonom, baik dalam bidang akademik maupun pemerintah menjadi PT Badan Hukum Milik Negara
nonakademik. Otonomi PTN BH diatur dalam (PT BHMN), selanjutnya menjadi PTN dengan Pola
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PTN
Pendidikan Tinggi pasal 64. Sampai tanggal 31 PPK BLU) dan saat ini sebagai PTN BH menimbulkan
Desember 2015, pemerintah telah menetapkan 11 risiko yang perlu dikelola.
perguruan tinggi sebagai PTN BH. Pemerintah mengharuskan PTN BH
Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH) menyelenggarakan manajemen risiko sebagai bagian
perlu menerapkan manajemen risiko setidaknya dari penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern

*
Corresponding author. E-mail: mukhlis.ginting@gmail.com
Mukhlis, Supriyadi | Journal of Applied Accounting and Taxation 3 (2) 158-167 159

Pemerintah (SPIP) sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 153 Tahun 2000.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 (PP No. Status UGM sebagai PT BHMN berlangsung selama
60 Tahun 2008) tentang SPIP. PP No. 60 Tahun 2008 13 tahun hingga terbit dan berlakunya PP Nomor 74
Pasal 1 angka 2 menyebutkan, “Sistem pengendalian Tahun 2012, menetapkan UGM sebagi PTN PPK
intern pemerintah, selanjutnya disingkat SPIP, adalah BLU. Status tersebut hanya berlangsung singkat
sistem pengendalian intern yang diselenggarakan karena Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012
secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat menetapkan UGM sebagai PTN BH, mulai berlaku
dan pemerintah daerah”. PTN BH merupakan instansi efektif per tanggal 10 Agustus 2014.
vertikal, berada di bawah pemerintah pusat, Perubahan status sebagaimana dijelaskan di atas,
Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi khususnya dari PTN PPK BLU menjadi PTN BH,
(Kemenristekdikti). SPIP terdiri atas lima unsur berdampak pada perubahan pola pengelolaan
mencakupi (1) lingkungan pengendalian, (2) penilaian universitas, khususnya terhadap aset dan keuangan.
risiko, (3) kegiatan pengendalian, (4) informasi dan Peralihan status BMN yang selama ini dimiliki oleh
komunikasi, serta (5) pemantauan. Unsur penilaian UGM sebagai PTN PPK BLU menjadi Barang Milik
risiko meliputi aktivitas identifikasi risiko dan analisis Universitas (BMU), kecuali tanah, membutuhkan
risiko. Unsur penilaian risiko dikenal juga dengan aturan pengelolaan aset yang memadai, mulai dari
istilah manajemen risiko. peroses pengadaan, penggunaan, perawatan,
pemanfaatan, pencatatan, hingga penggunaan sistem
Tabel 1 Daftar PTN BH dan Penetapannya informasi manajemen aset. Hal ini menimbulkan
No Universitas Ditetapkan Berdasarkan
1. Institut Teknologi Bandung (ITB) UU Nomor 12 Tahun 2012
risiko pengadaan barang tidak efisien, kerusakan dan
2. Universitas Gadjah Mada (UGM) UU Nomor 12 Tahun 2012 kehilangan aset, serta catatan aset menjadi tidak
3. Institut Pertanian Bogor (IPB) UU Nomor 12 Tahun 2012 handal. Perubahan sifat dana yang diterima dari PNBP
4. Universitas Indonesia (UI) UU Nomor 12 Tahun 2012
5. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) UU Nomor 12 Tahun 2012 menjadi non-PNBP memberikan keleluasaan bagi
6. Universitas Sumatera Utara (USU) UU Nomor 12 Tahun 2012 UGM dalam mengelola dana tersebut secara otonom.
7. Universitas Airlangga (Unair) UU Nomor 12 Tahun 2012
8. Universitas Padjajaran (Unpad) PP Nomor 51 Tahun 2015 Perubahan tersebut membutuhkan aturan dan
9. Universitas Diponegoro (Undip) PP Nomor 52 Tahun 2015 pengendalian pengelolaan keuangan yang baru, ini
10. Universitas Hasanudin (Unhas) PP Nomor 53 Tahun 2015
11. Institut Teknologi Surabaya (ITS) PP Nomor 54 Tahun 2015
menimbulkan risiko inefisiensi penggunaan dana sejak
penganggaran hingga realisasinya.
Penerapan manajemen risiko akan membantu PTN Risiko di atas dapat dicegah sebelum terjadi atau
BH dalam mencapai tujuan organisasi. Proses dasar ditangani jika telah terjadi dengan manajemen risiko.
manajemen risiko meliputi identifikasi risiko, Risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa
penilaian risiko, prioritas risiko dan perencanaan yang dapat mengakibatkan dampak berupa kerugian
respon, dan pemantauan risiko (Moeller, 2011). atau kegagalan dalam pencapaian tujuan organisasi
Manajemen risiko bermanfaat bagi PTN BH dalam (Griffiths, 2005; IRM dan AIRMIC, 2002; AS/NZS
mengidentifikasi area risiko utama yang dihadapi dan ISO 31000:2009, 2009; GOWA, 2007). Adapun
pengelolaan risiko tersebut akan membantu PTN BH manajemen risiko adalah sistem atau proses yang
dalam mencapai indikator kinerja utama (Helsloot dan dilakukan oleh personel di setiap level organisasi
Jong, 2006; Tufano, 2011). Pelaksanaan manajemen untuk mengidentifikasi dan mengelola risiko guna
risiko mampu meminimalisir probabilitas dan atau menjamin pencapaian tujuan organisasi (Rejda, 2006;
konsekuensi dari kejadian tidak menguntungkan. Hanafi, 2006; GOWA, 2007; Moeller, 2007; Thomas.
Selain itu, manajemen risiko dapat meningkatkan 2010; Ariff dkk., 2014). Dengan
kesadaran manajemen PTN BH terhadap risiko dalam mengimplementasikan manajemen risiko, PTN BH
pengambilan keputusan strategis dan operasional dapat mengidentifikasi risiko, dampak hambatannya
(Hoyt dan Liebenberg, 2010). terhadap pencapaian tujuan dan sasaran PTN BH, dan
Perubahan status pengelolaan PT, khususnya UGM, memilih serta menyiapkan cara paling tepat untuk
menimbulkan risiko yang perlu dikelola. UGM mengatasi hal tersebut.
merupakan salah satu dari PTN yang ditetapkan UGM telah memiliki kesadaran akan pentingnya
sebagai PTN BH dalam UU Nomor 12 Tahun 2012. manajemen risiko, meskipun belum menerapkannya
UGM berdiri pada 19 Desember 1949 di Yogyakarta. secara menyeluruh. Kesadaran risiko terlihat dari
Sebelum tahun 2001, UGM berstatus sebagai satuan penggunaan pendekatan probity audit dalam proses
kerja pemerintah. Pada tahun 2001 status UGM pengadaan barang dan jasa. Kantor Audit Internal
berubah menjadi PT BHMN, ditetapkan dalam (KAI) UGM melakukan audit pada proses pengadaan
barang/jasa sejak proses perencanaan, pelaksanaan,
160 Mukhlis, Supriyadi | Journal of Applied Accounting and Taxation 3 (2) 158-167

hingga pemeliharaan. Meskipun demikian, UGM Manajemen Risiko pada Instansi Pemerintah
belum menerapkan pengelolaan risiko yang meliputi
seluruh unit kerja dan aktivitas di universitas. Manajemen risiko pada instansi pemerintah
Berdasarkan hal-hal di atas maka pertanyaan Indonesia diatur dalam PP No. 60 Tahun 2008 tentang
penelitian ini adalah: Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).
a. Siapa saja yang sebaiknya terlibat dalam sistem Manajemen risiko menjadi salah satu dari lima unsur
manajemen risiko UGM dan apa fungsi masing- SPIP, yaitu unsur penilaian risiko. PP No. 60 Tahun
masing pihak tersebut? 2008 menetapkan BPKP sebagai pembina
b. Bagaimana proses manajemen risiko yang penyelenggaraan SPIP.
sebaiknya dijalankan oleh UGM? BPKP mendorong seluruh instansi pemerintah agar
c. Bagaimana prosedur manajemen risiko yang menyelenggarakan SPIP dan manajemen risiko, salah
sebaiknya dijalankan oleh UGM? satunya Kementerian Keuangan. Kementerian
Keuangan merupakan salah satu contoh instansi
pemerintah yang telah menyelenggarakan SPIP,
Tinjauan Pustaka khususnya manajemen risiko dengan terstruktur dan
sistematis. Dikatakan terstruktur karena telah menata
Risiko dan Manajemen Risiko struktur organisasi dengan menjalankan manajemen.
Dikatakan sistematis karena telah menggunakan
Terdapat beberapa definisi risiko yang kerangka kerja (frame work) proses manajemen risiko.
dikemukakan oleh berbagai pihak. Menurut Griffiths Kementerian Keuangan menerbitkan Peraturan
(2005), risiko adalah ancaman bahwa suatu tindakan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.09/2008 tentang
atau peristiwa buruk akan memengaruhi kemampuan Penerapan Manajemen Risiko di Lingkungan
organisasi untuk mencapai tujuan dan melaksanakan Depertemen Keuangan. Terdapat 5 unsur utama dalam
strategi yang berhasil. Menurut The Institute of Risk penerapan manajemen risiko di Kementerian
Management (IRM) dan The Association of Insurance Keuangan, yaitu (1) piagam manajemen risiko, (2)
and Risk Managers (AIRMIC) (2002), risiko adalah struktur manajemen risiko, (3) strategi penerapan
peluang terjadinya sesuatu, mempunyai dampak manajemen risiko, (4) proses manajemen risiko, dan
terhadap tujuan. Sedangkan menurut Australian New (5) pelaporan risiko.
Zealand International Standard (AS/NZS ISO Manajemen risiko di Departemen Keuangan
31000:2009) dan Pedoman Teknis Penyelenggaraan mengadopsi model tiga tingkat pengendalian, terdiri
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) (2009), atas pengendalian tingkat kebijakan, pengendalian
risiko adalah kemungkinan kejadian yang mengancam tingkat operasional, dan pengawasan pengendalian.
pencapaian tujuan dan sasaran instansi pemerintah. Pengendalian tingkat kebijakan bertanggung jawab
Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat dalam mengooridinasikan, memfasilitasi, serta
disimpulkan bahwa risiko adalah suatu kejadian yang mengawasi efektivitas dan integritas proses
merupakan kemungkinan yang bila terjadi akan dapat manajemen risiko. Pengendalian tingkat kebijakan
menghambat pencapaian tujuan organisasi. dilakukan oleh komite manajemen risiko.
Terdapat 4 tahap proses manajemen risiko yang Pengendalian tingkat operasional bertanggung jawab
mendasar (Moeller, 2007), terdiri atas (1) identifikasi langsung atas pengelolaan dan pengendalian risiko
risiko, (2) penilaian risiko, (3) prioritas risiko dan sehari-hari. Pengendalian tingkat operasional
perencanaan respon, serta (4) pemantauan risiko. dilaksanakan oleh ketua manajemen risiko dan unit
Identifikasi risiko menghasilkan daftar risiko pemilik risiko. Tingkat pengawasan pengendalian
potensial. Pengukuran risiko memberi informasi berfungsi memberikan penilaian independen atas
tentang kemungkinan terjadinya dan dampak yang efektivitas pelaksanaan manajemen risiko di seluruh
ditimbulkan jika risiko terjadi. Prioritas risiko dan jajaran eselon I kepada stakeholder terkait,
perencanaan respon merupakan tindak lanjut yang dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal dan auditor
perlu dilakukan oleh manajemen untuk melakukan eksternal.
tindakan atas setiap risiko yang ada berdasarkan Proses manajemen risiko yang diterapkan di
prioritas dan kecenderungan risiko. Departemen Keuangan diadobsi dari kerangka
Australia/New Zealand (AS/NZS) ISO 31000:2009,
merupakan standar manajemen risiko yang diterbitkan
oleh Australia dan Selandia Baru, berisi 7 elemen
Mukhlis, Supriyadi | Journal of Applied Accounting and Taxation 3 (2) 158-167 161

yaitu: penetapan konteks, identifikasi risiko, analisis pemerintah, peraturan menteri, peraturan rektor,
risiko, evaluasi risiko, penanganan risiko, pemantauan catatan, transkrip, buku dan pedoman, surat kabar
dan review, komunikasi dan konsultasi. daring, majalah, serta dokumentasi lainnya yang
Unit eselon I membuat laporan profil risiko dan peta relevan. Data manajemen risiko meliputi Rencana
risiko, berisi tingkat dan tren seluruh paparan risiko Strategis (Renstra), Rencana Operasional (Renop),
yang relevan, disajikan bersama dengan profil serta kontrak kinerja antara UGM dengan
peta risiko pada semester sebelumnya agar dapat Kemenristekdikti, dan data lainnya yang relevan.
dibandingkan. Laporan tersebut disampaikan secara Penelitian ini menggunakan interactive model
berkala per semester kepada Menteri Keuangan. dalam analisis data hasil wawancara. Interactive
Sistem informasi dan teknologi informasi yang model menggunakan 4 komponen, yaitu (1)
digunakan oleh unit eselon I didesain sedemikian rupa pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) penyajian
sehingga dapat menyediakan informasi pelaksanaan data, dan (4) simpulan atau verifikasi (Miles dan
manajemen risiko. Huberman, 1984; Sugiyono, 2007).
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara
dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan
Metode Penelitian personal interview, yaitu wawancara tatap muka
langsung dengan responden (Jogiyanto, 2004). Hasil
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif wawancara direkam dengan alat perekam dan disalin
deskriptif dengan studi kasus pada UGM sebagai PTN dalam bentuk transkrip.
BH. Penelitian mendeskripsikan dan menganalisis Reduksi data dilakukan dengan kodefikasi dan axial
desain prosedur manajemen risiko yang sebaiknya coding atas hasil wawancara. Data yang diperoleh dari
dijalankan oleh UGM. wawancara disalin dalam bentuk transkrip, ditelaah
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data dan diberi kode tertentu pada setiap frasa, kalimat, atau
sekunder. Data primer berupa hasil wawancara, Data paragraf berdasarkan topik. Data yang diberi kode
sekunder berupa peraturan perundangan yang berlaku, tersebut dikelompokkan ke dalam kategori tertentu,
peraturan MWA, peraturan atau surat keputusan kemudian dicari hubungan antarkategori (axial
Rektor UGM, surat edaran, dan dokumen lain yang coding). Proses reduksi data dilakukan terus-menerus
relevan. selama penelitian berlangsung. Hasil reduksi data
Untuk memperoleh gambaran mengenai proses disajikan dalam Lampiran 1.
manajemen risiko yang saat ini berjalan di UGM dan Penyajian data dilakukan dengan narasi dan
bagaimana proses ideal yang sebaiknya dilakukan flowchart untuk mengorganisasikan data. Data yang
UGM, peneliti menggunakan teknik wawancara dan telah direduksi, disajikan dalam bentuk narasi dan
dokumentasi. Wawancara berupa wawancara flowchart (diagram alur), menggambarkan proses
semitersruktur kepada 6 pejabat struktural yaitu; (1) manajemen risiko di UGM. Melalui penyajian data
Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Keuangan dan dengan narasi dan diagram alur tersebut, data akan
Sistem Informasi, (2) Direktur Keuangan, (3) Kepala terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan,
Subdirektorat Sarana Direktorat Aset, (4) Kepala sehingga mudah dipahami.
Seksi Pendayagunaan, Penghapusan, Pengawasan, dan Penarikan simpulan dan verifikasi dilakukan
Pengendalian Aset (P4A) Direktorat Aset, (5) Kepala berdasarkan proses reduksi dan penyajian data.
Bagian Konsultasi dan Pengembangan Kantor Audit Simpulan didukung oleh bukti-bukti valid dan
Internal, dan (6) Wakil Dekan Bidang Keuangan, Aset, konsisten selama proses penelitian berlangsung.
dan Sumber Daya Manusia Fakultas Ekonomika dan Simpulan akan menjawab rumusan masalah yang
Bisnis. Sampel dipilih dengan mempertimbangkan ditetapkan sejak awal.
keterwakilan unsur pimpinan, unsur pelaksana
akademik, serta unsur pelaksana administrasi dan
pengembangan. Hasil dan Pembahasan
Dokumentasi yang diperlukan dalam penelitian ini
meliputi informasi terkait profil UGM, peraturan dan Berdasarkan statuta PTN BH sebagaimana
informasi terkait, dan manajemen risiko. Data profil disajikan pada Tabel 2, seluruh PTN BH memiliki
UGM, mencakup sejarah singkat, visi, misi, tujuan, organ dan unit kerja yang sama dalam konteks
sasaran, tugas, fungsi, dan struktur organisasi. Data manajemen risiko, kecuali Universitas Indonesia.
peraturan dan informasi terkait meliputi peraturan Seluruh PTN BH memiliki organ MWA, SA, dan
162 Mukhlis, Supriyadi | Journal of Applied Accounting and Taxation 3 (2) 158-167

rektor. Seluruh PTN BH juga memiliki komite audit dalam struktur manajemen risiko. Struktur manajemen
yang menjadi perangkat MWA dalam melakukan risiko UGM dapat mengadopsi model tiga tingkatan
pengawasan bidang nonakademik. Seluruh PTN BH pengendalian sesuai dengan struktur organisasi yang
memiliki unit kerja yang melaksanakan fungsi audit tertuang dalam PP 67 Tahun 2013 tentang Statuta
atau pengawasan internal dan unit kerja yang UGM dan Peraturan MWA Nomor 4 Tahun 2014
melaksanakan fungsi penjaminan mutu akademik. tentang Organisasi dan Tata Kelola UGM, terdiri atas
Data memperlihatkan hanya UI yang memiliki komite (1) pengendalian tingkat kebijakan, (2) pengendalian
manajemen risiko. Meskipun PTN BH selain UI tidak tingkat operasional, dan (3) pengendalian
memiliki komite manajemen risiko, namun fungsi pengawasan. Struktur manajemen risiko yang akan
tersebut dijalankan oleh komite audit. dibentuk menggunakan struktur organisasi UGM yang
telah ada dengan melihat irisan tugas pokok dan fungsi
Tabel 2 Organ dan Struktur Organisasi PTN BH masing-masing organ dan unit kerja.
No. PTN MWA SA Rektor KA KR* UAI** UPM*** Pengendalian tingkat kebijakan, biasa disebut
1. UI Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
2. ITB Ada Ada Ada Ada Tidak Ada Ada komite risiko, dilakukan oleh Majelis Wali Amanat
3. UGM Ada Ada Ada Ada Tidak Ada Ada (MWA) melalui Komite Audit (KA). KA relevan
4. IPB Ada Ada Ada Ada Tidak Ada Ada mengampu peran komiter risiko karena salah satu
5. UPI Ada Ada Ada Ada Tidak Ada Ada tugasnya telah beririsan dengan fungsi komite risiko,
6. USU Ada Ada Ada Ada Tidak Ada Ada
7. Unair Ada Ada Ada Ada Tidak Ada Ada yaitu melakukan analisis manajemen risiko sebagai
8. Unpad Ada Ada Ada Ada Tidak Ada Ada bahan pertimbangan bagi MWA dalam memberikan
9. Undip Ada Ada Ada Ada Tidak Ada Ada persetujuan atau ratifikasi terhadap perjanjian
10. Unhas Ada Ada Ada Ada Tidak Ada Ada menyangkut pemanfaatan kekayaan UGM. Tugas KA
11. ITS Ada Ada Ada Ada Tidak Ada Ada
sebagai komite risiko adalah meninjau dan menyetujui
*komite risiko. kebijakan dan prosedur manajemen risiko organisasi,
**unit kerja yang melaksanakan fungsi audit atau pengawasan internal.
***unit kerja yang melaksanakan fungsi penjaminan mutu akademik. meninjau dan mengawasi kegiatan unit manajemen
risiko, dan memantau serta me-review ketepatan
Statuta masing-masing PTN BH telah menetapkan informasi risiko yang diterima dari manajemen.
tugas KA yang bersinggungan atau beririsan dengan Pengendalian tingkat operasional dilakukan oleh
manajemen risiko. Analisis atas statuta PTN BH rektor dibantu oleh Unit Manajemen Risiko (UMR)
khususnya tentang manajemen risiko dan tugas KA dan Unit Pemilik Risiko (UPR). UMR adalah unit
disajikan dalam Lampiran 2. yang berfungsi melakukan koordinasi dan proses
manajemen risiko di tingkat universitas, sedangkan
a. Kondisi Manajemen Risiko yang Saat ini Berjalan UPR berfungsi melakukan proses manajemen risiko di
di UGM tingkat unit kerja. Tugas UMR adalah membuat
Manajemen risiko telah berjalan dan embedded kebijakan dan prosedur serta panduan manajemen
dalam proses bisnis UGM, hal ini dapat dilihat dari risiko yang diperlukan, mengimplementasikan proses
adanya kesadaran akan risiko dalam pengambilan manajemen risiko, dan menelaah proses manajemen
keputusan dan perancangan sistem. Selain itu, proses risiko yang dilakukan oleh UPR dan menyelaraskan
manajemen risiko telah berjalan di UGM, bahkan risiko antar-UPR. Tugas UPR adalah melakukan
beberapa unit kerja melakukan proses manajemen proses manajemen risiko pada unit kerja termasuk
risiko tersebut, meskipun belum terstruktur dan unit-unit yang berada di bawahnya dan melaporkan
sistematis. hasilnya kepada UMR.
b. Sistem Manajemen Risiko yang Sebaiknya Fungsi UMR dijalankan oleh KAI dan Kantor
Diterapkan di UGM Jaminan Mutu (KJM) dengan pertimbangan bahwa
Sistem manjemen risiko yang sebaiknya diterapkan tugas pokok dan fungsi kedua unit tersebut
di UGM meliputi (1) struktur organisasi manajemen bersinggungan dengan manajemen risiko. Fungsi UPR
risiko, (2) proses manajemen risiko, dan (3) prosedur dilaksanakan oleh unit kerja selain KAI dan KJM.
manajemen risiko. Pengendalian tingkat pengawasan berfungsi
memberikan penilaian independen atas efektivitas
Struktur Manajemen Risiko UGM pelaksanaan manajemen risiko UGM, dilaksanakan
oleh KA. Dalam menjalankan pengawasan, KA dapat
Dalam melaksanakan proses manajemen risiko, menugaskan kantor akuntan publik atau kantor
dibutuhkan organisasi personel pelaksana, tergambar konsultan yang kompeten untuk melakukan penilian
secara independen terhadap pelaksanaan manajemen
Mukhlis, Supriyadi | Journal of Applied Accounting and Taxation 3 (2) 158-167 163

risiko yang dilakukan oleh KJM dan KAI. KA juga Prosedur Manajemen Risiko Periode Lima Tahunan
dapat menugaskan KAI, khususnya fungsi audit KAI,
untuk melakukan penilaian efektivitas pelaksanaan Prosedur manajemen risiko periode lima tahunan
manajemen risiko atas KAI dan KJM dengan adalah periode pelaksanaan manajemen risiko yang
memperhatikan bahwa auditor internal yang terlibat dilakukan selama lima tahun setelah MWA
dalam UMR dan UPR tidak dapat ditugaskan untuk menetapkan renstra baru. Usaha pencapaian tujuan
melakukan penilaian guna menjaga independensi yang tertera dalam renstra akan menghadapi berbagai
auditor KAI. risiko, oleh karena itu perlu dilakukan manajemen
risiko sehingga tujuan tersebut dapat dicapai.
Proses Manajemen Risiko UGM Langkah-langkah manajemen risiko yang dilakukan
dalam periode ini meliputi hal berikut di bawah ini.
Proses manajemen risiko UGM menggunakan a) Penyusunan dan Penetapan Regulasi
standar proses manajemen risiko Australia/New Proses penyusunan regulasi, identifikasi, analisis,
Zealand (AS/NZS) 31000:2009. Penggunaan dan evaluasi risiko dideskripsikan pada gambar yang
kerangka AS/NZS 31000:2009 ini dengan disajikan dalam Lampiran 3. Setelah MWA
pertimbangan sebagai berikut: menetapkan rencana strategis (Renstra) UGM, UMR
• Memberikan pendekatan sistematis dalam menyusun draf regulasi manajemen risiko, terdiri atas
mengelola risiko guna mencapai tujuan organisasi. kebijakan, prosedur, dan panduan pelaksanaan
• Dapat diterapkan pada semua jenis organisasi manajemen risiko. Regulasi ini menjadi dasar dan
• BPKP selaku pembina penyelenggaraan SPIP panduan bagi UMR dan UPR dalam melaksanakan
menyarankan penggunaan standar AS/NZS proses manajemen risiko. Materi dalam draf regulasi,
31000:2009 untuk proses manajemen risiko. antara lain sebagai berikut.
• Telah digunakan oleh instansi pemerintah yaitu i. Struktur manajemen risiko.
Kementerian Keuangan. ii. Proses manajemen risiko.
iii. Skala kemungkinan.
Prosedur Manajemen Risiko iv. Skala dampak.
v. Kriteria penerimaan risiko.
Tujuan UGM memiliki tiga periode yang berbeda UMR mengajukan draf regulasi kepada rektor untuk
sehingga manajemen risiko UGM perlu dilakukan ditelaah lebih lanjut. Jika rektor tidak menyetujui draf
dengan tiga periode berdasarkan tujuan tersebut. regulasi tersebut, maka UMR akan merevisi sesuai
Setidaknya UGM memiliki tiga tujuan berbeda arahan rektor. Sebaliknya, jika rektor telah menyetujui
berdasarkan durasi waktu tujuan tersebut; yaitu lima draf tersebut, maka rektor akan mengajukannya
tahun, satu tahun, dan waktu tertentu. Tujuan dengan kepada KA.
durasi waktu lima tahun adalah tujuan yang tertera Setelah menerima draf regulasi manajemen risiko
dalam rencana strategis (Renstra) UGM. Renstra dari rektor, KA menelaah dan menetapkan draf
disusun setiap lima tahun sekali oleh Rektor UGM tersebut menjadi regulasi manajemen risiko UGM.
yang baru dan berlaku untuk masa jabatannya. Tujuan Jika KA belum menyetujui, maka KA mengembalikan
dengan durasi waktu satu tahun adalah tujuan yang kepada UMR melalui rektor untuk direvisi dan
tercantum dalam kontrak kinerja antara UGM dengan diserahkan kembali kepada KA untuk penelaahan
Kemenristekdikti, kontrak kinerja diperbarui setiap lebih lanjut dan persetujuan. KA menyerahkan
tahun. Tujuan dengan waktu tertentu adalah tujuan regulasi manajemen risiko yang telah disetujui kepada
dari program yang diamanatkan oleh pemerintah rektor. Rektor menyerahkan regulasi manajemen
dan/atau mitra kepada UGM dengan durasi waktu risiko kepaa UMR dan UPR untuk pelaksanaannya.
tertentu sesuai ketentuan atau kesepakatan. Oleh b) Proses Manajemen Risiko
karena itu, periodesasi manajemen risiko UGM perlu UMR menginisiasi dan mengoordinasi proses
dibedakan menjadi 3 hal berikut ini. manajemen risiko yang dilakukan oleh UPR. UPR
• Prosedur manajemen risiko periode lima tahunan. menetapkan konteks manajemen risiko untuk unit
• Prosedur manajemen risiko periode satu tahunan. kerjanya, mengidentifikasi risiko, menganalisis risiko,
• Prosedur manajemen risiko periode waktu tertentu. dan mengevaluasi risiko sehingga menghasilkan draf
Masing-masing prosedur manajemen risiko tersebut profil risiko UPR.
disusun berdasarkan 7 proses manajemen risiko c) Review dan Penyelarasan Risiko antarunit Kerja
AS/NZS 31000:2009 sebagaimana dijabarkan di atas.
164 Mukhlis, Supriyadi | Journal of Applied Accounting and Taxation 3 (2) 158-167

UPR menyerahkan draf profil risiko UPR kepada menyetujui, draf tersebut akan diserahkan kepada KA.
UMR untuk proses kompilasi, review, dan Sebaliknya, jika rektor tidak menyetujui, maka akan
sinkronisasi profil risiko. UMR mengompilasi seluruh dikembalikan kepada UMR untuk direvisi dan
draf profil risiko UPR dan me-review kelengkapan diajukan kembali kepada rektor untuk mendapatkan
informasi risiko dari setiap UPR. UMR menelaah persetujuan.
hubungan suatu risiko dengan risiko lainnya dalam h) Pemantauan dan reviu
suatu UMP, hubungan suatu risiko pada suatu UPR UMR melakukan pemantauan dan review atas risiko
dengan risiko dalam UPR lain, dan suatu risiko UPR dan program penanganan risiko pada setiap akhir
dengan proses bisnis dan regulasi yang ada di unit tahun anggaran untuk memastikan bahwa risiko dan
kerja lain. Telaah hubungan risiko ini dilakukan untuk penanganannya selaras dengan perubahan di dalam
sinkronisasi risiko sehingga menghasilkan draf profil lingkungan UGM. Pemantauan dan review dilakukan,
risiko UGM yang komprehensif. UMR mengajukan baik oleh UMR maupun UPR, dengan melakukan
draf profil risiko UGM kepada rektor untuk ulang langkah-langkah prosedur manajemen risiko
penelaahan dan persetujuan, selanjutnya draf profil sebagaimana telah dijelaskan di atas. Hasil
risiko diserahkan ke KA. pelaksanaan pemantauan dan review dilaporkan oleh
d) Penetapan Profil Risiko UMR kepada KA melalui rektor.
KA melakukan review dan penetapan profil risiko
UGM. Salah satu tugas KA adalah: “Memantau serta Prosedur Manajemen Risiko Periode Satu Tahunan
melakukan review ketepatan informasi risiko yang
diterima dari manajemen.” Oleh karena itu, KA perlu Prosedur manajemen risiko periode satu tahunan
melakukan review draf profil risiko UGM (di adalah periode pelaksanaan manajemen risiko yang
dalamnya terdapat draf risiko unit kerja yang diajukan dilakukan untuk mengelola risiko atas perikatan
oleh rektor dan UMR). KA menelaah ketepatan draf dengan masa waktu satu tahun anggaran. Pembahasan
profil risiko berdasarkan kebijakan manajemen risiko ini mengkhususkan pada kontrak kinerja antara UGM
yang telah ditetapkan oleh KA. KA menetapkan draf dengan Kemenristekdikti. Perikatan antara UGM
profil risiko UGM menjadi profil risiko UGM untuk dengan pihak lain yang berdurasi waktu satu tahun
periode lima tahun dan mendistribusikannya kepada anggaran mungkin ada beberapa, namun informasi
rektor dan UMR. UMR memilah data profil risiko yang berhasil diperoleh peneliti adalah kontrak kinerja
masing-masing UPR dan mendistribusikannya kepada antara UGM dengan Kemenristekdikti. Untuk
UPR. menyederhanakan pembahasan, manajemen risiko
e) Penetapan Kebijakan Penanganan Risiko periode satu tahunan dikhususkan hanya untuk
Berdasarkan profil risiko UGM, KA menyusun mengelola risiko atas kontrak kinerja antara UGM
kebijakan penanganan risiko UGM yang menjadi dengan Kemenristekdikti. Proses manajemen risiko
dasar UMR dan UPR dalam melakukan penanganan dimulai saat dokumen kontrak kinerja ditandatangani
risiko. KA menyerahkan kebijakan penanganan risiko oleh kedua belah pihak (disahkan). Langkah-langkah
kepada rektor dan UMR. manajemen risiko yang dilakukan dalam periode ini
f) Pelaksanaan Penanganan Risiko meliputi hal berikut ini, bagan alir proses disajikan
Berdasarkan kebijakan penanganan risiko, UMR dalam Lampiran 4.
menyusun dan melaksanakan program penanganan a. Proses manajemen risiko, meliputi penetepan
risiko untuk level universitas. Selain itu, UMR konteks, identifikasi risiko, analisis risiko, dan
mengoordinasikan proses penanganan risiko yang evaluasi risiko.
dilakukan oleh UPR. Detail proses penanganan risiko b. Review dan penyelarasan risiko antarunit kerja.
diulas pada subbab Proses Manajemen Risiko UGM. c. Penetapan profil risiko.
g) Pelaporan Pelaksanaan Penanganan Risiko d. Pelaksanaan penanganan risiko.
Setelah melaksanakan proses penanganan risiko e. Pelaporan pelaksanaan penanganan risiko.
selama lima tahun, di akhir masa berlakunya renstra, Langkah manajemen risiko periode satu tahunan
UMR menyusun draf laporan pelaksanaan manajemen dimulai saat dokumen kontrak kinerja disahkan.
risiko. Draf laporan ini merupakan kompilasi dari Rektor menyerahkan dokumen kontrak kinerja kepada
laporan pelaksanaan yang dilakukan oleh UMR dan UMR. Setelah mempelajari isi kontrak kinerja, UMR
UPR setelah dilakukan review dan disinkronisasi menganalisis dan menentukan unit kerja atau UPR
sehingga menjadi laporan penanganan risiko yang mana yang akan terlibat. UMR menginstruksikan UPR
komprehensif. UMR menyerahkan draf laporan yang terlibat untuk melakukan proses manajemen
manajemen risiko kepada rektor. Jika rektor
Mukhlis, Supriyadi | Journal of Applied Accounting and Taxation 3 (2) 158-167 165

risiko dengan mengirimkan surat instruksi dilampiri manajemen risiko, pada perikatan jenis kedua
dokumen kontrak kinerja. dibentuk tim ad hoc, ditugaskan melakukan
Setelah menerima instruksi dari UMR, UPR manajemen risiko bersama-sama dengan UMR.
melakukan proses penetapan konteks, identifikasi Proses manajemen risiko dimulai setelah perikatan
risiko, analisis risiko, dan evaluasi risiko dengan ditandatangani oleh kedua belah pihak atau dinyatakan
berpedoman pada regulasi yang ditetapkan oleh KA. berlaku. Berdasarkan dokumen perikatan, UMR
Proses ini menghasilkan draf profil risiko UPR. UPR bersama-sama dengan tim ad hoc melakukan proses
menyerahkan draf profil risiko kepada UMR untuk manajemen risiko, meliputi penetapan konteks,
diperoses lebih lanjut. identifikasi, analisis, dan evaluasi risiko. Proses
UMR mengompilasi seluruh draf profil risiko UPR penanganan risiko dilakukan oleh tim ad hoc dengan
dan melakukan review kelengkapan informasi risiko supervisi UMR. Proses manajemen risiko yang
dari tiap-tiap UPR. UMR menelaah hubungan suatu dilakukan oleh tim ad hoc dan UMR berdasarkan
risiko dengan risiko lainnya dalam suatu UMP, regulasi yang ditetapkan oleh KA. Proses ini
hubungan suatu risiko pada suatu UPR dengan risiko menghasilkan laporan profil risiko dan laporan
dalam UPR lain, dan suatu risiko UPR dengan proses penanganan risiko, diserahkan kepada rektor sebagai
bisnis serta regulasi yang ada di unit kerja lain. Telaah laporan. Rektor dapat menyerahkan laporan profil
hubungan risiko ini dilakukan untuk sinkronisasi risiko dan laporan penanganan risiko kepada KA
risiko sehingga menghasilkan draf profil risiko UGM sebagai laporan.
yang komprehensif. UMR mengajukan draf profil Dalam perikatan jenis ketiga, proses manajemen
risiko UGM kepada rektor untuk penelaahan dan risiko dimulai setelah perikatan ditandatangani oleh
persetujuan. Setelah rektor menyetujui draf profil kedua belah pihak atau dinyatakan berlaku.
risiko, rektor menyerahkan profil risiko UGM kepada Berdasarkan dokumen perikatan, unit kerja (UPR)
KA sebagai laporan dan kepada UMR untuk proses melakukan proses manajemen risiko, meliputi
penanganan. penetapan konteks, identifikasi, analisis, dan evaluasi
risiko sehingga menghasilkan draf profil risiko
Prosedur Manajemen Risiko Periode Waktu Tertentu kegiatan. UPR menyerahkan draf profil risiko kegiatan
kepada UMR untuk dilakukan review dan dianalisis
Prosedur manajemen risiko periode waktu tertentu program penanganannya sehingga menghasilkan
adalah periode pelaksanaan manajemen risiko, profil risiko dan program penanganan risiko kegiatan.
dilakukan untuk mengelola risiko atas perikatan Profil risiko dan program penanganan risiko kegiatan
dengan masa waktu kurang atau sama dengan atau tersebut menjadi dasar bagi UPR dalam melakukan
lebih dari satu tahun anggaran. Terdapat beberapa penanganan risiko. Proses penanganan risiko
jenis pelaksanaan perikatan sebagai berikut. (dilakukan oleh UPR) menghasilkan laporan
a. Perikatan antara UGM dengan mitra dan pelaksanaan penanganan risiko. Laporan pelaksanaan
dilaksanakan oleh tim ad hoc. penanganan tersebut diserahkan oleh UPR kepada
b. Perikatan antara UGM dengan mitra dan UMR sebagai laporan. UMR dapat menyerahkan
dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja. laporan pelaksanaan penanganan risiko kepada rektor
c. Perikatan antara unit kerja dengan mitra dan sebagai laporan (jika dibutuhkan).
dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja. Proses pemantauan dan review untuk manajemen
Proses manajemen risiko dimulai saat dokumen risiko waktu tertentu dilakukan oleh UMR secara
perikatan ditandatangani oleh kedua belah pihak periodik. UMR mengembangkan dan merencanakan
(disahkan). Langkah-langkah manajemen risiko yang kecukupan intensitas pemantauan dan review
dilakukan dalam periode ini meliputi hal berikut ini, berdasarkan profil risiko yang dihasilkan dalam proses
bagan alir prosedur ini disajikan dalam Lampiran 5. identifikasi dan analisis serta evaluasi risiko.
a. Proses manajemen risiko, meliputi penetapan Proses komunikasi dan konsultasi dilakukan secara
konteks, identifikasi risiko, analisis risiko, melekat dalam proses manajemen risiko dan
evaluasi risiko, dan penanganan risiko. pelaporannya. Selama melakukan proses manajemen
b. Review profil risiko. risiko, tim ad hoc dan UMR saling berkomunikasi
c. Pelaporan pelaksanaan penanganan risiko. guna menyamakan persepsi. Pelaporan pelaksanaan
Untuk perikatan jenis pertama dan jenis kedua, penanganan risiko merupakan bagian dari proses
proses manajemen risiko dilakukan dengan langkah- komunikasi kepada rektor.
langkah yang sama. Untuk mempermudah proses
166 Mukhlis, Supriyadi | Journal of Applied Accounting and Taxation 3 (2) 158-167

Penutup Goverment of Western Australia. (2007). Can You Risk It? An


Introduction to Risk Management for Community
Organisations, Perth Western Australia.
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang
disajikan dan diulas pada bab sebelumnya, dapat Griffiths, Phil. (2005). Risk Based Auditing. Burlington, Gower
ditarik beberapa simpulan sebagai berikut: Publishing Company.
a. Sistem manajemen risiko di UGM membutuhkan Hanafi, M.M. (2006). Manajemen Risiko. Yogyakarta: UPP STIM
struktur, proses, dan prosedur manajemen risiko. YKPN.
b. Struktur manajemen risiko UGM dapat
Helsloot, I. dan Jong, W. (2006). Risk Management in Higher
menggunakan model tiga tingkatan pengendalian: Education and Research in the Netherlands. Journal of
a) Pengendalian tingkat kebijakan dijalankan oleh Contingencies & Crisis Management.
Komite Audit.
Hoyt, R.E. dan Liebenberg, A.P. (2010). The Value of Enterprise
b) Pengandalian tingkat operasional dilakukan Risk Management. SSRN eLibrary.
oleh rektor dan dibantu oleh unit manajemen
risiko (UMR) dan unit pemilik risiko (UPR). Jogiyanto, (2004), Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan
UMR dijalankan oleh Kantor Jaminan Mutu Pengalaman-pengalaman. Yogyakarta: BPFE.
dan Kantor Audit Internal. Sedangkan UPR Joint Australian New Zealand International Standard (AS/NZS ISO
dijalankan oleh unit kerja. 31000:2009). (2009). Risk Management - Principles and
c) Pengendalian Tingkat Pengawasan yang Guidelines. Sydney.
dilakukan oleh KA Miles, M.B. dan Huberman, M.A. (1984). Qualitative Data
d) Proses manajemen risiko UGM dapat Analysis; A Sourccebook of New Method. London: Beverly
mengadopsi standar proses manajemen risiko Hills, Sage Publications.
AS/NZS 31000:2009, terdiri dari proses; Moeller, R.R. (2007). COSO Enterprise Risk Management.
penetapan konteks, identifikasi risiko, analisis Understanding the New Integrated ERM Framework.
risiko, evaluasi risiko, penanganan (perlakuan) Canada: John Wiley & Sons, Inc.
risiko, pemantauan dan review, serta
Moeller, R.R. (2011). COSO Enterprise Risk Management:
komunikasi dan konsultasi. Establishing Effective Governance, Risk, And Compliance
c. Prosedur manajemen risiko UGM terdiri atas tiga Processes Second. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
prosedur yang dibedakan berdasarkan periode
Rejda, G.E. (2006). Principles of Risk Management and Insurance.
tujuan UGM, yaitu prosedur lima tahunan, India: Dorling Kindersley.
prosedur satu tahunan, dan prosedur waktu
tertentu. Sugiyono. (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:
Berdasarkan analisis dan pembahasan dalam Bab Alfabeta.
IV dapat ditarik beberapa simpulan/beberapa The Institute of Risk Management (IRM) dan The Association of
rekomendasi sebagai berikut: Insurance and Risk Managers (AIRMIC). (2002). Risk
a. UGM perlu menetapkan struktur organisasi Management Standard.
manajemen risiko sebagaiman dijelaskan dalam Thomas, Bill. (2010). ERM from the Ground Up: A Grass Roots
kesimpulan. Approach - Integrating Enterprise Risk Management into
b. Disarankan agar UGM mengadopsi standar proses California State University San Marcos Athletics. University
Risk Management and Insurance Association (URMIA)
manajemen risiko AS/NZS 31000:2009.
Journal.
UGM perlu menyusun dan menjalankan beberapa
prosedur manajemen risiko yang dibedakan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.
berdasarkan periode tujuan UGM, yaitu prosedur lima
Peraturan Pemerintah Nomor 153 Tahun 2000 tentang Penetapan
tahunan, prosedur satu tahunan, dan prosedur waktu Universitas Gadjah Mada sebagai Badan Hukum Milik
tertentu. Negara.

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan


Keuangan Badan Layanan Umum.
References
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah.
Ariff, Mohd Shoki Bin Md., dkk. (2014). A Framework for Risk
Management Practices and Organizational Performance in
Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2013 tentang Statuta
Higher Education. Review of Integrative Business & Universitas Gadjah Mada.
Economics Reserch.
Mukhlis, Supriyadi | Journal of Applied Accounting and Taxation 3 (2) 158-167 167

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2014 tentang Statuta


Universitas Sumatera Utara.

Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2014 tentang Statuta


Universitas Airlangga.

Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2015 tentang Statuta


Universitas Padjajaran

Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2015 tentang Statuta


Universitas Diponegoro.

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2015 tentang Statuta


Universitas Hasanuddin.

Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2015 tentang Statuta Institut


Teknologi Sepuluh November.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.09/2008 tentang


Penerapan Manajemen Risiko di Lingkungan Depertemen
Keuangan.

Anda mungkin juga menyukai