ASTIGMATISMA
Pembimbing :
dr. Teguh Anamani, Sp. M
Disusun Oleh:
M Edo Antariksa P G4A016137
ASTIGMATISMA
Disusun oleh:
M Edo Antariksa P G4A016137
Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik di bagian Ilmu
Penyakit Mata RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
Puji syukur penyusunan panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-
Nya, sehingga referat berjudul “Astigmatisma” ini dapat diselsaikan. Referat ini
merupakan salah satu tugas di SMF Ilmu Penyakit Mata. Oleh karena ittu penyusun
mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan penulisan di masa yang akan datang.
2. Dokter-dokter spesialis mata di SMF Ilmu Penyakit Mata RSUD Prof. Dr.
3. Orangtua serta keluarga penulis atas doa dan dukungan yang tidak pernah
4. Rekan-rekan ko-asisten bagian SMF Ilmu Penyakit Mata RSUD Prof. Dr.
Penulis menyadari referat ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak penulis harapkan demi referat yang lebih baik.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga referat ini bermanfaat bagi semua
pihak yang ada di dalam maupun di luar lingkungan RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………... 2
KATA PENGANTAR…………………………………………………………... 3
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. 4
PENDAHULUAN……………………………………………………………….. 5
TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………. 6
KESIMPULAN…………………………………………………………………. 35
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 36
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Astigmatisme merupakan kelainan refraksi mata, di mana terdapat
variasi derajat refraksi pada bermacam-macam meridian, sehingga sinar
yang sejajar pada mata itu tidak difokuskan pada satu titik. Pembiasan
sinar pada mata astigmat tidak sama pada semua bidang atau meridian
(Triastuti, 2015).
Astigmatisma biasanya bersifat diturunkan atau terjadi sejak lahir,
dan biasanya berjalan bersama dengan miopia dan hipermetropia dan
tidak banyak terjadi perubahan selama hidup. Bayi yang baru lahir
biasanya mempunyai kornea yang bulat atau sferis yang di dalam
perkembangannya terjadi keadaan yang disebut astigmatism with the rule
(astigmat lazim) yang berarti kelengkungan kornea pada bidang vertikal
bertambah atau lebih kuat atau-jari-jarinya lebih pendek dibanding jari-
jari kelengkungan kornea di bidang horizontal (Ilyas, 2013)
Letak kelainan pada astigmatisma terdapat di dua tempat yaitu
kelainan pada kornea dan kelainan pada lensa.Pada kelainan kornea
terdapat perubahan lengkung kornea dengan atau tanpa pemendekan atau
pemanjangan diameter anterior- posterior bola mata. Kelainan ini bisa
merupakan kelainan kongenital atau didapat akibat kecelakaan,
peradangan kornea atau operasi (Nadz, 2011).
Secara garis besar terdapat astigmatisme regular dan
irreguler.Astigmatisme regular terbagi menjadi astigmatisme miopikus
simpleks, astigmatisme miopikus kompositus, astigmatisme
hipermetropikus simpleks, astigmatisme hipermetropikus kompositus,
dan astigmatisme mikstus yang masing-masing dapat with the rule dan
against the rule, berdasarkan daya bias terkuatnya. Kelainan ini biasanya
akibat anomali pada kornea atau lensa (Triastuti, 2015).
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI MATA
oleh tiga lapisan. Dari paling luar ke paling dalam, lapisan-lapisan itu
Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat
3. Terletak di tempatnya.
presbiopia,
B. REFRAKSI MATA
refrakta mata, dimana mata dalam keadaan istirahat. Mata dalam keadaan
2013).
dapat melihat dengan jelas, titik ini merupakan titik dalam ruang yang
C. AKOMODASI
retina, demikian pula bila benda jauh didekatkan, maka dengan adanya
daya akomodasi benda dapat difokuskan pada retina atau macula lutea.
sesuai dengan kebutuhan, makin dekat benda makin kuat mata harus
akomodasi. Refleks akomodasi akan bangkit bila mata melihat kabur dan
D. EMETROPIA
Pada mata ini daya bias mata adalah normal, dimana sinar jauh
.Bila sinar sejajar tidak difokuskan pada macula lutea disebut Ametropia.
Mata emetropia akan mempunyai penglihatan normal atau 6/6 atau 100%.
Bila media penglihatan seperti kornea, lensa , dan bada kaca keruh maka
penglihatan keruh maka penglihatan tidak akan 100% atau 6/6 (Ilyas,
2010).
Keseimbangan dalam pembiasan sebagian besar ditentukan oleh
panjang (lebih panjang lebih pendek) bola mata maka sinar normal tidak
E. AMETROPIA
dataran depan dan kelengkungan kornea dan panjangnya bola mata. Kornea
melakukan akomodasi atau bila melihat benda yang dekat. Panjang bola
(lebih panjang, lebih pendek) bola mata maka sinar normal tidak dapat
tereletak pada retina.Pada keadaan ini bayangan pada selaput jala tidak
2013):
1. Ametropia aksial
depan atau di belakang retina. Pada miopia aksial fokus akan terletak
2. Ametropia Refraktif
Ametropia akibat kelainan sistem pembiasan sinar di dalam
mata. Bila daya bias kuat maka bayangan benda terletak di depan
retina (miopi) atau bila daya bias kurang maka bayangan benda akan
a. Miopia
b. Hipermetropia
c. Astigmat
d. Presbiopia
Bola mata
Miopia Lensa (-) Bias kuat
panjang
Bola mata
Hipermetropia Lensa (+) Bias lemah
pendek
Kurvatura 2
Astigmat Kacamata
meredien
reguler silinder
tegak lurus
Kurvatura
Astigmat Lensa kontak
kornea ireguler
Ireguler
Tabel 2. Jenis-Jenis Ametropia
F. ASTIGMATISMA
1. Definisi Astigmatisma
yang datang dari jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan istirahat
Gambar 5. Astigmatisma
dengan garis pandang oleh mata tanpa akomodasi dibiaskan tidak pada
2. Epidemiologi
3. Media Refraksi
lensa, badan vitreous (badan kaca), dan panjangnya bola mata. Pada
4. Fisiologi Refraksi
Gambar 6. Fisiologi refraksi.
mengenai medium baru pada tiap sudut selain tegak lurus (Ilyas, 2010).
paling penting dalam kemampuan refraktif mata adalah kornea dan lensa.
berkas cahaya yang berasal dari benda dekat lebih divergen sewaktu
sumber cahaya yang terletak lebih dari 6 meter (20 kaki) dianggap sejajar
dekat memerlukan jarak yang lebih besar di belakang lensa agar dapat
tertentu, jarak antara lensa dan retina selalu sama. Untuk membawa
sumber cahaya jauhdan dekat terfokus di retina (dalam jarak yang sama),
2010).
5. Etiologi
a. Kelainan kornea
paling besar adalah kornea, yaitu mencapai 80% s/d 90% dari
b. Kelainan di lensa
visual disini tidak dapat diatasi dengan lensa, harus menunggu sampai
meredien dengan daya bias maksimal, dan minimal, yang saling tegak
lurus letaknya. Jadi ada meredien yang vertical dan ada meredien
(Riordan, 2013).
2013)
6. Klasifikasi
5. Astigmatisma mikstus.
1) Astigmatisme Reguler
Misalnya, jika daya bias terkuat berada pada meredian 90°, maka daya
bias terlemahnya berada pada meredian 180°, jika daya bias terkuat
berada pada meredian 45°, maka daya bias terlemah berada pada
penglihatan yang lain. Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya,
Bila pada bidang vertical mempunyai daya bias yang lebih kuat dari
Bila pada bidang horizontal mempunyai daya bias yang lebih kuat dari
2) Astigmatisme Irreguler
berikut:
sedangkan titik B berada tepat pada retina (dimana titik A adalah titik
fokus dari daya bias terkuat sedangkan titik B adalah titik fokus dari
daya bias terlemah). Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini
astigmatisme jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl +Y atau Sph +X Cyl -Y di
-Y.
Cyl +Y.
5. Astigmatisme Mixtus
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina,
1. Astigmatismus Rendah
Akan tetapi jika timbul keluhan pada penderita maka koreksi kacamata
2. Astigmatismus Sedang
Astigmatismus yang ukuran powernya berada pada 0,75 Dioptri
3. Astigmatismus Tinggi
membaca.
buram.
5. Sedang pada penderita astigmatismus rendah, biasa ditandai
mengucek-ucek mata.
8. Diagnosis
Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis positif, bila dengan
lensa sferis positif tajam penglihatan membaik atau mencapai 5/5, 6/6,
penglihatan 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien menderita miopia. Bila
ii. Objektif
3) Uji pengaburan
jelas terlihat. Bila garis juring pada 90° yang jelas, maka tegak lurus
4) Keratoskop
(Riordan, 2013).
5) Javal ophtalmometer
2013).
9. Terapi
1) Koreksi lensa
(Wijaya, 2014).
2) Orthokeratology
lebih dari satu minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi datar dan
sinar yang tidak teratur pada dataran permukaan depan kornea maka dapat
dikoreksi dengan memakai lensa kontak. Dengan memakai lensa kontak maka
permukaan depan kornea tertutup rata dan terisi oleh film air mata (Wijaya,
2014).
3) Bedah refraksi
Dimana pola jari-jari yang melingkar dan lemah diinsisi di parasentral. Bagian
yang lemah dan curam pada permukaan kornea dibuat rata. Jumlah hasil
perubahan tergantung pada ukuran zona optik, angka dan kedalaman dari insisi.
Adalah prosedur dimana kekuatan kornea ditekan dengan ablasi laser pada
pusat kornea. Kornea yang keruh adalah keadaan yang biasa terjadi setelah
Pada astigmatisma berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik dengan tajam
pada retina akan tetapi pada 2 garis titik api yang saling tegak lurus yang terjadi
Bayi yang baru lahir biasanya mempunyai kornea yang bulat atau sferis yang
with the rule (astigmat lazim) yang berarti kelengkungan kornea pada bidang
Pada keadaan astigmat lazim ini diperlukan lensa silinder negative dengan
sumbu 180 derajat untuk memperbaiki kelainan refraksi yang terjadi. Pada usia
against the rule (astigmat tidak lazim). Astigmat tidak lazim (astigmatisme
against the rule) adalah suatu keadaan kelainan refraksi astigmat dimana
koreksi dengan silinder negative dilakukan dengan sumbu tegak lurus lurus (60-
horizontal lebih kuat dibandingkan kelengkungan kornea vertical. Hal ini sering
efek permukaan yang ireguler. Pada pasien plasidoskopi terdapat gambaran yang
pada permukaan kornea.Dengan alat ini dapat dilihat kelengkungan kornea yang
2014).
III. KESIMPULAN
sehingga sinar sejajar yang datang pada mata akan difokuskan pada
astigmatisma.
lensa terdapat juga pilihan bedah yaitu dengan Radial keratotomy (RK)
Ilyas, Sidharta. 2013. Ilmu Penyakit Mata Edisi Keempat. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Indonesia.
Riordan P. Whitcher P John Eva. 2013. Optik dan refraksi dalam : Vaugan
dan Asbury Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta : EGC.